Anda di halaman 1dari 44

Evidence Based Medicine

Prognostik
By: dr Pinta Pudiyanti Siregar, MSc
Departemen Kesehatan Komunitas
23/06/20 Selasa 08.00-09.00
Tujuan Pembelajaran:
• Mahasiswa mampu menjelaskan
– Definition of EBM prognosis,
– Worksheet prognosis,
– Component of validity,
– Component of important,
– Component of applicability
– Prognosis in Islamic View
• Seringkali kita ditanya orang tua di tempat praktek seperti
“Kalau anak saya tidak diobati/dirawat, kemungkinan apa
saja yang dapat terjadi pada anak saya?”
• Orang tua pasien diare yang telah diberikan cairan
intravena, seringkali ditanyakan “Kira-kira tidak akan
terjadi apa-apa kan dok, anak saya akan sembuh kan?”
• Pertanyaan pertama menggambarkan suatu skenario
yang menyebabkan dokter harus menjelaskan kepada
orang tua mengenai perjalanan alamiah penyakit.
• Pertanyaan kedua menggambarkan skenario suatu
perjalanan klinis. Semua skenario tersebut mempunyai
satu persamaan yakni menjelaskan mengenai prognosis.
• Secara klasik, prognosis diartikan sebagai ramalan atau
prediksi. Secara medis, prognosis dapat didefinisikan
sebagai prospek pemulihan dari cedera atau penyakit,
atau prediksi atau perkiraan perjalanan dan hasil dari
suatu kondisi medis. Dengan demikian, prognosis dapat
bervariasi sesuai dengan cedera, penyakit, usia, jenis
kelamin, ras dan pengobatan.
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2724829/
• Prognosis adalah elemen kunci, tidak hanya dalam memutuskan pengobatan yang tepat, tetapi juga
dalam mendiskusikan pendapat pasien atau kerabat tentang manajemen. Jika prognosis untuk
perbaikan atau penyelamatan hidup sangat buruk, pasien atau kerabat dapat memilih untuk tidak
menjalani operasi. Ini terutama benar jika peningkatan harapan hidup minimal meskipun menjalani
prosedur yang berisiko dan menyakitkan. Pada beberapa kelainan, umumnya disepakati bahwa
beberapa pasien akan mendapat manfaat dari prosedur pembedahan tertentu sedangkan yang lain
mungkin tidak. Mungkin ada sejumlah pasien di area abu-abu dengan karakteristik dan stadium
penyakit yang berbeda yang tidak segera terlihat apakah prosedurnya tepat. Penentuan prognosis
yang mendalam dapat dilakukan, terutama jika kondisi pasien tidak memerlukan perawatan yang
mendesak. Prognosis dari hasil potensial dapat membantu menentukan apakah pasien termasuk
dalam kelompok yang dapat dioperasi atau tidak. Prognosis akan menentukan apa yang
direkomendasikan oleh ahli bedah dan apa yang diterima oleh pasien atau kerabat. Prognosis yang
buruk juga dapat mempercepat kebutuhan akan surat wasiat atau pengaturan lain. Penting juga untuk
memperkirakan hasil fungsional untuk pasien yang selamat dari gangguan, dengan atau tanpa operasi.
Prognosis mungkin menyarankan pemulihan yang hampir normal untuk pasien atau kecacatan
fungsional yang parah. Prognosis dapat menentukan kebutuhan untuk rehabilitasi atau bahkan untuk
perubahan dalam pekerjaan atau gaya hidup pasien.
• Mengetahui prognosis suatu penyakit merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang kita berikan.
• Sudah kita ketahui bahwa prognosis seringkali
menentukan pola pengobatan kita (pengobatan hipotiroid
kongenital harus dilakukan sedini mungkin dan atau
paling lambat sebelum usia 3 bulan untuk menghindari
retardasi mental;
• Apabila kita ingin mendapatkan informasi mengenai
prognosis suatu penyakit, yang kita inginkan adalah suatu
informasi yang terpercaya dan terkini.
• Untuk mendapatkannya sebaiknya kita membaca
penelitian dari jurnal kedokteran. Namun seringkali kita
dihadapkan pada kendala waktu, ketersediaan jurnal
tersebut, dan pemahaman statistik.
• Prognosis penyakit mengacu pada kemungkinan hasil dan
kemungkinan bahwa masing-masing akan terjadi.
• Hasil prognostik adalah jumlah peristiwa yang terjadi dari waktu ke
waktu, dinyatakan dalam:
• istilah absolut: mis. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun
• istilah relatif: mis. risiko dari faktor prognostik
• kurva kelangsungan hidup: peristiwa kumulatif dari waktu ke waktu
• Faktor prognostik adalah karakteristik pasien yang dapat
memprediksi hasil akhir pasien:
• demografis: mis. jenis kelamin, usia, ras
• spesifik penyakit: mis. stadium tumor
• komorbiditas: kondisi penyerta lainnya
• Articles that report prognostic factors often use two
independent patient samples:
• derivation sets asks - "what factors might predict patient
outcomes?"
• validation sets ask - "do these prognostic factors predict
patient outcomes accurately?"
Langkah-langkah EBM dalam Telaah
Kritis Prognosis
Penilaian Validitas
1. Apakah subyek yang mewakili populasinya di rekrut pada
fase awal penyakit?
2. apakah subyek diikuti dalam waktu yang cukup?
3. apakah kriteria outcome obyektif dan dilakukan secara
tersamar?
4. Bila dilakukan analisis sub-grup, apakah dilakukan
penyesuaian terhadap faktor prognostik terpenting?
5. Apakah hasil studi prognostik sudah di validasi pada
kelompok lain dengan karakteristik yang sama bukan
namun bukan yang masuk dalam penelitian?
• Untuk mengetahui prognosis suatu penyakit bentuk
penelitian yang terbaik adalah bentuk kohort prospektif.
• Rekrutmen studi kohort biasanya dilakukan pada saat
diagnosis ditegakkan dan di jelaskan pada metodologi
atikel
• Semakin tidak seragam rekrutmen semakin diragukan
validitasnya
Pertanyaan yang harus dijawab pembaca untuk
menilai keabsahan penelitian adalah sebagai berikut,
1. Apakah sampel penelitian yang digunakan menggunakan
kriteria inklusi dan eksklusi yang tegas dan merupakan
sampel yang representatif?
2. Apakah pengamatan sampel dilakukan pada stadium
penyakit yang sama (inception cohort)?
3. Apakah masa pengamatan sampel memadai dan tuntas?
4. Apakah outcome yang hendak diteliti dilakukan
menggunakan kriteria yang objektif dan dilakukan secara
“blind”?
• 5. Apabila terdapat sub sampel dengan prognosis yang
berbeda-beda
a. Apakah dilakukan penyetaraan untuk faktor faktor
prognosis yang penting?
b. Apakah pada sub sampel tersebut dilakukan validasi?
• Untuk menjawab pertanyaan pertama kita perhatikan
kriteria inklusi dan eksklusi sampel dan apakah sampel
representatif dengan populasi kasus yang kita hadapi di
tempat kita bekerja.
• Penelitian yang dilakukan di rumah sakit rujukan bisa saja
berbeda hasilnya dengan penelitian yang dilakukan di
komunitas walaupun outcome yang diteliti sama.
• Hal ini disebabkan adanya referall filter bias. Ini terbukti
dengan penelitian mengenai risiko kejang tanpa demam
pada anak yang pernah menderita kejang demam.
• Penelitian di rumah sakit rujukan menghasilkan risiko
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan secara community-based
• Pada studi kohort mengenai prognosis, kita mengamati
perjalanan alamiah atau klinis satu penyakit pada
sekelompok pasien sampai mencapai outcome yang kita
ingin teliti (sembuh, lumpuh, retardasi mental, gagal
ginjal, buta, meninggal, dan lain-lain).
• Oleh karena itu penting sekali untuk memulai
pengamatan pada stadium yang sama dari penyakit
tersebut dan atau dilakukan sedini mungkin. Sedini
mungkin berarti pengamatan dilakukan pada perjalanan
awal stadium penyakit yang hendak diteliti.
• Waktu pengamatan terhadap sampel harus memadai
sehingga mampu mendeteksi outcome yang diteliti.
Apabila kurang maka mungkin saja outcome yang diteliti
belum terjadi atau jumlah kasus dengan outcome tersebut
terlalu sedikit sehingga sukar disimpulkan.
• Demikian pula kalau terlalu lama, kemungkinan terjadinya
drop-out semakin besar. Disepakati bahwa apabila jumlah
sampel pada akhir pengamatan < 80% dibandingkan awal
pengamatan maka hasil penelitian tersebut tidak pantas
untuk digunakan sebagai acuan.
• Apabila jumlah sampel pada akhir pengamatan > 95%,
hasil penelitian dapat dengan mantap digunakan sebagai
acuan.
• Kriteria outcome yang diteliti harus mempunyai definisi
operasional yang objektif (tertulis dan dapat diukur) tidak
berdasarkan kemampuan diagnosis klinis semata.
• Demikian pula penilai outcome yang diteliti sangat
diharapkan untuk tidak mengetahui (“blind”) terhadap
perjalanan klinis pasien, karakteristik maupun faktor-
faktor prognosis sampel yang diteliti.
• Apabila kita menjawab “ya” pada semua pertanyaan
maka penelitian tersebut valid dan kita dapat melangkah
lebih lanjut untuk menilai importance.
Penilaian pentingnya hasil
(Importance)
• 1. Bagaimana keadaan pasien dari waktu ke waktu
• 2. Bagaimana persis perkiraan prognosis
• Untuk lebih memudahkan penjelasan mengenai makna
prognosis suatu penyakit kepada pasien, biasanya kita
menjelaskannya dalam bentuk kuantitatif. Misalnya dari
suatu penelitian disimpulkan bahwa “bayi dengan berat
badan lahir sangat rendah dengan riwayat
ventrikulomegali akibat perdarahan intrakranial,
mempunyai risiko untuk menderita kelainan neurologis
sebesar 48% apabila bayi tersebut dapat hidup melewati
usia satu tahun.”
• Kepada orang tua yang mempunyai bayi dengan
karakteristik yang serupa dengan penelitian tersebut akan
kita jelaskan sebagai berikut “ Kemungkinan anak ibu
untuk menderita gangguan neurologis setelah anak ibu
berusia 1 tahun adalah mendekati 50%”
• Agar kita mampu memberitahukan prognosis suatu
penyakit, setelah mengetahui penelitian tersebut valid,
maka kita jawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa besarkah kemungkinan terjadinya outcome
dikaitkan dengan rentang waktu tertentu?
2. Berapa besar ketepatan perkiraan prognosis tersebut?
• Penelitian mengenai prognosis biasanya menggunakan
proporsi sampel yang masih hidup pada saat tertentu
(misalnya 5 year survival rate, median survival rate yaitu
lamanya masa pengamatan hingga 50% jumlah sampel
telah meninggal atau survival curve yaitu menghitung
proporsi sampel yang belum meninggal pada waktu-
waktu yang telah ditetapkan)
• Untuk lebih meyakinkan bahwa hasil penelitian
bermakna, sebaiknya confidence interval dihitung.
Semakin sempit confidence interval semakin bermakna
hasil penelitian tersebut. Apabila hasil penghitungan
confidence interval melampaui angka 1, maka penelitian
sebaiknya ditinggalkan.
Penilaian kemamputerapan
(Applicability)
• Setelah kita yakin bahwa penelitian mengenai prognosis
tersebuit valid dan penting, kita harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini untuk mengetahui
apakah hasil penelitian dapat diterapkan di tempat kita
bekerja, yaitu sebagai berikut,
• Apakah karakteristik sampel pada penelitian tersebut
serupa dengan pasien di tempat praktek kita?
• Apakah hasil penelitian tersebut mempengaruhi
keputusan kita terhadap apa yang perlu dilakukan atau
perlu diberitahukan kepada pasien kita?
• Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada bab
metoda. Selain memperhatikan karakteristik sampel perlu
dilihat juga tempat penelitian berlangsung.
• Penelitian yang berlangsung di rumah sakit rujukan
seperti RS Cipto Mangunkusumo atau RS Kanker
Dharmais mungkin berbeda dengan karakteristik pasien
yang berada di tempat kita bekerja.
• Dengan mengetahui prognosis penyakit, akan sangat
membantu kita untuk menentukan apakah pasien kita
perlu diberikan terapi atau tidak.
• Apabila kesimpulan kita mengatakan bahwa terapi tidak
perlu diberikan, hasil penelitian tersebut tetap dapat
dimanfaatkan kita untuk memberikan keterangan
keterangan penting kepada penderita mengenai penyakit
tersebut
• Untuk melengkapi kemampuan tatalaksana pasien,
pengetahuan dan ketrampilan aspek prognosis pasien
mempunyai peran penting. Tidak selamanya prognosis
pasien sama seperti yang diajarkan pada saat kuliah
mengingat berkembangnya ilmu pengetahuan, dan tidak
semua prognosis penyakit kita ketahui.
• Membaca penelitian merupakan kegiatan yang
seharusnya dilakukan dokter secara teratur, namun
banyak kendala yang dihadapi.
• Scenario 1: Your patient is a 70-year-
old man who was recently diagnosed
with dementia, most likely Alzheimer's.
He comes to his appointment with his
daughter who wants information on the
progression of the disease and
whether it will increase his risk of
death. Her father has named her as
his decision-maker for personal care
and finances. She wants to start
planning for his future care as he has
been living alone.
Prognosis in Islamic View

* Pada dasarnya manusia tidak


mengetahui yang ghaib
* Tidak ada yang tahu apa yang akan
terjadi besok hari
* Yang meninggal bukan hanya yang
sakit, yang muda bahkan bayi pun ada
yang meninggal..yang meninggal
kecelakaan bahkan ada yang meninggal
di tempat tidur.
• Prognosis bukanlah Vonis tapi dugaan
secara statistic
• Bagaimana meningkatkan optimis
Pasien
Konsep Husnudzan pada taqdir Allah
• Allah ta’ala berfirman (yang • Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
artinya),“Benar-benar Kami akan menguji sallam bersabda, “Apabila Allah
kalian dengan sedikit rasa takut,
kelaparan, serta kekurangan harta,
menghendaki kebaikan pada diri
lenyapnya nyawa, dan sedikitnya buah- seorang hamba maka Allah akan
buahan. Dan berikanlah kabar gembira menyegerakan hukuman baginya di
bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang- dunia. Dan apabila Allah
orang yang apabila tertimpa musibah menghendaki keburukan bagi
mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami
ini adalah milik Allah, dan kami juga akan
hamba-Nya maka Allah akan
kembali kepada-Nya’. Mereka itulah menunda hukuman atas dosanya
orang-orang yang mendapatkan pujian itu sampai pada hari kiamat nanti
dari Rabb mereka dan curahan rahmat. hukuman itu baru akan
Dan mereka itulah orang-orang yang ditunaikan.” (HR. Tirmidzi,
diberikan petunjuk.” (QS. al-Baqarah:
155-157)
disahihkan al-Albani dalam Shahih
al-Jami’ [308]).
• Dokter memang sudah dibekali • "Dokter bisa memprediksi
dengan ilmu prognosis yaitu
memperediksi jika dilihat perjalanan angka kelangsungan hidup
penyakit dan kondisi pasien (survival rate) dalam 1
seberapa kondisi sakit pasien. tahun atau 5 tahun.
Pilihan prognosis bisa baik, buruk
atau ragu-ragu. Untuk penyakit Semakin lanjut sakitnya
kanker penentuan prognosis lebih semakin rendah harapan
mudah apalagi jika pasien sudah hidupnya," ujarnya.
jatuh dalam kondisi sakit kanker
yang lanjut atau stadium 4.
Konsep tawakkal dan ikhtiar
• Setiap penyakit ada
obatnya
• Ada yang menawarkan
untuk end of life, dalam
islam justru sebaliknya
Post Test

1. Apakah itu EBM Prognosis


2. Bagaimana melihat article prognosis dengan
menggunakan VIA
Referensi
• Sudigdo sastroasmoro. 2017. Menelusur asas dan kaidah
evidence-based medicine. Jakarta: Sagung Seto.
• https://www.cebm.net/wp-
content/uploads/2014/06/Diagnostic-studies_Annette-
Pluddemann.pdf
• https://www.who.int/bulletin/volumes/95/9/16-187468/en/
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK138555/
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai