Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS, REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Februari, 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS : INSOMNIA NON-ORGANIK (F51.0)


dan
REFERAT : SSRI SEBAGAI OBAT ANTI DEPRESAN

OLEH :

Maftuhatul Afiah
111 2018 2050

PEMBIMBING :
dr. R. Joko Maharto, M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Maftuhatul Afiah
Stambuk : 111 2018 2050
Judul Refarat : SSRI Sebagai obat anti depresan

Telah menyelesaikan tugas refarat pada Februari 2019 dan telah mendapatkan
perbaikan. Tugas ini dalam rangka kepaniteraan klinik pada departemen psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Februari 2019

Co-Assistant, Pembimbing,

(Maftuhatul Afiah) (dr. R. Joko Maharto, M,Kes, Sp.KJ)

2
DAFTAR ISI
REFERAT SSRI SEBAGAI OBAT ANTI DEPRESAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Anti Depresan .....................................................................................6
2.2. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) ....................................7
a. Cara Kerja .....................................................................................7
b. Penggunaan Dalam Terapi ...........................................................8
c. Farmakokinetik .............................................................................8
d. Farmakodinamik ...........................................................................8
e. Efek Samping ...............................................................................9
f. Cara Pemberian ............................................................................10
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan .........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depresi merupakan gangguan psikiatri yang banyak ditemukan, terjadi pada
sekitar 14 juta orang dewasa di Amerika Serikat setiap tahunnya. Prevalensi depresi di
Amerika Serikat diperkirakan sebesar 16 % pada orang dewasa (21% wanita, 13%
pria), atau lebih dari 32 juta orang. Gejala utama depresi yaitu afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Sedangkan Gejala
lainnya berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, dan pandangan masa
depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan terganggu. Ppdgj. Gejala-gejala depresi
adalah perasaan kesedihan yang berlebihan, putus asa, dan keputusasaan, serta
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas seperti biasa, perubahan pola tidur dan
nafsu makan, kehilangan energi, dan pikiran untuk bunuh diri1.
Semua antidepresi yang berguna di klinik secara langsung atau tidak langsung
memperkuat kerja neropinefrin, dopamin, dan atau serotonin otak. Bersama dengan
bukti lain, terjadi teori amina biogenik, yang menyatakan bahwa depresi disebabkan
defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan serotonin pada tempat-tempat penting
dalam otak.
Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu triciklic
antidepressants (TCA), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI),
serotonin/norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), atypical antidepressants, dan
monoamine oksidase inhibitors (MAOI). Perbedaan jenis antidepresan membedakan
efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena itu pemilihan antidepresan
berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya,
kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

4
Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu triciklic
antidepressants (TCA), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI),
serotonin/norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), atypical antidepressants, dan
monoamine oksidase inhibitors (MAOI). Perbedaan jenis antidepresan membedakan
efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena itu pemilihan antidepresan
berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya,
kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANTI DEPRESAN


Anti depresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik dan pada
kasus tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa
(fluoxetine).
Penggolongan obat antidepresan yaitu sebagai berikut :

Pengaruh antidepressan pada neurotransmitter biogenik amin memiliki


mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepressan. Terapi jangka panjang
dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake norepinephrine

6
atau serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan
berkurangnya pembentukan cAMP. katzung

Gambar : skema diagram kemungkinan tempat kerja obat antidepressan

2.2 SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR


Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan grup kimia
antidepresan baru yang khas, hanya menghambat ambilan serotonin secara spesifik.
Berbeda dengan antidepresan trisiklik yang menghambat tanpa seleksi ambilan-
ambilan norepinefrin, serotonin, reseptor muskarinik, H,-histaminik dan a,-adrenergik.
Dibanding dengan antidepresan trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih
kecil dan kordiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian, inhibitor ambilan kembali
serotonin yang baru harus digunakan secara seksama sampai nanti setelah efek iangka
panjang diketahui.

A. CARA KERJA

Gambar : mekanisme kerja SSRI

7
B. PENGGUNAAN DALAM TERAPI
SSRI sangat efektif digunakan untuk mengobati depresi dan beberapa jenis
gangguan cemas (misalnya gangguan obsesif komulsif, gangguan panik dan sosial
fobia). SSRI juga efektif diguakan pada komorbiditas depresi dengan gangguan fisik,
misalnya penyakit jantung. Kejang dan trauma kepala, stroke, demensia, penyakit
parkinson, asma, glaukoma dan kanker.

C. FARMAKOKINETIK
Perbedaan utama antara SSRI yang tersedia terletak terutama pada sifat
farmakokinetiknya, teurtama waktu paruhnya. Fluoxetine memiliki waktu paruh yang
terpanjang, 2-3 hari; metabolit aktifnya memiliki waktu paruh 7-9 hari. Waktu paruh
SSRI lain adalah jauh lebih pendek, kira-kira 20 jam, dan SSRI tersebut tidak memiliki
metabolit aktif yang penting. Semua SSRI diabsorpsi baik setelah pemberian oral dan
memiliki efek puncaknya dalam rentang 4-8 jam. Semua SSRI dimetabolisme oleh hati.
Paroxetine dan fluoxetine dimetabolisme di hati oleh P450 IID6, suatu subtipe enzim
yang spesifik, yang menyatakan bahwa klinisi harus berhati-hati
dalam pemberian bersama obat lain yang juga dimetabolisme oleh P450 IID6. Pada
umumnya, makanan tidak memiliki efek yang besar pada absorpsi SSRI; pada
kenyataannya, pemberian SSRI dengan makanan sering menurunkan insidensi gejala
mual dan diare yang sering berhubungan dengan pemakaian SSRI.

D. FARMAKODINAMIK
SSRI memiliki dua ciri yang sama: Pertama, mereka memiliki aktivitas spesifik
dalam hal inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek pada ambilan kembali
norepinefrin dan dopamin.
Walaupun senyawa yang tersedia adalah berbeda dalam potensi spesifiknya
(Tabel 1), perbedaan tersebut tidak menyebabkan perbedaan klinis yang berarti.
Kedua, SSRI pada intinya tidak memiliki sama sekali aktivitas agonis dan antagonis
pada tiap reseptor neurotransmiter. Tidak adanya aktivitas tas pada reseptor
antikolinergik, antihistaminergik, dan anti-adrenergik-cr, adalah dasar farmakologis
untuk rendahnya insidensi efek samping yang terlihat pada pemberian SSRI.

8
E. EFEK SAMPING
SSRI yang ada di indonesia fluoxelin, paroxetin, fluvoxamin dan sertralin.
SSRI diserap baik dengan pemberian oral, level puncak dalam darah setelah 6 jam.
Penyerap di usus tidak di pengaruhi oleh makanan.puskes
SSRI secara selektif menghambat ambilan kembali serotonin dan dapat
menyebabkan efek samping saluran cerna dan penundaan orgasme; obat ini relatif
aman pada overdosis. Golongan antidepresan antagonis 5-HT2 (nefazodone), SNRI
(venlafaxine), NARI (reboxetine) dan NaSSA (mirtazapine) juga menyebabkan efek
samping yang lebih sedikit dibandingkan antidepresan trisiklik, dan juga relatif aman
pada overdosis.buku k vika
dizzines sementara, mengantuk, tremor, berkeringat, sakit kepala, mulut
kering, diare, mual, muntah, penurunan berat badan (sementara), di fungsikan seksual.
SSRI kadang-kadang juga memyebabkan efeksamping cemas dan insomnia
(fluoxetin), somnolen atau mengantuk berat (paroxetin), diare (sertralin). Pada minggu
pertama terapi dengan SSRI, sering menimbulkan gejala cemas, gelisah, insomnis, dan
gangguan pada pencernaan. Apabila tidak dijelaskan kepada pasien bahwa gejala
tersebut akan menghilang dengan berlalunya waktu, pasien sering kali menghentikan
obat. Pemberian benzodiazepin sementara (misalnya alprazolam) dapat mengurangi
lama dan beratnya gejala.
SSRI lebih aman dibandingkan dengan antidepresan TCA bila terjadi
overdosis. Penghentian obat secara mendadak dapat menimbulkan gejala yang bersifat
sementara, misalnya lemas, anggota gerak kesemutan, dizziness dan lain-lain.

9
Fluoxetin dapat menyebabkan hipoglikemia oleh karen itu pada pasien yang yang
mendapat terapi insulin harus ada penyesuaian dosis.

F. CARA PEMBERIAN
Pemberian SSRI dimulai dengan dosis kecil yang ditingkatkan secara
bertahap 2-3 minggu. Reaksi optimal didapat setelah 4-6 minggu. Pada pasien usia
lanjut, disfungsi ginjal dan hepar, berikan dosis rendah.puskes dimulai degan dosis
tunggal 10 mg pada pagi hari. Reaksi klinis setelah beberapa minggu pemberian. Dosis
dapat ditingkatkan secara bertahap setelah 2 minggu pemerian menjadi 20 mg, 40 mg
dan dosis maksimal adalah 60 mg. Untuk bulimia nervosa dosis awal 60mg/hari.

10
A. Fluoksetin
1. Efek: Fluoksetin merupakan contoh antidepresan yang selektif menghambat
ambilan serotonin. Fluoksetin sama manfaatnya dengan antidepresan trisiklik
dalam pengobatan depresi major. Obat ini bebas dari efek samping antidepresan
trisiklik, termasuk efek antikolinergik, hipotensi ortosiatik dan peningkatan berat
badan. Dokter umum yang banyak menulis resep antidepresan lebih menyukai
fluoksetin dibanding antidepresan trisiklik. Dengan demikian, fluoksetin sekarang
paling banyak diresepkan di AS sebagai antidepresan.
2. Pengggunaan dalam terapi: lndikasi utama fluoksetin. Yang lebih unggul
daripada antidepresan trisiklik, adalah depresi. Digunakan pula untuk mengobati
bulimia nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai indikasi lain,
termasuk anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik dan sindrom
Premenstrual.
3. Farmakokinetik: Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai campuran R dan
enantiomer S yang lebih aktif' Kedua senyawa mengalami demetilasi menjadi
metabolit aktif,norfluoksetin. Fluoksetin dan norfluoksetin dikeluarkan secara
lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1 sampai 10 hari untuk senyawa asli dari 3-
30 hari untuk metabolit aktif . Dosis terapi fluoksetin diberikan oral dan konsentrasi
plasma yang mantap tercapai setelah beberapa minggu pengobatan Fluoksetin
merupakan inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom P-450 hati yang berfungsi untuk
eliminasi obat antidepresan trisiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat
antiaritmia dan antagonis B-adrenergik. Sekitar 7% kulit putih tidak mempunyai
enzim P-450 sehingga metabolisme fluoksetin sangat lambat.
4. Efek samping: Efek samping yang sering diakibatkan fluoksetin disimpulkan
dalam. Efek-efek seperli hilang libido, ejakulasi terlambat dan anorgasme
barangkali sedikit dilaporkan sebagai efek samping yang sering ditemukan dokter,
dan tidak ditonjolkan dalam daftar standar efek samping. Takar lajak fluoksetin
tidak menyebabkan aritmia jantung tetapi dapat menimbulkan kejang. Misalnya,
laporan pasien yang minum overdosis fluoksetin (sampai 1200 mg dibanding
dengan 20 mg/hari sebagai dosis terapi) kira-kira separuh di antaranya tidak
memperlihatkan gejala.

11
Antidepresan lain yang mempengruhi ambilan serotonin adalah trazodon,
fluvoksamin, nefazodon, paroksetin, sertralin dan venlafaksin. Obat-obat SSRI ini
berbeda dengan fluoksetin dalam efek relatif pada ambilan serotonin dan norepinefrin.
Obat-obat ini tidak Iebih efektif dari fluoksetin tetapi bentuk efek samping agak
berbeda. Eliminasi obat antar pasien (termasuk fluoksetin) bervariasi besar. Kegagalan
dalam toleransi salah satu obat tidak perlu menghalangi percobaan SSRI lain.
Fluvoxamine: dosis awal untuk gangguan obsesif-kompulsif adalah
50mg/hari. Dinaikkan secara bertahap 50mg/hari setiap 4-7 hari. Dosis maksimum
300mg/hari. Bila diperlukan dosis melebihi 100mg/harimaka dosis dibagi dalam 2 kali
pemberian untuk mengurangi efek samping.
Proxetin: dosis awal untuk depresi adalah 20 mg dosis tunggal di pagi hari.
Bila reaksi kurang memadai setelah pemberiann 2-3 minggu dosis daat dinaikkan
10mg/hari sampai dosis maksimum 50mg/hari. Dosis awal untuk gangguan panik
10mg/hari, dosis tunggal di pagi hari d tingkatkan 10mg/hari setiap minggu, dosis
maksimal 40mg/hari. Dosis awal untuk gangguan obsesif kompulsif, dosis tunggal
20mg di pagi hari, ditingkatkan setiap minggu 10mg/hari sampai dosis maksimal 60
mg/hari. Dosis awal untuk gangguan fobia sosial 20mg/hari, dosis tunggal di pagi hari,
di tingkatkan 10mg/hari minggu sampai dosis maksimal 60mg/hari.
Sertralin: dosis awal 50mg/hari diberikan sebagai dosis tunggal di pagi atau
sore hari. Bila reaksi belum efektif setelah pemberian 1 minggu atau lebih, dosis dapat
dinaikkan secara bertahap sampai dosis maksimal 200mg. Pada pasien usia lanjut atau
gagal ginjal dan hepar mulai dengan dosis 25mg di pagi hari.

Tabel Gambaran obat anti depresan SSRI


Jenis obat Dosis Antikolinergik Sedasi Hipotensi
mg/hari
Ortostatik paroxetin 20-50 0/+ 0/+ 0
Fluoxatin 20-60 0 0/+ 0
Sertralin 50-200 0 0/+ 0
Fluvoxamin 50-300 0 0/+ 0

12
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan grup kimia
antidepresan baru yang khas, hanya menghambat ambilan serotonin secara spesifik.
Berbeda dengan antidepresan trisiklik yang menghambat tanpa seleksi ambilan-
ambilan norepinefrin, serotonin, reseptor muskarinik, H,-histaminik dan a,-adrenergik.
Dibanding dengan antidepresan trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih
kecil dan kordiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian, inhibitor ambilan kembali
serotonin yang baru harus digunakan secara seksama sampai nanti setelah efek iangka
panjang diketahui.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard F, Michelle C, and Luigi C. Antidepressants; in Lippincott's


Illustrated Reviews: Pharmacology. Harvey AR and Champe PC. 4th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2009. p. 142-50.
2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Gangguan
Delusional. Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara;
2010. hal. 833-53.
3. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi.
Edisi ke-lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007.
hal. 171-7
4. Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Jakarta. 2007.
Hal.22-8.

14

Anda mungkin juga menyukai