Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2022


UNIVERSITAS HALU OLEO

ANTI DEPRESSAN

Oleh :
La Ode Naufal Arrouf Syahnasti, S.Ked
K1B1 22 044

Pembimbing:
dr. Wa Ode Harniana, M.Kes., Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMANPENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : La Ode Naufal Arrouf Syahnasti, S.Ked


Stambuk : K1B1 22 044
Judul Referat : Anti Depressant

Telah menyelesaikan tugas refarat dalam rangka kepaniteraan klinik pada


Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo.

Kendari, Agustus 2022


Mengetahui
Pembimbing,

dr. Wa Ode Harniana, M.Kes., Sp.KJ


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan mental adalah salah satu penyebab utama dari beban terkait
kesehatan global. Berdasarkan studi Global Burden of Disease (GBD) pada tahun
2019 memperkirakan bahwa dua gangguan mental yang paling melumpuhkan
adalah gangguan depresi dan kecemasan dimana keduanya menduduki peringkat
25 besar penyebab utama beban kesehatan di seluruh dunia. 1
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
pada tahun 2018, gangguan mental menduduki peringkat kelima dari total beban
penyakit di Indonesia, dibawah penyakit kardiovaskuler, neoplasma, maternal
dan neonatal, infeksi pernapasan. Setelah dilakukan perbandingan antara 10 besar
penyakit mental di Indonesia, depressive disorder tetap menduduki peringkat
pertama, disusul oleh gangguan kecemasan, dan skizofrenia. Gangguan depresi
sangatlah berbahaya dan dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil
Riskesdas 2018 juga menunjukkan bahwa gangguan depresi sudah mulai terjadi
sejak rentang usia remaja (15-24 tahun) dengan prevalensi 6.2 %. Nilai prevalensi
tersebut cukup bervariasi dan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, tertinggi pada umur > 75 tahun yaitu sebesar 8.9%, 65-74 tahun sebesar
8.0%, dan 56-64 tahun sebesar 6.5%. 2
Untuk nilai prevalensi Depresi berdasarkan provinsi pada penduduk dengan
usia > 15 tahun, provinsi dengan nilai tertinggi diberikan kepada Sulawesi
Tengah dengan angka 12.3%, dan provinsi dengan angka terendah diberikan
kepada Jambi dengan angka 1.8%. Untuk Sulawesi Tenggara sendiri menduduki
peringkat 15 dengan angka prevalensi sebesar 6.3%. 2
Gangguan depresi, berdasarkan PPDGJ III merupakan bagian dari
gangguan afektif atau suasana perasaan. Gejala utama dari gangguan ini adalah
adanya suasana hati atau mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Selain itu,
gangguan depresi dapat menyebabkan sejumlah gejala lainnya, diantaranya
penurunan konsentrasi, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan suram dan
pesimis, gagasan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu
makan berkurang. Gejala-gejala berikut baru dapat dikategorikan sebagai
gangguan afektif episode depresif jika onset gejala sekurang-kurangnya terjadi
selama 2 minggu. 3
Gangguan depresi dapat sangat berbahaya bagi nyawa pasien serta dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dikarenakan dapat menyebabkan gangguan
di tempat kerja akibat berkurangnya produktivitas dan tanggung jawab atas
pekerjaan. Maka dari itu, diperlukan penanganan yang tepat baik berupa adanya
dukungan dari support system terdekat maupun pemberian tata laksana
farmakologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tata Laksana
Pemberian obat-obatan sebagai terapi dapat membantu pasien agar tetap
terkendali saat menerima psikoterapi. Obat utama yang digunakan untuk
gangguan depresi adalah antidepressan. Berikut beberapa pilihan obat yang
direkomendasikan untuk pengobatan gangguan depresi :
1. Selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRI)
Pemberian SSRI didasarkan pada peningkatan defisiensi serotonin yang
menurut para peneliti sebagai penyebab depresi dalam hipotesis monoamin.
SSRI bekerja dengan menghambat reuptake serotonin, sehingga meningkatkan
aktivitas serotonin dalam tubuh. SSRI menghambat transporter serotonin
(SERT) di terminal akson presinaptik. Dengan adanya penghambatan SERT,
peningkatan jumlah serotonin (5-hydroxytryptamine atau 5HT) tetap berada di
celah sinaptik dan dapat merangsang reseptor postsinaptik untuk waktu yang
lebih lama. 4

Gambar 1. Mekanisme Kerja SSRI


Popularitas dan meluasnya penggunaan SSRI sebagian disebabkan oleh
efek sampingnya yang relatif lebih sedikit daripada antidepresan yang umum
digunakan sebelumnya seperti TCA dan MAOI. SSRI memiliki sedikit atau
tidak ada efek pada dopamin, norepinefrin, histamin, atau asetilkolin (kecuali
untuk paroxetine). Karakteristik ini menyebabkan lebih sedikit keluhan efek
samping seperti xerostomia, sedasi, konstipasi, retensi urin, dan gangguan
kognitif. Efek samping yang umum dari SSRI termasuk disfungsi seksual,
gangguan tidur, perubahan berat badan, kecemasan, pusing, xerostomia, sakit
kepala, dan gangguan pencernaan. SSRI juga berpotensi memperpanjang
interval QT, yang dapat menyebabkan aritmia fatal, torsade de pointes, serta
adanya koagulopati. 5,6

Berikut contoh sediaan obat golongan SSRI :


NO Nama Obat Dosis Penggunaan
1 Fluoxetine 20-80 mg / hari 1 kali sehari
2 Sertraline 50-100 mg/hari 1 kali sehari
3 Escitalopram 10-20 mg/hari 1 kali sehari

2. Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs)


Serotonin dan norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI) bekerja dengan
memblokir reuptake serotonin dan norepinefrin di sinaps, meningkatkan
stimulasi reseptor postsinaptik. SNRI berbeda dengan SSRI, dimana dalam
proses afinitasnya, SNRI juga memiliki afinitas tinggi terhadap transporter
serotonin dan norepinefrin. 7
Gambar 2. Mekanisme Kerja SNRI

Jenis penghambatan reuptake ganda ini mirip dengan mekanisme kerja


TCA, tetapi seperti kelas SSRI, SNRI dikaitkan dengan efek samping yang
lebih minimal. Beberapa dari efek samping ini termasuk peningkatan awal
kecemasan, insomnia, dan kegelisahan, disfungsi seksual dan sakit kepala.
Dibandingkan dengan kelas SSRI, kelas SNRI cenderung menyebabkan lebih
banyak mual, insomnia, mulut kering, dan dalam kasus yang jarang juga dapat
terjadi peningkatan tekanan darah, serta bone resorption.7,8

Berikut contoh sediaan obat golongan SNRI :


NO Nama Obat Dosis Penggunaan
1 Venlavaxine 150-225 mg / hari 1 kali sehari
2 Duloxetine 20-60 mg/hari 1-2 kali sehari
3 Desvenlafaxine 25-50 mg/hari 1 kali sehari
3. Tricyclic Antidepressant
Tricyclic Antidepressants merupakan jenis anti depressant generasi
pertama. Semua tricyclic antidepressants (TCAs) berfungsi sebagai inhibitor
reuptake norepinefrin, dan beberapa sebagai penghambat reuptake serotonin
(5-Hydroxytryptamine) pada membran neuron presinaptik. 9

Gambar 3. Mekanisme Kerja TCAs

Golongan obat TCAs juga memiliki afinitas untuk melakukan blok


terhadap muscarinic acetylcholine receptors, histamine receptors, peripheral
alpha-adrenergic dan reseptor histamin H1, sehingga TCA dapat
menimbulkan lebih banyak efek samping dan berpotensi mematikan jika
terjadi toksikasi. Efek samping yang dapat ditimbulkan dari efek
antimuscarinic TCAs antara lain mulut yang mengering, pengelihatan kabur,
konstipasi, serta retensi urin. Sedangkan efek antihistamin yang muncul
diantaranya adalah efek kantuk yang sering timbul. Selanjutnya, efek dari
penghambatan reseptor alpha-adrenergic adalah timbulnya postural
hypotension dan menurunkan batas threshold dari kejang sehingga dapat
menyebabkan kejang serta adanya aritmia dan AV Block pada jantung. 10

Berikut contoh sediaan obat golongan TCAs :


NO Nama Obat Dosis Penggunaan
1 Amitriptyline 50-150 mg / hari 1 kali sehari
2 Nortriptyline 25-100 mg/hari 1-2 kali sehari
3 Imipramine 75-150 mg/hari 1-2 kali sehari

4. Monoamine Oxidase Inhibitors


Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI) adalah obat antidepresan dengan
kemanjuran yang mirip dengan golongan obat antidepresan lainnya. MAOI
meningkatkan kadar monoamin di sistem saraf pusat dan jaringan perifer
dengan menghambat aktivitas enzim monoamine oksidase, yang merupakan
enzim mitokondria yang mengandung flavin. Enzim ini terdiri atas 2 jenis,
yaitu MAO-A dam MAO-B. MAO-A ditemukan di norepinefrin dan neuron
serotonin dan mengatur degradasi metabolik serotonin dan katekolamin,
sedangkan MAO-B lebih memilih phenethylamine sebagai substrat dan
ditemukan di otak, hati, dan trombosit manusia. Dengan adanya MAOI, maka
dapat meningkatkan kadar norepinephrine dan 5-HT pada otak sehingga dapat
digunakan sebagai antidepressant.11
Penggunaan MAOI harus benar benar diperhatikan sehubungan dengan
adanya efek interaksi pada sejumlah zat kimia maupun kandungan obat-
obatan lainnya. Salah satunya adalah dengan adanya cheese effects yang
merupakan serangan hipertensi akut yang dapat terjadi pada seseorang yang
mengonsumsi obat penghambat monoamine oksidase (MAOI) serta
mengonsumsi sejumlah keju, yang disebabkan oleh interaksi MAOI dengan
tyramine, terbentuk pada keju yang matang ketika bakteri memberikan enzim
yang bereaksi dengan asam amino tirosin dalam keju.11
Berikut merupakan sejumlah interaksi obat yang didapatkan ketika MAOIs
berinteraksi dengan obat tertentu.

Gambar 4. Interaksi Obat MAOIs

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat ini


diantaranya adalah efek antimuscarinic sehingga mulut mengering,
pengelihatan kabur, konstipasi, serta retensi urin. Selanjutnya adanya efek
stimulasi berkelanjutan dari sistem saraf pusat yang akan menyebabkan
tremor, insomnia, dan rasa semangat yang menggebu-gebu. 11
Gambar 5. Mekanisme Kerja MAOIs

Berikut contoh sediaan obat golongan MAOIs :


NO Nama Obat Dosis Penggunaan
1 Isocarboxazid 20-60 mg / hari 1-3 kali sehari
2 Phenelzine 45-90 mg/hari 1-2 kali sehari

5. Serotonin Modulators
Modulator serotonin seperti vilazodone menghambat reuptake presinaptik
serotonin. Ini juga merupakan agonis parsial pada reseptor serotonin 5-HT1A
postsinaptik. Selain itu, obat lainnya seperti Trazodone bekerja pada reseptor
serotonin 5-HT2A dan 5-HT2C pascasinaptik dan secara lemah menghambat
reuptake serotonin prasinaptik. Trazodone juga memiliki reseptor alfa-
adrenergik postsinaptik tambahan dan aktivitas penghambat reseptor histamin.
Nefazodone antagonis terhadap reseptor serotonin 5-HT2A pascasinaptik
dan menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin presinaptik; tindakan ini
meningkatkan transmisi serotonergik pada reseptor 5-HT1A.12

Berikut contoh sediaan obat golongan Serotonin Modulator :


NO Nama Obat Dosis Penggunaan
1 Nefazodone 200-600 mg / hari 1-3 kali sehari
2 Trazodone 10-20 mg/hari 1-2 kali sehari
DAFTAR PUSTAKA

1. Santomauro, Damian. et al. 2021. Global prevalence and burden of depressive


and anxiety disorders in 204 countries and territories in 2020 due to the COVID-
19 pandemic. Lancet 2021 : 398 : 17 00-12.
2. INFODATIN : Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2018. ISSN 2442-7659
3. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. ii: 335
him.
4. Xue, Weiwei. et al. 2016. Identification of the inhibitory mechanism of FDA
approved selective serotonin reuptake inhibitors: an insight from molecular
dynamics simulation study. Royal Society of Chemistry. Phys Cherm, 18 : 3260-
3271
5. Davida, D J. et al. 2016. Antidepressants and tolerance: determinants and
management of main side effects. Elsevier Masson France. The Brain 42 (2016)
553-561
6. Funk, Kylee A. et al. 2013. A comparison of the risk of QT prolongation among
SSRIs. Annals of Pharmacotherapy. 47(10) 1330-1341
7. Lambert, Oliver. et al. 2002. SNRIs : mechanism of action and clinical features.
Future Drugs Ltd. Expert Rev. Neurotherapeutics 2(6)
8. Shea, M. L. O. et al. 2013. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor therapy
in late-life depression is associated with increased marker of bone resorption.
Osteoporosis Int (2013) 24:1741-1749
9. Gillman, PK. 2007. Tricyclic antidepressant pharmacology and therapeutic drug
interactions updated. British Journal of Pharmacology 151, 737-748
10. Giwa, Al. et al. 2018. The return of an old nemesis: Survival after severe tricyclic
antidepressant toxicity, a case report. Elsevier. Toxicology Reports 5 (2018) 357-
362
11. Happe, Kevin. 2007. Monoamine Oxidase Inhibitors. Creighton University
School of Medicine, Omaha, United States. Elsevier.
12. Horst, W. Dale. et al. 1998. Mechanisms of action and clinical characteristics of
three atypical antidepressants. Journal of Affective Disorders 51 (1998) 237-254.
LAMPIRAN

1. Santomauro, Damian. et al. 2021. Global prevalence and burden of depressive


and anxiety disorders in 204 countries and territories in 2020 due to the
COVID-19 pandemic. Lancet 2021 : 398 : 17 00-12.
2. INFODATIN : Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2018. ISSN 2442-7659
3. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. ii:
335 him.
4. Xue, Weiwei. et al. 2016. Identification of the inhibitory mechanism of FDA
approved selective serotonin reuptake inhibitors: an insight from molecular
dynamics simulation study. Royal Society of Chemistry. Phys Cherm, 18 :
3260-3271
5. Davida, D J. et al. 2016. Antidepressants and tolerance: determinants and
management of main side effects. Elsevier Masson France. The Brain 42
(2016) 553-561
6. Funk, Kylee A. et al. 2013. A comparison of the risk of QT prolongation
among SSRIs. Annals of Pharmacotherapy. 47(10) 1330-1341
7. Lambert, Oliver. et al. 2002. SNRIs : mechanism of action and clinical
features. Future Drugs Ltd. Expert Rev. Neurotherapeutics 2(6)
8. Shea, M. L. O. et al. 2013. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor
therapy in late-life depression is associated with increased marker of bone
resorption. Osteoporosis Int (2013) 24:1741-1749
9. Gillman, PK. 2007. Tricyclic antidepressant pharmacology and therapeutic
drug interactions updated. British Journal of Pharmacology 151, 737-748
10. Giwa, Al. et al. 2018. The return of an old nemesis: Survival after severe
tricyclic antidepressant toxicity, a case report. Elsevier. Toxicology Reports 5
(2018) 357-362
11. Happe, Kevin. 2007. Monoamine Oxidase Inhibitors. Creighton University
School of Medicine, Omaha, United States. Elsevier.
12. Horst, W. Dale. et al. 1998. Mechanisms of action and clinical characteristics
of three atypical antidepressants. Journal of Affective Disorders 51 (1998)
237-254.

Anda mungkin juga menyukai