Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

STUDI KASUS
Antidepresan
Dosen Pengampus : Ibu Apt. Sitti Lutviana, S.Farm

MOH MANSUR : 2021060200029


IDA KARMILA WATI : 2021060200030
MABRUROH AINI FASA : 2021060200040
IMAM SAMUDRA : 2021060200035

PRODI DIII FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
Jl. PONDOK PESANTREN MIFTAHUL ULUM BETTET
PAMEKASAN MADURA
Telp. / Fax. (0324) 32178

KATA PENGANTAR

Halaman | 1
Puji dan syukur kami panjatkan hanya kepada Allah Subhanallohu wa
Ta’ala karena atas taufik dan hidayah-Nya lah makalah antidepresan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi pembahasan pengaruh obat
antidepresan secara farmakologis.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Lukas Laetemia, M. Kes. selaku pembimbing praktikum yang
telah membimbing kami dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
2. Teman-teman kelompok IV yang telah mencurahkan pikiran dan
tenaganya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Teman-teman Fakultas Kedokteran Umum Universitas
Mulawarman angkatan 2007 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran baik dalam pembuatan laporan hasil praktikum ini
maupun dalam kegiatan perkuliahan PBL lainnya.

Samarinda, 25 Maret 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman | 2
HALAMAN JUDUL......................................................................................1

KATA PENGANTAR……………………………………….………….…......2

DAFTAR ISI….…………………………………………….….…………........3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………….…....4
B. Tujuan..………………………………………………….………...…....5

BAB II

PEMBAHASAN……...……………………………………………..................6

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………...26

DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………...…………….27

BAB I

Halaman | 3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang paling umum.
Sekitar 5-6% dari populasi memiliki kemungkinan mengalami depresi (prevalensi
sesaat), dan diperkirakan sekitar 10% dari masyarakat dapat mengalami depresi
selama hidupnya (prevalensi selama hidup). Gejala-gejala depresi seringkali tidak
jelas dan tidak disadari baik oleh dokter maupun penderita. Penderita dengan
keluhan-keluhan yang tidak jelas yang menolak penjelasan bahwa keluhan
tersebut merupakan pewujudan dari penyakit somatic (jasmani) dan mereka yang
secara simplistic bisa dikatakan menderita neurosis seharusnya dicurigai
menderita depresi.

Depresi merupakan suatu penyakit yang heterogen yang telah digolongkan


dan diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Depresi mayor dan distimia
merupakan sindroma depresi murni, dimana gangguan bipolar dan gangguan
siklotimik menandakan depresi yang diasosiasikan dengan mania.

Sebuah usaha intensif untuk memformulasikan panduan untuk mengatasi


depresi dilakukan dengan publikasi antar disiplin pada Depression Guideline
Panel (1993) dan sekarang diperbarui dalam farmakoterapi yang baru (Mulrow et
al, 1999). Pengobatan farmakologis dianjurkan, meskipun diketahui terdapat
masih ada peranan terapi elektrokonvulsi untuk delusi atau bentuk-bentuk depresi
yang berat yang mengancam hidup. Selain penelitian intensif, mekanisme kerja
berbagai pengobatan farmakologis masih belum dimengerti, meskipun
kebanyakan dari pengobatan tersebut dipercaya memiliki pengaruh pada dua
neurotransmitter monoamine: serotonin dan noreepinefrin.

B. Tujuan

Halaman | 4
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang depresi dan
mekanisme serta efek farmakologisnya di dalam tubuh.

BAB II

Halaman | 5
TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

Patogenesis Depresi Mayor : Hipotesis Amine

Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan


serotonin (5-HT). Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan
oleh rendahnya kadar NE otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Pada
beberapa pasien kadar MHPG (metabolit utama NE rendah). Hipotesis indolamin
menyatakan bahwa rendahnya neurotransmiter serotonin (5-HT) otak
menyebabkan depresi dan peningkatan serotonin (5-HT) dapat menyebabkan
mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa penurunan NE menimbulkan depresi dan
peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-HT rendah.

Mekanisme kerja obat antidepresan mendukung teori ini – antidepresan


klasik trisiklik memblok ambilan kembali (reuptake) NE dan 5-HT dan
menghambat momoamin oksidase inhibitor mengoksidasi NE. Ini didukung oleh
bukti-bukti klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian
obat-obat golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik
yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian obat MAOI
(Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme neurotransmiter
oleh enzim monoamin oksidase.

Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang


menyebutkan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas
neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau
kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan
gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai gangguan
pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini
dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin
Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan

Halaman | 6
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat
dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki
gejala-gejala depresi.

Penelitian terbaru menyatakan bahwa mungkin terdapat hipometabolisme


otak di lobus frontalis menyeluruh pada depresi atau beberapa abnormalitas
fundamental ritmik sirkadian pada pasien-pasien depresi.

Farmakologi Klinik Antidepresan

Halaman | 7
Indikasi Klinis

1. Depresi

Indikasi ini telah diketahui secara luas, meskipun bukti-bukti studi klinis
menyarankan agar obat-obatan digunakan secara spesifik hanya pada
episode depresi mayor.

2. Gangguan Panik

Imipramine pertama kali pada tahun 1962 diketahui berdampak pada


episode akut kecemasan yang kemudian dikenal sebagai serangan panic.
Dalam banyak hal, benzodiazepine lebih dianjurkan karena efek klinisnya
lebih cepat dan diterima dengan baik.

3. Gangguan Obsesif-Kompulsif

SSRI terbukti sangat efektif untuk menyembuhkan penyakit ini.

4. Enuresis

Enuresis merupakan indikasi trisiklik. Bukti kemanjuran untuk indikasi ini


sangat banyak, tetapi terapi obat bukanlah pendekatan yang diinginkan.

5. Nyeri Kronis

Trisiklik sangat berguna dalam terapi nyeri kronis yang seringkali tidak
jelas apakah keadaan sakit yang sedemikian rupa ini merupakan tanda-
tanda depresi ataukah pasien tersebut mengalami depresi setelah muncul
rasa nyeri pada dirinya.

6. Indikasi lain

Bulimia (Fluoxetine), gangguan kurang perhatian (imipramine,


desipramine), fobia social (SSRI), dan gangguan kecemasan umum (SSRI
dan MOAI).

Pemilihan Obat

Halaman | 8
Obat antidepresan kemungkinan merupakan obat yang paling sesuai bagi
pasien yang memiliki karakteristik vegetative yang jelas, termasuk retardasi
psikomotor, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan penurunan berat badan
serta penurunan libido.

Trisiklik dan agen-agen generasi kedua dan ketiga yang lain sangat
berbeda dalam tingkatan efek sedasi (yang tertinggi adalah amitriptyline,
doxepine, trazodone, dan mirtazapine; yang terendah protriptyline) dan efek
antimuskarinik yang dihasilkan (yang tertinggi adalah amitriptyline dan
doxepine). SSRI pada umumnya tidak memiliki efek sedative dan terhitung kecil
kemungkinannya untuk disalahgunakan hingga overdosis.

Inhibitor MAO membantu pasien yang dideskripsikan sebagai depresi


atipikal dalam membantu identifikasi diri. Pasien depresi yang menunjukkan
kecemasan, tanda-tanda fobia, dan hipokondriasis adalah salah satu dari mereka
yang menunjukkan respon baik tehadap jenis obat ini.

Beberapa dokter menggunakan lithium, sebuah agen antimanik, sebagai


terapi primer bagi depresi. Bagaimanapun sebagian doktertelah menemukan
bahwa kombinasi lithium dengan antidepresan memberikan hasil yang lebih baik
dari pemberian antidepresan saja. Penggunaan potensial lithium adalah untuk
mencegah pasien mengalami depresi lagi.

Dosis

Halaman | 9
Efek yang Tidak Diinginkan

Halaman | 10
B. Antidepresan

Halaman | 11
Antidepresan Trisiklik

Sejenis obat yang digunakan sebagai antidepresan sejak tahun 1950an.


Antidepresan trisiklik yang pertama ditemukan adalah impramine. Adapun jenis
trisiklik yang lain seperti amitriptiline, imipramine, trimipramine dan dispramine,
dengan dosis 150 –300 mg/hari. Amoxapine dan trazodone dosis efektif secara
klinis : 150 – 600 mg/hari.

Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin


atom. Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan sedasi dan efek samping
antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine,
hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan fotosensitivitas.
Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa terjadi serta
dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik
termasuk kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi, delirium, kejang, depresi
pernafasan, takikardia, bradikardia, dan koma.. Khususnya pada penderita yang
lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu
berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah, dan koma. Golongan antidepresan
sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang mempunyai masalah detak jantung.
Pada pria dapat mengalami kesulitan untuk dan mempertahankan ereksi, atau
gagal ejakulasi.

TCAS atau trisikilk mempunyai efek samping dan kardiologik yang besar.
Oleh karena itu sebaiknya di berikan pada pasien usia muda yang lebih dapat
mentolerir efek samping tersebut. Sampai sekarang golongan ini masih banyak
dipakai psikiater untuk mengatasi depresi yang disertai agitasi.

Kontraindikasi pemberian obat golongan antidepresan ini adalah pasien


yang mempunyai penyakit jantung koroner, Glaucoma, retensi urin, hipertensi
prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy.
Mekanisme kerja golongan Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari
noradrenalin dan serotonin yang menuju neuron presinaps.

Halaman | 12
Dibawah ini merupakan salah satu contoh kerja obat trisiklik yaitu
Imipramin

Imipramin

Imipramin adalah antidepresan dari golongan trisiksik pertama yang


dikembangkan pada tahun 1950 dan mulai tahun 1957 secara klinik mulai
digunakan dalam terapi. Merupakan suatu senyawa derivat dari dibenzazepin yang
karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Bersama
Amitriptilin obat ini obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi dan
dianggap sebagai pengganti penghambat MAO (Monoamin Oksidase) yang tidak
banyak digunakan lagi. Obat ini telah dibuktikan dapat mengurangi keadaan
depresi, terutama depresi endogenik dan psikogenik. Perbaikan berwujud sebagai
perbaikan suasana (mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental,
perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran
morbid. Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang normal.

Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat


monoamin oksidase dan menimbulkan efek samping yang lebih rendah. Efek
samping tersebut antara lain adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi,
takikardia dan hipotensi.

Halaman | 13
Berdasarkan struktur kimia di atas, Imipramin kemudian ditemukan
derivat desmetil yaitu desipramin (demetilasi imipramin). Imipramin merupakan
senyawa prodrug yang di dalam tubuh akan dimetabolisme di hati secara cepat
(N-demetilasi) menjadi bentuk senyawa aktif desipramin. Potensi relatif dari
metabolit desipramin jauh lebih besar dibandingkan dengan imipramin sendiri.

Hubungan Struktur dan Aktivitas Imipramin

Modifikasi pada sejumlah sistem cincin trisiklik dari golongan


antidepresan trisiklin ini seperti pada cincin dibenzazepin, dibenzasiklohepten
danfenotiazin dapat menimbulkan efek antidepresi yang berbeda.

a. Modifikasi pada rantai samping

Senyawa menunjukkan aktivitas yang tinggi bila jumlah atom C pada


rantai samping adalah 2 atau 3 (etilamin atau propilamin). Bila jumlah atom C
= 1 atau lebih besar dari 3 dan adanya percabangan pada rantai samping akan
menyebabkan senyawa menjadi tidak aktif. Gugus amin pada rantai samping
biasanya amin sekunder, tidak amin tertier seperti pada psikotik. Senyawa
akan aktif bila atom N tidak tersubstitusi atau tersubstitusi dengan gugus
metil. Substitusi dengan gugus etil atau gugus alkil yang lebih tinggi akan

Halaman | 14
menurunkan aktivitas secara drastis dan menimbulkan toksisitas. Jumlah atom
C makin besar maka toksisitasnya semakin besar pula.

b. Modifikasi pada cincin trisiklik

Adanya substituen 3-Cl, 10-metil dan 10,11-dimetil dapat meningkatkan


aktivitas.

Jembatan pada posisi 10, 11-dimetil dapat terbentuk dari –CH2-CH2-


(dihidrodibenzazepin, misalnya desipramin), -CH=CH- (dibenzazepin) atau -
S- (fenotiazin, misalnya desmetilpromazin) dan ketiganya aktif sebagai
antidepresi.

Hilangnya jembatan 10, 11 (difenilamin) juga tidak menghilangkan


aktivitas antidepresi. Diduga bahwa jembatan pada posisi 10,11 tidak penting
untuk aktivitas antidepresi.

Atom N cincin pada desiparamin dapat diganti dengan atom C


(nortriptilin) dan tetap aktif sebagai antidepresi. Penghilangan salah satu
cincin benzene akan menghilangkan aktivitas antidepresi. Dari 20 turunan
fenotiazin, setelah dilakukan uji hanya desmetilpromazin dan
desmetiltriflupromazin yang aktif sebagai antidepresi.

Farmakodinamika Imipramin

Mekanisme kerja Imipramin sebagai antidepresan belum sepenuhnya


diketahui. Namun kemungkinannya Imipramin bekerja dengan cara menghambat
ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin dan serotonin
di ujung saraf pada sistem saraf pusat. Berdasarkan struktur kimianya, obat
antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan potensi dan
selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Amin sekunder
yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat
ambilan kembali serotonin pada sinap neuron.

Halaman | 15
Halaman | 16
Farmakokinetika Imipramin

Imipramin diabsorpsi secara cepat di saluran cerna walau tidak sempurna


(50%). Kadar plasma puncak terjadi pada 0,5 – 1 jam setelah pemberian per oral.
Dengan waktu paruh 16 jam. Pemberian dosis adalah 100 – 200 mg/hari.

Metabolisme Imipramin

Imipramin dimetabolisme di mikrosom hati menjadi metabolit N-desmetil-


imipramin (84%), 2-hidroksiimipramin (10%), dan 10-hidroksiimipramin (6%).
Laju demetilasi dari imipramin berhubungan dengan sitokrom P-450 1A2 and
3A4 sedangkan laju hidroksilasi berbuhungan dengan sitokrom P-450 2D6 [8] dan
sitokrom P-450 1A4.

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada Fase I metabolisme,
imipramin akan dimetabolisme menjadi desipramin melalui proses N-demetilasi
yang diperantarai oleh enzim sitokrom P-450 1A2 dan 3A4 menjadi bentuk
metabolit aktif desipramin.

Proses metabolisme selanjutnya dari imipramin melalui hidroksilasi oleh


enzim sitokrom P-450 1A4 menghasilkan 2-hidroksiimipramin yang akan
dilanjutkan menjadi 2-hidroksidesipramin.

Halaman | 17
Selanjutnya 2-hidroksiimipramin dan 2-hidroksidesipramin akan melalui
metabolisme fase II yaitu dengan berkonjugasi dengan glukoronat membentuk
konjugat glukoronat melalui ikatan pada gugus hikroksi. Metabolit yang polar
tersebut kemudian dieksresi dari tubuh.

Selective serotonin reuptake inhibitors

Inhibitor ambilan kembali serotonin selektif (Selective serotonin reuptake


inhibitors/SSRI) merupakan grup kimia antidepresan baru yang khas, hanya menghambat
ambilan serotonin secara spesifik. SSRI memiliki efek antikolinergik lebih kecil dan
kordiotoksisitas lebih rendah. Golongan obat ini kurang memperlihatkan pengaruh
terhadap system kolinergik, adrenergik atau histaminergik, sehingga efek sampingnya
lebiih ringan. Toleransi lebih banyak terjadi dengan obat antidepresi baru.

Masa kerjanya panjang antara 15-24 jam, fluksetin paling panjang 24-96 jam.
Paroksetin dan fluoksetin dapat meningkatkan kadar antidepresi triksiklik berdasarkan
hambatan enzim CYP. Obat yang termasuk golongan ini adalah:

 Fluoksetin  Trazodon
 Paroksetin  Venlafaksin
 Sertalin  Nefazodon
 Fluvoksamin
 S-sitalopramin

Interaksi farmakodinamika yang berbahaya akan terjadi bila SSRI


dikombinasikan dengan MAO inhibitor, yaitu akan terjadi peningkatan efek serotonin
secara berlebihan yang disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kekakuan
otot, kejang, kolaps kardiovaskuler dan gangguan perilaku serta gangguan tanda vital.

Halaman | 18
1. FLUOKSETIN

 Efek : Fluoksetin merupakan contoh antidepresan yang selektif menghambat


ambilan serotonin. Obat ini sama manfaatnya dengan antidepresan triksiklik
dalam pengobatan depresi mayor. Obat ini bebas dari efek samping antidepresan
triksiklik, terutama antikolinergik, hipotensi ortostatik dan peningkatana berat
badan.

 Penggunaan dalam terapi : indikasi utama fluoksetin, yang lebih unggul daripada
antidepresan triksiklik, adalah depresi. digunakan pula untuk mengobati bulimia
nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai indikasi lain, termasuk
anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik dan sindrom
premenstrual.

 Dosis : Dosis diberikan secara oral. Dosis awal dewasa 20mg/hari diberikan
setiap pagi, bila tidak diperoleh efek terapi setelah beberapa minggu, dosis dapat
ditingkatkan 20mg/hari hingga 30mg/hari.

 Farmakokinetik : Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai campuran R dan


enantiomer S yang lebih aktif. Kedua senyawa mengalami demetilasi menjadi
metabolit aktif, norfluoksetin. Fluoksetin dan norfluoksetin dikeluarkan secara
lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1 sampai 10 hari untuk senyawa asli dan
3-30 hari untuk metabolit aktif. Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk

Halaman | 19
isoenzim sitokrom P-450 hati yang berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan
triksiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat antiaritmia dan antagonis -
adrenergik.

 Efek samping : efek sampin seperti gangguan fungsi seksual (hilangnya libido,
ejakulasi terlambat dan anorgasme), mual, ansietas, insomnia, anoreksia, berat
badan berkurang dan tremor.

2. PAROKSETIN

Dimetabolisme oleh CYP 2D6, masa paruh 22 jam. Obat ini dapat meningkatkan
kadar klozapin, teofilin dan warfarin. Iritabilitas terjadi pada penghentian obat secara
mendadak.

3. SETRALIN

Suatu SSRI serupa fluoksetin, tetapi bersifat lebih selektif terhadap SERT
(transporter serotonin) dan kurang selektif terhadap DAT (transporter dopamine).
sama dengan fluoksetin dapat meningkatkan kadar benzodiasepin, klozapin dan
warfarin.

4. FLUVOKSAMIN
Efek sedasi dan efek muskariniknya kurang dari fluoksetin. Obat ini cenderung
meningkatkan metabolit oksidatif benzodiazepin, klozapin, teofilin, dan warfarin,
karena menghambat CYP 1A2, CYP 2C19 dan CYP 3A3/4.

5. R-S-SITALOPRAM dan S-SITALOPRAM

Selektivitasnya terhadap SERT paling tinggi. Tidak jelas apakah berarti secara
klinis. Metabolismenya oleh CYP 3A4 dan CYP 2C19 meningkatkan interaksinya
dengan obat lain.

6. TRAZODON

Trazodon menghambat ambilan serotonin di saraf, ambilan norepinefrin dan


dopamine tidak dipengaruhi. Trazodon berguna bagi pasien depresi disertai ansietas.
Obat ini menimbulkan hipotensi otrostatik, namun biasanya hilang dalam 4-6 jam.

Halaman | 20
 Interaksi obat : Trazodon mengantagonis efek hipotensif klonidin dan
metildopa dan menaikkan kada plasma fenitoin dan digoksin. Berhubung
efek sedatifnya harus digunakan hati-hati bersama dengan depresi SSP yang
lain, termasuk alcohol.

Pada pemberian oral, diabsorpsinya secara cepat,biovabilitasnya sempurna,


waktu pencapaian kadar puncak plasma pada keadaan puasa, kira-kira 1,5
jam (0,5-2 jam). Pada yang tidak puasa kira-kira 2,5 jam. Dianjurkan
pemberian setelah makan untuk mengurangi rasa ngantuk.

 Dosis : dosis oral bagi pasien dewasa di RS 150mg/hari dalam dosis terbagi,
dinaikkan 50 mg/hari tiap 3-4 hari. Bagi yang depresi berat 400-600 mg/hari.
Dosis oral untuk dewasa rawat jalan 150mg/hari dalam dosis terbagi.
Diberikan mala hari, dapat dinaikkan 50 mg/hari setiap minggu hingga
terlihat perbaikan klinik. Pasien tua dan anak-anak, dosis awal 25-50mg/hari,
dinaikkan hingga 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi begantung terhadap
responsnya.

 Efek samping : menyebabkan efek antikolinergik dan gastrointestinal yang


minimal. Sedasi, mual, muntah, mulut kering, pusing dan hipotensi ortostatik.

7. VENLAFAKSIN

Venlafaksin dan metabolit aktifnya O-desmetilvenlafaksin bekerja sebagai


antidepresi dengan menghambat ambilan kembali serotonin dan norepinefrin. Obat
ini diindikasikan untuk depresi, depresi yeng berhubungan dengan sindrom ansietas.
Selain itu obat ini juga efektif untuk gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress
pasca trauma, gangguan panik. Efek samping adalah mual, muntah, pusing,
somnolen, insomnia, dan peningkatan tekanan darah. Seperti efek antidepresi yang
mempengaruhi serotonin, obat ini juga menimbulkan penurunan libido.

Penyekat Monoamin Oksidase

Monoamine Oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria yang


ditemukan dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam
neuron, MAO berfungsi sebagai “katup penyelamat” memberikan deaminasi
oksidatif dan mengnonaktifkan setiap molekul neurotransmitter (NE, dopamin,

Halaman | 21
dan serotonin) yang berlebih dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika neuron
istirahat. Inhibitor MAO dapat mengnonkatifkan enzim secara irreversibel atau
reversibel sehingga molekul neurotransmitter tidak mengalami degradasi dan
karena keduanya menumpuk dalam neuron presinaptik. Hal ini menyebabkan
aktivitas reseptor nerepineprin dan serotonin, dan menyebabkan aktivasi anti-
depresi obat. Tiga inhibitor MAO yang ada untuk pengobatan depresi sekarang:
fenelzin, isokarboksazid dan tranilsipromin;tidak satupun obat sebagai prototip.
Penggunaan inhibitor sekarang terbatas karena pembatasan diet yang dibutuhkan
pasien pengguna inhibitor MAO

Cara Kerja

Sebagian besar ihibitor MAO, seperti Isokarboksazid membentuk senyawa


kompleks yang stabil dengan enzim, menyebabkan inaktivasi yang irreversibel.
Ini mengakibatkan peningkatan depot NE, serotonin dan dopamin dalam neuron
dan difusi selanjutnya sebagai neurotransmitter yang berlebih ke dalam ruang
sinaptik. Obat ini menghambat bukan hanya MAO dalam obat, tetapi oksidase
yang mengkatalisis deaminasi oksidatif obat dan substansi yang mungkin toksik
seperti tiramin yang ditemukan pada makanan trtentu. Karena itu, inhibitor MAO
banyak berinteraksi dengan obat ataupun obat-makanan.

Kerja

Meskipun MAO dihambat setlah beberapa hari pengobatan, kerja antidepresan


MAO inhibitor seperti TCA terlambat beberapa minggu. Fenelzin dan
tranilsipromin mempunyai efek stimulan ringan seperti amfetamin.

Penggunaan dalam Terapi

MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi
denagn antidepresan trisiklik atau yang menderita ansietas hebat. Pasien denagn
aktivitas psikomotor lemah dapat memperoleh keuntungan dari sifat stimulasi
MAOI ini. Obat ini juga digunakan dalam pengobatan fobia. Demikian pula

Halaman | 22
subkategori depresi yang disebut depresi atipikal. Depresi atipikal ditandai dengan
pikiran yang labil, menolak kebenaran dan gangguan nafsu makan.

Farmakokinetik

Obat-obat in mudah diabsorbsi pada pemberian oral tetapi efek


antidepresan memerlukan 2-4 minggu pengobatan. Regenerasi enzim jika
dinonaktifkan secara irreversibel, berbeda tetapi biasanya terjadi beberapa minggu
setelah penghentian pengobatan. Dengan demikian jika merubah obat
antidepresan , mesti disediakan waktu minimum 2 minggu setelah penghentian
terapi MAOI. Obat ini dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat dalam urin.

Efek samping

Efek samping yang hebat dan sering tidak diramalkan membatasi


penggunaan MAOI. Misalnya tiramin terdapat pada makanan tertentu seperti keju
tua, hati ayam, bir dan anggur merah biasanya diinaktifkan oleh MAO dalam
usus. Orang-orang yang menerima MAOI tidak dapat mengurai tiramin yang
diperoleh dalam makanan ini. Tiramin menyebabkan lepasnya katekolamin dalam
jumlah besar, yang tersimpan di ujung terminal saraf, sehingga terjadi sakit
kepala, takikardia, mual, hipertensi, arotmia jantung dan stroke. Karena itu, pasien
harus diberitahu menghindarkan makanan yang mengandung tiramin. Fentolamin
atau prazosin berguna dalam pengobatan denga MAOI dapat berbahaya terutama
pasien depresi berat dengan tendensi bunuh diri. Ada kemungkinan pasien
tersebut mengandung tiramin secara tidak sengaja. Efek samping lain dalam
pengobatan MAOI termasuk mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur,
mulut kering, disuria dan konstipasi. MAOI dan SSRI janga diberikan bersamaan
karena bahaya “sindrom serotonin” yang dapat mematikan. Kedua obat
memerlukan pencucian 6 minggu sebelum memberikan yang lain

Halaman | 23
Halaman | 24
BAB III
STUDI KASUS

Laki-laki usia 45 tahun mengalami diabetes mellitus 3 tahun lalu. Setelah


mendapatkan terapi metformin 2x1 namun kurang patuh minum obat. Ia
mengalami keluhan susah memberikah nafkah lahir untuk istrinya. Suatu saat ia
melihat istrinya pacaran dengan teman kantornya. Dan akhirnya ia merasa sedih,
putus haraan dan tidak percaya diri. Ia mencoba memeriksakan diri ke dokter dan
dokter meresepkan mirtazapine dan fluoxetine.

Pharmaceutical Care Plan

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Seorang Laki – laki :- BB : - TB: -
Usia : 45 Th
Tanggal MRS :
Tanggal KRS :-
Diagnosis : Antidepresi

1. Subjektif :
 Mengalami diabetes mellitus 3 tahun.

2. Objectif :
-
3. Assesment ;
Dokter meresepkan mirtazapine dan fluoxetine.
4. Plan :
 Terapi Dilanjutkan
a. Tujuan Terapi :
 Mirtazapine adalah obat yang digunakan untuk mengobati
depresi, terutama gangguan depresi mayor. Obat ini dapat memperbaiki

Halaman | 25
suasana hati pada depresi sehingga penderita dapat beraktivitas dengan
optimal
 Fluoxetine adalah obat untuk mengatasi depresi, gangguan obsesif
kompulsif (OCD), gangguan disforik pramenstruasi, bulimia, atau
serangan panik.
b. Sudah sesuai
c. Terapi Non-Farmakologi :
 Melakukan Rutinitas
 Melakukan Olahraga
 Makan yang sehat
 Tidur yang cukup
 Menganmbil tanggung jawab
 Membentuk pikiran yang positif .
d. KIE
1. Mirtazapine
 Dosis awal: 15 mg, 1 kali sehari sebelum tidur. Dosis dapat
ditingkatkan tiap 1–2 minggu sesuai dengan respons pasien.
 Dosis perawatan: 15–45 mg, 1 kali sehari.
 Dosis maksimal: 45 mg per hari.
2. Fluoxetine
 Dewasa: Dosis awal 20 mg sekali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap hingga maksimal 80 mg
per hari.
 Anak usia ≥8 tahun: Dosis awal 10 mg per hari. Dosis
dapat ditingkatkan menjadi 20 mg per hari setelah 1–2
minggu.

Halaman | 26
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Hipotesis amin didasarkan pada studi mekanisme kerja berbagai jenis


antidepresan. Trisiklik menghambat pompa reuptake amin (neuroepinefrin atau
serotonin), yaitu “off switches” neurotransmitter amin. Dengan demikian member
kemungkinan pada neurotransmitter lebih lama berada pada reseptor. MAO
menutup jalan degradasi utama untuk neurotransmitter amin, sehingga amin dapat
lebih banyak menumpuk pada simpanan presinaptik dan bertambah pula untuk
dilepaskan. Simpatomimetik serupa amfetamin juga menghambat pompa amin
tetapi diperkirakan bekerja terutama dalam peningkatan lepasnya neurotransmitter
katekolamin. Ketiga jenis antidepresan obat – obat di atas dapat memperbaiki
defisiensi neurotransmitter amin dengan mekanisme yang berbeda.

B. Saran

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari


segi diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2007,
dan dari berbagai pihak termasuk kakak tingkat di FK UNMUL ini.

Halaman | 27
DAFTAR PUSTAKA

Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta, hal.
354-356

Katzung, BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8. EGC : Jakarta

BASIC AND CLINICAL PHARMACOLOGY, 9th Edition, Mc Graw Hill

Mycek, MJ dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta

Halaman | 28

Anda mungkin juga menyukai