STUDI KASUS
Antidepresan
Dosen Pengampus : Ibu Apt. Sitti Lutviana, S.Farm
KATA PENGANTAR
Halaman | 1
Puji dan syukur kami panjatkan hanya kepada Allah Subhanallohu wa
Ta’ala karena atas taufik dan hidayah-Nya lah makalah antidepresan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisi pembahasan pengaruh obat
antidepresan secara farmakologis.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Lukas Laetemia, M. Kes. selaku pembimbing praktikum yang
telah membimbing kami dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
2. Teman-teman kelompok IV yang telah mencurahkan pikiran dan
tenaganya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Teman-teman Fakultas Kedokteran Umum Universitas
Mulawarman angkatan 2007 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran baik dalam pembuatan laporan hasil praktikum ini
maupun dalam kegiatan perkuliahan PBL lainnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman | 2
HALAMAN JUDUL......................................................................................1
KATA PENGANTAR……………………………………….………….…......2
DAFTAR ISI….…………………………………………….….…………........3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….…....4
B. Tujuan..………………………………………………….………...…....5
BAB II
PEMBAHASAN……...……………………………………………..................6
BAB III
DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………...…………….27
BAB I
Halaman | 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang paling umum.
Sekitar 5-6% dari populasi memiliki kemungkinan mengalami depresi (prevalensi
sesaat), dan diperkirakan sekitar 10% dari masyarakat dapat mengalami depresi
selama hidupnya (prevalensi selama hidup). Gejala-gejala depresi seringkali tidak
jelas dan tidak disadari baik oleh dokter maupun penderita. Penderita dengan
keluhan-keluhan yang tidak jelas yang menolak penjelasan bahwa keluhan
tersebut merupakan pewujudan dari penyakit somatic (jasmani) dan mereka yang
secara simplistic bisa dikatakan menderita neurosis seharusnya dicurigai
menderita depresi.
B. Tujuan
Halaman | 4
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang depresi dan
mekanisme serta efek farmakologisnya di dalam tubuh.
BAB II
Halaman | 5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi
Halaman | 6
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat
dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki
gejala-gejala depresi.
Halaman | 7
Indikasi Klinis
1. Depresi
Indikasi ini telah diketahui secara luas, meskipun bukti-bukti studi klinis
menyarankan agar obat-obatan digunakan secara spesifik hanya pada
episode depresi mayor.
2. Gangguan Panik
3. Gangguan Obsesif-Kompulsif
4. Enuresis
5. Nyeri Kronis
Trisiklik sangat berguna dalam terapi nyeri kronis yang seringkali tidak
jelas apakah keadaan sakit yang sedemikian rupa ini merupakan tanda-
tanda depresi ataukah pasien tersebut mengalami depresi setelah muncul
rasa nyeri pada dirinya.
6. Indikasi lain
Pemilihan Obat
Halaman | 8
Obat antidepresan kemungkinan merupakan obat yang paling sesuai bagi
pasien yang memiliki karakteristik vegetative yang jelas, termasuk retardasi
psikomotor, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan penurunan berat badan
serta penurunan libido.
Trisiklik dan agen-agen generasi kedua dan ketiga yang lain sangat
berbeda dalam tingkatan efek sedasi (yang tertinggi adalah amitriptyline,
doxepine, trazodone, dan mirtazapine; yang terendah protriptyline) dan efek
antimuskarinik yang dihasilkan (yang tertinggi adalah amitriptyline dan
doxepine). SSRI pada umumnya tidak memiliki efek sedative dan terhitung kecil
kemungkinannya untuk disalahgunakan hingga overdosis.
Dosis
Halaman | 9
Efek yang Tidak Diinginkan
Halaman | 10
B. Antidepresan
Halaman | 11
Antidepresan Trisiklik
TCAS atau trisikilk mempunyai efek samping dan kardiologik yang besar.
Oleh karena itu sebaiknya di berikan pada pasien usia muda yang lebih dapat
mentolerir efek samping tersebut. Sampai sekarang golongan ini masih banyak
dipakai psikiater untuk mengatasi depresi yang disertai agitasi.
Halaman | 12
Dibawah ini merupakan salah satu contoh kerja obat trisiklik yaitu
Imipramin
Imipramin
Halaman | 13
Berdasarkan struktur kimia di atas, Imipramin kemudian ditemukan
derivat desmetil yaitu desipramin (demetilasi imipramin). Imipramin merupakan
senyawa prodrug yang di dalam tubuh akan dimetabolisme di hati secara cepat
(N-demetilasi) menjadi bentuk senyawa aktif desipramin. Potensi relatif dari
metabolit desipramin jauh lebih besar dibandingkan dengan imipramin sendiri.
Halaman | 14
menurunkan aktivitas secara drastis dan menimbulkan toksisitas. Jumlah atom
C makin besar maka toksisitasnya semakin besar pula.
Farmakodinamika Imipramin
Halaman | 15
Halaman | 16
Farmakokinetika Imipramin
Metabolisme Imipramin
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada Fase I metabolisme,
imipramin akan dimetabolisme menjadi desipramin melalui proses N-demetilasi
yang diperantarai oleh enzim sitokrom P-450 1A2 dan 3A4 menjadi bentuk
metabolit aktif desipramin.
Halaman | 17
Selanjutnya 2-hidroksiimipramin dan 2-hidroksidesipramin akan melalui
metabolisme fase II yaitu dengan berkonjugasi dengan glukoronat membentuk
konjugat glukoronat melalui ikatan pada gugus hikroksi. Metabolit yang polar
tersebut kemudian dieksresi dari tubuh.
Masa kerjanya panjang antara 15-24 jam, fluksetin paling panjang 24-96 jam.
Paroksetin dan fluoksetin dapat meningkatkan kadar antidepresi triksiklik berdasarkan
hambatan enzim CYP. Obat yang termasuk golongan ini adalah:
Fluoksetin Trazodon
Paroksetin Venlafaksin
Sertalin Nefazodon
Fluvoksamin
S-sitalopramin
Halaman | 18
1. FLUOKSETIN
Penggunaan dalam terapi : indikasi utama fluoksetin, yang lebih unggul daripada
antidepresan triksiklik, adalah depresi. digunakan pula untuk mengobati bulimia
nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai indikasi lain, termasuk
anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik dan sindrom
premenstrual.
Dosis : Dosis diberikan secara oral. Dosis awal dewasa 20mg/hari diberikan
setiap pagi, bila tidak diperoleh efek terapi setelah beberapa minggu, dosis dapat
ditingkatkan 20mg/hari hingga 30mg/hari.
Halaman | 19
isoenzim sitokrom P-450 hati yang berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan
triksiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat antiaritmia dan antagonis -
adrenergik.
Efek samping : efek sampin seperti gangguan fungsi seksual (hilangnya libido,
ejakulasi terlambat dan anorgasme), mual, ansietas, insomnia, anoreksia, berat
badan berkurang dan tremor.
2. PAROKSETIN
Dimetabolisme oleh CYP 2D6, masa paruh 22 jam. Obat ini dapat meningkatkan
kadar klozapin, teofilin dan warfarin. Iritabilitas terjadi pada penghentian obat secara
mendadak.
3. SETRALIN
Suatu SSRI serupa fluoksetin, tetapi bersifat lebih selektif terhadap SERT
(transporter serotonin) dan kurang selektif terhadap DAT (transporter dopamine).
sama dengan fluoksetin dapat meningkatkan kadar benzodiasepin, klozapin dan
warfarin.
4. FLUVOKSAMIN
Efek sedasi dan efek muskariniknya kurang dari fluoksetin. Obat ini cenderung
meningkatkan metabolit oksidatif benzodiazepin, klozapin, teofilin, dan warfarin,
karena menghambat CYP 1A2, CYP 2C19 dan CYP 3A3/4.
Selektivitasnya terhadap SERT paling tinggi. Tidak jelas apakah berarti secara
klinis. Metabolismenya oleh CYP 3A4 dan CYP 2C19 meningkatkan interaksinya
dengan obat lain.
6. TRAZODON
Halaman | 20
Interaksi obat : Trazodon mengantagonis efek hipotensif klonidin dan
metildopa dan menaikkan kada plasma fenitoin dan digoksin. Berhubung
efek sedatifnya harus digunakan hati-hati bersama dengan depresi SSP yang
lain, termasuk alcohol.
Dosis : dosis oral bagi pasien dewasa di RS 150mg/hari dalam dosis terbagi,
dinaikkan 50 mg/hari tiap 3-4 hari. Bagi yang depresi berat 400-600 mg/hari.
Dosis oral untuk dewasa rawat jalan 150mg/hari dalam dosis terbagi.
Diberikan mala hari, dapat dinaikkan 50 mg/hari setiap minggu hingga
terlihat perbaikan klinik. Pasien tua dan anak-anak, dosis awal 25-50mg/hari,
dinaikkan hingga 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi begantung terhadap
responsnya.
7. VENLAFAKSIN
Halaman | 21
dan serotonin) yang berlebih dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika neuron
istirahat. Inhibitor MAO dapat mengnonkatifkan enzim secara irreversibel atau
reversibel sehingga molekul neurotransmitter tidak mengalami degradasi dan
karena keduanya menumpuk dalam neuron presinaptik. Hal ini menyebabkan
aktivitas reseptor nerepineprin dan serotonin, dan menyebabkan aktivasi anti-
depresi obat. Tiga inhibitor MAO yang ada untuk pengobatan depresi sekarang:
fenelzin, isokarboksazid dan tranilsipromin;tidak satupun obat sebagai prototip.
Penggunaan inhibitor sekarang terbatas karena pembatasan diet yang dibutuhkan
pasien pengguna inhibitor MAO
Cara Kerja
Kerja
MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi
denagn antidepresan trisiklik atau yang menderita ansietas hebat. Pasien denagn
aktivitas psikomotor lemah dapat memperoleh keuntungan dari sifat stimulasi
MAOI ini. Obat ini juga digunakan dalam pengobatan fobia. Demikian pula
Halaman | 22
subkategori depresi yang disebut depresi atipikal. Depresi atipikal ditandai dengan
pikiran yang labil, menolak kebenaran dan gangguan nafsu makan.
Farmakokinetik
Efek samping
Halaman | 23
Halaman | 24
BAB III
STUDI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Seorang Laki – laki :- BB : - TB: -
Usia : 45 Th
Tanggal MRS :
Tanggal KRS :-
Diagnosis : Antidepresi
1. Subjektif :
Mengalami diabetes mellitus 3 tahun.
2. Objectif :
-
3. Assesment ;
Dokter meresepkan mirtazapine dan fluoxetine.
4. Plan :
Terapi Dilanjutkan
a. Tujuan Terapi :
Mirtazapine adalah obat yang digunakan untuk mengobati
depresi, terutama gangguan depresi mayor. Obat ini dapat memperbaiki
Halaman | 25
suasana hati pada depresi sehingga penderita dapat beraktivitas dengan
optimal
Fluoxetine adalah obat untuk mengatasi depresi, gangguan obsesif
kompulsif (OCD), gangguan disforik pramenstruasi, bulimia, atau
serangan panik.
b. Sudah sesuai
c. Terapi Non-Farmakologi :
Melakukan Rutinitas
Melakukan Olahraga
Makan yang sehat
Tidur yang cukup
Menganmbil tanggung jawab
Membentuk pikiran yang positif .
d. KIE
1. Mirtazapine
Dosis awal: 15 mg, 1 kali sehari sebelum tidur. Dosis dapat
ditingkatkan tiap 1–2 minggu sesuai dengan respons pasien.
Dosis perawatan: 15–45 mg, 1 kali sehari.
Dosis maksimal: 45 mg per hari.
2. Fluoxetine
Dewasa: Dosis awal 20 mg sekali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap hingga maksimal 80 mg
per hari.
Anak usia ≥8 tahun: Dosis awal 10 mg per hari. Dosis
dapat ditingkatkan menjadi 20 mg per hari setelah 1–2
minggu.
Halaman | 26
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Halaman | 27
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta, hal.
354-356
Katzung, BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8. EGC : Jakarta
Halaman | 28