DISUSUN OLEH :
SR
RESIDEN PEMBIMBING :
SUPERVISOR :
1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama :
NIM :
Adalah benar telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan tugas referat i
ni dengan judul di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu K
edokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
2.1. Definisi.............................................................................................................6
2.2. Prevalensi.........................................................................................................6
2.3. Etiopatofisiologi..............................................................................................7
2.5. Diagnosis..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih dari 350 juta penduduk di seluruh dunia mengalami gangguan depresi
(WHO, 2012). Satu dari empat wanita dan satu dari dari enam pria mengalami depresi
selama hidup mereka, dan 65% memiliki episode berulang dari gangguan tersebut
sehingga depresi menjadi penyebab utama penyakit secara global. Lebih dari 350 juta
penduduk di seluruh dunia mengalami gangguan depresi (WHO, 2012). Satu dari
empat wanita dan satu dari dari enam pria mengalami depresi selama hidup mereka,
65% memiliki episode berulang dari gangguan tersebut, sehingga depresi menjadi
penyebab utama penyakit secara global.[3]
4
Terlepas dari alat perawatan yang efisien, hingga 50% individu dengan depresi
tidak menunjukkan gejala klinis yang mengalami pemulihan signifikan. Oleh
karena itu, sebagian besar beban disebabkan oleh depresi telah dikaitkan dengan
'resistensi pengobatan depresi. TRD kemungkinan besar terjadi dengan komorbiditas
fisik dan gangguan mental serta gangguan fungsional yang ditandai dan berlarut-
larut. Ini sangat berulang, dengan sebanyak 80% pasien yang membutuhkan banyak
perawatan kambuh dalam waktu satu tahun remisi dan kemungkinan pemulihan
sekitar 40% dalam 10 tahun. Seperti yang terjadi pada gangguan depresi lainnya, ada
pendekatan pengobatan yang berbeda untuk TRD. Protokol baru dan pengobatan
sumber daya telah dikembangkan untuk mengobati gangguan ini. Beberapa
contohnya adalah strategi kombinasi atau augmentasi.[2]
Maka dari itu, melalui referat ini kami akan menjelaskan tentang
Treatment Resistant Depression mulai dari definisi, prevalensi, etiol
ogi, gejala klinis, bahkan hingga pengobatan nya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2. PREVALENSI
Gangguan depresi merupakan gangguan kejiwaan yang paling sering terjadi dan
merupakan penyebab utama morbiditas serta menurunnya produktivitas. Sekitar 32
sampai 35 juta orang dewasa di Amerika Serikat pernah mengalami depresi selama
masa hidup mereka [1], dan banyak dari mereka mengalami kegagalan respon
terhadap pengobatan awal [2]. Hasil studi yang dilakukan oleh Fava dan Davidson
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 29% sampai 46% dari pasien depresi yang
6
mengalami kegagalan respon terhadap dosis dan durasi obat antidepresan yang
adekuat [3]. Bahkan sekitar 15% pasien mengalami kegagalan respon terhadap
pemberian multi terapi dan kondisi ini menciptakan beban ekonomi yang cukup berat
[4].
2.3. ETIOPATOGENESIS
- Lamanya episode: semakin lama episode depresi, semakin besar atrofi di daerah
otak tertentu (misalnya hippocampus), perubahan kognitif dan perilaku yang terjadi
selama episode depresi mempersulit kembali pada keadaan semula.
8
kecemasan menjadi prediktor rendahnya tingkat respon dan remisi, gangguan
kepribadian (terutama avoidant dan borderline) merupakan faktor prognosis negatif .
-Usia tua : Memiliki usia kurang dari 18 tahun saat onset penyakit telah dikaitkan
dengan munculnya depresi resisten terapi dikemudian hari, meskipun masih belum
jelas apakah ini hanya mencerminkan episode keparahan atau merupakan faktor
independen yang sebenarnya. Di sisi lain, usia lebih dari 60 tahun telah dikaitkan
dengan fitur yang dapat menyebabkan resisten pengobatan, termasuk adanya
perubahan morfologi otak (misalnya, pembuluh darah), dan kondisi medis penyerta.
- Jenis Kelamin : Dalam hal jenis kelamin, ada sedikit bukti yang mendukung
gagasan bahwa jenis kelamin perempuan adalah faktor risiko untuk depresi resisten
terapi, meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan, dibandingkan
dengan laki-laki, mungkin kurang responsif terhadap antidepresan trisiklik dan dapat
merespon secara baik untuk SSRI atau MAOIs.
Sejumlah kondisi yang mungkin penyebab relatif atau "pseudo" depresi resisten
terapi: o Dosis antidepresan subterapeutik (sekitar 20%)
o Salah diagnosis (10% sampai 15%) (seperti : penyakit tiroid, kekurangan gizi,
sleep apnea, "laten" bipolaritas).
9
2.4 GEJALA KLINIS
Depresi merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa sedih, kecewa saat
mengalami suatu perubahan, kehilangan maupun kegagalan dan menjadi patologis
ketika tidak mampu beradaptasi. Depresi merupakan suatu kedaan yang
mempengaruhi seseorang secara afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga
mengubah pola dan respon yang biasa dilakukan. Depresi merupakan suatu
keadaan abnormal yang menimpa seseorang yang diakibatkan ketidakmampuan
beradaptasi dengan suatu kondisi atau peristiwa yang terjadi sehingga
mempengaruhi kehidupan fisik, psikis maupun sosial seseorang.[2]
(1) depresi tidak menetap, dengan gejala merasa sedih, patah semangat, kecewa,
menangis, dan merasa lelah serta tak peduli;
(3) depresi sedang, gejala yang ditampilkan berupa: merasa pesimis, harga diri
rendah, perilaku menyakiti diri, tidak mampu merawat diri, sulit berkonsentrasi
dan nyeri abdominal; dan
(4) depresi berat, gejalanya bertambah dengan merasa putus asa total, tidak
berguna, afek datar, pergerakan tidak terarah, bingung, gangguan isi pikir,
halusinasi, dan berpikir untuk bunuh diri.
(1) merasa sedih dan kesepian; (2) kehilangan minat dan berkurangnya energi; (3)
gangguan tidur; (4) nafsu makan berkurang; (5) kecemasan; dan (6) gangguan
endokrin. Manifestasi depresi tersebut diatas bergantung pada jenis depresi yang
dialami, dan mengarah pada terjadinya gangguan secara psikologis maupun
fisiologis
11
Tanda dan gejala depresi meliputi; gangguan tidur, agitasi, retardasi, hilangnya
libido, dan gangguan makan yang diduga berasal dari pengaruh isi pikiran negatif
terkait diri sendiri, dunia dan masa depan. Studi yang dilakukan oleh Yamada,
menemukan bahwa caregiver yang mengalami depresi dan stress berat sering
mengkritik diri sendiri, menghindar dan menarik diri. Disamping itu, caregiver juga
mengalami gangguan tidur, kualitas hidup yang rendah dan harus menyiapkan diri
terhadap kemungkinan kematian pasien secara mendadak.[2]
Tanda dan gejala depresi pada caregiver pasien penyakit jantung bervariasi dari
gangguan secara fisik hingga psikis yang bersumber dari kondisi yang dialami oleh
pasien.
A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama selama 2
minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi dari sebelumnya; minimal terdapat 1
gejala dari (1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
1. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan oleh
baik laporan subyektif (misalnya perasaan sedih, kosong, tidak ada harapan)
atau observasi orang lain (misalnya terlihat menangis). (catatan pada anak-
anak dan remaja, bisa mood yang iritabel).
2. Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang, aktifitas
harian, hampir setiap hari (yang ditandai oleh perasaan subyektif atau
objektif).
3. Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha khusus
(contoh : perubahan 5% atau lebih berat badan dalam 1 bulan terakhir), atau
penurunan dan peningkatan nafsu makan yang hampir terjadi setiap hari.
12
(catatan : Pada anak-anak, perhatikan kegagalan mencapai berat badan yang
diharapkan).
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang
lain, bukan semata-mata perasaan gelisah atau perlambatan yang subyektif).
7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa bersifat
waham) hampir setiap hari (bukan semata-mata menyalahkan diri atau rasa
bersalah karena menderita sakit).
B. Gejala-gejala ini secara klinis nyata menyebabkan distress atau hendaya dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting kehidupannya.
C. Episodenya tidak terkait dengan efek fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.
- afek depresif
13
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
궥 Gejala lainnya :
f. tidur terganggu
궥 Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33,-).
Respon merupakan suatu konsep penting bagi dokter dan pasien yang dapat
digunakan untuk mendefinisikan “pengurangan gejala klinis yang bermakna yang
mengarah ke pemulihan fungsional”. Dalam sebuah penelitian, respon secara
konvensional adalah penurunan 50% atau lebih gejala dasar, yang diukur dengan
skala penilaian depresi seperti HAM-D atau MADRS. Ini berarti bahwa pasien yang
tidak mencapai penurunan 50% dianggap resistan pengobatan. Menurut American
Psychiatric Association respon didefinisikan sebagai penurunan 50% dari tingkat
keparahan depresi yang diukur selama ≥ 3 minggu.[2]
14
Berdasarkan gambaran klinis, depresi resisten terapi biasanya merujuk pada
sebuah respon inadekuat pada sedikitnya satu antidepresan dengan dosis dan durasi
yang adekuat. Gambaran ini mungkin termasuk keadaan klinis yang beranekaragam,
dari kegagalan pada satu jenis antidepresan hingga kegagalan multiple dengan gejala
depresi jangka panjang dan persisten meskipun pengobatan kompleks.[2]
2.5 DIAGNOSIS
Definisi lainnya memberikan hanya kriteria batasan waktu durasi pemberian obat
antidepresan dengan frekuensi diberikan secara terus menerus selama minimal 6
minggu. Definisi ini meskipun tidak menyentuh aspek jenis pilihan obat anti
depresan akan tetapi dapat untuk menjadi tolak ukur seorang psikiater dimana
seharusnya berhenti dan mulai mengevaluasi ulang pilihan terapinya [3].
Meskipun tidak ada konsensus pasti mengenai tingkat keparahan gejala untuk
memenuhi syarat adanya depresi yang resisten terhadap pengobatan, akan tetapi
beberapa ahli menyarankan untuk menjadikan skor Hamilton Depression Rating
Scale (HDRS) minimal 16 sampai 17 sebagai konfirmasi bahwa pasien mengalami
depresi yang resisten terhadap pengobatan [4].
Tahap 0 : tanpa percobaan pengobatan apapun, sampai saat ini dinilai tidak
adekuat
15
Tahap I : Tidak adanya perbaikan gejala setelah pen gobatan 1 jenis obat
antidepresan dengan dosis dan durasi yang adekuat.
Tahap II : Tidak adanya perbaikan gejala setelah pen gobatan 2 jenis obat
antidepresan dengan dosis dan durasi yang adekuat.
Tahap III : Resistensi tahap II ditambah tidak adanya per baikan setelah
pemberian TCA yang adekuat
Tahap IV : Resistensi tahap III ditambah tidak adanya per baikan pemberian
MAOI yang adekuat
Dalam model ini, pasien diklasifikasikan sesuai dengan jumlah dan kelompok
antidepresan yang tetap tidak menghasilkan perbaikan, dengan klasifikasi yang
berurutan dari yang lebih umum (SSRI dan TCA) ke terapi yang kurang umum
(MAOIs atau electroconvulsive therapy) [7]. Meskipun dalam model ini dosis dan
durasi tidak dijelaskan dengan rinci akan tetapi model ini paling banyak digunakan
dan model lainnya biasanya merupakan turunan dari model Thase and Rush.
2.6. TERAPI
Penderita gangguan depresi yang telah mendapatkan terapi psikiatri non
intervensi secara optimal dan telah mendapatkan terapi Electroconvulsive Therapy
(ECT) sebagai terapi paralel dan tetap tidak berhasil maka kondisi ini disebut sebagai
depresi yang resisten terhadap pengobatan, dalam kondisi ini dianjurkan untuk
melakukan intervensi neuromodulasi (meskipun ada beberapa ahli yang menyarankan
pada tahap 1 resistensi sudah dapat dilakukan neuromodulasi [11]. Pada beberapa
kasus penggunaan ECT masih memiliki stigma negatif dan dianggap menyebabkan
kemunduran kognitif [12].
16
Terapi psikiatri non intervensi yang optimal dimaksudkan meliputi pemberian
macam obat, dosis maupun durasi pemberiannya. Rangkaian terapi dengan obat anti
depresan ini disebut sebagai terapi psikiatri non intervensi. Dikatakan durasi yang
cukup untuk pemberian terapi antidepresan adalah empat sampai enam minggu.
Pilihan berikutnya adalah melakukan penggantian obat ke antidepresan dengan
mekanisme tindakan yang berbeda.
17
Stimulation (tDCS) dan Vagus Nerve Stimulation (VNS). Sedangkan Deep Brain
Stimulation (DBS) masih berada dalam tahap investigasi penelitian [16,17].
18
i PRD), pengobatan lini ketiga harus ditawarkan; pilihan pengobatan
untuk PRD termasuk memaksimalkan dosis, beralih ke kelas yang berbe
da, menambah atau menggabungkan modalitas pengobatan. Kombinasi at
au augmentasi rejimen pengobatan lini ketiga harus berbeda dengan
rejimen gagal yang digunakan pada pengobatan lini kedua. Berdasarkan
data klinis yang tersedia dan persetujuan FDA, panel menganggap b
ahwa esketamine, agen penambah, bisa menjadi pilihan lini ketiga yan
g potensial untuk pengobatan PRD.
BAB III
KESIMPULAN
Definisi depresi resisten terapi yang dapat diterima di seluruh dunia sampai saat
ini tidak ada. Telah diusulkan bahwa kegagalan mencapai remisi dengan uji dua atau
19
lebih antidepresan yang adekuat untuk mendefinisikan depresi resisten terapi. Depresi
resisten terapi dapat didefinisikan secara luas sebagai kegagalan keseluruhan untuk
respon pengobatan yang diketahui efektif untuk depresi mayor. Terdapat 5 model
tahapan telah diajukan, semuanya dimaksudkan untuk memperjelas konsep dari
depresi resisten terapi, yaitu Thase and Rush model, European Staging Model, Model
Tahapan Massachusetts General dan Maudsley staging model dan. Manajemen
farmakologis pada depresi resisten terapi meliputi penggantian antidepresan,
kombinasi antridepesan dan penggunaan terapi adjuvan dalam setiap terapi gangguan
depresi mayor.
DAFTAR PUSTAKA
20
[1] Lipsman N, Sanjar T, Downar J, Sidney H, Kennedy, Lozano A, et al. Review
[2] Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Koretz D, Merikangas KR, et al. The
2003;289(23):3095–105.
Psychiatry. 2007;52(1):46–54.
[5] Mrazek DA, Hornberger JC, Altar CA, Degtiar I. A Review of the Clinical,
[8] Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology. Fourth Edi. New York:
21
[9] Sharma M, Zibly Z, Deogaonkar M, Rezai A. Neuromodulation in psychiatry.
[11] Brunoni AR, Teng CT, Correa C, Imamura M, Brasil-neto JP, Boechat R, et al.
Nuropsiquaiatr. 2010;68(3):433–51.
[12] Blumberger DM, Mulsant BH. What Is the Role of Brain Stimulation Therapies
p.229-234
[15] Olchanski N, McInnis Myers M, Halseth M, Cyr PL, Bockstedt L, Goss TF, et
j.clinthera.2012.09.001
[16] Milev R V, Giacobbe P, Kennedy SH, Blumberger DM, Daskalakis ZJ, Downar
J, et al. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments (CANMAT) 2016
22
Clinical Guidelines for the Management of Adults with Major Depressive Disorder :
23