Disusun Oleh:
Baru Juanna Cynthia
XC064182032
Residen Pembimbing :
dr. A. Nursabhrina. J
Supervisor Pembimbing :
dr. A. Suheyra Syauki M.kes, Sp.KJ
Stambuk : XC064182032
Judul Laporan Kasus : EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan tugas referat dan laporan kasus
dengan judul di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat,
anugrah, dan karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan referat ini dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. A.
Suheyra Syauki M.kes, Sp.KJ dan dr. A. Nursabhrina. J selaku pembimbing di Ilmu
Saya menyadari bahwa penulisan referat saya masih kurang sempurna. Untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar
kedepannya saya dapat memperbaiki dan menyempurnakan tulisan saya. Saya berharap
agar referat yang saya tulis ini berguna bagi semua orang dan dapat digunakan sebaik-
baiknya sebagai sumber informasi. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................................i
Lembar Pengesahan.........................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iii
Daftar Isi...............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Definisi Antidepresan..............................................................................................2
2.2.Pemilihan Antidepresan..........................................................................................2
2.3 Mekanisme kerja antidepresan……………………………........................3
2.3.1. Antidepresan golongan SSRI....................................................................3
2.3.2. Antidepresan golongan trisiklik...............................................................6
2.3.3. Antidepresan golongan tetrasiklik...........................................................9
2.3.4. Antidepresan golongan MAOI..................................................................10
2.3.5. Antidepresan golongan SNRI...................................................................12
2.3.6. Antidepresan golongan atipikal................................................................14
BAB III KESIMPULAN................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17
LAPORAN KASUS..........................................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak
1
berdaya, serta bunuh diri. WHO (2012) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan
keempat penyakit paling sering di dunia. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk
Indonesia sebesar 1,7 per mil. Penderita gangguan jiwa berat paling banyak terdapat di
1
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi selatan, Bali, dan Jawa.
pengetahuan, peningkatan kepekaan terhadap penyakit, diagnosis depresi yang lebih baik,
dan berkurangnya stigma penyakit yang melekat. Dan dapat terjadi juga karena
diperkenalkan obat antidepresan baru yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
dan Serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI), yang lebih toleransi dan memiliki
indikasi yang luas dibandingkan obat antidepresan yang telah beredar sebelumnya yaitu
trisiklik (TCA). Dalam beberapa tahun terakhir secara global, pola pengunaan antidepresan
(TCA) dan Monoamine Oxidase Inhibitor (inhibitor MAO) secara perlahan mulai
2
reuptake inhibitor (SNRI), dan jenis antidepresan lainnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat minimal
(meningkatkan kepatuhan mium obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi medik),
spectrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat minimal, serta “lethal dose” yang
tinggi (>6000 mg) sehingga relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup (sekitar
3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang spektrum anti
depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spektrum antidepresi
yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan
adalah golongan MAOI. Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke
MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat guna mencegah timbulnya “serotonin
5
malignat syndrome”.
3
SSRI
7
Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Antidepressan Golongan SSRI
4
segera. Biasanya butuh waktu 2-4 minggu baru menunjukkan efek. Jika obat ini
tidak menunjukkan efek dalam waktu 6-8 minggu pengobatan, mungkin dosis
obatnya harus dinaikkan, atau mungkin obatnya sebaiknya disubstitusi dengan
obat antidepresan lain. Obat ini dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu
9
yang lama untuk mencegah kekambuhan.
Dosis lazim: 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 40 mg/hari
Kontra Indikasi: hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat,
penggunaan bersama MAO.
Interaksi Obat: MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti
depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma.
Perhatian: penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan
9
ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.
Sertralin
Dosis lazim: 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 150 mg/hr.
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap sertraline.
Interaksi Obat: MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian: pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui,
9
mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin.
Citalopram
Obat ini biasanya butuh waktu 2-4 minggu baru menunjukkan efek. Jika obat ini
tidak menunjukkan efek dalam waktu 6-8 minggu pengobatan, mungkin dosis
obatnya harus dinaikkan, atau mungkin obatnya sebaiknya disubstitusi dengan
obat antidepresan lain. Obat ini dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu
yang lama untuk mencegah kekambuhan. Nama dagang obat ini adalah cipram
9
dan tersedia dalam sediaan tablet 20 mg.
Dosis lazim: 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi: hipersensitif terhadap obat ini.
Interaksi Obat: MAO, sumatripan, simetidin.
5
9
Perhatian: kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri.
Fluvoxamine
Mekanisme kerja obat ini memungkinkan efek segera dalam terapi insomnia atau
cemas. Namun sebagai antidepresan, efeknya tidak segera. Biasanya butuh waktu
2-4 minggu baru menunjukkan efek. Jika obat ini tidak menunjukkan efek dalam
waktu 6-8 minggu pengobatan, mungkin dosis obatnya harus dinaikkan, atau
mungkin obatnya sebaiknya disubstitusi dengan obat antidepresan lain. Obat ini
dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu yang lama untuk mencegah
kekambuhan. Nama dagang obat ini adalah luvox dan tersedia dalam sediaan
9
tablet 50 mg.
Dosis lazim: 50 mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,
maksimum dosis 100 mg/hari.
Interaksi Obat: warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.
Perhatian: Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO,
insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan
9
laktasi.
6
7
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Antidepressan Golongan TCA
Dari gambar 2.2. dapat dilihat efek obat yang menghambat neuronal uptake of
noradrenaline dan menyebabkan aktifitas antikolinergik, menghambat neuronal
uptake dari 5HT, dan juga menghambat reseptor serotonergik, α-adrenergik,
histaminik, dan muskarinik. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
Antidepresan ini efeknya terlihat setelah tiga sampai empat minggu dari
7
pemberian obat.
b. Efek samping
Karena TCA menghambat neuron kolinergik pada sistem saraf, sehingga
menimbulkan efek samping antikolinergik, yaitu mulut dan kulit kering,
penglihatan kabur, konstipasi, dan susah buang air kecil. Pasien juga dapat
merasakan pusing. Pusing disebabkan oleh efek obat yang dapat menurunkan
tekanan darah sehingga menyebabkan hipotensi ortostatik. Kenaikan berat badan
juga merupakan masalah yang lain, terutama pada penggunaan Elavi
(amitriptylin), Pamelor (nortriptilin), dan sinequan (doxepin). Efek samping
laiannya adalah narrow-angle glaucoma, aritmia jantung. Pada pasien dengan
7
riwayat kejang maka TCA harus monitor karena antidepresan TCA dapat menjadi
pemicu terjadinya kejang. Secara umum, efek samping sedatif, otonomik,
kardiologik pada trisiklik relative besar sehingga sebaiknya diberikan pada pasien
4
usia muda yang lebih besar toleransi terhadap efek samping tersebut.
c. Cara pemberian
Pemberian TCA dimulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan dengan dosis
rendah yang ditingkatkan secara bertahap setelah 7-10 hari tidak reaksi. Bila
stelah 2 minggu masih tidak ada reaksi, dosis boleh ditingkatkan lagi. Pada usia
lanjut dan pasien dengan gagal ginjal dan hepar, berikan dalam dosis kecil dan
titrasi yang lebih bertahap untuk meminimalkan toksisitas. Penghentian obat
secara mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound pada efek samping
kolinergik, oleh karena itu turunkan dosis secara bertahap sebanyak 25-50 mg
4
setiap 3-7 hari.
d. Contoh obat golongan antidepresan trisiklik
Amitriptilin
Efektivitas obat ini dikenal mirip dengan imipramine, yaitu dapat menunjukkan
efek segera dalam terapi insomnia atau cemas. Namun sebagai antidepresan,
efeknya tidak segera. Biasanya butuh waktu 2-4 minggu baru menunjukkan efek.
Jika obat ini tidak menunjukkan efek dalam waktu 6-8 minggu pengobatan,
mungkin dosis obatnya harus dinaikkan, atau mungkin obatnya sebaiknya
disubstitusi dengan obat antidepresan lain. Obat ini dapat digunakan untuk
penggunaan dalam waktu yang lama untuk mencegah
9
kekambuhan. Dosis: 75 – 300 mg/hari
Kontra Indikasi: penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum
tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.
Interaksi Obat: bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama
depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate
8
mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif saluran
napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi.
Perhatian: ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,
9
glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi.
Tianeptine
Obat ini meskipun diklasifikasikan kedalam golongan trisiklik, namun secara
farmakologis sedikit berbeda. Obat ini memodulasi neurotransmisi glutamatergik
9
melalui potensiasi reseptor AMPA.
Dosis: 25 – 50 mg/hari
Kontra Indikasi: anak <15 tahun. Pemberian bersama MAOI.
Interaksi Obat: MAOI.
Perhatian: ibu hamil maupun laktasi. Pasien harus diawasi selama fase awal
pengobatan karena adanya risiko bunuh diri pada pasien depresi. Dapat
mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Bila terapi akan
dihentikan, turunkan dosis secara bertahap. Hentikan penggunaan obat 24-48 jam
9
sebelum pembedahan dengan anestesi umum.
9
c. Contoh obat antidepressan golongan tetrasiklik
Mianserin
Mekanisme kerja obat ini memungkinkan efek segera dalam terapi insomnia
atau cemas. Namun sebagai antidepresan, efeknya tidak segera. Biasanya butuh
waktu 2-4 minggu baru menunjukkan efek. Jika obat ini tidak menunjukkan
efek dalam waktu 6-8 minggu pengobatan, mungkin dosis obatnya harus
dinaikkan, atau mungkin obatnya sebaiknya disubstitusi dengan obat
antidepresan lain. Obat ini dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu
9
yang lama untuk mencegah kekambuhan.
Kontra Indikasi: mania, gangguan fungsi hati.
Interaksi Obat: mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan
dengan atau dalam 2 minggu penghentian terapi.
Perhatian: dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi, diabetes,
9
insufiensi hati, ginjal, jantung.
10
Gambar 2.3 Mekanisme Kerja Antidepressan Golongan MAO Inhibitor7
11
b. Efek samping
Akibat kenaikan monoamine di reseptor otak dan tubuh memicu aktivitas
serotonin di pusat-pusat tidur menyebabkan insomnia. Dan memicu aktivitas
yang tidak diinginkan dari norepinephrine pada otot polos pembuluh darah
menyebabkan perubahan tekanan darah. Efek samping obat ini umumnya terjadi
9
langsung, namun berangsur membaik seiring waktu.
12
Gambar 2.4 Mekanisme Kerja Antidepressan Golongan SNRI 9
b. Efek samping
Efek samping yang mungkin dirasakan bisa berupa sakit kepala, cemas,
insomnia, sedasi, mual, diare, penurunan nafsu makan, disfungsi seksual, dan
9
hiponatremia.
c. Contoh golongan SNRI
Venlafaxine
Mekanisme kerja obat ini sebagai antidepresan, efeknya tidak segera. Biasanya
butuh waktu 2-4 minggu baru menunjukkan efek. Jika obat ini tidak
menunjukkan efek dalam waktu 6-8 minggu pengobatan, mungkin dosis obatnya
harus dinaikkan, atau mungkin obatnya sebaiknya disubstitusi dengan obat
antidepresan lain. Obat ini dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu
yang lama untuk mencegah kekambuhan. Namun untuk terapi cemas
menyeluruh, setelah pemberian dosis awal, proses remisi akan terasa dan
bertahan hingga 8 minggu bahkan sampai 6 bulan. Nama dagang obat ini adalah
9
efexor-xr dan tersedia dalam sediaan kapsul 75 mg.
Dosis lazim: 150 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan hingga menjadi 375
mg/hari.
13
Kontra Indikasi: penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18
tahun.
Perhatian: riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau
sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita
9
mendapat dosis harian > 200 mg.
a. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat ini dapat dilihat pada gambar 2.6. Obat ini meningkatkan
proses neurotransmisi serotonin dan norepinefrin karena bekerja sebagai antagonis
pada presinaps reseptor α2. Efek anti-depresi dari obat ini juga diduga kuat dibantu
akibat sifat antagonisnya pada reseptor 5-HT2. Obat ini juga memiliki efek sedasi
7
karena berfungsi pula sebagai anti-histamin yang poten.
7
Gambar 2.6 Mekanisme Kerja Antidepresan Golongan Atipikal
b. Efek Samping
Efek samping penggunaan obat ini antara lain, efek sedasi, peningkatan berat
badan, efek antikolinergik, hipotensi, flu-like symptoms, dan gangguan fungsi
9
ginjal. Efek samping otonomik dan kardiologik relatif kecil, efek sedasi lebih
kuat, dapat diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek
4
otonomik dan kardiologik (usia lanjut).
14
c. Contoh obat golongan atipikal
Mirtazapine
Obat ini dikenal dapat menunjukkan efek segera dalam terapi insomnia atau
cemas. Namun sebagai antidepresan, efeknya tidak segera. Biasanya butuh
waktu 2-4 minggu baru menunjukkan efek. Jika obat ini tidak menunjukkan efek
dalam waktu 6-8 minggu pengobatan, mungkin dosis obatnya harus dinaikkan,
atau mungkin obatnya sebaiknya disubstitusi dengan obat antidepresan lain.
Obat ini dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu yang lama untuk
mencegah kekambuhan. Nama dagang obat ini adalah remeron
9
dan tersedia dalam sediaan tablet 30 mg.
Dosis lazim: 15-45 mg/hari pada malam hari.
Kontra Indikasi: pasien yang sedang mengkonsumsi obat golongan MAOI,
atau jika ada riwayat alergi mirtazapine.
Perhatian: pasien anak; pasien dengan gangguan ginjal, hepar maupun jantung;ibu
9
hamil dan menyusui.
15
BAB III
KESIMPULAN
Obat-obat antidepresan digunakan untuk mengatasi gejala depresi yang terjadi karena
rendahnya kadar serotonin di neuron pasca sinap. Secara umum, mekanisme kerja obat anti-
penghancurannya oleh enzim monoamine oxidase. Sehingga hasil yang diharapkan adalah
terjadinya peningkatan jumlah neurotransmitter aminergik pada celah sinaps neuron yang
kembali neurotransmitter yang dilepaskan dari neuron prasinaps ke celah sinaps, tetapi
ambilan kembali tersebut tidak bersifat selektif. Dengan demikian kemungkinan muncul
berbagai efek samping yang tidak diharapkan terjadi. Sementara Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja dengan cara yang sama tetapi dengan hambatan yang
yang memecah atau memetabolisme serotonin sehingga jumlah serotonin yang dilepaskan
ke celah sinap bertambah dan dengan demikian yang diteruskan ke pasca sinap juga akan
bertambah.
Kelompok SNRI selain bekerja dengan menghambat ambilan kembali serotonin juga
10
norepineprin pasca sinap meningkat.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Marina Marcus, M. Taghi Yasamy, Mark van Ommeren, and Dan Chisholm, Shekhar
Saxena. 2012. Depression. WHO Department of Mental Health and Substance Abuse.
2. Ningtyas AR, Puspitasari IM dan Sinuraya RK, 2018. Farmakoterapi Depresi dan
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi Antidepresan. Farmaka suplemen. Vol. 16
No. 2. Hal 186-199
3. Tjay dan Rahardja.2007 Obat-Obat Penting. Ed6. Jakarta : PT. Alex Media
Komputindo.
4. Maslim R, 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya Jakarta.
5. Antidepresant Clinical Guidelines for Antidepresan Use in Primary and Secondry Care.
Lincolnshire Partnership. 2010
6. Amir Syarif, et all, 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi ke 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Hindonesia
7. Whalen, Karen. 2015. Pharmacology: Sixth Edition. USA. Wolters Kluwer.
8. Mowbary,RM, Timbury,Gc, Ingram. Psikiatri: Catatan Kuliah. Jakarta: EGC.
9. Stahl SM. 2006. Stahl’s Essential Psychopharmacology Prescriber’s Guide 5th Edition.
UK: Cambridge Medicine
10. Elvira SD 2017. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ed 3.
Hal 417-419
17
LAPORAN KASUS
EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal Lahir : Cakke, 12 Januari 1982
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Lapasi pasi, Kolaka Utara
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis dari pasien itu sendiri.
I. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Sulit tidur
2. Riwayat Gangguan Sekarang
b) Hendaya/disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial ada
Hendaya dalam bidang pekerjaan ada
Hendaya dalam waktu senggang ada
d) Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya:
Riwayat infeksi (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat NAPZA: - alkohol (-)
- Merokok (-)
- Zat psikoaktif lain tidak ada
3. Riwayat gangguan sebelumnya:
anak.
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga pasien tidak ada.
GENOGRAM
: Pasien
6. Situasi sekarang:
Saat ini pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya. Kedua anaknya belum ada yang
menikah. Hubungan dengan suami dan anak-anaknya baik. Namun, pasien sudah jarang
bergaul dengan teman dan tetangga sekitar karena jarang ke luar rumah.
7. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya:
Pasien merasa menderita karena sulit tidur sehingga keesokan paginya pasien merasa lelah.
Pasien sering merasa tidak punya semangat hidup. Pasien menyadari dirinya sakit dan ingin
sembuh.
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5
b. Tanda rangsang meninges : Tidak dilakukan
c. Pupil : Bulat, isokhor, diameter 2.5 mm/2.5 mm
d. Nervus kranialis : Dalam batas normal
e. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
f. Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis
Seorang pasien perempuan umur 37 tahun datang ke Poli RSKD dengan keluhan sulit
tidur kurang lebih 2 bulan yang lalu dan memberat 1 bulan terakhir. Pasien merasa tidak
tenang, takut, sering merasa sedih, dan sulit berkonsenterasi. Pasien tidak ada semangat hidup
karena putus asa memikirkan keadaannya sekarang yang tidak bisa melakukan kegiatan
seperti biasanya. Pasien mengaku terkadang ada keinginan bunuh diri tapi takut mati. Apabila
tidur sering terbangun, sulit berkonsenterasi. Selalu merasa lelah dipagi hari dan nafsu makan
berkurang. Awal perubahan perilaku akibat pasien memikirkan suaminya yang sering minum
alkohol dan pulang larut malam serta anaknya yang lari dari pesantren.
Tampak perempuan berumur 37 tahun dengan wajah lebih tua dari umurnya, memakai
baju terusan merah bata dan jilbab merah bata. Perawakan sedang, dan perawatan diri cukup.
Mood depresif, afek depresif, empati dapat dirabarasakan. Pada preokupasi pasien memikirkan
masalah keluarga yaitu suaminya yang suka pulang larut dan minum alkohol, juga anaknya
yang lari dari pesantren.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa non psikotik. Dari pemeriksaan fisik
tidak ditemukan tanda disfungsi otak sehingga dapat digolongkan gangguan jiwa non psikotik
non organik.
Dari autoanamnesis didapatkan afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi pada pasien yang digambarkan melalui rasa tidak semangat dan mudah
lelah. Berkurangnya konsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berkurang, gejala berupa rasa
sakit kepala yang hebat. Gangguan persepsi lainnya tidak ada. Hal ini memenuhi kriteria
episode depresif.
Dari autoanamnesis serta pemeriksaan status mental, didapatkan pasien diatas memiliki
gejala-gejala pada penyakit episode depresif berat yakni memiliki 3 gejala utama dan 6
gejala tambahan. Berupa afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan karena sering
merasa murung dan banyak fikiran, merasa lemas setiap pagi, kepercayaan diri berkurang,
konsentrasi berkurang, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang. Hal tersebut menunjang
diagnosis untuk Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2).
Diagnosis Banding
Axis II
Berdasarkan informasi yang didapatkan, data yang diperoleh belum cukup untuk
diarahkan ke salah satu ciri khas kepribadian. Pasien cenderung pendiam.
Axis III
Tidak ditemukan kelainan organobiologik
Axis IV
Masalah family support group (suami dan anak)
Axis V
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan gejala psikis
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi
Sosiologik:
Ditemukan adanya hendaya ringan dalam penggunaan waktu senggang, hubungan sosial
dan pekerjaan maka membutuhkan sosioterapi.
VII. RENCANA TERAPI
Psikofarmakoterapi :
- R/Fluoxetine 20 mg 1 tab/24 jam/oral/malam
- R/Alprazolam 0,5 mg ½ tab/oral/pagi-siang
- R/Lorazepam 1mg/24 jam/oral/malam
- Awasi tanda vital dan intake oral
Psikoterapi supportif:
- Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami cara
menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur.
Sosioterapi:
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang terdekat pasien
tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial sehingga membantu proses
penyembuhan pasien sendiri.
Terapi Kognitif Perilaku
Tujuan terapi ini untuk mengubah proses berfikir individu agar menjadi lebih rasional
agar pasien mempunyai kemampuan untuk mengenali dan kemudian mengevaluasi atau
mengubah cara berfikir, keyakinan dan perasannya (mengenai diri sendiri, masalah dan
lingkungannya) yang salah sehingga pasien dapat mengubah perilaku yang salah dengan
cara mempelajari keterampilan pengendalian diri dan strategi pemecahan masalah yang
efektif.
VIII. PROGNOSIS
Gejala lainnya:
Konsentrasi dan perhatian berkurang,
Tidur terganggu,
Kriteria diagnostik