Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI I

“Antidepresan”

Dosen Pembimbing :
Zamharira Muslim, M. Farm., Apt

Disusun Oleh :
Azziyadatul Fadilah Lanas

Muhammad Rajja Ba

Mutiara Khadijah

Syafira Nurul Ma’aarij

Okta Puspitasari

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI D3 FARMASI JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
Farmakologi I ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari berbagai sumber terpercaya yang telah membantu untuk
menyempurnakan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Juli 2021

Penyusun

i|Antidepresan – Farmakologi I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................6
2.1. Pengertian Antidepresan...........................................................................................................6
2.2. Penggolongan Obat Antidepresan............................................................................................7
2.2.1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)......................................................7
2.2.2. Antidepresan trisiklik (TCAs).............................................................................8
2.2.3. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)............................................9
2.2.4. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)...............................................................9
2.2.5. Antidepresan atipikal........................................................................................9
2.3. Nama – Nama Obat Antidepresan............................................................................................9
BAB III.......................................................................................................................................................2
PENUTUP..................................................................................................................................................2
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................2
4.1. Saran...........................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................3

ii | A n t i d e p r e s a n – F a r m a k o l o g i I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manifestasi klinis utama dari depresi berat adalah depresi mood yang
signifikan dan gangguan fungsi. Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik
yang paling umum. Sekitar 5-6% dari populasi memiliki kemungkinan mengalami
depresi (prevalensi sesaat), dan diperkirakan sekitar 10% dari masyarakat dapat
mengalami depresi selama hidupnya (prevalensi selama hidup). Beberapa fitur
gangguan depresi tumpang tindih dengan gangguan kecemasan, termasuk sindrom
panik-agoraphobia, fobia berat, gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan
sosial, gangguan stres pasca trauma, dan gangguan obsesif-kompulsif. Suasana hati
yang ekstrem juga dapat dikaitkan dengan psikosis, seperti yang dimanifestasikan
oleh pemikiran dan persepsi yang tidak teratur atau delusi yang sering sesuai dengan
suasana hati yang dominan. Sebaliknya, perubahan sekunder dalam suasana hati
dapat dikaitkan dengan gangguan psikotik. Tumpang tindih gangguan ini dapat
menyebabkan kesalahan dalam diagnosis dan pengobatan yang kurang optimal
(American Psychiatric Association, 2000). Gangguan mood dan kecemasan adalah
penyakit mental yang paling umum, masing-masing mempengaruhi hingga 10% dari
populasi umum di beberapa waktu dalam hidup mereka (Kessler et al., 1994). Depresi
klinis harus dibedakan dari kesedihan normal, kesedihan, kekecewaan, dan disforia
atau atau panik demoralisasi sering dikaitkan dengan penyakit medis. Kondisi ini
kurang terdiagnosis dan sering diremehkan (McCombs et al., 1990; Suominen et al.,
1998).
Depresi berat ditandai dengan perasaan sedih dan putus asa yang intens,
perlambatan mental dan kehilangan konsentrasi, kekhawatiran pesimis, kurangnya
kesenangan, penghinaan diri, dan agitasi atau permusuhan yang bervariasi. Perubahan
fisik juga terjadi, terutama pada depresi berat, vital, atau "melankolis". Ini termasuk
insomnia atau hipersomnia: pola makan yang berubah, dengan anoreksia dan
penurunan berat badan atau terkadang makan berlebihan; penurunan energi dan
libido; dan gangguan ritme aktivitas sirkadian dan ultradian normal, suhu tubuh, dan
banyak fungsi endokrin. Sebanyak 10% hingga 15% individu dengan depresi klinis

3|Antidepresan – Farmakologi I
berat, dan hingga 25% dari mereka dengan gangguan bipolar, menunjukkan perilaku
bunuh diri pada suatu waktu (Tondo et al., 2003). Pasien depresi biasanya merespon
obat antidepresan, atau, dalam kasus yang parah atau resisten terhadap pengobatan,
terapi clectroconvulsive (ECT). Metode ini tetap menjadi pengobatan yang paling
cepat dan efektif untuk depresi akut berat dan kadang-kadang menyelamatkan nyawa
pasien yang ingin bunuh diri akut (Rudorfer et al., 1997). Kemanjuran bentuk lain
dari pengobatan biologis depresi (misalnya stimulasi magnetik otak, atau stimulasi
listrik saraf vagus) belum mapan. Keputusan untuk mengobati dengan antidepresan
dipandu oleh sindrom klinis yang muncul, tingkat keparahannya, dan oleh riwayat
pribadi dan keluarga pasien.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari “Antidepresan”?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antidepresan ?
3. Apa golongan, indikasi, kontraindikasi dan dosis dari obat antidepresan ?
4. Apa saja contoh obat antidepresan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa diharapkan memahami secara mendalam tentang definisi
antidepresan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja obat antidepresan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui golongan, indikasi, kontraindikasi dan dosis, serta
contoh obat dari antidepresan.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan ilmu tentang antidepresan baik
secara mekanisme kerja, golongan, indikasi, kontraindikasi dan dosis, serta
contoh obat.

4|Antidepresan – Farmakologi I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Antidepresan


Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu
keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya
aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi.
Obat depresi atau antidepresan adalah obat yang digunakan untuk membantu orang
yang mengalami depresi. Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada
pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis
yang dibawa sejak lahir. Antidepresan juga merupakan pilihan utama dalam
pengobatan gangguan kecemasan berat, termasuk gangguan panik dengan agorafobia,
gangguan kecemasan umum, fobia sosial, dan gangguan obsesif-kompulsif serta
komorbiditas umum kecemasan pada penyakit depresi. Kebanyakan antidepresan
mengerahkan tindakan penting pada metabolisme neurotransmiter monoamine dan
reseptornya, terutama norepinefrin dan serotonin (Buckley dan Waddington, 2000;
Owens et al., 1997) (Tabel 17-1).

Sejarah Inhibitor Monoamine Oksidase, pada tahun 1951 isoniazid dan


turunan isopropilnya, iproniazid, dikembangkan untuk pengobatan tuberkulosis.
Iproniazid, turunan hidrazin, diamati memiliki efek peningkatan suasana hati pada
pasien dengan tuberkulosis, tetapi karena hepatotoksisitas ditinggalkan untuk
penggunaan ini. Pada tahun 1952 Zeller dan rekan kerjanya menemukan bahwa
iproniazid, berbeda dengan isoniazid, menghambat monoamine oxidase (MAO).
Setelah penyelidikan oleh Kline dan Crane pada pertengahan 1950-an, iproniazid
(MARSILID) digunakan untuk mengobati pasien depresi; secara historis, itu adalah
antidepresan pertama yang digunakan secara klinis (Healy, 1997)

5|Antidepresan – Farmakologi I
2.2. Penggolongan Obat Antidepresan
2.2.1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
Mekanisme kerja antidepresan jenis ini umumnya menjadi pilihan
utama untuk mengobati depresi karena risiko efek samping yang rendah.
SSRIs bekerja dengan cara menekan penyerapan kembali serotonin di dalam
otak. Kontraindikasi SSRI tidak boleh digunakan jika pasien memasuki fase
manik. Efek samping, efek sedasi SSRI lebih ringan dan dibanding
antidepresan trisiklik efek muskarinik dan kardiotoksiknya lebih sedikit. Efek
samping SSRI termasuk efek pada saluran cerna (dipengaruhi dosis dan sering
meliputi, mual, muntah, dispepsia, sakit perut, diare, konstipasi), anoreksia
dengan penurunan berat badan

(dilaporkan juga terjadi peningkatan nafsu makan dan peningkatan berat


badan) serta reaksi hipersensitifitas termasuk gatal, urtikaria, angioudem,
anafilaksis, artralgia, mialgia, fotosensitifiti, efek samping lain termasuk
mulut kering, gugup, ansietas, halusinasi, mengantuk, kejang (lihat peringatan
di atas), galaktorea, gangguan fungsi seksual, retensi urin, berkeringat,
hipomania atau mania (lihat peringatan di atas), gangguan pergerakan dan
diskinesia, gangguan penglihatan, hiponatremia, dan gangguan perdarahan
termasuk ecchymoses dan purpura. Perilaku bunuh diri telah dikaitkan dengan
penggunaan antidepresan. Glaukoma sudut sempit sangat jarang memburuk
selama terapi dengan SSRI.
Gambaran Obat Antidepresan SSRI

Jenis Obat Dosis Anticholiner Sedasi Hipotensi


Mg/Hari GIK Orthostatik
Paroxetine 20-50 0/+ 0/+ 0

Fluxetine 20-60 0 0 0

Sertraline 50-200 0 0/+ 0

Fluvoxamine 50-300 0 0/+ 0

Contoh obat golongan SSRI adalah: Paroxetine, fluoxetine, sertraline,


fluvoxamine.

2.2.2. Antidepresan trisiklik (TCAs)


6|Antidepresan – Farmakologi I
Mekanisme kerja golongan Trisiklik (TCA) memblokade reuptake
dari noradrenalin dan serotonin yang menuju neuron presinaps. Golongan ini
merupakan jenis antidepresan yang pertama kali dikembangkan.
Antidepresan trisiklik yang pertama ditemukan adalah impramine.

Indikasi digunakan untuk mengobati gejala depresi, bipolar, dan


kondisi lain seperti insomnia atau nyeri kronis. Kontraindikasi pemberian
obat golongan antidepresan ini adalah pasien yang mempunyai penyakit
jantung koroner, Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi
hati, epilepsy.

Efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur,


konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara,
takikardia, dan fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping
jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan menurunkan
dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai buruk,
halusinasi, delirium, kejang, depresi pernafasan, takikardia, bradikardia, dan
koma. Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan
kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila
tekanan darah rendah, dan koma. Golongan antidepresan sebaiknya tidak
diberikan pada pasien yang mempunyai masalah detak jantung. Pada pria
dapat mengalami kesulitan untuk dan mempertahankan ereksi, atau gagal
ejakulasi. TCAS atau trisikilk mempunyai efek samping dan kardiologik yang
besar. Oleh karena itu sebaiknya di berikan pada pasien usia muda yang lebih
dapat mentolerir efek samping tersebut. Sampai sekarang golongan ini masih
banyak dipakai psikiater untuk mengatasi depresi yang disertai agitasi.

7|Antidepresan – Farmakologi I
Dosis 150 –300 mg/hari. Amoxapine dan trazodone dosis efektif
secara klinis : 150 – 600 mg/hari. Dinamakan trisiklik karena struktur
molekulnya mengandung 3 cincin atom. Contoh obat jenis trisiklik yang lain
seperti amitriptiline, imipramine, trimipramine dan dispramine.

2.2.3. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)

Mekanisme kerja dengan cara menghambat serotonin dan norepinephrine


agar tidak diserap kembali oleh sel saraf. Selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) termasuk jenis obat antidepresan. SNRIs bekerja lebih
spesifik dibandingkan dengan TCAs, sehingga kemungkinan efek samping
yang terjadi lebih kecil. Contoh obat golongan SNRI adalah: Duloxetine,
venlafaxine.

2.2.4. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)

Antidepresan jenis ini diberikan jika obat antidepresan lain tidak mampu
mengatasi keluhan. Monoamine oxidase inhibitor (MAOIs) bekerja
menghambat kinerja senyawa noradrenalin dan serotonin untuk mencegah
timbulnya gejala-gejala depresi. Meskipun aman digunakan, MAOI dapat
menimbulkan berbagai efek samping, terutama jika dikonsumsi bersamaan
dengan makanan tertentu. Contoh obat golongan MAOIs adalah:
Isocarboxazid, phenelzine, tranylcypromine, seleginile.

2.2.5. Antidepresan atipikal

Antidepresan jenis ini berbeda dengan antidepresan lainnya. Obat ini bekerja
dengan cara memengaruhi senyawa pengirim pesan di otak (neurotransmiter)
yang digunakan untuk berkomunikasi antar sel otak sehingga bisa mengubah
suasana hati dan meredakan depresi. Contoh obat golongan antidepresan
atipikal adalah: Bupropin dan mirtazapine.

2.3. Nama – Nama Obat Antidepresan


DOSIS HARIAN
NAMA GENERIK CARA PEMBERIAN
DEWASA (mg/hari)
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)
Citalopram 20 – 40 PO,L
Escitralopram 10-20 PO,L
8|Antidepresan – Farmakologi I
Plueksetine 20-60 PO,L
Pluvoksamine 100-200 PO
Pluvoksamine Maleate 100-200 PO
Paroksetine 20-60 PO, CR, L
Sertraline 50-200 PO,L
Obat-Obat Anti Depresan Lainnya
Bupropion 150-450 + PO, SR, XR
Maprotiline 50-200 PO
Mirtazapine 15-45 PO, ODT
Vilazodone 10-40 PO
Serotonin

Antagonist
Reuptake

Inhibitors (SARI)
Nefazodone 300-500 PO
Trazodone 150-300 PO
Serotonin – Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)
Desvenlafaksin 50-100 PO
Milnacitran 12-100 PO
Venlafaksine 75-300 PO, XR
Triciclic Antidepressant Drugs (Tca)
Tersier (Orang Tua)
Amitriptyline 150-300 PO, IM
Amoxapine 200-300 PO
Clomipramine 100-250 PO
Doxepin 150-300 PO,L
Imipramine 150-300 PO

9|Antidepresan – Farmakologi I
Trimipramine 150-300 PO
Sekunder (Metabolit)
Desipramine 150-300 PO,L
Notriptyline 50-150 PO,L
Protriptyline 15-60 PO
Tetraciclics
Amoxapin 150-300 PO
Maprotiline 75-200 PO
Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
Isocarboxazid 20-60 PO
Phenelzine 45-90 PO
Selegiline 10-50 PO
Selegiline 6-12 TS
Tranylcypromine 20-60 PO

1|Antidepresan – Farmakologi I
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi,
meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak
lahir. Antidepresan juga merupakan pilihan utama dalam pengobatan gangguan
kecemasan berat, termasuk gangguan panik dengan agorafobia, gangguan kecemasan
umum, fobia sosial, dan gangguan obsesif-kompulsif serta komorbiditas umum
kecemasan pada penyakit depresi
2. Mekanisme kerja berbagai jenis antidepresan. Trisiklik menghambat pompa reuptake
amin (neuroepinefrin atau serotonin), yaitu “off switches” neurotransmitter amin.
Kemungkinan pada neurotransmitter lebih lama berada pada reseptor. MAO menutup
jalan degradasi utama untuk neurotransmitter amin, sehingga amin dapat lebih
banyak menumpuk pada simpanan presinaptik dan bertambah pula untuk dilepaskan.
Simpatomimetik serupa amfetamin juga menghambat pompa amin tetapi
diperkirakan bekerja terutama dalam peningkatan lepasnya neurotransmitter
katekolamin.
3. Golongan, indikasi, kontraindikasi, dosis, dan contoh obat dari antidepresan beragam
jenisnya seperti yang tertera pada penjelasan diatas.

4.1. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas serta keakuratan
materi yang kami sajikan mohon untuk dikoreksi kembali . Karena kami hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian makalah dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

2|Antidepresan – Farmakologi I
DAFTAR PUSTAKA

Laurence L. Brunton. 2006. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutics
elevent edition. California : Mcgraw-HILL MEDICAL PUBLISHING DIVISION.
(Diakses pada 27 Juli 2021)

3|Antidepresan – Farmakologi I

Anda mungkin juga menyukai