Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PASIEN PADA PENYAKIT BATU GINJAL

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. SOPIAH (241911007)
2. WILDA PUTRI ANGGRAENI (241911008)
3. WITA YULIANTI BARGES (241911009)

MAAPAD NURSING ACADEMY


JAKARTA 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Patofisiologi Batu Ginjal” dengan baik. Saya juga berterima kasih kepada
Ibu Onna Monteiro.,M.Kep.,selaku Dosen mata kuliah Patofisiologi yang telah
memberikan penugasan dan bimbingan kepada kami.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi pencapaian pemahaman


kelompok mengenai salah satu topik bahasan mata kuliah Patofisiologi yakni
konsep keperawatan tentang “ Patofisiologi Batu ginjal”. Kami berharap makalah
ini dapat berguna serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami
mengenai penyakit Batu Ginjal . Semoga makalah yang sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.

kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritikan atau masukan yang membangun guna keutuhan
informasi topik bahasan makalah ini.

Jakarta 09 November 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.............................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6

1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................7

1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................7

1.2.3 Tujuan Khusus.......................................................................................7

BAB II.....................................................................................................................8

PEMBAHASAN.....................................................................................................8

2.1 Definisi...........................................................................................................8

2.1 Anatomi dan Fisiologi..................................................................................8

2.3 Etiologi.........................................................................................................11

2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................................12

2.5 Fatofisiologi.................................................................................................13

2.6 Komplikasi..................................................................................................14

2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................15

BAB III..................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu
(kalkuli) didalam ginjal (Muttaqin & Sari, 2011:110). Nefrolitiasis atau batu
ginjal adalah adanya kalkuli yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan
antara kelarutan dan pengendapan garam di saluran kemih dan ginjal. Batu
ginjal terbentuk saat air kemih menjadi jenuh dengan senyawa tak larut yang
mengandung kalsium, oksalat dan fosfat akibat dehidrasi atau kekurangan
cairan (Han, et al. 2015). Batu ginjal atau nefrolitiasis terbentuk saat mineral
dalam ginjal tidak bisa diekskresikan sehingga akhirnya menjadi butiran-
butiran yang menyerupai pasir. Sekitar 70-80% batu ginjal yang terjadi di
beberapa negara maupun di Indonesia adalah batu kalsium oksalat. Dampak
atau akibat dari batu ginjal jika dibiarkan terlalu lama dan tidak segera
ditangani, bukan tak mungkin akan berlanjut ke kondisi yang lebih parah,
yaitu Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK).
PGK merupakan kondisi ginjal yang kehilangan fungsinya (Rasyida, 2013).
Ginjal merupakan organ vital karena mempunyai fungsi multiple yang tidak
dapat digantikan oleh organ lain. Fungsi ginjal antaralain; pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri dan pengaturan
keseimbangan asam dan satbasa, selain itu ginjal memiliki fungsi untuk
membersihkan tubuh dari racun melalui cairan urin (Wahyuni, et al. 2013).

Salah satu bentuk respon tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup
adalah urin dapat keluar dengan bebas dan berwarna cerah, dan sebaliknya
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan air yang cukup, urin akan berwarna

4
gelap dan berbau. Minum air putih yang cukup akan membantu ginjal untuk
bekerja secara normal. Aktivitas tersebut juga dapat mencegah pembentukan
batu ginjal (Rosalina, 2014:10).

Dalam kehidupan sehari-sehari manusia memerlukan sumber tenaga yaitu


makan dan minum. Salah satunya adalah kebutuhan akan air minum,
diketahui bahwa 70% bagian yang ada di dalam tubuh manusia berbentuk
cairan. Manusia membutuhkan air yang cukup untuk menjaga kesegaran dan
kebugaran jasmani. Air minum merupakan unsur gizi yang sama pentingnya
dengan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Tubuh membutuhkan air
mineral untuk dikonsumsi sebanyak 1 sampai 2,5 liter atau setara dengan 6-8
gelas setiap harinya, mengkonsumsi air mineral yang baik dan cukup bagi
tubuh dapat membantu proses pencernaan, mengatur metabolisme, mengatur
zat-zat makan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan tubuh, Asmadi
(2011, dalam Sari, 2014).

Kebiasaan mengkonsumsi air yang kurang, dapat menjadi salah satu


faktor risiko terjadinya batu, selain itu aktivitas yang berlebihan
menyebabkan ekskresi cairan akan terjadi melalui keringat sehingga urin akan
menjadi lebih pekat dan risiko terjadinya batu akan menjadi lebih besar.
Masalah kekurangan air bukan hanya di Indonesia tetapi sudah masalah
mengelobal. Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk yang telah mencapai
lebih dari 200 juta jiwa, kebutuhan air minum untuk dikonsumsi menjadi
semakin berkurang (Putra, 2014). Selain itu kebiasaan yang salah sering
dilakukan adalah hanya mengonsumsi air minum saat dirasa haus, padahal
rasa haus merupakan ciri seseorang mengalami dehidrasi. Dampak dehidrasi
jika dibiarkan akan meningkatkan risiko penyakit batu ginjal, infeksi saluran
kencing, kanker usus besar, konstipasi, obesitas, stroke pembuluh darah otak
dan gangguan yang lainnya
(Sumarmi & Ernovitania, 2017).

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Batu Ginjal?
2. Bagaimana Etiologi dari Batu ginjal?
3. Bagaimana Manifestasi klinis dari Batu Ginjal?
4. Bagaimana patofisiologi Batu Ginjal?
5. Bagaimana komplikasi dari Batu Ginjal?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Batu Ginjal?
7. Bagaimana Pencegahan Dari Batu Ginjal ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1.3.1 Tujuan Umum


Menjelaskan secara keseluruhan dari penyakit batu ginjal dan
penatalaksanaan pada pasien batu ginjal

1.2.3 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami definisi batu ginjal, etiologi batu
ginjal, manifetasi batu ginjal, patofisologi, komplikasi,
penatalaksaan , pencegahan batu ginjal.
2. Mahasiswa dapat memahami proses keperawatan, pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan ini.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat
satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan sedangkan faktor
ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang
terkandung dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya (Mochammad, 2014).

Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium okslat yang mencapai
80% (Worcester et al., 2008). Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi
menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xantin,
batu triamteren, dan batu silikat. Pembentukan batu ginjal umumnya
membutuhkan keadaan supesaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan
adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat
zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan
aliran urin, kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia prostat benigna,
striktura, dan buli buluneurogenik ikut berperan dalam proses pembentukan
batu (Mochammad, 2014).

7
2.1 Anatomi dan Fisiologi
a. ginjal

Gambar Anatomi ginjal manusia (Moore dan Agur, 2002).

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah


tulang rusuk bagian belakang (Danils, wibowo, 2005). Ginjal kanan sedikit
lebih rendah di banding ginjal kiri. Mempunyai panjang 7 cm dan tebal 3 cm.
terbungkus dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul
terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap
goncangan (Danils, wibowo, 2005).
Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan
glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal di tentukan oleh sejumlah
nefron yang di milikinya. Kira-kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap-tiap
ginjal manusia (Ganong, 2001). Dua ginjal terletak diluar rongga peritonium
dan dikedua sisi
kolumna vertebrae seringgi T12 hingga L3. Organ berbentuk kacang yang
kaya akan pembukuh darah ini mempunyai panjang sekitar 11,4 cm dan lebar
6,4 cm. permukaan lateral ginjal berbentuk cembung, permukaan tengahnya
berbentuk cekung dan membentuk percabangan vertikel, yang disebut hilum.
Ureter, arteri renalis, vena renalis, pembuluh darah limfatik, dan saraf masuk
atau keluar ginjal di tingkat hilum. Dibagian internal, masing-masing ginjal
mempunyai 3 bagian yang berbeda, yaitu korteks, medula, dan pelvis. Bagian
eksternal atau korteks renal, berwarna terang dan tampak berkanula. Bagian

8
ginjal ini berisi glomerulus, kumpulan kecil kapiler. Glomerulus membawa
darah meuju danmembawa produk sisa dari nefron, unit fungsional ginjal.
Fungsi ginjal :
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh.
2. Mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan.
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal.
4. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
6. Hemostasis ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah (Guyton, 1996).
b. Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm, terbentang
dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu satunya adalah menyalurkan
urin ke vesika urinaria (Roger watson, 2002).

Gambar Anatomi Ginjal (Sumber: fisiologi ginjal dan Cairan Tubuh, 2009)

C. Vesika Erinaria

9
Vesika Erinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3-4 cm
di belakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesika urinaria mempunyai 2
fungsi yaitu :
a) Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
b) Dibantu uretra, vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh
(Roger watson, 2002). Di dalam vesika urinaria mampu menampung urin
antara 170 sampai 230 ml (Evelyn 2009).
D. Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai ke luar tubuh. Pada wanita uretra terpendek dan terletak di dekat
vagina. Pada uretra laki-laki mempunyai panjang 5 sampai 20 cm (Daniels
wibowo, 2008).

2.3 Etiologi
Menurut (kartika S.W,2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu ginjal, yaitu :

a) Faktor dari dalam (Intrinsik)


1) Umur
penyakit batu ginjal umumnya terjadi pada mereka yang berusia antara 30-
60 tahun. penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.
2) jenis kelamin
penyakit ini lebih sering diderita oleh kaum pria dari pada wanita, dengan
perbandingan3:1. hal ini disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada pria
lebih panjang daripada wanita,didalam urin pria kadar kalsium lebih tinggi
sedangkan pada wanita kadar sitrat lebih tinggi,hormone testosterone pada
pria dapat meningkatkan produksi eksalat endogen di hati, danhormone
esterogen pada wanita dapat mencegah agregasi garam kalsium.
3) Genetik

10
terdapat orang orang tertentu yang memiliki kelainan atau gangguan ginjal
sejak dilahirkan,meskipun kondisi ini jarang ditemui. menderita kelainan
ini, sejak usia anak-anak sudah memiliki kecenderungan yang mudah
mengendapkan garam dan memudahkan terbentuknya batu. Oleh karena
fungsi ginjalnya yang tidak normal, maka proses pengeluaran urine pun
mengalami ganggguan karena urinenya banyak mengandung zat kapur,
sehingga mudah mengendapkan batu.

b) Faktor dari luar (ekstrinsik)


1) jumlah air yang diminum kurangnya asupan cairan dalam tubuh akan
memicu terjadinya batu ginjal. selain itu banyaknya mengonsumsi air yang
mengandung kadar kalsium tinggi akan memicu terjadinya batu ginjal.
kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan system metabolism tubuh
tidak berjalan dengan optimal. ginjal memerlukan cairan dalam jumlah
yang cukup banyak untuk menguraikan zat-zat terurai dalam tubuh.
setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar volume urine bertambah
dan mengurangi konsentrasi mineral dan garam.
2) Iklim dan temperature Iklim panas dan temperatur yang tinggi akan memicu
terjadinya batu ginjal hal ini disebabkan karena paparan sinar ultra'iolet
tinggi yang akan memicu terjadinya dehidrasi dan peningkatan vitamin D3
yang memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat. Selain itu,
Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat
dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih.
3) Aktvitas
faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi terbentuknya batu
ginjal. risiko penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas
yang jarang berolahraga atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang
pekerjaannya terlalu banyak duduk. hal ini dikarenakan aktivitas yang
kurang aktif menyebabkan kurang lancarnya peredaran darah maupun
urine,sehingga mudah terbentuk batu ginjal. selain itu, pola hidup yang aktif

11
dapat membantu pembentukan kalsium menjadi tulang. sebaliknya, gaya
hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium beredar dalam darah
dan berisiko menjadi kristal kalsium.
4) Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan berat
badan berlebih obesitas karena pada orang dengan berat badan berlebih
dapat menyebabkan kelainan metabolisme sehingga mudah mengendapkan
garam-garam kalsium.
5) Diet
Diet yang mengandung banyak purin, oksalat, dan kalsium akan memicu
terjadinya batu ginjal. Terutama rotein yang tinggi terutama protein
hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih,akibatnya kadar asam urat
dalam darah akan naik.

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Buku Nanda Nic-Noc, 2013 adalah:
1. Nyeri pinggang
2. Retensi urine menurun
3. Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.
4. Nausea dan vomiting
5. Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter
6. Distensi abdomen
7. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal
satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak. 2012).

Menurut Smeltzer (2011) menjelaskan Keluhan yang disampaikan


pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan
tandatanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan
demam/menggigil. beberapa gambaran klinis nefrolitiasis. Batu, terutama

12
yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk
dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha
sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita
mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu
bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada
akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
(Corwin, 2011).

2.5 Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Damun ada beberapa faktor
predisposisi dan teori tentang terjadinya batu antara lain :

1. Teori pembentukan Inti


Teori ini mengatakan bahwa pembentukan batu berasal dari krista latau
benda asing yang berada dalam urin yang pekat. teori ini ditentang oleh
beberapa argumen,dimana dikatakan bahwa batu tidak selalu terbentuk
pada pasien dengan hiperekresi atau merekadengan resiko dehidrasi.
tambahan, banyak penderita batu dimana koleksi urin 24 jam secara
komplit normal. teori inti matrik: pembentukan batu saluran kemih
membutuhkan adanya substansi organic sebagai pembentuk inti. substansi

13
organic terutama muko protein A mukopolisakarida yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori Supersaturasi
peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin
sepertisistin, Eastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH dan
kekuatan ion.
3. Teori persiptasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin.
dalam urin yang asam akan mengendap sistin, Eastin, asam urat, sedang
didalamurin yang basa akan mengendap garam -garam fosfat.
4. Teori berkurangnya factor penghambat
Mengatakan bahwa tidak adanya atau berkurangnya substansi penghambat
pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat, asam
mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah pembentukan batu
urin. teori ini tidaklah benar secara absolut karena banyak orang yang
kekurangan zat penghambat tak pernah menderita batu, dan sebalinya
mereka yang memiliki faktor pengahmbat berlimpah membentuk batu
5. Teori Lain
Berkurangnya volume urin : kekurangan cairan akan menyebabkan
peningkatan kosentrasi zat terlarut (missal : kalsium, natrium, oksalat dan
protein) yang mana ini dapat menimbulkan pembentukan kristal diurin.

2.6 Komplikasi
Komplikasi batu ginjal dapat terjadi menurut Guyton 1990 :
1. Gagal Ginjal
Terjadinya kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi

14
Dalam Aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme, sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidrinefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar Karena
penumpukan urin.
4. Avaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan.

2.7. Penatalaksanaan

2.7.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Oleh karena itu
pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2009: 26).
Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal :
a. Pengumpulan data
Identitas Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian
pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman kaleng.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

15
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, Hipertensi.

2.7.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan data
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir komplek tentang
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi layanan
pelayanan kesehatan yang lain. Adapun tahapannya, yaitu :
a. Menganalisis dan menginterpretasi data.
b. Mengidentifikasi masalah klien.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan.
d. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan.
Menurut NANDA pada tahun 2015 – 2017 diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada klien dengan batu ginjal, adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan
mual, muntah dari efek sekunder nyeri.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.
4. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
5. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.

2.7.3. Intervensi (SIKI, Edisi I, Cetakan II, 2018)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, intervensinnya adalah:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasti, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri verbal
d. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapimusik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

16
f. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperlu
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dari efek sekunder nyeri,intervensinyaadalah:
a. Identifikasistatusnutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e. Monitor asupan makanan
f. Monitor berat badan
g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
h. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
i. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
j. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
k. Berikan suplemen makanan, jika perlu
l. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
m. Ajarkan diet yang diprogramkan
n. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
o. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jikaperlu

2.7.4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai

17
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam
tindakan keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam,
2009: 127). Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah
membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti:
1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru
atau mamantau status atau masalah yang ada.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan baru
mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan.
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya
sendiri.
4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk
memperoleh arahan yang tepat.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi
atau mengatasi masalah kesehatan.
6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri.

2.7.5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2009 : 135).

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di
dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Batu-batu ini berdasarkan komposisinya
dibagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu
xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Batu-batu ini terbentuk akibat banyak
faktor, seperti adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pelvikalises,
hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli bulineurogenik.

Penyakit ini memiliki gejala yang cukup khas dengan adanya rasa nyeri di
daerah pinggang ke bawah. Nyeri bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat
menetap dan terasa sangat hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun demam
jarang dijumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya bruto atau
mikrohematuria. Penatalaksanakan kasus ini dapat dilakukan dengan metode
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL (Percutaneus Nephro
Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif
medikamentosa (TEM).

3.2. Saran

3.2.1. Untuk mendapat hasil asuhan keperawatan yang baik diperlukan kerjasama
yang baik antara pasien, keluarga, perawat serta tenaga kesehatan yang lain.

3.2.2. Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan sudah seharusnya memiliki


pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien Batu Ginjal.

3.2.3. Pendidikan perawat yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam member
asuhan keperawatan.

19
DAFTAR ISI

Nasihah, Arifatin. Penyakit Batu Ginjal (2016). Diakses pada tanggal 10


November 2020 available at
http://ilmunyakesehatan.blogspot.com/2016/06/laporan-pendahuluan-batu-
ginjal-sistem.html

Eprints UMM (2011). Diakses pada tanggal 10 November 2020 available at


http://eprints.umm.ac.id/47830/3/BAB%20II.pdf

Nanda Nic-Noc 2013 (2016). Diakses pada tanggal 10 November 2020 available
at http://ilmunyakesehatan.blogspot.com/2016/06/laporan-pendahuluan-
batu-ginjal-sistem.html

Nengsi Fitri Yulia YFN (2018). Karya Tulis Ilmiah Batu Ginjal. Diakses pada
tanggal 10 November 2020 available at
http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI
%20GINJAR.pdf

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

20

Anda mungkin juga menyukai