Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEBIDANAN DENGAN POST SC BED 4031


MAYAPADA HOSPITAL TANGERANG

Tugas ini disusun untuk memenuhi Nilai Praktik Klinik Keperawatan


Program Studi Diploma III Keperawatan Mayapada Nursing Academy

Disusun Oleh :
Wita Yulianti Barges 241911009

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAYAPADA NURSING ACADEMY
TAHUN 2021
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2013).

B. Etiologi
Menurut Manuaba (2001) beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
8. Miopi

C. Anatomi fisiologi
Lapisan Epidermis Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat. Sel-sel yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk
oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-
sel baru kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri
dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan
sel-selnya sangat rapat.
Lapisan Dermis Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan
fibrosa dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa
sejumlah papilla kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan
dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
Lapisan subkutan Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi
banyak pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara
longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya
dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organorgan yang ada di abdomen,
khususnya uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang
disebut peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar
(epidermis) sampai dinding uterus.
Fasia Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang
dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,. Fasia profunda
terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini
membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari
bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot
abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis
dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.. Fascias adalah
lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh
Otot dinding perut anterior dan lateral Rectus abdominis meluas dari bagian
depan margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh
beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan
yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis
pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus
internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada
bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kea rah bawah dan atas ; serat
obliquus internus berjalan keatas dan kedepan ; serat transverses (otot terdalam dari
otot ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga otot terakhir
otot berakhir dalam satu selubung bersama yang menutupi rectus abdominis.
Otot dinding perut posterior Quadrates lumbolus adalah otot pendek
persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista
iliaca, (Gibson, J. 2002
D. Patofisiologi dan Pathway
Adanya hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
lahir secara normal misalnya, plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasi
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamine dan prostaglandin yang akan ditutup dan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
G. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
2. Perdarahan
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru – paru

H. Penatalaksanaan Medis Post SC


1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
3. Diet
Tujuan Diet Menurut Almatsier (2010) Tujuan diet pra Bedah adalah untuk
mengupayakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal, sehingga tersedia
cadangan untuk mengatasi stress dan penyembuhan luka, sedangkan tujuan diet
pasca bedah yaitu untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
a) Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energy, protein).
b) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
diet bedah pasien sectio caesarea dengan preeklampsia yaitu menyediakan
kalori, protein, vitamin, mineral, yang adekuat untuk mengkoreksi kehilangan
komposisi tubuh dan untuk mempertahankan keadaan normal dari zat-zat gizi
tersebut
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

I. Pengkajian
Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.

J. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik pembedahan (section
caesarea
K. INTERVENSI
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi


dengan agen
pencedera tindakan keperawatan  Indetifikasi lokasi
fisik pembedahan (section diharapkan nyeri nyeri, durasi,
caesarea)
berkurang atau hilang, frekuensi,
kriteria hasil : intensitas
1. Tingkat nyeri menurun  Identifikasi skala
2. Penyembuhan luka nyeri
meningkat  Identifikasi faktor
3. Status kenyamanan pengetahuan dan
meningkat keyakinan nyeri
Terapeutik
 Berikan teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu
L. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa
keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap
tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke
arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S:
Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif
dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC

Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri social.
Edisi 3. Jakarta: EGC.

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC
SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
SLKI DPP PPNI 2019 Standar Luaran Keperawatan Indonesia,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai