Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN


SISTEM GASTROENTERITIS AKUT
MAYAPADA HOSPITAL TANGERANG

Tugas ini disusun untuk memenuhi Nilai Praktik Klinik Keperawatan


Program Studi Diploma III Keperawatan Mayapada Nursing Academy

Disusun Oleh :
Wita Yulianti Barges 241911009

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAYAPADA NURSING ACADEMY
TAHUN 2021
A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus,
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn
Betz,2009)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).

B. ETIOLOGI
Menurut wiliams (2008), pennyebab dari gastroenteritis akut yaitu :
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas

C. ANATOMI dan FISIOLOGIS


Menurut hasan, (2005) susunan pencernaan
1. Mulut terdiri dari 2 bagian yaitu adanya :
 Bibir disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam
ditutupi oleh selaput lender (mukosa). Otot orbikularisoris
menutupi bibir. levator anguli oris mengakat dan depresoranguli
oris menekan ujung mulut.
 Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla,
otot yang terdapat pada pipi adalah buksinator
2. Bagian rongga mulut terdiri dari adanya :
 Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dekat
dengan kerongkongan (esophagus), didalam lengkungan faring
terdapat tongsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfe.
 Esafagus panjang sekitar 25 cm menjalar melalui dada dekat
dengan kolum navertebalis,dibelakang trakea dan jantung, esafagus
melengkung ke depan menembus diagfagma dan menghubungkan
lambung. Jalan masuk esafagus kedelam lambung adalah kardia
 Lambung merupakan bagian saluran yang dapat mengembangjan
paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esafagus melalui
orifisium pilorik, terletak dibawah diagfagfarma didepan pancreas
dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
 Usus alus adalah sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang +6 meter.
 Usus besar panjang lebih 1,5 meter lebar 5-6 cm. lapisan usus
bersadari dalam keluar : selaput lender, lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat.
 Anus adalah saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan udara luar.

D. PATOFISIOLOGI dan PATHWAY


Menurut Ngastiyah (2005). Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
diare :
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, adenovirus
enteris, virus Norwalk), bakteri atau toksin (campylobacter, Salmonela,
escherihia coli., Yersinia dan lainnya).
Penularan gastroenteritris biasa nya melalui fekal dan oral dari salah satu
penderita kelainnya. Beberapa kasus ditemui penyeberan pathogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis yang terjadi merupakan salah satu proses transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi elektrolit.
Mikro organisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurun area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
elektrolit. Faktor penyebab yang mempengaruhi pathogenesis antara lainnya
daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin
yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman
tersebut membentuk kolon-kolon yang dapat menginduksi diare (Smetlzer,
2002)
1) Bakteri noninvasif (enteroksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terkait pada mukosa usus halus
namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklik AMP
di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen
usus yang di ikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium.
Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. cholera,
Enterotoksigenik E.coli (ETTG), C. Perfringers, S. Aureus, dan
Vibriononglutinabel (Smetlzer,2002)
2) Bakteri enteroinvasifi
Diare menyebabkan kerusakan dingding usus berupa nekrosis dan
ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur
lender dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah
Enteroinvasive E. Coli (EIEC), S Paratyphi B.S. Typhimurium, S
Enteriditis, S. Choleraesus, Shigela, Yersinia dan C.Perfrigens tipe C
(Smetlzer, 2002)
PATHWAY

faktor infeksi malabsorbsi makanan Psikologi

Masuk dan ber Tekanan osmotik toksin tak dapat Ansietas


kembang dlm meningkat diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit


berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elektrolit gg. metabolisme mual, muntah

hipovolemi sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Defisit Nutrisi
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Williams (2008), manifestasi klinis :
1. Konistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
2. muntah (umumnya tidak lama)
3. demam (mungkin ada atau tidak)
4. kram abdomen, tenesmus
5. membrane mukosa kering
6. fontanel cekung (bayi)
7. BB menurun

F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
2. Syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic,
perfusi sistemik menurun)
3. Kejang demam
4. Bakterimia
5. Komplikasi diare mencakup potensial terhadap distrimia jantung akibat
hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan
kalium). (Smetlzer, 2002)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada GE
yang berasal dari bakteri)
2. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses
3. Hitung darah lengkap dengan differensial
4. Uji antigen immunoassay enzim-untuk memastikan adanya rotavirus
5. Kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare yang
berkepanjangan)-untuk menentukan pathogen
6. Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
7. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
shigella keluar melalui urin.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut john (2004), penatalaksaan pada gastroenteritis akut yaitu :
Rehidrasi
1. jenis cairan
a. Cara rehidrasi oral
1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali,
pedyalit setiap kali diare.
2) Formula sederhana (NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
1) Cairan I : RL dan NS
2) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5: RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
3) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare
usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
a. Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
b. Intra gastric (bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a. Defisit (derajat dehidrasi)
b. Kehilangan sesaat (concurrent less)
c. Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
a. Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
1) BB (kg) x 50 cc
2) BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
b. Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotic : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik
1. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair / susu
2. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula. Supportif: Vitamin A 200.000.
IU/IM, usia 1- 5 tahun

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak lemah dan kesakitan
Tanda vital : Berat badan menurun 2 % dehidrasi ringan , berat badan menurun
5 % dehidrasi sedang, berat badan menurun 8 % dehidrasi berat, Tekanan
darah menurun karena dehidrasi, RR meningkat karena hipermetabolisme cepat
dan dalam (kusmoul), suhu meningkatkan reaksi inflmasi, nadi meningkat
(nadi perifer melemah, mata cekung , mukosa bibir kering, tugorkulit abnormal
J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerrna makanan

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis Kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Diare -Mengetahui
dengan inflamasi tindakan keperawatan I. 03101 penyebab diare
gastrointestinal 3x24 jam eliminasi Observasi -Mengetahui asupan
fekal pasien membaik -Identifikasi penyebab nutrisi yang
dengan, kriteria hasil : diare diberikan
(SLKI L.04033 hal. -Identifikasi riwayat -Mengetahui warna,
23) pemberian makanan volume,konsistensi,
1. Konsistensi feses -Monitor warna, dan frekuensi feses
membaik volume, konsistensi, -Mengetahui adanya
2. Frekuensi defekasi dan frekuensi feses tanda gejala
membaik -Monitor tanda dan hipovolemia
3. Peristaltik usus gejala hipovolemia -Mengetahui adanya
membaik -Monitor iritasi dan iritasi dan ulserasi di
ulserasi kulit di daerah daerah kulit perianal
perianal -Mengganti cairan
yang hilang
Terapeutik -Untuk pemberian
-Berikan asupan cairan intravena
cairan oral -Mengganti elektrolit
-Pasang jalur yang hilang
intravena -Untuk pemeriksaan
-Berikan cairan darah lengkap dan
intravena elektrolit
-Ambil sampel darah -Untuk pemeriksaan
-Ambil sampel feses kultur feses
-Memenuhi nutrisi
Edukasi -Menghindari
-Anjurkan makan peningkatan
porsi kecil dan sering peristaltik usus
-Anjurkan -Agar bentuk feses
menghindari makanan membaik
pembentuk gas, pedas,
dan mengandung
laktosa

Kolaborasi
-Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen -Mengetahui adanya
berhubungan dengan tindakan keperawatan Hipovolemia tanda dan gejala
kehilangan cairan 3 x 24 jam status (I.03116) hipovolemia
aktif cairan pasien Observasi -Mengetahui jumlah
membaik dengan -Periksa tanda gejala cairan yg ada di
kriteria : hipovolemia tubuh pasien
(SLKI L. 03028 hal. -Monitor intake dan -Mengetahui jumlah
107) output kebutuhan cairan
1. Kekuatan nadi pasien
meningkat Terapeutik -Mengganti cairan
2. Turgor kulit -Hitung kebutuhan yang hilang
meningkat cairan -Mengganti cairan
3. Suhu tubuh -Berikan asupan tubuh yg hilang
membaik cairan oral -Mengganti cairan
4. Frekuensi nadi dan elektrolit yg
membaik Edukasi hilang
-Anjurkan perbanyak
asupan carian oral

Kolaborasi
-Kolaborasi
pemberian cairan IV
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen berat -Agar dapat
berhubungan dengan tindakan keperawatan badan (I.03097) mencerna makanan
ketidakmampuan 3x24 jam defisit Observasi -Menjaga nutrisi
mencerrna makanan nutrisi pasien dapat -Identifikasi kondisi agar terpenuhi dan
teratasi kritria hasil : kesehatan pasien yang mencegah terjadinya
(SLKI L. 03030 hal. dapat mempengaruhi mual dan muntah
121) berat badan berlanjut
1. Status nutrisi -Untuk menentukan
membaik Terapeutik diet pasien
2. Berat badan -Hitung berat badan
membaik ideal pasien
3. Nafsu makan
mebaik Edukasi
-Jelaskan hubungan
antara asupan
makanan,
penambahan berat
badan dan penurunan
berat badan
-Anjurkan melakukan
pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik
dan perubahan berat
badan
L. EVALUASI
1) Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh
3) Intergritas kulit kembali normal
4) Rasa nyaman terpenuhi
5) Pengetahuan keluarga meningkat, ansietas pada anak teratas
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Wiliams, Lippicont . 2008 . Nursing : memahami berbagai macam penyakit.


Jakarta : Indeks

SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
SLKI DPP PPNI 2019 Standar Luaran Keperawatan Indonesia,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai