Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

Disusun Oleh:
Wita Yulianti Barges (241911003)

Dosen Pembimbing:
Ns. Wanto Sinaga, M. Kep

MAYAPADA NURSING ACADEMY


JAKARTA, 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya agar
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “hipertensi” agar tepat
pada waktu yang telah ditentukan Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah agar dapat memahami lebih dalam
tentang penyakit hipertensi.
Terimakasih kepada bapak Ns. Wanto Sinaga., M.Kep selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan dosen pembimbing.
Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu penulis meminta tolong untuk kritikan dan saran unuk
membangun makalah ini agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat.

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................2


1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.1 Anatomi Peredaran Darah manusia dan Fisiologi..........................................3

2.2.1 Anatomi Peredaran Pembuluh Darah Manusia.......................................3


2.2.2 Fisiologi Pembuluh Darah......................................................................4

2.1 Etiologi...........................................................................................................5
2.4 Patofisiologi...................................................................................................7
2.5 Tanda Dan Gejala...........................................................................................9
2.6 Pencegahan...................................................................................................10
2.7 Komplikasi...................................................................................................11
2.8 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................11

2.9 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan...............................................12


2.9.1 Penatalaksanaan Medis.........................................................................12
2.9.2 Pengkajian Kperawatan.........................................................................12
2.9.3 Diagnosa Keperawatan.........................................................................14

ii
2.9.4 Intervensi Keperawatan.........................................................................14
2.9.5 Implementasi Keperawatan...................................................................17
2.9.6 Evaluasi Keperawatan...........................................................................17

BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18

3.1 Kesimpulan..................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan yang disebut tekanan darah tinggi merupakan


peningkatan tekanan darah sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah distolik lebih dari 90 mmHg (Who, 2013; Ferri,
2017).
Hipertensi resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis, gagal jantung,
stroke dan ginjal ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali
pengukuran atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Chever, 2012).
WHO tahun 2015 menunjukan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia
menyandang hipertensi artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya. Etimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi
sebesar 427.218 kematian. (Riskesdas, 2018)
SRS (sample registration system) Indonesia, tahun 2014, hipertensi dengan
komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua
umur. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%) umur 45-
54 tahun (45,3%),umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi 13,3% orang
yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3 tidak rutin minum
obat. (Riskedas, 2018).
Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang
ditimbulkan adanya kerusakan ginjal, serangan jantung, stroke, gluekoma,
disfungsi ereksi, dementia dan alzheimer bahkan dapat berkahir pada

1
2

kematian. hipertensi juga dapat dijuluki sebagai silent killer, karena dapat
mengakibatkan kematian secara mendadak bagi penderitanya.
Menurut Saya sebagai calon perawat dan tenaga medis, sangat penting
untuk mengetahui dengan detail apa itu hipertensi, cara pengobatanya,
penanggulangnya, penyebabnya serta masalah terkait dengan hipertensi atau
darah tinggi. Menurut saya sangat penting dalam menjaga kesehatan maupun
pola makan ataupun aktivitas sehari-hari agar tidak terjadinya penyakit
hipertensi, jika saya memperdalam pengetahuan tentang penyakit ini agar bisa
dapat membantu klien dalam menangani penyakit hipertensi.
Penulis membuat makalah mengenai penyakit hipertensi atau disebut juga
Penyakit darah tinggi untuk mengetahui apa itu penyakit hipertensi, anatomi,
etiolog, patofisiologi serta fokus utama penulis adalah menjelaskan tentang
langkah-langkah tindakan pemberian Aauhan Keperawatan pada pasien
dengan penyakit hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah yang dimaksud dengan penyakit hipertensi, bagaimana anatomi
fisiologi, etiologi, dan patofisiologi, tanda dan gejala, dan komplikasi pada
penyakit hipertensi serta penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Memjelaskan secara keseluruhan dari penyakit hipertensi, dan
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami definisi hipertensi, patopsiologi hipertensi,


dan Tanda gejala hipertensi.
3

2. Mahasiswa dapat memahami proses keperawatan seperti pengkajian


keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada proses keperawatan ini.

3. Mahasiswa dapat memahami gambaran penatalaksaan hipertensi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hipertensi merupakan keaadan dimana terjadi peningkatan tekanan darah


abnormal dan terus menurus beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan tekanan darah normal (Wijaya & Putri, 2013). Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikit nya 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Prince & Wilson, 2013).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan seseorang
yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh
angkat sistolik (bagian atas) dan diastolik (bagian bawah) pada pemeriksaan
tekanan darah menggunakan alat berupa cuff air raksa (spigmomanometer). Atau
alat digital lainnya (Pusdiastuti, 2011).
Jadi dapat disimpulkan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah persisten dengan tekanan darah sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg yang diukur paling sedikit dalam
dua kali kunjungan.

2.1 Anatomi Peredaran Darah manusia dan Fisiologi

2.2.1 Anatomi Peredaran Pembuluh Darah Manusia


Sistem peredaran darah dibagi menjadi sistem cardiovascular, yang terdiri
dari jantung, pembuluh darah, darah, dan sistem limfatik. Pembuluh darah
memebentuk jaringan pipa yang memungkinkan darah mengalir dari jantung ke
seluruh sel-sel hidup tubuh dan kemudian kembali ke jantung. Arteri dan vena
yang terus-menerus dengan satu sama lain melalui pembuluh darah yang lebih
kecil. Arteri cabang ekstensif untuk membentuk jaringan progresif pembuluh
darah kecil juga di sebut dengan arteriol. Sebaliknya vena yang berukuran kecil
yang disebut venula (Graff, 2009). Pembuluh darah utama terdiri dari trunkus

4
5

pulmonalis, trunkus aorta dan cabang-cabangnya, vena kava superior, inferior dan
cabang-cabangnya (Gray,2008)
Menurut Van de Graff (2009), divisi utama aliram darah adalah sirkulasi
paru dan sirkulasi sistemik. Sirkulasi paru termasuk pembuluh darah yang
mengakut darah ke paru-paru untuk pertukaran gas dan kemudian kembali ke
jantung. Ini terdiri dari vertikel kanan memompa darah, trunkus pulmonalis
dengan valva pulmonalis, arteri pulmonalis yang mengakut darah terdeoksigenasi
ke paru-paru, kapiler paru dalam setiap paru-paru, vena pulmonalis yang
transportasi oksigen darah kembali ke jantung, dan atrium kiri yang menerima
darah dari vena pulmonalis. Sirkulasi sistemik melibatkan semua bagian tubuh
yang bukan merupakan bagian dari sirkulasi paru-paru. Itu termasuk atrium
kanan, ventrikel kiri, aorta dengan velva aorta, semua cabang aorta, semua kapiler
selain yang di paru-paru yang terlibat dengan pertukaran gas. Atrium kanan
menerima semua vena yang kembalinya darah oksigen dari pembuluh darah
sistemik.

2.2.2 Fisiologi Pembuluh Darah


Dingding pembuluh darah terutama arteri merupakan organ aktif secara
metabolic yang harus memenuhi kebutuhan energy untuk mempertahankan
tegangan otot polos dan fungsi sel endotel dengan baik.
6

Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru yang mengisi arteri
(Guyton & Hall,2013 ). Menurut Kenneth S.Saladin (2012), jika arteri lebih kaku
dan tidak mempunyai distensibilitas, tekanan akan naik jauh lebih tinggi di sistol
dan drop untuk hamper nol diastol. Tetapi ketika sehat, mereka memperluas
masing-masing sistol dan menyerap beberapa kekuatan darah untuk dipompakan.
Kemudian, ketika jantung dalam diastol, elastistis mereka mempertahankan
tekanan darah dan mencegah tekanan darah jatuh ke nol, dengan demikian arteri
yang elastis “memuluskan” fluktuasi tekanan dan mengurangi stress pada alteri
lebih kecil. Arteri kecil dan arteriol disebut juga sebagai pembuluh risestensi
karena mereka adalah tepat utama dari risentensi ferifer (Barrett et al, 2010).
Tekanan yang dipengaruhi oleh resistensi, dan aliran dipengaruhi oleh keduanya.
Darah mengalir lebih cepat jika di tengah pembuluh darah, dimana ia bertemu
dengan sedikit gesekan, dan lebih lambat jika dekat dengan dingding, dimana ia
mengalami gesekan pada dingding pembuluh darah. Ketika pembuluh darah
melebarkan, sebagaian besar darah dalam tengah pembuluh dan aliran rata
mungkin cukup cepat. Ketika pembuluh darah mengalami kontraksi, banyak darah
yang lebih dekat dengan dingding sehingga menurunkan aliran darah (Saladin,
2012).

2.1 Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
Irianto (2014) yaitu :
A. Hipertensi essensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari kasus hipertensi adalah hipertensi essensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan takanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa fakor diduga
berkaitan dengan perkembangnya hipertensi essensial seperti
berikut ini :
1. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga
dengan hipertensi, berisiko tinggi untuk mengalami
7

hipertensi, jika memiliki riwayat keluarga yang memiliki


tekanan darah tinggi.
2. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan
wanita menopause berisiko tinggi untuk mengalami
hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat. Faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis
kelamin laki-laki lebih tinggi dari perempuan.
3. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungan dengan berkembangannya
hipertensi.
4. Barat badan : faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa
menjaga berat badan dalam keaadan normal atau ideal.
Obesitas (>25% diatas BB ideal)
5. Gaya hidup : faktor ini dapat dikendalikan dengan pola
hidup sehat dapat menghindari faktor pemicu hipertensi itu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok
dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah
pasien. Komsumsi alkohol yang sering atau berlebihan dan
terus menurus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memilki tekanan darah tinggi pasien diminta
untuk menghindari alkhol agar tekanan darah pasien dalam
batas berlebihan dan terus menurus dapat meningkatkan
tekanan darah pasien sebaiknya jika memilki tekanan darah
tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar
tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pemelihara
gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi
yang bisa terjadi.
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi
adalah hipertensi sekunder yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
8

seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin,


hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan
hipertensi dari penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang
terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal hypertension).
Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah
tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal. Pembuluh
darah utamavpenyuplai darah kedua organ ginjal. Bila pemasukan
darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang
meningkat tekanan darah serta gangguan yang terjadi pada tiroid
yang merangsang pada aktivitas jantung, meningkatkan produksi
darah yang mengakibatkan meningkatknya resistensi pembuluh
darah sehingga mengakibatkan hipertensi. Faktor mencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain : pengguna kontrapsi
oral, coarction aorta, neurogenic ( tumor, otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravaskuler, luka bakar, dan strees karena bisa memicu sistem
saraf simpatis sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan
tekanan pada pembuluh darah

2.4 Patofisiologi

Atrosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan


penebalan dan hilangnya elastisis arteri. Ateklerosis merupakan proses
multifactorial. Terjadi inflamasi pada dingding pembuluh darah dan bentuk
deposit subtansi lemak, kolestrol, produk sampah seluler kalsium dan berbagi
substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan
aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran sebagai dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptide endothelium fungsi
endothelium banyak terjadi pada kasus hipertrensi.
9

2.2.2 Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadi hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-coverting enzyme (ACE). Angiotensin II ini
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama.

2.2.3 Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.


Dengan meningkatkan ADH, sangat sedikit urin yang dieksresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengecerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik carian dari bagian instrasululer. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
2.2.4 Menstimulasi sekresi aldosterone dari korteks adrenal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCI (garam) dengan cara mereabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCI akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada giliran akan meningkatkan volume tekanan darah.
2.2.5 Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksi pembuluh darah


terlertak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis ditoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui saraf sistematis.
10

Gambar 2.2

2.5 Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan


gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penenangan segara
11

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyimpitan pembuluh darah akibat dari
vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan
vasculer cerebral. Keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe
tengkuk pada klien hipertensi.

2.6 Pencegahan
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk
mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan garam
sampai dibawah 1500 mg/hari. Diet yang ialah bagaimana dalam makanan sehari-
hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran, rendah, lemak, makanan yang kaya
sehat (Soluble fibre), protein yang berasal dari tanaman juga harus tidak lupa
olahraga yang teratur, tidak mengkomsumsikan alkohol, mempertahankan berat
badan pada kisaran 18,5-24,9km/m2 (SETIATI,2015).
Menurut Riyandi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian yaitu :

1. Pencegahan primer
Faktor risiko antara lain : tekanan darah atas rata-rata, adanya riwayat
hipertensi pada amnemisis keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas, dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk
a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesteromia, diabetes melitus, dan sebagainya
b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok
c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam
d) Melakukan execise untuk mengendalikan berat badan
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi karena faktor tertentu tindakan yang bisa dilakukan berupa :
a) Pengelolah secara menyeluh bagi penderita baik dengan obat
maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer
12

b) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara


normal atau stabil mungkin
c) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain dengan
harus terkontrol
d) Batasi aktivitas

2.7 Komplikasi

Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang


organ-organ vital lain :
2.4.1 Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infrak miokard, infrak miokard


menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi
menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.

2.4.2 Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan


progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran
darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekananan osmotic menurun
kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia

2.4.3 Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari


pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila
terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan
aliran darah yang dipengaruhi otak berkurang.
13

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik pada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Hematokrit
Pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat
seiring kadar natrium dalam darah. Pemeriksaan hematokrit
diperlukan juga untuk mengikuti perkembangan pengobatan
hipertensi.
2. Kalium serum
Peningkat kadar kalsium dapat mengingkat hipertensi
3. Kreatinin serum
Hasil yang didapatkan dari pemeriksa kreatinin adalah kadar kreatinin
dalam darah meningkatkan sehingga berdampak pada fungsi ginjal
4. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya
diabetes
5. Elektrokardiogram
Pembesaran vartikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi
dengan pemeriksaan ini. Dapat juga menggambarkan apakah
hipertensi telah lama berlangsung (Tom Smith, 1991)

2.9 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


2.9.1 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksaan medis meliputi terapi non farmakologi dan farmakologi.


Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas
fisik, larangan merokok dan batasan konsumsi alkhol. Terapi farmakologis dapat
diberikan antihipertensi tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti
hipertensi dapat di dasari ada tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun
komplikasi).
14

2.9.2 Pengkajian Kperawatan

Setap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian
dan komplikasi, dengan pencapain dan mempertahankan tekanan darah arteri pada
kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau
penderita penyakit ginjal kronis) kapapun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
2.9.2 Pengkajian
2.9.1.2 Identitas pasien
Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosis, No RM.
2.9.1.3 keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien hipetensi ditemui dengan keluhan nyeri
kepela dan tensi tinggi.
2.9.1.4 Riwayat kesehatan dahulu
Pasien menyangkal tidak ada riwayat mempunyai hipertensi atau DM
sebelumnya
2.9.1.5 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan keluhan nyeri kepala tengkuk terasa berat , nyeri bertambah
ketika dibawa bangun dan berkurang ketika dibawa istirahat
2.9.1.6 Riwayat kesehatan keluarga
Pada pasien hipertensi biasanya ada anggota keluarga yang menderita
hipertensi. Kemungkinan dari riwayat orang tua terkena penyakit
hipertensi. Dan biasanya juga karena efek mengomsumsi pemakaian
garam berlebihan.
2.9.1.7 Pola aktivitas sehari-hari meliputi ;
2.9.1.8 Pola presepsi kesehatan
Pasien menyadari kalau dirinya hipertensi tetapi pengetahuan pasien
tentang penyakit tersebut kurang, hal tersebut didukung dengan pernyataan
pasien bahwa pasien tidak mengetahui batas normal tekanan darahnya,
makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi.
2.9.1.9 Pola nutrisi
15

Komposisi makanan yang dikonsumsinya : nasi, lauk, sayur, buah,


makanan 4 sehat 5 sempurna.
2.9.1.10 Pola eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
ginjal masalalu)
2.9.1.11 Pola Harga diri
Pasien merasa harga diri rendah, karena tidak dapat melakukan
kebutuhan sendri tanpa bantuan orang lain ataupun keluarga.
2.9.1.12 Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital : TD 180/110 mmHg, nadi 88x/mnt, pernapasan 20
kali/mnt, suhu 37,6 C
Rambut hitam campur putih (ubanan, bersih tak berketombe dan tak
rontok). Kepala bentuk mesespal taka da pembesaran, malas
menggerakan kepala, kepala sering dipegangi (menahan nyeri).
Mata : pandangan kabur, tidak jelas melihat benda yang jarak dekat,
Telinga : taka da maslaah dengan pendengaran tidak sakit, hidung :
lubang hidung bersih taka da secret dan tidak terjadi epataksis, mulut :
bibir merah muda, lembab simetris, mukosa mulut merah muda, gigi
bersih, lidah tidak kotor, leher : kaku leher, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, gerak normal, dada : inspeksi simestris, jantung taka da
pembesaran abdomen : datar tidak ada pembesaran hati, kulit turgor baik,
oedema, akral hangat.

2.9.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penelian klinis respons pasien
terhadap maslah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan merupakan langkah
kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklarifikasi masalah kesehatan dalam
lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang
respons seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial. diagnosa keperawatan
16

bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluaraga, dan komunitas


terhadap siatusi yang berkaitan dengan kesehatan. Tujuan pencatata diagnosa
keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi tentang maslaah pasien yang sedang
pasien alami saat ini dan merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap
masalah yang diidetifikasi berdasarkan berdasarkan data serta mengidemtifikasi
pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).

2.9.4 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan bagian fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan
masalah yang tertulis (Bulchek,2017).
Intervensi keperawatan berdasarkan SIKI dan SLKI pada pasien hipertensi
dengan kesiapan peningkatan pengetahuan

No Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1 2 3 4
1 Peningkatan 1. Pasien menunjukan 1.Mengobservasikan
pengetahuan responsibility untuk tingkat pasien tentang
belajar ditandai oleh suatu topik
ketertarikan/ semangat 2. Tentukan motivasi dan
pada saat menjawab besarnya harapan pasien
setiap pertanyaan untuk dalam belajar
2. Pasien mampu 3. Bantu pasien
mengidentifikasikan mengidengtifikasi tujuan
sumber informasi yang dari pembelajaran
akurat 4. Pastikan metode
3. Pasien secara aktif pembelajaran yang disukai
mengungkapkan secara (missal : auditory, visual,
verbal informasi yang interaktif)
dapat digunakan 5. Indentifikasi dan catat
4. Pasien dapat faktor interpersonal yang
menggunakan informasi dapat mempengaruhi
yang diperoleh dalam pembelajaran ( missal :
mengembangkan rencana umur/tingkat
individu untuk perkembangan, jenis
meningkatkan kesehatan kelamin, pengaruh budaya/
atau mencapai tujuan sosial, agama, pengalaman
hidup, tingkat pendidikan)
17

6. Tentukan hal-hal yang


dapat mengganggu
pembelajaran (missal ;
pasien tidak dapat
membaca yang digunakan
individu dengan tenaga
kesehatan lain, disleksia)
7. Faktor fisik ( missal :
deficit sensory, seperti
gangguan dalam
pendengaran dan
penglihatan, aphasia), fisik
yang tidak stabil ( missal :
sakit akut, intoleransi
aktivitas), gangguan
menterial dalam
pembelajaran
8. Berikan informasi
dalam format yang
bervariasi dan tepat pada
gaya pembelajaran
individu (missal :
audiotape,booklet, video,
kelas seminar, internet)
9. Menjelaskan bagaimana
informasi bisa membantu
pasien mencapai tujuan
dengan cara yang tepat
10. Mengidentifikasi
sumber komunitas dan
kelompok yang tepat
memberikan informasi
11. Memberikan klien dan
anggota keluarag
mengenai informasi terkait
dengan penyakit hipertensi
untuk meningkatkan
pemahaman diri mengenai
pengertian, penyebab dan
pengobatan
18

2.9.5 Implementasi Keperawatan

Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang cepat,


intervensi diherapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien menurut Potter&Perry
(2009) dalam jurnal lesmana

2.9.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau
terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan
umpan balik selama program selesai berlangsung. Sedangkam evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, Objektif, assessment,
planning) (Achjar,2007). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah
yang klien hadapi telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada klien hipertensi dengan
kesiapan peningkatan pengetahuan adalah :

1. Pasien memiliki ketertarikan dalam belajar


2. Pasien dapat mengidentifikasi sumber informasi yang akurat
3. Pasien secara aktif mengungkapkan secara verbal informasi yang
dapat digunakannya
4. Pasien dapat menggunakan yang diperoleh dalam meningkatkan
kesehatan atau pencapaian tujuan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan hipertensi,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
3.1 pada pengkajian klien dapat hipertensi diakibatkan karena adanya pembuluh
darah
3.2 masalah keperawatan yang muncul merupakan pusing dan mual nyeri dibagian
tungkak
3.3 beberapa tindakan mandiri keperawatan pada pasien dengan hipertensi
menganjurkan pasien untuk tidak mengomsumsi garam berlebihan dan atur pola
tidur , untuk mneyelesaikan masalah, penulis melibatkan pasien secara aktif dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

3.2 Saran
3.2 Untuk hasil pengkajian keperawatan yang diharapkan pasien dan keluarga
pasien yang terdiagnosis hipertensi
3.3 Dalam meningkatkan asuhan keperawatan dapat menangani pasien untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan
3.4 Sebagai perawat dapat bertugas untuk melayani pasien hendaknya mempunyai
wawasan luas agar dapat menjelaskan cara pola makan sehat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Terbit pada Sabtu 17 mei (2019). Kementrian kesehatan republik Indonesia


https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-paling-
banyak-diidap-masyarakat.html
Terbit pada tanggal 17 mei (2019). Kementerian kesehatan republik Indonesia
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/hari-hipertensi-dunia-2019-
know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik
Terbit oleh Kamila M (2017). Artikel
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:eISr0avoiGkJ:repository.unimus.ac.id/1689/4/13%2520BAB
%2520II.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
Yunitasari PY, (2018). Artikel
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiJzNqkhI3sAhVQA
XIKHRvEAlEQFjABegQIDBAC&url=http%3A%2F%2Frepository.poltekkes-
denpasar.ac.id%2F1308%2F3%2FBAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw23tWtBOyTDWQgGjfIGHzeO
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwius
vC9gaTsAhUPgUsFHRJUCoIQFjABegQIAhAC&url=http%3A%2F
%2Fdigilib.unimus.ac.id%2Fdownload.php%3Fid
%3D2754&usg=AOvVaw1W6GcW2-4U2ZhtaSnsCiJr
SADHEWA BA, (2016). Artikel
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwivo4Psio3sAhUd7H
MBHYMxDngQFjAEegQIARAB&url=http%3A%2F%2Frepository.unimus.ac.id
%2F1478%2F3%2FBAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw3BSpncdo38Ka3NpZ0r2d6F

20
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:CGGWbZemyLcJ:repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2336/3/BAB
%2520II.pdf+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
SA'ADAH SUMIYATI, (2018) . Buku Sistem peredaran darah manusia . Program
studi biologi fakultas tarbiyah dan keguruan uin suann gunung djati : Bandung
AlOMEDIKA, 16 September 2020
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/hipertensi/penatalaksanaan
Pratiwi AA, (2019). Artikel
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiS54GD76TsAhUO
VH0KHZR8CIMQFjABegQIARAC&url=http%3A%2F
%2Frepository.poltekkes-denpasar.ac.id%2F2336%2F3%2FBAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw0-M_rh9VKqzUOLJo1Qcigy
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwju0eCqhKXsAhWx
W3wKHRAQDzgQFjAAegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Feprints.umm.ac.id
%2F41363%2F3%2Fjiptummpp-gdl-chachaastr-46890-3-
bab2.pdf&usg=AOvVaw0cZ1YWHPrhwyDOv70CAdY3
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2336/3/BAB%20II.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai