Disusun Oleh:
M. Shafarulloh P 1443050074
JAKARTA
2017
I. Judul : Penetapan Kadar INH dalam Saccharum Lactis
dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan
hilangnya aatu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. (1)
Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh satu elektron atau
lebih oleh zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif (kurang positif), jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini sangat jelas karena
elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat yang lain.jika orang
membicarakan oksidasi suatu zat, ia harus ingat bahwa pada saat yang sama reduksi dari
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion
bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan
bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup
tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam
lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan
menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan
merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat
juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent
Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod, sementara
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam
basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa
6 ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat
tunggal. (4)
IV. Monografi
1. Isoniazidum (INH)
Isoniazidum
Isoniazida
piridina-4-karboksil-hidrazidra
C6H7N3O BM 137,14
Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,10 % C 6H7N3O
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak
pahit, terurai perlahan - lahan oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol ( 95 % ), sukar larut
dalam klorofom dan dalam eter.
( FI IV Hal.472)
2. Asam Klorida (F1 III : 53)
RM / BM : HCl/ 36,46
Kandungan :Tidak kurang dari 35,0% dan tidak lebih dari 38%
HCl.
RM / BM : KBr / 119,01
higroskopis.
gliserol P.
Aq. Dest
HCl 2N
HCl(p)
KBrO3 0,1 N
1. 0,0578 2,5 ml
2. 0,0576 2,5 ml
3. 0,0576 2,5 ml
Bobot yang ditimbang = 2/3 x 25 ml x
IX. Pembahasan
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion
bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi.
Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan
asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion
bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan
menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat
juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent
Pada percobaan kali ini digunakan sampel isoniazid, Na-salisilat, dan Asetanilid.
Untuk isoniazid, mula-mula sampel ditimbang 10 mg. Kemudian dilarutkan dalam 10 ml air.
gram, kelebihan KBr dalam larutan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat.
Setelah itu ditambahkan 2 ml HCl P dengan maksud untuk memberi suasana asam agar
bromin dapat terbebas. Kemudian didiamkan di tempat gelap selama 5 menit. Setelah itu
ditambahkan KI 10% b/v, penambahan ini akan menghasilkan iodida yang dioksidasi oleh
bromin menjadi iodin yang dititrasi dengan natrium untuk menentukan kadar sampel.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah menjadi kuning pucat. Penambahan
HCl bertujuan memberikan suasana asam agar bromin dapat dibebaskan , setelah tercampur ,
larutan tsb harus ditutup kurang lebih 15 menit. Hal tersebut ditujukan agar penguapan brom
dapat dihindarkan , bromin yang dibebaskan tidak stabil , karena mempunyai tekanan uap
Dalam percobaan ini diperoleh persen kadar yang tidak sesuai dengan persyaratan kadar
yang tertera pada literatur, hal ini mungkin saja disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
human error yang berpengaruh pada penetapan kadar sampel , namun masih dapat
XII. Lampiran