Oleh:
Fadilla Husna Zahra 12160123497
Feby karina 12160123465
Hana surya s12160121694
Sekar Raudhatul Jannah 12160123876
FAKULTAS PSIKOLOGI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta berkah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah psikologi kesehatan yang
diberikan pada semester 5. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan Psikologi kesehatan. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
1.1 Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan intervensi farmokologi
2. Menjelaskan intervensi dukuungan sosial dan relaksasi
3. Menjelaskan intervrnsi individu
4. Memahami manajemen stress
BAB II
PEMBAHASAN
1. Diabetes
Terapi Insulin: Penting pada diabetes tipe 1 untuk menggantikan insulin yang
tidak diproduksi oleh tubuh.
Obat Antidiabetik Oral: Seperti metformin, membantu mengurangi kadar
gula darah pada diabetes tipe 2.
2. Penyakit Kardiovaskular
Statins: Mengurangi kolesterol LDL, mengurangi risiko penyakit jantung.
Antiplatelet Agents: Misalnya aspirin, mencegah pembekuan darah yang
dapat menyebabkan serangan jantung.
3. Gangguan Saluran Pernapasan Kronis
Bronkodilator: Membantu pasien asma atau COPD bernapas lebih mudah
dengan merelaksasi saluran udara.
Inhaled Corticosteroids: Mengurangi peradangan di saluran udara, membantu
mengontrol gejala pernapasan.
4. Gangguan Mental (Depresi, Kecemasan)
Antidepresan: Seperti SSRI, membantu mengatasi depresi dengan
meningkatkan kadar neurotransmitter serotonin.
Anxiolytics: Mengurangi kecemasan dengan menekan aktivitas saraf.
5. Artritis Reumatoid
DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs): Mengubah respon
sistem kekebalan tubuh untuk meredakan peradangan pada sendi.
Biologics: Obat yang mempengaruhi respons sistem kekebalan tubuh,
membantu mengurangi peradangan dan nyeri.
Terdapat berbagai macam intervensi yang efektif dalam menurunkan kecemasan pada
pasien dengan penyakit kronik, salah satunya adalah intervensi mindfulness. Intervensi
mindfulness merupakan bagian dari keperawatan holistik, karena meningkatkan
kesadaran atas keadaan yang terjadi saat ini dengan cara memusatkan pikiran dan
perhatian kepada keyakinan tanpa pemberian reaksi penolakan yang dapat menurunkan
gejala psikis dan fisik. Selain itu, intervensi mindfulness ini juga mendorong individu
untuk mengidentifikasi gejala fisik yang sedang dirasakan dengan cara menyadari
berbagai hal yang terjadi pada saat ini atau tidak hanya berfokus pada kondisi sakit saja,
sehingga keluhan ataupun gejala fisik akan berkurang (Aherne et al., 2016). Dalam
psikologi klinis terapi Mindfulness memiliki dua poin penting. Pertama adalah
kesadaran terhadap momen di setiap pengalaman yang terjadi tanpa memberikan
judgment dan kedua adalah adanya sikap menerima (acceptance) (Keng et al., 2011).
Intervensi mindfulness juga merupakan terapi yang mengajarkan individu untuk
dapat melibatkan perhatian secara penuh dan tidak menghakimi atau
memberikan judgment terhadap peristiwa yang sedang terjadi saat itu juga (Spiegler,
2015). Kesadaran diri inilah yang membantu individu menuju tahap penerimaan
(acceptance) sebagai strategi koping yang efektif menuju kondisi yang adaptif
(Antoni MH, 2014). Pada terapi mindfulness bertujuan untuk membantu individu
menghindari kebiasaan untuk merespon secara destruktif atau langsung dan belajar
untuk mengobservasi pikiran, emosi dan peristiwa yang terjadi saat itu juga tanpa
memberikan judgment atau reaksi secara langsung.
Manajemen stress merupakan salah satuperilaku positif yang bila terus menerus
diulangi penggunaannya akan membentuk sebuah kebiasaan. Hal ini sejalan dengan teori
perilaku yang menyebutkan bahwa perubahan perilaku dapat menjadi suatu perubahan
yang stabil bila dilakukan terus menerus, dan dibutuhkan waktu sekitar minimal enam
bulan untuk membuat suatu perilaku dilakukan dengan kesadaran sendiri oleh individu
(Stuart, Keliat, pasaribu, dalam florensa 2019).
Nursalam menyebutkan tiga manajemen positif yang bisa dilakukan dalam mengatasi
stress:
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi Diri)
Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu
dalam memenfaatkannya menghadapi stress yang disebabkan situasi dan
lingkungan. Sumber daya psikologis yang penting antara lain: pikiran yang positif
tentang dirinya (harga diri), dan mengontrol diri yaitu kemampuan dan keyakinan
untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal-external control), dimana
kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan dan nasib dari luar sehingga pasien
dapat mengambil hikmat dari sakitnya (looking for silver lining).
2. Rasionalisasi (Terapi Kognitif)
Upaya memahami dan menginterpretasikan secara spesifik terhadap stress
dalam mencari arti dan makna stress. Dalam menghadapi situasi stress, respons
individu secara rasionl adalah dia akan mengahdapi seacra terus terang,
mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut
bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan
sendirinya. Sebagian orang berpikir bahwa setiap kejadian adalah tantangan dalam
hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua perasalahannya dengan
melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta untuk
mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu mengatasi situasi
stress. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang
kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat
membnatu meningkatkan daya tahan tubuh dengan tidur secara teratur, makan
seimbang, minum obat antiretroviral, dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur
dan menghindari hal-hal yang akan memperparah sakitnya.
Dalam pengelolaan stres, yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola stres
tersebut (Marliani, 2007). Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengelola stres
salah satunya dengan melakukan upaya peningkatan kekebalan stres dengan mengatur
pola hidup sehari-hari seperti makanan dan pergaulan. Selain itu terapi farmakologis
dan non farmakologis juga sangat berperan untuk dapat mengelola stres dengan baik.
Terapi non farmakologis dilakukan dengan konseling kepada petugas medis yang
berkompeten, sedangkan terapi non farmakologis dilakukan bila perlu dengan
mengkonsumsi obat yang telah diadviskan dokter (Hawari, 2008).
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Intervensi Psikologis pada Penyakit Kronis adalah bahwa pendekatan holistik yang
mencakup intervensi farmakologi, terapi individu, dukungan sosial, relaksasi, dan
manajemen stres adalah kunci dalam mengatasi dampak psikososial penyakit kronis.
Dalam mengelola penyakit kronis, pentingnya peran psikologis, dukungan sosial, dan
strategi relaksasi menjadi sangat nyata. Kombinasi antara pengobatan medis dan
dukungan psikologis dapat membantu pasien mengatasi stres, mengurangi kecemasan,
dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendekatan ini mencerminkan pentingnya
memahami aspek psikologis dan emosional pasien dalam proses penyembuhan penyakit
kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., & Stansilaus, F. (2018). Psikologi Kesehatan: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Salemba
Medika.
Amylia, Y. (2013). Hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan
pada penderita leukemia (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Buanasari, A., & Nurmansyah, M. (2022). Pelatihan Manajemen Stress Kepada Penderita
Penyakit Kronis di Desa Warisa. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM), 5(1), 274-283.
Hidayanti, E. (2013). Strategi coping stress perempuan dengan HIV/AIDS. Sawwa: Jurnal
Studi Gender, 9(1), 89-106.
Florensa, M. V. A., Paula, V., Sitanggang, Y., Hasibuan, S. Y., Anggraini, M. T., &
Situngkir, A. (2019). Manajemen Stres Dan Ansietas Warga Di Kelurahan Bencongan
Indah Tangerang. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 2, 409-415.
Prasetyorini, H. T., & Prawesti, D. (2012). Stres pada penyakit terhadap kejadian komplikasi
hipertensi pada pasien hipertensi. Jurnal Stikes, 5(1), 61-70.
Santoso, M. D. Y. (2021). Dukungan sosial dalam situasi pandemi covid 19. Jurnal Litbang
Sukowati: Media Penelitian Dan Pengembangan, 5(1), 11-26.
Setiadi, A. P. (2017). Psikologi Kesehatan: Sebuah Pengantar untuk Perawat dan Profesi
Kesehatan Lainnya. Andi Offset.
Sriati, Aat. (2022). Intervensi Mindfulness Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Pasien
Penyakit Kronis: Narrative Review. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(3):954.