Anda di halaman 1dari 13

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Psikologi Kesehatan Raudatul salamah M.Psi

PSYCHOLOGICAL INTERVENTIONS FOR CHRONIC HEALTH


DISORDERS (PHARMACOLOGICAL INTERVENTIONS, INDIVIDUAL
THERAPY, SOSIAL SUPPORT INTERVENTIONS AND RELAXATION,
STRESS MANAGEMENT)

Oleh:
Fadilla Husna Zahra 12160123497
Feby karina 12160123465
Hana surya s12160121694
Sekar Raudhatul Jannah 12160123876

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta berkah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah psikologi kesehatan yang
diberikan pada semester 5. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan Psikologi kesehatan. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu raudatusalamah M.Psi selaku


dosen pengampu mata kuliah Psikologi kesehatan yang telah memberikan bimbingan
dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga berterimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari
segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca khususnya bagi
mahasiswa jurusan Psikologi.

Pekanbaru, 09 0ktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................\
1.3 Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

1.1 Pharmacological Interventions......................................................................................


1.2 Individual Interventions.................................................................................................
1.3 Sosial Support Interventions and Relaxation.................................................................
1.4 Stress Management........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................

1.1 Kesimpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trend penyakit kronis yang semakin meningkat perlu mendapatkan perhatian khusus
karena berbagai dampak yang ditimbulkan. Penyakit kronis yang telah diderita selama
bertahun-tahun dapat mengganggu pada semua aspek kehidupan penderitanya seperti
masalah finansial. Karir, gangguan peran termasuk masalah psikososial. Studi
sebelumnya mengungkapkan bahwa salah satu penyebab masalah depresi pada usia
dewasa akhir adalah akibat penyakit kronis yang diderita (Peltzer & Phaswana-Mafuya,
2013). Penderita penyakit kronis mungkin mengira diri mereka berbeda dari orang lain
yang tidak memiliki penyakit sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan
mengganggu pekerjaan yang berimbas pada pendapatan. Penyakit yang diderita pun akan
membatasi aktivfitas yang mungkin sering dilakukan sebelumnya sehingga dapat
menyebabkan perasaan pengasingan, kesepian, dan kehilangan. Selain itu perasaan
khawatir dan takut akan prognosis penyakit dan kematian juga sering dirasakan oleh
penderita penyakit kronis (Dobbie, Mellor, & medicine, 2008).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), pada tahun 2018 prevalensi
penyakit tidak menular saat ini naik dari data RISKESDAS tahun 2013, yaitu stroke pada
usia >15 (naik 56%), diabetes mellitus (naik 23%), hipertensi pada usia >18 (32%), dan
obesitas (47%). Data Riseksdas tahun 2018 juga menempatkan Provinsi Sulawesi utara di
tempat pertama degan angka obesitas tertinggi di Indonesia sebesar 30,2%.
Hal ini tentu menjadi masalah yang harus di perhatikan dan harus di berikan solusi atau
intervensi agar terdapat jalan keluar bagi penderita gangguan kesehatan kronis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu intervensi farmokologi ?
2. Apa itu intervensi dukungan sosial dan relaksasi?
3. Apa itu intervensi individu ?
4. Bagaimana manajemen stress ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan intervensi farmokologi
2. Menjelaskan intervensi dukuungan sosial dan relaksasi
3. Menjelaskan intervrnsi individu
4. Memahami manajemen stress

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PHARMACOLOGICAL INTERVENTIONS


Penyakit kronis merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanganan
jangka panjang. Intervensi farmakologi memainkan peran utama dalam mengatasi
penyakit kronis, membantu mengontrol gejala, memperlambat perkembangan penyakit,
dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Makalah ini membahas berbagai jenis
intervensi farmakologi yang digunakan dalam mengatasi penyakit kronis, dengan fokus
pada perspektif psikologi kesehatan Indonesia. Berikut ini macam-macam penyakit kronis
dan intervensi farmakologi nya.

1. Diabetes
 Terapi Insulin: Penting pada diabetes tipe 1 untuk menggantikan insulin yang
tidak diproduksi oleh tubuh.
 Obat Antidiabetik Oral: Seperti metformin, membantu mengurangi kadar
gula darah pada diabetes tipe 2.
2. Penyakit Kardiovaskular
 Statins: Mengurangi kolesterol LDL, mengurangi risiko penyakit jantung.
 Antiplatelet Agents: Misalnya aspirin, mencegah pembekuan darah yang
dapat menyebabkan serangan jantung.
3. Gangguan Saluran Pernapasan Kronis
 Bronkodilator: Membantu pasien asma atau COPD bernapas lebih mudah
dengan merelaksasi saluran udara.
 Inhaled Corticosteroids: Mengurangi peradangan di saluran udara, membantu
mengontrol gejala pernapasan.
4. Gangguan Mental (Depresi, Kecemasan)
 Antidepresan: Seperti SSRI, membantu mengatasi depresi dengan
meningkatkan kadar neurotransmitter serotonin.
 Anxiolytics: Mengurangi kecemasan dengan menekan aktivitas saraf.
5. Artritis Reumatoid
 DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs): Mengubah respon
sistem kekebalan tubuh untuk meredakan peradangan pada sendi.
 Biologics: Obat yang mempengaruhi respons sistem kekebalan tubuh,
membantu mengurangi peradangan dan nyeri.

1.2 INDIVIDUAL INTERVENTIONS


Terapi individu merupakan salah satu intervensi psikologis yang umum dilakukan
pada pasien yang mengalami komplikasi psikososial akibat penyakit kronis. Namun ada
perbedaan penting antara psikoterapi dengan pasien medis dan psikoterapi dengan pasien
yang utamanya memiliki gangguan psikologis.
Pertama, terapi dengan pasien medis lebih cenderung bersifat episodik dibandingkan
berkelanjutan. Penyakit kronis kadang-kadang menimbulkan krisis dan masalah yang
mungkin memerlukan bantuan. Misalnya, suatu kondisi yang kambuh atau memburuk
dapat menimbulkan krisis yang perlu ditangani oleh terapis. Kedua, kolaborasi dengan
dokter pasien dan anggota keluarga sangat penting. Dokter dapat memberi tahu psikolog
atau konselor lain mengenai kondisi fisik pasien saat ini. lalu diberikan intervensi jika
diperlukan. Ketiga, terapi dengan pasien medis memerlukan penghormatan terhadap
pertahanan pasien. Dalam psikoterapi tradisional, salah satu tujuan terapis adalah untuk
menantang pertahanan pasien yang mungkin mengganggu pemahaman yang memadai
tentang masalahnya. Namun, pada kasus pasien yang sakit kronis, pertahanan ini mungkin
berfungsi baik dalam melindungi mereka dari dampak penyakit yang mereka derita.
Keempat, terapis yang menangani pasien medis harus memiliki pemahaman
komprehensif tentang penyakit pasien dan cara pengobatannya. Penyakit dan
pengobatannya sendiri menimbulkan masalah psikologis (misalnya depresi akibat
kemoterapi), dan terapis yang tidak mengetahui fakta ini mungkin akan membuat
interpretasi yang salah. Pelatihan keterampilan mengatasi dapat meningkatkan fungsi
penyakit kronis. Program-program tersebut dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit, mengurangi kecemasan, meningkatkan perasaan pasien akan tujuan
dan makna hidup.

Terdapat berbagai macam intervensi yang efektif dalam menurunkan kecemasan pada
pasien dengan penyakit kronik, salah satunya adalah intervensi mindfulness. Intervensi
mindfulness merupakan bagian dari keperawatan holistik, karena meningkatkan
kesadaran atas keadaan yang terjadi saat ini dengan cara memusatkan pikiran dan
perhatian kepada keyakinan tanpa pemberian reaksi penolakan yang dapat menurunkan
gejala psikis dan fisik. Selain itu, intervensi mindfulness ini juga mendorong individu
untuk mengidentifikasi gejala fisik yang sedang dirasakan dengan cara menyadari
berbagai hal yang terjadi pada saat ini atau tidak hanya berfokus pada kondisi sakit saja,
sehingga keluhan ataupun gejala fisik akan berkurang (Aherne et al., 2016). Dalam
psikologi klinis terapi Mindfulness memiliki dua poin penting. Pertama adalah
kesadaran terhadap momen di setiap pengalaman yang terjadi tanpa memberikan
judgment dan kedua adalah adanya sikap menerima (acceptance) (Keng et al., 2011).
Intervensi mindfulness juga merupakan terapi yang mengajarkan individu untuk
dapat melibatkan perhatian secara penuh dan tidak menghakimi atau
memberikan judgment terhadap peristiwa yang sedang terjadi saat itu juga (Spiegler,
2015). Kesadaran diri inilah yang membantu individu menuju tahap penerimaan
(acceptance) sebagai strategi koping yang efektif menuju kondisi yang adaptif
(Antoni MH, 2014). Pada terapi mindfulness bertujuan untuk membantu individu
menghindari kebiasaan untuk merespon secara destruktif atau langsung dan belajar
untuk mengobservasi pikiran, emosi dan peristiwa yang terjadi saat itu juga tanpa
memberikan judgment atau reaksi secara langsung.

1.3 SOCIAL SUPPORT INTERVENTIONS AND RELAXATION


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maeland & Havick, 1987; Marks dkk, 1986 (dalam
amylia,2013) menyatakan bahwa kecemasan dan depresi banyak ditemui pada penderita penyakit
kronis. Sehingga untuk menurunkan jumlah penderita yang mengalami gangguan psikologis telah
dikembangkan beberapa macam intervensi untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan
penyakit kronis, diantaranya intervensi farmakologi, terapi individual, intervensi psikoterapi
singkat, relaksasi dan berlatih, dan dukungan sosial. Namun, diantara kelima macam jenis
intervensi tersebut, dukungan sosial merupakan cara yang efektif bagi penderita penyakit kronis.
Dukungan sosial diperlukan dalam menurunkan stres yang dapat memicu kecemasan yang
dialami oleh pasien karena kondisi yang diderita.
Pasien penyakit kronis yang memiliki hubungan sosial yang baik akan mampu beradaptasi
secara lebih baik dengan penyakitnya. Dukungan sosial memiliki peran penting dalam
memperbaiki status kesehatan seseorang (Kaplan & Toshima, 1990). Peran dukungan sosial pada
pasien penyakit kronis adalah untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, peningkatan
produktivitas, dan pengaruh positif lainnya yang dapat mengurangi gangguan psikologis yang
dialami oleh pasien. Dukungan sosial dapat mempengaruhi kondisi kesehatan untuk menjadi lebih
baik, membantu proses pemulihan atau memberi kesempatan hidup lebih lama bagi pasien.
Dukungan keluarga pada pasien penyakit kronis menjadi penting, karena dapat meningkatkan
fungsi fisik dan emosional pasien. Adanya dukungan dari teman dan keluarga yang memberi
dukungan emosional akan memberikan rasa aman, tenang dan berharga bagi pasien. Selain itu
juga dapat menjadikan pasien patuh atau mengikuti proses pengobatan (Taylor, dalam amylia,
2013).
Dukungan sosial didefinisikan sebagai interaksi sosial yang memberikan bantuan nyata atau
perasaan kasih sayang kepada individu atau kelompok, yang dapat dirasakan oleh individu atau
kelompok yang bersangkutan sebagai perhatian, cinta, dan penghargaan (Hobfoll dan Stroke
dalam amylia 2013). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat membantu
individu untuk beradaptasi dengan segala situasi atau peristiwa yang tidak diharapkan. Berkaitan
dengan kesehatan, dukungan sosial efektif menurunkan kecemasan pada penderita penyakit
kronis. Pasien yang menerima dukungan sosial yang tinggi menunjukkan prognosa dan
penyesuaian yang lebih baik (Bootzin, dkk, dalam amylia 2013). Namun, penerimaan dukungan
sosial tergantung pada interpretasi pasien terhadap dukungan sosial tersebut.
Penelitian yang dilakukan di berbagai wilayah Negara China ini menunjukkan
dukungan sosial berkorelasi positif dengan efikasi diri terhadap penyakit Covid-19,
kualitas tidur . Ketika menghadapi situasi pandemic Covid-19 individu akan merasa
kurang nyaman dan tenang sehingga mempengaruhi kualitas tidur seseorang.Dukungan
sosial berwujud dukungan emosional yaitu : rasa empati, selalu mendampingi individu
ketika sedang mengalami masalah dan menyediakan suasana yang hangat, keakaraban di
keluarga membuat individu merasa diperhatikan, nyaman, diperdulikan dan dicintai,
sehingga individu akan lebih mampu menghadapi masalah dengan lebih baik (Johnson &
Johnson dalam Ermayanti & Abdullah, dalam, sasonto 2021)
Interpretasi dukungan sosial terjadi karena adanya proses persepsi. Persepsi adalah proses
kognitif yang digunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami suatu obyek. Persepsi
merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan. Oleh karena itu, setiap individu
memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama (Gibson dkk, dalam
amylia 2013). Sikap, kata, maupun perbuatan yang diberikan lingkungan kepada individu akan
dipersepsi oleh individu. Persepsi yang berbeda akan menimbulkan interpretasi yang berbeda
pula. Hal ini yang menentukan apakah respon dari lingkungan tersebut dapat dimaknai sebagai
sebuah dukungan atau tidak.Pasien yang menginterpretasikan dukungan sosial yang diperoleh dari
lingkungan secara positif akan menganggap peristiwa yang dialami menjadi sesuatu hal yang
tidak terlalu mendatangkan stres dan merasa aman serta nyaman karena merasa diperhatikan,
dicintai dan dirinya dapat diterima di lingkungan dengan baik. Sehingga, pasien dapat bertahan
terhadap konsekuensi penyakitnya, meningkatkan harga diri, serta mempunyai perasaan dan
pemikiran yang positif terhadap dirinya sendiri. Namun, jika dukungan sosial yang diperoleh dari
lingkungan diinterpretasi sebagai hal yang biasa saja tanpa ada respon yang positif, maka
dukungan tersebut menjadi tidak efektif dan pasien merasa tidak nyaman karena tidak dapat
membalas dukungan yang diberikan atau percaya bahwa kontrol pribadinya dibatasi oleh
dukungan sosial yang diberikan. Sehingga pasien merasa dukungan tersebut seperti sebuah
tuntutan yang diberikan kepadanya. Dukungan sosial yang diberikan kepada pasien leukemia
akan mempengaruhi tingkat kecemasan yang dialami.

1.4 STRESS MANAGEMENT


Penderita penyakit kronis mungkin mengira diri mereka berbeda dari orang lain yang
tidak memiliki penyakit sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan
mengganggu pekerjaan yang berimbas pada pendapatan. Penyakit yang diderita pun akan
membatasi aktivfitas yang mungkin sering dilakukan sebelumnya sehingga dapat
menyebabkan perasaan pengasingan, kesepian, dan kehilangan. Selain itu perasaan
khawatir dan takut akan prognosis penyakit dan kematian juga sering dirasakan oleh
penderita penyakit kronis.

Manajemen stress merupakan salah satuperilaku positif yang bila terus menerus
diulangi penggunaannya akan membentuk sebuah kebiasaan. Hal ini sejalan dengan teori
perilaku yang menyebutkan bahwa perubahan perilaku dapat menjadi suatu perubahan
yang stabil bila dilakukan terus menerus, dan dibutuhkan waktu sekitar minimal enam
bulan untuk membuat suatu perilaku dilakukan dengan kesadaran sendiri oleh individu
(Stuart, Keliat, pasaribu, dalam florensa 2019).
Nursalam menyebutkan tiga manajemen positif yang bisa dilakukan dalam mengatasi
stress:
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi Diri)
Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu
dalam memenfaatkannya menghadapi stress yang disebabkan situasi dan
lingkungan. Sumber daya psikologis yang penting antara lain: pikiran yang positif
tentang dirinya (harga diri), dan mengontrol diri yaitu kemampuan dan keyakinan
untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal-external control), dimana
kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan dan nasib dari luar sehingga pasien
dapat mengambil hikmat dari sakitnya (looking for silver lining).
2. Rasionalisasi (Terapi Kognitif)
Upaya memahami dan menginterpretasikan secara spesifik terhadap stress
dalam mencari arti dan makna stress. Dalam menghadapi situasi stress, respons
individu secara rasionl adalah dia akan mengahdapi seacra terus terang,
mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut
bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan
sendirinya. Sebagian orang berpikir bahwa setiap kejadian adalah tantangan dalam
hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua perasalahannya dengan
melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta untuk
mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu mengatasi situasi
stress. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang
kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat
membnatu meningkatkan daya tahan tubuh dengan tidur secara teratur, makan
seimbang, minum obat antiretroviral, dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur
dan menghindari hal-hal yang akan memperparah sakitnya.

Dalam pengelolaan stres, yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola stres
tersebut (Marliani, 2007). Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengelola stres
salah satunya dengan melakukan upaya peningkatan kekebalan stres dengan mengatur
pola hidup sehari-hari seperti makanan dan pergaulan. Selain itu terapi farmakologis
dan non farmakologis juga sangat berperan untuk dapat mengelola stres dengan baik.
Terapi non farmakologis dilakukan dengan konseling kepada petugas medis yang
berkompeten, sedangkan terapi non farmakologis dilakukan bila perlu dengan
mengkonsumsi obat yang telah diadviskan dokter (Hawari, 2008).

BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Intervensi Psikologis pada Penyakit Kronis adalah bahwa pendekatan holistik yang
mencakup intervensi farmakologi, terapi individu, dukungan sosial, relaksasi, dan
manajemen stres adalah kunci dalam mengatasi dampak psikososial penyakit kronis.
Dalam mengelola penyakit kronis, pentingnya peran psikologis, dukungan sosial, dan
strategi relaksasi menjadi sangat nyata. Kombinasi antara pengobatan medis dan
dukungan psikologis dapat membantu pasien mengatasi stres, mengurangi kecemasan,
dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendekatan ini mencerminkan pentingnya
memahami aspek psikologis dan emosional pasien dalam proses penyembuhan penyakit
kronis.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., & Stansilaus, F. (2018). Psikologi Kesehatan: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Salemba
Medika.

Amylia, Y. (2013). Hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan
pada penderita leukemia (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Buanasari, A., & Nurmansyah, M. (2022). Pelatihan Manajemen Stress Kepada Penderita
Penyakit Kronis di Desa Warisa. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM), 5(1), 274-283.

Careershodh.com. Psychological Interventions For Chronic Health Disorders. Diakses pada 8


Oktober 2023, dari https://www.careershodh.com/psychological-interventions-for-
chronic-health-disorders/.

Hidayanti, E. (2013). Strategi coping stress perempuan dengan HIV/AIDS. Sawwa: Jurnal
Studi Gender, 9(1), 89-106.

Florensa, M. V. A., Paula, V., Sitanggang, Y., Hasibuan, S. Y., Anggraini, M. T., &
Situngkir, A. (2019). Manajemen Stres Dan Ansietas Warga Di Kelurahan Bencongan
Indah Tangerang. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 2, 409-415.

Prasetyorini, H. T., & Prawesti, D. (2012). Stres pada penyakit terhadap kejadian komplikasi
hipertensi pada pasien hipertensi. Jurnal Stikes, 5(1), 61-70.

Santoso, M. D. Y. (2021). Dukungan sosial dalam situasi pandemi covid 19. Jurnal Litbang
Sukowati: Media Penelitian Dan Pengembangan, 5(1), 11-26.

Setiadi, A. P. (2017). Psikologi Kesehatan: Sebuah Pengantar untuk Perawat dan Profesi
Kesehatan Lainnya. Andi Offset.

Sriati, Aat. (2022). Intervensi Mindfulness Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Pasien
Penyakit Kronis: Narrative Review. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(3):954.

Anda mungkin juga menyukai