Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN PSIKIATRI

REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Maret 2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GANGGUAN PENYESUAIAN (F43.2)

OLEH

Indah Sakinah Syam, S. Ked

105505405719

PEMBIMBING

dr. Hj. Ifa Tunisya, Sp. KJ

Dibawakan Dalam Rangka Kepaniteraan Klinik Bagian Psikiatri

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Indah Sakinah Syam, S. Ked

NIM : 105505405719

Judul Referat : Gangguan Penyesuaian (F43.2)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Maret 2021

Pembimbing,

(dr. Hj. Ifa Tunisya, Sp. KJ)


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan referat ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Karena
beliaulah suritauladan dalam kehidupan dunia ini. Mudah-mudahan kita yang termasuk
umatnya selalu senantiasa dan setia kepadanya.
Referat dengan judul “Gangguan Penyesuaian (F43.2)” ini dapat penulis selesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Psikiatri. Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat
serta terima kasih yang mendalam kepada dr. Hj. Ifa Tunisya, Sp. KJ selaku pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing,
memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini belum sempurna adanya dan memiliki
keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun
material sehingga dapat berjalan dengan baik. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini
dapat memberi manfaat kepada semua orang.

Makassar, Maret 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering dijumpai pada
pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupun operasi, namun
jarang ada penelitiannya.1

Gangguan penyesuaian adalah gangguan kejiwaan yang terjadi pada orang-orang yang
gagal menyesuaikan diri setelah mengalami peristiwa traumatis atau stres.2 Dimana keadaan
ini adalah tekanan subjektif dan gangguan emosional, yang muncul selama beradaptasi
dengan tekanan perubahan kehidupan yang signifikan, peristiwa kehidupan yang
menegangkan, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan penyakit serius. Stressor ada di
mana-mana dan seseorang belajar untuk mengatasi stres dari waktu ke waktu. Namun, ketika
mekanisme koping gagal menghilangkan stres secara efektif, gangguan penyesuaian pun
muncul.3

Gejala-gejalanya ditandai dengan respons stres yang muncul akibat adanya stressor
yang menyebabkan tekanan dan gangguan yang ditandai dalam fungsi sehari-hari.2 Gejala
muncul dalam fase akut setelah munculnya stressor dan biasanya menghilang dalam jangka
waktu terbatas (biasanya sekitar enam bulan) setelah tidak dijumpai stressor. Kondisi ini
mungkin akan menetap jika stressor tetap ada.1,2,4

Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja. Perempuan
didiagnosis dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan perempuan lajang umumnya
ditunjukkan memiliki resiko paling besar. 1,5

BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gangguan penyesuaian menggambarkan respons emosional dan/atau perilaku
maladaptive terhadap stres psikososial yang dapat diidentifikasi, pada orang yang sulit
beradaptasi setelah timbulnya stressor pada tingkat yang tidak proporsional dengan
tingkat keparahan atau intensitas stres. Gejala-gejalanya ditandai dengan respons stres
yang tidak sesuai dengan reaksi yang diharapkan secara sosial atau budaya terhadap
stressor dan/atau yang menyebabkan tekanan dan gangguan yang ditandai dalam
fungsi sehari-hari.6,7
Gangguan penyesuaian diharapkan pulih segera setelah stressor berhenti atau
jika menetap diperoleh suatu tingkatan adaptasi baru. Menurut DSM V, gejala harus
tampak dalam tiga bulan sejak onset stressor. Sifat dan keparahan stressor tidak
dirinci. Meskipun demikian, stressor lebih sering merupakan peristiwa sehari-hari
yang terjadi dimana-mana (contoh kehilangan orang yang dicintai, pergantian
pekerjaan atau situasi keuangan) bukannya peristiwa bencana yang jarang. Contoh lain
seperti bencana alam, kejahatan, kekerasan. Gangguan ini tidak boleh memenuhi
kriteria diagnostik gangguan psikiatri utama lainnya atau berkabung (tidak dianggap
gangguan jiwa, meskipun dapat menjadi fokus perhatian medis). Gejala-gejalanya ini
biasa pulih dalam 6 bulan, meski dapat berlangsung lebih lama jika ditimbulkan oleh
stressor kronis atau jika dengan akibat yang berlangsung lama.8
Gangguan penyesuaian dianggap tidak mudah antara apa yang dianggap
sebagai kesulitan normal atau hanya bermasalah dan diagnosis kejiwaan utama.
Perlangsungannya terjadi dalam 1 bulan (ICD-10) atau 3 bulan (DSM-V) dari paparan
stressor psikososial tertentu, dan tidak boleh bertahan lebih dari 6 bulan setelah
adanya stressor (atau konsekuensinya) dihilangkan (kecuali dalam kasus reaksi
depresi berkepanjangan dalam ICD-10). Gejalanya signifikan secara klinis karena
tekanan yang nyata atau gangguan fungsi normal, dan mungkin subthreshold (karena
kriteria gejala atau durasi) manifestasi gangguan suasana hati, gangguan kecemasan,
gangguan terkait stres, gangguan somatoform, atau gangguan perilaku.9

Subklasifikasi

 ICD-10: reaksi depresi singkat (>1 bulan), reaksi depresi berkepanjangan (> 6
bulan, tetapi < 2 tahun), kecemasan campuran dan reaksi depresi, gangguan
dominan dari emosi lain, gangguan perilaku yang dominan, gangguan emosi
dan perilaku campuran, dan gejala dominan lainnya yang ditentukan.
Memungkinkan dimasukkannya reaksi berduka / kesedihan.
 DSM-IV: suasana hati yang tertekan, suasana hati yang cemas, suasana hati
campuran dan terdepresiasi, gangguan perilaku, gangguan campuran emosi
dan perilaku, dan tidak ditentukan. Secara khusus mengecualikan reaksi
berduka. Gangguan akut < 6 bulan dan gangguan kronis > 6 bulan.9

B. ETIOLOGI
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor.
Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian,
namun stres adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan perkembangannya,
jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum pasti dan dapat
dibagi atas beberapa faktor sebagai berikut:
1. Genetik
Pada seseorang dengan temperamen yang tinggi, ansietas cenderung lebih bereaksi
terhadap suatu peristiwa yang memicu terjadinya stres dan kemudian dapat terjadi
gangguan penyesuaian. Ada penelitian mendapatkan bahwa berbagai peristiwa
kehidupan dan stressor ada korelasi pada anak kembar, dan pada kembar
monozigotik konkordans lebih tinggi dibandingkan dengan dizigotik.
2. Biologik
Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau disabilitas.
3. Psikososial
Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa bayi
atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan mentoleransi
frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari
kebutuhan dasar hidup masa bayi.1

C. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dari gangguan ini diperkirakan 2 hingga 8 persen dari populasi
umum. Perempuan didiagnosis dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan
perempuan lajang umumnya ditunjukkan memiliki resiko paling besar. Pada anak dan
remaja, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbandingan yang sama. Gangguan
dapat terjadi pada usia berapa pun namun paling sering didiagnosa pada remaja. Pada
remaja, baik laki-laki maupun perempuan, stressor pencetus yang lazim adalah
masalah sekolah, penolakan orang tua dan perceraian, serta penyalahgunaan zat. Pada
orang dewasa, stressor yang paling lazim adalah masalah pernikahan, perceraian,
pindah ke lingkungan baru serta masalah keuangan.5
Gangguan penyesuaian merupakan salah satu diagnosis psikiatrik yang paling
lazim untuk gangguan pada pasien yang dirawat untuk masalah medis dan
pembedahan. Sampai dengan 50 persen orang dengan masalah atau stressor medis
spesifik telah didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian. Lebih jauh lagi 10
sampai 30 persen pasien jiwa rawat jalan dan sampai 12 persen rawat inap di rumah
sakit umum yang dirujuk untuk konsultasi jiwa telah didiagnosis mengalami gangguan
penyesuaian.5

D. MANIFESTASI KLINIS
Seperti yang tersirat istilah gangguan penyesuaian, gejala berkembang ketika
orang tersebut menanggapi peristiwa atau situasi tertentu, misalnya kehilangan,
masalah dalam hubungan dekat, langkah yang tidak diinginkan, kekecewaan, atau
kegagalan. Stressor patogenik mungkin peristiwa tunggal, atau keadaan stres yang
berulang atau terus menerus. Stressor khas termasuk gangguan hubungan dekat
(kecuali berduka), peristiwa yang mengganggu adaptasi umum (keadaan darurat atau
bencana), dan kegagalan atau kerugian pekerjaan. Gejala karakteristik termasuk yang
berikut:
- Low mood
- Kesedihan
- Kekhawatiran
- Kegelisahan
- Insomnia
- Kurang konsentrasi
- Marah, perilaku yang mengganggu
- Manifestasi khas lainnya. Kehilangan harga diri, keputusasaan, merasa
terjebak, tidak memiliki pilihan yang baik, dan merasa terisolasi atau terputus
dari orang lain.6
Anak-anak dan remaja dengan gangguan penyesuaian biasanya menunjukkan
hal-hal berikut:
- Suasana hati yang tertekan/mudah tersinggung
- Gangguan tidur
- Kinerja buruk di sekolah.6

E. DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan suatu evalusi psikiatrik yang komprehensif
dengan wawancara. Dengan mengetahui riwayat pasien yang lengkap, termasuk
identifikasi dari stressor sebagai pencetus gangguan penyesuaian dan mengevaluasi
respon terhadap stressor.1

Ada 6 tipe gangguan penyesuaian dengan gejal-gejala yang predominan:1,5


a. Dengan afek depresif: Manifestasi yang menjol adalah gejala-gejala afek
depresif, putus harapan, mudah menangis
b. Dengan ansietas: Adanya gejala-gejala gelisah, khawatir, cemas dan tidak
tenang. Pada anak-anak ada ketakutan berpisah dari orang tua, menolak untuk
tidur sendiri dan masuk sekolah
c. Dengan campuran ansietas dan afek depresi
d. Dengan gangguan tingkah laku: Mencakup gangguan tingkah laku seperti
membolos, mencuri, mengebut, berperilaku merusak, seks yang tidak wajar
dan tidak pada tempatnya. Mereka dapat melanggar hak-hak azasi orang lain,
melakukan pelanggaran aturan dan hukum tanpa penyesalan
e. Dengan campuran gangguan emosi dan tingkah laku: Mencakup gabungan
antara perubahan tingkah laku dan perasaan depresi dan ansietas
f. YTT (Yang tak tergolongkan): Mencakup mereka yang kurang dapat
beradaptasi terhadap stres dan gejala-gejala yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam salah satu kategori spesifik di atas. Misalnya respons terhadap diagnosis
penyakit fisik dengan mengingkari dan adanya ketidakpatuhan berobat dan
atau menjauh dari kontak sosial.
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan penyesuaian (F43.2) didiagnosa dengan
pedoman diagnostik sebagai berikut:10
 Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
(a) Bentuk isi, dan beratnya gejala;
(b) Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan
(c) Kejadian, situasi yang “stressful”, atau krisis kehidupan.
 Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
 Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas,
campuran ancietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas
dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang
spesifik untuk mendukung diagnosis.
 Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang
“stressful”, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan,
kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan (F43.21)
 Karakter kelima : F43.20 = Reaksi depresi singkat
F43.21 = Reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 = Reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23 = Dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24 = Dengan predominan gangguan perilaku
F43.25 = Dengan gangguan campuran emosi dan perilaku
F43.28 = Dengan gejala predominan lainnya YDT

Untuk meningkatkan utilitas klinis diagnosis gangguan penyesuaian,


Kelompok Kerja WHO ICD-11 tentang Klasifikasi Gangguan yang Secara Khusus
Terkait dengan Stres telah mengusulkan gejala yang lebih spesifik untuk gangguan
penyesuaian. Pertama gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai reaksi maladaptive
terhadap peristiwa kehidupan stres negatif atau perubahan hidup. Kedua, reaksi
terhadap stres terutama ditandai dengan adanya preokupasi yang berhubungan dengan
stressor (misalnya kekhawatiran yang berlebihan, pikiran yang menyedihkan dan
ruminasi konstan) dan kegagalan untuk beradaptasi (misalnya gangguan fungsi sehari-
hari, kesulitan tidur, kehilangan minat dalam pekerjaan atau kehidupan sosial).
Gangguan penyesuaian biasanya muncul dalam waktu 1 bulan setelah stres dan
menghilang dalam enam bulan.11

Kriteria diagnostik menurut ICD-11, diantaranya:6


a. Timbulnya stressor psikososial yang dapat diidentifikasi. Gejala muncul dalam 1
bulan setelah muncul stressor
b. Preokupasi terkait dengan stressor atau konsekuensinya dalam bentuk setidaknya
salah satu dari yang berikut:
1) Kekhawatiran berlebihan tentang stressor
2) Pikiran berulang dan menyusahkan tentang stressor
3) Ruminasi konstan tentang implikasi stressor
c. Kegagalan beradaptasi dengan stressor yang menyebabkan gangguan signifikan
dalam bidang fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan atau fungsi
penting lainnya
d. Gejala tidak memiliki spesifitas atau keparahan yang cukup untuk membenarkan
diagnosis gangguan mental atau perilaku lainnya
e. Gejala biasanya diatasi dalam 6 bulan, kecuali stressor bertahan untuk durasi yang
lebih lama.

DSM-5 mencantumkan enam gangguan penyesuaian, termasuk kategori yang


tidak ditentukan. Kriteria diagnostik menurut DSM-5, antara lain:
a. Timbulnya gejala-gejala emosional atau perilaku sebagai respon terhadap stressor
yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam 3 bulan sejak onset stressor.
b. Gejala atau perilaku ini secara klinis bermakna seperti yang terlihat dari hal
berikut:
1. Penderitaan yang nyata dan berlebihan dari apa yang dapat diperkirakan terjadi
akibat pajanan terhadap stressor, dipertimbangkan mengenai konteks eksternal
dan faktor budaya yang dapat mempengaruhi keparahan gejala dan
presentasinya.
2. Hendaya yang bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan dan area penting
lainnya.
c. Gangguan terkait stress tidak memenuhi kriteria untuk gangguan mental lainnya
dan bukan merupakan eksaserbasi dari gangguan mental sebelumnya.
d. Gejala lainnya tidak menunjukkan berkabung.
e. Ketika stressor atau akibat stressor telah berakhir, gejala tidak lagi muncul lebih
dari 6 bulan berikutnya.
Tentukan jika:
309.0 (F43.21) = dengan mood depresi
309.24 (F43.22) = dengan anxietas
309.28 (F43.23) = dengan campuran mood depresi dan anxietas
309.3 (F43.24) = dengan gangguan tingkah laku
309.4 (F43.25) = dengan gangguan campuran emosi dan tingkah laku
309.9 (F43.20) = tidak terinci.4,5,10

ICD-11 memberikan definisi gangguan penyesuaian, berbeda dengan definisi


dalam DSM-5 yang memasukkan subtipe gangguan.11
Dua kriteria diagnostik tersebut berbeda dalam bidang-bidang utama. Definisi
ICD-11 mengharuskan identifikasi gangguan signifikan dalam fungsi pribadi,
pekerjaan, dan/atau sosial. Sebaliknya, DSM-5 secara khusus tidak memerlukan
gangguan fungsional cukup untuk memiliki gangguan fungsi atau gangguan yang
tidak proporsional dengan tingkat keparahan stres. ICD-11 juga mengatakan bahwa
gejala harus muncul dalam satu bulan setelah stressor, sementara DSM-5
memungkinkan onset selama tiga bulan. Lebih lanjut, DSM-5 menentukan bahwa
gejala tidak dapat mewakili berduka yang normal dan sesuai budaya, sedangkan ini
tidak disebutkan oleh ICD-11. Namun, perbedaan paling signifikan antara definisi
diagnostik adalah bahwa ICD-11 memerlukan gejala preokupasi dengan stressor dan
konsekuensinya dalam bentuk perenungan, kekhawatiran berlebihan dan / atau pikiran
menyedihkan yang berulang. DSM-5 tidak memberikan panduan tentang gejala apa
yang mungkin merupakan kesusahan.6

F. DIAGNOSIS BANDING
Ketidakpastian diagnostik dapat muncul jika berbicara apakah stressor cukup
parah untuk dikatakan luar biasa atau traumatis (reaksi/gangguan stres akut atau PTSD
mungkin dipertimbangkan). Demikian pula, mungkin sulit untuk menentukan apakah
gejala (misalnya suasana hati yang rendah, kecemasan, gangguan tidur, anoreksia,
kekurangan energi) disebabkan oleh gangguan medis atau terutama bersifat kejiwaan.
Penggunaan alkohol dan obat-obatan (terlarang dan dengan resep) dapat mempersulit
gambaran tersebut.9
G. PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan pilihan utama, intervensi ini dapat dengan psikoterapi
psikodinamik, kognitif, perilaku, suportif, konseling. Secara individual ada
kesempatan untuk mengeksplorasi makna stressor bagi pasien sehingga trauma
masa kecil dapat diselesaikan, perlu memberikan dukungan, berbagai alternatif
untuk mengatasi (coping) dan empati. Ada kalanya setelah melewati psikoterapi
yang berhasil, pasien sembuh menjadi orang yang lebih kuat dibandingkan
premorbid. Adapun peran sakit dari orang normal dapat diartikan sebagai
kesempatan terbebas dari tanggung jawab misalnya segi hukum, petugas
berwenang atau sekolah. Terapi kelompok bermanfaat bagi kelompok pasien yang
mengalami peristiwa yang sama misalnya para pensiunan, atau pasien yang
mengalami dialisis karena kegagalan fungsi ginjal. Terapi lainnya dapat berupa
terapi keluarga, biofeedback, teknik relasi, hipnotis.1,5

Intervensi Krisis
Intervensi krisis, suatu terapi singkat bertujuan untuk membantu pasien mengatasi
situasi dengan cepat secara suportif, sugestif, reassurance, manipulasi lingkungan
dan hospitalisasi bila diperlukan.1,5

2. Farmakoterapi
Medikasi dengan obat-obatan harus diberikan untuk waktu yang singkat,
tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan pengobatan yang
efektif. Pemberian antiansetas berguna untuk pasien dengan kecemasan, tetapi
hindarilah ketergantungan obat seperti benzodiazepine.
Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi, mis. SSRI. Bila ada
psikosis dapat diberikan antipsikotika. Perlu diketahui bahwa intervensi
farmakologik adalah sebagai augment psikoterapi dan bukan sebagai terapi
primer.1

H. PROGNOSIS
Individu dengan pengalaman hidup yang tidak baik merupakan stressor dan
rentan timbulnya gangguan penyesuaian. Dengan terapi yang efektif, prognosis pada
umumnya adalah baik. Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3
(tiga) bulan. Ada gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat
sembuh sendiri atau setelah mendapat terapi. Remaja membutuhkan waktu lebih lama
untuk pulih kembali dibandingkan dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-
up setelah 5 tahun mendapatkan 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual,
21% berkembang menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme. Pada remaja
prognosis kurang baik, karena 43% menderita Gangguan Skizofrenia dengan
Gangguan Skizoaffektif, Depresi Mayor, Gangguan Penyalahgunaan zat, serta
gangguan kepribadian. Adapun risiko bunuh diri cukup tinggi.1
Pada sumber lain menyatakan bahwa, tindak lanjut 5 tahun diharapkan tingkat
pemulihan pada 77% (remaja: 40%), mengintervensi masalah dalam 10% (remaja:
15%), dan perkembangan masalah kejiwaan utama pada 20% (remaja: 45%). Pada
orang dewasa, masalah kejiwaan lebih lanjut biasanya berupa depresi / kecemasan
atau masalah terkait alkohol.9

I. KESIMPULAN
Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau
perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap suatu
stressor dan menghilang dalam waktu 6 bulan setelah tak ada stressor. Gangguan ini
dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada remaja.
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor.
Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian,
namun stressor adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi.
Berdasarkan DSM V, gangguan penyesuaian ditandai dengan gejala
berdasarkan beberapa kriteria. Gejala emosional dan perilaku bisa muncul dalam
jangka waktu 3 bulan setelah onset stressor dan seharusnya pulih dalam jangka waktu
6 bulan setelah stressor hilang. Menurut PPDGJ-III dan ICD-11, gangguan
penyesuaian dapat terdiagnosis jika gejala muncul 1 bulan setelah onset stressor dan
biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan.
Pada gangguan penyesuaian, dapat diberikan psikoterapi atau farmakoterapi
atau kombinasi kedua terapi. Psikoterapi adalah pilihan utama; dengan tujuan untuk
menganalisa stressor yang mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau
meminimalkan. Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga,
terapi kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong
individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa
tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Farmakoterapi diberikan dalam waktu
singkat, dan tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan
penggolongan obat yang efektif. Pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan
kecemasan. Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi. Farmakoterapi
adalah sebuah augment psikoterapi dan bukan sebagai terapi primer.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kandou JE. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta.2013


2. O'Donnell ML, Metcalf O, Watson L, Phelps A, Varker T. A Systematic Review of
Psychological and Pharmacological Treatments for Adjustment Disorder in Adults. J
Trauma Stress. 2018 Jun;31(3):321-331. doi: 10.1002/jts.22295. PMID: 29958336.
3. Patra, BichitraNanda; Sarkar, Siddharth (2013). Adjustment disorder: Current
diagnostic status. Indian Journal of Psychological Medicine, 35(1),
4–.  doi:10.4103/0253-7176.112193 
4. Frank JB. Adjusment Disorder. Medscape. 2016
5. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Saddock’s Synopsis of Psychiatry
Behavior Sciences / Clinical Psychiatry 11th Ed. Wolters Kluwer. 2015
6. O'Donnell ML, Agathos JA, Metcalf O, Gibson K, Lau W. Adjustment Disorder:
Current Developments and Future Directions. Int J Environ Res Public Health. 2019
Jul 16;16(14):2537. doi: 10.3390/ijerph16142537. PMID: 31315203; PMCID:
PMC6678970.
7. Collection of Evidence-based Practices for Children and Adolescents with Mental
Health Treatment Needs. Virginia Commission on Youth, 2017
8. Kaplan, sadock, dkk. Gangguan Penyesuaian dalam Sinoptik Psikiatri Jilid Dua.
2010. Penerbit Bina Rupa Aksara. Jakarta. 2010, h.362-65
9. Sample D, Smyth R. Oxford Handbook of Psychiatry 3 rd Ed. United Kingdom: Oxford
University Press. 2013
10. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,
DSM-5, ICD-11. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2019.
11. Zelviene P., Kazluaskas E., Eimontas J., & Maercker A. (2017). Adjustment Disorder:
Empirical Study of a New Diagnostic Concept for Icd-11 in the General Population in
Lithuania. European Psychiatry, 40, 20-25. doi:10.1016/j.eurpsy.2016.06.009

Anda mungkin juga menyukai