Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP STRES DAN ADAPTASI


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen pengampu: Eyllonggia Mawene, S.ST, M.Kes

Disusun oleh : KELOMPOK 3

- Andini C.S.H Aronggear


- Debesina Wisawi
- Lusi Kobak
- Milince Penggu
- Nanda Sari
- Rola Kogoya

PRODI D3 KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dan
karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun dari judul makalah ini adalah “Konsep Stress dan Adaptasi”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah, Ibu Eyllonggia Mawene, S.ST,
M.Kes yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jayapura, Agustus 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres adalah suatu bentuk tekanan fisik dan psikologis yang dapat
timbul karena adanya konflik dan frustasi dikarenakan adanya tuntutan
kesulitan atau ancaman terhadap bahaya kehidupan yang semakin sulit
dihadapi. Kepekaan seseorang dalam merasakan stres dan menyikapinya
tidaklah sama, ada yang kuat dalam menyikapinya dan ada yang lebih
rapuh, hal itu tergantung pada kondisi individu yang turut menentukan
juga penampila gangguan kesehatan jiwa. Pemahaman yang baik
terhadap stres dan adaptasi dapat membantu seseorang dalam
menghadapi dan mengetahui cara beradaptasi ketika stres tersebut
menyerang seseorang, maka melalui penanganan yang tepat individu
tidak akan terkena dampak negatif dari stres.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian stres dan adaptasi ?


2. Bagaimana stres dan adaptasi pada siklus kehidupan
perempuan?
3. Apa itu mekanisme koping ?
4. Perbedaan stres dan gangguan jiwa ?
5. Bagaimana penangana stres pada perempuan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Stres dan Adaptasi

1. Defensi stres
Hans Selye (dalam Anto, 2015) menyatakan bahwa stress
merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan atau beban atasnya. Jadi, seseorrang dapat dikatakan stress
apabila ia tidak dapat menyelesaikan beban atau masalah yang
dibebankan kepadanya sehingga tubuhnya akan merespon
ketidakmampuan itu yang berakibat pada sikap orang tersebut. Respons
atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis. Stress dapat
menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan dengan apa yang
diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat
menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan
masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa
memiliki.
Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat
stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan
stimulus yang membuat stres,semuanya sebagai sistem (WHO,158).
Dalam KBBI Stres diartikan sebagai gangguan atau kekacauan
mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar yang
menyebabkan ketegangan. Dengan demikian, stress merupakan suatu
respon tubuh dan psikis yang terjadi karena adanya tekanan yang
menyebabkan ketegangan dalam diri individu.
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri seseorang yang
berlangsung terus menerus untuk memenuhi segala kebutuhanya dengan
tetap memelihara hubungan yang harmonis pada situasi lungkunganya.
Proses adaptasi dibutuhkan kemampuan seseorang untuk mentesuaikan
diri dengan lungkungan (Pieter dan Herrie,2010).

2. Sumber-sumber stres
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress
psikologis, yaitu :

 Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral
melintang. Frustasi ada yang bersifat intrinsic (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian
orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain).

 Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach
conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-avoidance
conflict.

 Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal
dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu
tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua
menuntut anaknya agar di sekolah selalu ranking satu atau istri menuntut
uang belanja yang berlebihan kepada suami.

 Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada
individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan
penyakit yang harus segera dioperasi.

B.Stres dan adaptasi pada siklus kehidupan perempuan


Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga
pada perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja,
pranikah, masa hamil, masa nifas, masa menyusui dan masa menopause
atau sering disebut siklus kehidupan wanita.
1. Stres pada remaja
Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress seseorang. Disinilah
masa dimana pertentangan antara naluri keremajaannya berbenturan
dengan peraturan, konflik, tuntutan, dominasi, keluarga dan lingkungan.
Peralihan masa dari jiwa kanak-kanak yang labil menuju jiwa yang lebih
dewasa. Di masa remaja inilah stress yang akan menentukan tingkat
kedewasaan seseorang.

2. Pada masa pranikah

Penyebab Terjadinya Sindrom Pranikah:


 Belum benar-benar siap untuk menikah.
 Belum siap untuk punya anak.
 Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi
terkadang tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan-
kekurangan dari orang yang kelak menikah dengannya, akibatnya
menjelang pernikahan berlangsung muncul rasa gamang dan ragu
terhadap pasangannya.
 Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya

3. Pada masa kehamilan

Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:


 Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional
sehingga periode ini mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
 Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda
dan perhatian wanita hamil lebih berfokus pada berbagai
perubahantubuh yang terjadi selama kehamilan, kehidupan
seksual, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang
dikandungnya.
 Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko
kehamilan dan prosespersalinan sehingga wanita hamil
sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau
mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.

Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan


peristiwa yang penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan
saat – saat krisis bagi keluarga di mana terjadi perubahan identitas dan
peran ibu, ayah, serta anggota keluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :

 Menerima kehamilannya
 Membina hubungan dengan janin
 Menyesuaikan perubahan fisik
 Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
Kehamilan dapat sebagai :
 Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan
oleh situasi atau oleh tahap perkembangan.

 Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial
dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu
ditunjukkan dengan masalah psikologis dan interpersonal yang nyata.
Setiap perubahan yang terjadi pada seseorang dapat merupakan stresor.
Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu sehingga
dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga mempengaruhi psikologis
anggota keluarga lainnya.

 Transisiperan
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota
keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing
anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.
Terjadi perubahan interaksi rutin dalam keluarga, dengan adanya
anggota keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-
masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya
Tahapan Perubahan Peran dalam Kehamilan
Tahapan perubahan peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah
sebagai berikut:
a. Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk
penampilan peran yang diasumsikan pasangan (suami/istri)
berkaitan dengan fantasi. Wanita akan mengawali peran barunya
dengan merubah peran sosialnya melalui latihan informal dan
informasi melalui model peran. Meningkatnya frekuensi interaksi
dengan yang lainnya akan mempercepat prosesadaptasi dalam
penerimaan peran barunya sebagai ibu.

b. Tahap honeymoon atau honeymoon stage


Tahap honeymoon merupakan tahap dimana wanita
mengasumsikan peran yang harus ditampilkan, melakukan
pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang dibutuhkan untuk
penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap ini,
wanita sudah dapat menerima peran barunya dengan cara
menyesuaikan diri dan muncul kebutuhan akan kasih sayang baik
ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang mempengaruhi tahapan
honeymoon adalah kesiapan menghadapi kelahiran bayinya serta
dukungan dari orang-orang terdekat.

c. Tahap stabil atau plautau stage


Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat
melihat penampilan dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan
memvalidasikan apakah peran yang akan ditampilkan
adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada bagaimana mereka
atau yang lainnya membentuk peran yang harus ditampilkan.
Wanita hamil akan melakukan kegiatan–kegiatan yang positif dan
berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna bagi
kesehatankeluarga.
d. Tahap akhir atau disengagement/termination stage
Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran
pasangan pada kehamilan berakhir setelah prosespersalinan
selanjutnya pasangan memasuki tahap peran lainnya. Tahap ini
disebut juga sebagai tahap perjanjian. Perjanjian ini dilakukan agar
wanita hamil sedapat mungkin menepati janjinya yang berkaitan
dengan peran barunya kelak.

4. Pada masa nifas


Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress
pasca persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat
membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut:

 Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa


transisi menjadi orang tua
 Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
 Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
 Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap
berikut ini
a. Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu
lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

b. Taking hold period


Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya daalm menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat
sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang di alami ibu.

c. Letting go period
Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari
atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagai
berikut :

 Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara


segar, dan lingkungan yang bersih.
 Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan
dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui
dan menghargai ibu.
 Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi
anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta
menghibur bila ibu terlihat sedih.

Psikososial
Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli
mereka didiagnosis menderita depresi post partum. Depresi merupakan
gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada msa post partum
(gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk dketahui secara pasti,
namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini
(green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum
diindonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini,
mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian
terhadap kasus tersebut.

Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi


post partum adalah sebagai berikut:
o Perasaan sedih dan kecewa
o Sering menangis
o Merasa gelisah dan cemas
o Kehilangan ketertarika terhadap hal-hal yang menyenangkan
o Nafsu makan menurun
o Kehilangan energy dan motivasi untuk melakukan sesuatu
o Tidak bias tidur atau insomnia
o Perasaan bersalah dan putus harapan (hopelees)
o Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan  Memperlihatkan penurunan untuk mengurus bayinya
Penyebab depresi postpartum sendiri belum diketahui secara pasti
(gorrie, 1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai sebagai factor
predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut.
 Perubahan hormonal yang cepat.hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi postpartum adalh prolaktin, steroid,
progesterone, dan estrogen.
 Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced
hypertention), diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
 Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu
maupun pada dalam keluarga
 Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun
ketidakdewasaan
 Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan
dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya support system
 Marah dengan kehamilannya (unwanted pregnancy)
 Merasa terisolasi
 Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalh keuangan
keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit

Beberapa intervensi berikut dapat membantu seseorang wanita


terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan

 Pelajari diri sendiri


 Tidur dan makan yang cukup
 Olahraga
 Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
 Beritahukan perasaan anda
 Dukungan keluarga dan orang lain di perlukan
 Persiapkan diri dengan baik
 Lakukan pekerjaan rumah tangga
 Dukungan emosional
 Dukungan kelompok depresi postpartum

 Post partum blues


Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua
hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis.

 Penyebab  Post partum Blues


Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
a) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar
estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar
estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan
dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
b) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
c) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
d) Latar belakang psikososial ibu
e) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Gejala  Postpartum  Blues


Gejala – gejala postpartum blues tampak dari perubahan sikap seorang
ibu yang baru melahirkan, antara lain: mudah tersinggung (iritabilitas),
menangis dengan tiba-tiba, cemas yang berlebihan, mood yang labil,
clouding of consciousness, gangguan selera makan, merasa tidak
bahagia, tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak bergairah
khususnya terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit
berkonsentrasi dan membuat keputusan.
5. Pada masa menyusui
Masa menyusui terkadang menjadi masa yang membuat stres ibu,
banyak gangguan dan perubahan pada fisik dan psikologi pada ibu yang
menyusui. Contohnya pada payudara menjadi besar, keras dan
menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses
menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI
belum keluar) dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi
ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu
jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan
protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya
justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.

6. Pada Masa Menopause/Klimaksterium


Selama menopause, wanita menghadapi perubahan-perubahan
psikososial dalam hal konsep diri, transisi karir (pekerjaan), seksualitas
dan keluarga. Perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan stress yang
dapat mempengaruhi kesehatan mereka (Potter & Perry, 1992). Namun
demikian, stress tidak hanya menimbulkan dampak negatif, tetapi juga
dampak positif. Apakah dampak itu positif atau negatif tergantung pada
bagaimana seorang wanita menopause memandang dan
mengendalikannya (Kuntjoro, 2002). Selain itu, apakah wanita
menganggap menopause sebagai bagian dari suatu kehidupan yang
wajar dan harus dialami sebagai sesuatu yang menandakan masa
kehidupan yang baru dan lebih baik, maka gejala-gejala yang berkaitan
dengan menopause tidak akan terlalu berat dan tidak akan menimbulkan
kekacauan dalam keluarga (Gunarsa, 2002).

C.Mekanisme Koping
1. Defenisi koping
Mekanisme koping adalah suatu mekanisme pertahanan diri
dari setiap individu dalam menghadapi suatu masalah untuk
melindungi diri.
Kemampuan koping diperlukan setiap manusia untuk mampu
bertahan hidup dalam lingkungan yang selalu berubah dengan
cepat. Koping adalah proses pemecahan dimana seseorang
mempergunakanya untuk mengelola kondisi stress. Derajat stress
ditentukan oleh perbandingan apa yang terjadi (sumber stressor)
orang akan sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut.
(Smeltzer.2001)
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh
individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu
tantangan, luka, kehilangan, atau ancaman (Siswanto, 2007).
Mekanisme koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang
membangkitkan emosi. Penyesuaian diri dalam mengahadapi stres,
dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping
(Lubis, 2006).
Jadi menurut Siswanto dan Lubis mekanisme koping adalah
cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah,
mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam,
baik secara kognitif maupun perilaku.

2. Klasifikasi koping
Klasifikasi Mekanisme Koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi 2 (Stuart dan Sundeen (1995) di kutip dalam Nasir (2011) yaitu:

 Mekanisme Koping Adaptif


Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung
fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya
adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif.
teknik relaksisi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

 Mekanisme koping maladaptif


Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang
menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

3. Jenis-jenis koping
Mekanisme koping adalah semua upaya yang diarahkan untuk
mengelola stress yang dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Tiga
jenis utama mekanisme koping yaitu :

 Mekanisme koping berfokus pada masalah , yaitu


melibatkan tugas dan upaya langsung untuk
mengurangurangi adanya ancaman. Contoh meliputi
negosiasi,konfrontasi dan mencari saran.
 Mekanisme koping berfokus pada kognitif diantara
seseorang mencoba untuk mengendalikan makna suatu
masalah lalu menetralisirnya. Contoh melalui perbandingan
positif, ketidaktahuan selektif, subsitusi penghargaan, dan
devaluasi objek yang diinginkan.
 Mekanisme koping berfokus pada emosi dimana diorientasi
untuk mengurangi distress emosional. Contoh meliputi
penggunaan mekanisme pertahanan eg, seperti denial,
suspense, atau proyeksi.

4. Gaya koping
Gaya koping menurut Nasir dan Muhith (2011) adalah penentuan gaya
seseorang atau ciri-ciri tertentu dari seseorang dalam memecahkan suatu
masalah berdasarkan tuntutan yang dihadapi. Gaya koping dibagi
menjadi dua yaitu gaya koping positif dan gaya koping negatif.
a. Gaya koping positif
Gaya koping positif adalah gaya koping yang mampu mendukung
integritas ego, gaya koping positif mempengaruhi mekanisme koping
adaptif. Beberapa kelompok dalam gaya koping positif diantaranya :

 Problem solving (masalah dihadapi dan dipecahkan)


 Utilizing social support (dukungan dari orang lain untuk
menyelesaikan masalah)
 Looking for silver lining (berfikir positif dan mengambil hikmah
dari masalah)

b. Gaya koping negatif


Gaya koping negatif adalah gaya koping yang akan menurunkan
integritas ego, dimana gaya koping tersebut akan merusak dan
merugikan diri sendiri, gaya koping negatif mempengaruhi
mekanisme koping maladatif.
Beberapa kelompok dalam gaya koping negatif diantaranya

 Avoidance (membebaskan diri atau lari dari masalah)


 Self-blame (menyalahkan diri sendiri)
 Wishfull thinking (penentuan standar diri yang terlalu tinggi)

5. Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping


Menurut Siswanto (2007), stres yang sama dapat menimbulkan
respon yang berbeda pada setiap individu sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki seperti :

a. Usia
Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stres dan jenis
stresor yang paling mengganggu. Usia dewasa biasanya lebih mampu
mengontrol stres dibanding dengan usia anak-anak dan usia lanjut.
b. Jenis kelamin
Wanita biasanya memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap stres
dibanding dengan pria terutama wanita-wanita di usia produktif karena
hormon-hormon masih bekerja secara normal.
c. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, toleransi dan pengontrolan
terhadap stres biasanya lebih baik
d. Tingkat kesehatan
Orang yang sakit lebih mudah menderita akibat stres dibandingkan
orang yang sehat.
e. Kepribadian
Seseorang dengan kepribadian tipe A (tertutup) lebih mudah terkena
stres daripada orang dengan kepribadian tipe B (terbuka).
f. Harga diri
Harga diri yang rendah cenderung membuat efek stres lebih besar
dibandingkan dengan orang yang memiliki harga diri yang tinggi.

6. Kemampuan koping terdahap Stres


Menurut Robbins (1996) di kutip dalam Nasir dan Muhith (2011),
peristiwa dalam lingkungan yang menimbulkan perasaan tegang disebut
sebagai stresor. Pekerjaan dapat menjadi stresor pada individu.
menyebutkan tiga faktor yang dapat menjadi stresor di lingkungan
pekerjaan, yaitu:

 Faktor organisasional
Tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur
organisasi, kepemimpinan dalam organisasi.

 Faktor individual
Faktor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan, yang berasal dari
masalah keluarga, masalah ekonomi, dan karakteristik kepribadian yang
inheren.

 Faktor lingkungan
Faktor lingkungan berupa ketidakpastian lingkungan yang akan
mempengaruhi desain dari struktur organisasi. Faktor tersebut meliputi
ketidakpastian ekonomis, politik, dan teknologi.
7. Fungsi Mekanisme koping
Fungsi mekanisme koping, adalah untuk mepertahankan atau
memulihkan keseimbangan antara tuntutan-tuntutan dengan sumber-
sumber yang tersedia. Fungsi tersebut dapat diselesaikan dengan baik
dengan cara:

 Tindakan langsung untuk mengurangi angka dan atan intensitas


tuntutan-tuntutan Contoh: ibu memutuskan berhenti bekerja setelah
Kelahiran anak pertamanya.
 Tindakan langsung untuk memperoleh sumber-sumber tambahan
yang belum tersedia dalam keluarga. Contoh: pengembangan,
keterampilan, percaya diri ketika pasangan meninggal dunia, atau
meminta bantuan dokter untuk anggota keluarga yang sakit.
 Pertahanan terhadap sumber-sumber yang ada sehingga mereka
dapat dialokasikan dan direlokasikan untuk menghadapi tuntutan-
tuntutan perubahan.
 Mengelola ketegangan fisik akibat ketegangan emosional yang
tenis menerus adalah fungsi lain dan koping
 Koping dapat juga melibatkan penilaian atau persepsi untuk
merubah arti suatu situasi sehingga membuat situasi tersebut
mudah dikelola. Koping dapat langsung merubah pandangan
keluarga atau individu terhadap tuntutan tuntutan seperti
mengurangi ketegangan.

8. Sumber koping
Menurut Stuart & Sundeen (1998), sumber koping adalah suatu
evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseremaja. Macam-
macam sumber koping yang dapat digunakan adalah kemampuan
personal, dukungan sosial, asset materi, keyakinan positif.
Sedangkan menurut Susilo (2009) sumber koping adalah suatu
evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseremaja. Individu dapat
mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan sumber kuping di
lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Selain itu dokungan sosial, keyakinan dan
budaya dapat membantu seseremaja mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasiL

D. Perbedaan stres dan gangguan jiwa


E.Penagangan stres pada perempuan

1. Contoh kasus stres pada remaja ;


 Secara fisik
Perubahan : yang terjadi pada saat masa pubertas,payudara
membesar,menarche(menstruasi pertama) (tanpa adanya pendidika seks
dari orang tua).
Respon stres : kebingungan, cemas , ketakutan yang berlebihan,
timbulnya rasa malu, berhayal.
Penanggulangan : Pemberian pendidikan seks terhadap anak yang
memasuki usia remaja, dan memberi penjelasan bahwa perubahan
tersebut adalah hal yang normal sehingga tidak perlu remaja tersebut
stres dan perlu adanya perbedaan perlakuan terhadap tubuh, contohnya
pada wanita yang harus memakai miniset/bra karena payudaranya mulai
berkembang.

 Secara psikologi
Perubahan : Kekangan berlebihan pergaulan dari orang tua
(overprotective), putus cinta, kegagalan Pendidikan (ujian),broken
home.
Respon stres : sakit kepala, cemas, mudah marah, pemurung, sedih
berlebihan, menangis, nafsu makan berkurang, gangguan tidur,frustasi,
putusasa, bunuh diri
Penanggulangan : Datang ke psikolog, support/perhatian yang lebih dari
pihak keluarga dan orang2 sekitar, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
dan positive thinking
2. Contoh khasus pada masa pranikah :
 Secara psiokologi :
Perubahan : pertengkaran karena adanya perbedaan pendapat antara
pasangan yang akan menikah tentang pernikahan mereka, terlalu banyak
campur aduk calon pengantin pada proses persiapan pernikahan, dan
tidak siap untuk menikah.
Respon stres : Timbul keraguan pada calon suami/istri, cemas, sulit
tidur, sedih, bimbang, kelelahan hingga jatuh sakit, emosi tinggi dan
sesak nafas.
Penanggulangan : berkomunikasi dengan baik, saling menghargai dan
menghormati, bantuan dari pihak keluarga dalam mempersiapkan nya,
bersikap lebih dewasa menerima kekurangan dan kelebihan calon
suami/istri dan saling introfeksi diri.

3. Contoh khasus pada masa kehamilan


 Secara fisik
Perubahan : Perubahan bentuk tubuh yang membesar karena
perkembangan kehamilan, mual dan muntah, nutrisi yang lebih untuk
perkembangan si janin dan payudara membesar
Respon stres : Resah, tidak PD, minder, malu, tidak menginginkan
kehamilannya, sakit kepala, sedih, mudah marah, ketidak nyamanan
pada ibu, sulit tidur, mudah tersinggung
Penanggulangan : Menyadari bahwa kehamilan itu adalah suatu anugrah
dan suatu hal yang membanggakan, konsultasi kepada bidan, perhatian
yang lebih dari suami dan pihak keluarga agar tidak stress dan
melakukan aktifitas ringan yang membuat ibu hamil merasa senang
(senam ibu hamil)

 Secara psikologi
Perubahan : Perubahan peran(Menjadi ibu baru), kehidupan seksual pada
masa kehamilan, interaksi dengan janin yang dikandung, rutin
memeriksakan kehamilan ke posyandu/bida, ingin perhatian lebih
(meminta sesuatu yang aneh-aneh(ngidam)) dan akan mengalami proses
persalinan.
Respon stres : Bingung, resah, tidak PD, sulit tidur, mudah marah,
mudah tersinggung, sakit kepala, sedih, takut.
Penanggulangan : Meminta penjelasan kepada bidan tentang apa yang
ibu hamil tidak ketahui, perhatian yang lebih dari keluarga dan suami,
dampingi selalu ,meyakini bahwa berinteraksi dengan janin yang
dikandung adalah suatu hal yang menyenangkan dan meyakini bahwa
melahirkan adalah suatu yang biasa bagi para wanita dan tidak perlu di
takuti.

4. Contoh khasus pada masa nifas


 Secara fisik
Perubahan : Adanya strechmark (garis-garis putih di perut ),adanya
jahitan setelah persalinan, postur badan yang belum kembali normal dan
ASI keluar.
Respon stres : Cemas, resah, tidak PD, minder, sedih, kecewa, merasa
tidak bahagia, sedih, labil, mudah marah, depresi, frustasi
Penanggulangan : konsultasi ke bidan bagaimana caranya
menghilangkan strechmark di perut melakukan apa yang dianjurkan oleh
bidan agar dapat menyembuhkan/menormalkan bekas-bekas persalinan.

 Secara psiokologi
Perubahan : Menjadi ibu yang sebenarnya, harus memiliki rasa tanggung
jawab yang lebih tinggi terhadap anaknya
Respon stres : Takut , sedih, kecewa, depresi, frustasi
Penanggulangan : support dari suami/keluarga,dampingi selalu
pemberian pengarahan dari bidan
5. Contoh khasus pada masa menyusui
 Secara fisik
Perubahan : Pembesaran payudara, asi tidak keluar dan terkadang terasa
sakit
Respon stres : Menggerutu, sedih, resah,cemas
Penanggulangan : Adanya penjelasan dari bidan tentang seluk beluk
menyusui dan menyadari bahwa menyusui bayi kita adalah salah satu
hal mengurangi rasa sakit pada payudara

 Secara psikolog
Perubahan : harus menyusui anaknya
Respon stres : takut dan cemas akan payudara turun sehingga tidak
ingin menyusui anaknya, dan malas karena timbulnya rasa sakit pada
payudara
Penanggulangan : suami selalu mendampingi agar si ibu merasa
nyaman, adanya penjelasan dari bidan tentang seluk beluk menyusui dan
menyakini bahwa menyusui anak itu suatu yang sangat membahagiakan
bagi si ibu.

6. Contoh khasus pada masa menopause


 Secara fisik
Perubahan: terhentinya proses menstruasi, daya tahan tubuh melemah
sehingga rentan terserang penyakit, haid tidak teratur, hot flushes
(semburan panas di daerah dada dan leher yang menyebar ke wajah
sampai kulit kepala), berkeringat di malam hari, jantung berdebar-debar,
sakit kepala/ migren, vertigo, imsomnia, nyeri sendi dan otot, cepat
lelah.
Respon stres : Minder untuk melakukan suatu kegiatan karena
keterbatasan(usia yang sudah renta),
Penanggulangan : Lebih merawat diri untuk meminimalisir rasa
ketidakpercayaan diri dan olahraga ringan rutin, seperti jalan santai
dipagi hari.

 Secara piskologi
Perubahan : Emotional, melemahnya daya ingat, gairah seks menurun,
sampai perubahan emosi seperti; cemas, depresi dan mudah tersinggung
Respon stres : Mudah tersinggung dan ingin diperhatikan.
Penganggulangan : keluarga dan bidan memberi pengertian bahwa
menopause adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua
wanita.
7.

Anda mungkin juga menyukai