TERHADAP PENINGKATAN
POLA MAKAN
PROPOSAL
Oleh :
Ninda Makaliswanti
NIM. 201601084
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
remaja tidak menjaga pola makannya. Pada orang-orang tertentu sebagai
respon dari perasaan stressnya mereka melampiaskan dengan makan
makanan yang berlebih yang tidak memperhatikan status gizinya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari tingkat stres
yang dialami oleh remaja khususnya remaja SMA yang akan menjalankan
ujian dengan peningkatan pola makan.
2
peningkatan pola makan yang memungkinkan untuk di
implementasi.
1.5 Relevansi
Pada saat ini banyak ditemukan remaja dengan tingkat stres tingi, sedang,
dan rendah biasanya stres ini timbul karena adanya stresor misalnya
remaja tertekan, tuntutan, pergaulan, konflik. Dalam hal ini remaja
biasanya mengeksperesikan stresnya dengan berbagai cara salah satunya
adalah makan atau memakan makanan berlebih dengan tujuan bahwa
stresnya akan berkurang atau hilang dengan makan tanpa memikirkan
dampak selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Respon, yaitu stres merupakan respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulakn stres.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana
individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui
strategi tingkah laku kognisi maupun afeksi.
Stres di bagi menjadi dua yaitu:
1. Distress (stres negatif)
Stres yang merusak atau bersifat merusak tau bersifat tidak
menyenangkan . stres dirasakan sebagai suatu keadaan individu
mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga
indivudi mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan,
dan keinginan untuk menghindarinya.
2. Eustres (stres positif)
Eutres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman
yang memuaskan. Hanson (dalam Rice 1992) mengemukakan frase
joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal ynag bersifat positif yang
timbul dari adanya stres. Eutres dapat meningkatkan motivasi untuk
menceptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.
2.2 Stresor
Ada beberapa jenis stressor sebagai berikut:
1. Tekanan (pressures)
Karena terjadi karena adanya susatu tuntutan untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntunan tingkah laku tertentu.
Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan
peorma, mengintensifkan dan merubah sasaran tingkah laku.
Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan dan
memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu.
2. Frustasi
Frustasi bisa terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran
tertentu dapat hambatan dan hilangnan kesempatan dalam
mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan
sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti
misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon
langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua
4
kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan.
3. Evaluasi kognitif
Setiap individu akan berbeda dalam melakukan penyikapan terhadap
stres yang muncul tergantung pada situasi yang dialami individu
tersebut
4. Perasaan mampu
Keyakinan seorang terhadap kemampuan diri dalam menghadapi
stresor maupun stres yang muncul merupakan faktor utama dalam
menghadapi.
5. Dukungan lingkungan dan masyarakat
Adanya dukungan emosional dan perhatian dalam orang lain dapat
membuat seseorang bertahan dalam menghadapi stres agar tidak
berkepanjangan.
5
1. Skor < 20 = tidak mengalami stres
2. Skor 20-24 = stres ringan
3. Skor 25-29 = stres sedang
4. Stres ≥ 30 = stres berat
6
2.7 Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Gangguan Makan
Para remaja dengan gangguan makan akut gagal dalam berbagai
hal dalam menyelesaikan tugas perkembangan psikososial lainnya. Hal
yang paling sulit dalam masalah perkembangan ini pertama kali
digambarkan oleh Hide Bruch pada tahun 1973, yaitu masalah
pertentangan dalam mengembangkan otonomi atau kebebasan, dalam hal-
hal sebagai berikut.
1. Ketidakmampuan untuk berkembang dan menggunakan
operasional formal proses berfikir
2. Ketidak mampuan mengalami sesnsasi tubuh secara murni dalam
diri mereka apakah "normal" dan "valid"
3. Persepsi yang tidak realistis terhadap ukuran tubuhnya
4. Asyik dengan berat badan makanan, merefleksikan kebebasan pada
opini dan pertimbangan sosial
5. Gagal untuk menormalisasikan pola makan dan olahraga
6. Harapan yang tidak realistis pada dirinya sendiri
7. Gagal dalam mengembangkan kebebasan
8. Kesulitan dalam memenuhi tugas psikososial normal remaja
Gangguan makan atau eating disorder merupakan masalah yang
sering timbul pada masa remaja pada saat ini. Gangguan makan adalah
gangguan pada perilaku makan yang membahayakan kesehatan fisik,
emosional atau sosial. Ciri-ciri remaja yang mengalami gangguan makan
adalah sebagai berikut:
1. Berat badan menutun drastis
2. Menimbang berat badan beberapa kali sehari
3. Olahraga berlebihan
4. Banyak makan atau mengurangi makan
5. Perubahan kebiasaan makan seperti mengambil potongan makanan
yang terkecil atau menghindari makanan
6. Menggunakan obat-obatan laktasif atau diuretik
7. Merokok untuk menurunkan selera makan
8. Menghindari makan atau menghendaki makan sendirisn tanpa
ditemani oleh siapapun.
7
menjadi gemuk yang disebabka oleh penumpukan jaringan adiposa secara
berlebihan sedangkan berat badan berlebih atau overweight kelebihan
berat badan termasuk didalamnya otot, tulang, lemak, dan air. Berikut ini
merupakan faktor-faktor penyebab obesitas:
4.1 Faktor genetik
Obesitas cenderung untuk diturunkan, sehingga diduka memiliki
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi
gen, tetapi juga makana dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa
mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata faktor genetik menunjukkan kontribusi sebesar
33% terhadap berat badan seseorang.
4.2 Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun
kingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Yang termasuk lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola
gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan beberapa kali
seseorang makan, serta bagaimana aktivitasnya setiap hari.
Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya namun dapat
mengubah pola makan dan aktifitasnya.
4.3 Faktor psikososial
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberi reaksi terhadap
emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi
adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan emosi in merupakan
masalah serius pada wanita muda penderita obesitas, dan dapat
menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya serta rasa
tidak nyaman dalam pergaulan bersosian
4.4 Faktor kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya
obesitas, antara lain:
a) Hipotiroidisme
b) Sindroma Chusing
c) Sindroma Prader-Willi
d) Beberapa kelainan syaraf yang dang dapat menyebabkan
seseorang menjadi banyak makan.
4.5 Faktor perkembangan
8
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita
obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak
dapat memiliki sel lemak lima kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang dengan berat normal. Jumlah sel-sel lemak tidak
dapat dikurangi, oleh karena itu penurunan berat badan hanya
dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam
setiap sel.
4.6 Aktivitas fisik
Seseorang dengan aktivitas fisk yang kurang dapat meningkatkan
prevalensi terjadinya obesitas. Orang orang yang kurang aktif atau
yang tidak melakukan aktivitas visik dengan seimbang dan
mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung
mengalami obesitas.
9
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Respon
Tanda dan gejala Tingkat stres remaja
remaja 1. Ringan terhadap
mengalami stres 2. Sedang stresor
3. Berat
10
BAB IV
METODE PENELITIAN
Populasi
Siswa kelas 12 SMAN
pare
Analisa Data
11
Sampel
Uji korelasi Total sampling
Variabel Independen Variabel Dependen
30 siswa SMAN
spearman pare
rank Teknik sampling
Tingkat stress remaja
Kuisioner Kuisioner
Pola makan
Kesimpulan
Jika ρ value ≤ 0.05 maka HI diterima
Jika ρ value > 0.05 maka HI ditolak
12
(sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam, 20018). Penelitian ini
menggunakan total samplingyaitu penetapan sampel dengan cara
memilih sampel dengan cara memilih sampel dari populasi sampel
yang ada.
4.3.4 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Bersedia menjadi responden
2. Siswa SMAN Pare
3. Diperuntukan unruk siswa kelas 12
4.3.5 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab
sehingga tidak dapat menjadi responden penelitian (Notoatmodjo,
2010).
4.4 Identifikasi Variabel
variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra &
Haryanto, 2000). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang,
benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimilki oleh kelompok tersebut
(Rafii, 1985). Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat,
jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai
level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran
dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu
penelitian bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur.
4.4.1 Variabel independen
Variabel yang mempengaruhi atau nilanya menentukan variabel
lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti
menciptakan suatu dampak dari variabel dependen. Variabel bebas
biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain, dalam ilmu
keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi
tingkah laku klien. Variabel independen yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat stres pada remaja.
4.4.2 Variabel dependen
13
Variabel yang dipengerahu nilainya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku variabel terkait adalah
aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai
stimulus. Dengan kata lain, variabel terkait adalah faktor yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah peningkatan pola makan pada
remaja.
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang dimati atau diteliti serta mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
Varibel Definisi parameter Alat ukur Skala Skor
penelitian operasional
Tingkat Pemberian Kuisoner Kessler Ordinal 1. Skor <
stres Kuisioner psycologica 20 : tidak
mengala
kepada l distress
mi stres
siswa scale 2. Skor 20-
(KPDS) 24 : stres
ringan
3. Skor 25-
29 : stres
sedang
4. Stres ≥
30 : stres
berat
14
Peningkatan Pemberian Kuisoner Indeks Ordinal 1. ≥ +2 :
pola makan kuisioner Masa Tubuh obesitas
2. +1 -< +2
pada siswa : gemuk
3. -2 - < +1
:normal
4. -3 - ≤-2 :
kurus
5. <-3 :
sangat
kurus
15
4.6.3 Analisa data
Untuk menganalisa data yang elah terkumpul dalam rangka
menguji hipotesis dan untuk mendapatkan konklusi analisis ini
digunanan untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat stres
pada remaja dengan peningkatan nafsu makan.
16
Etika dalam penelitian harus mengandung beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
4.7.1 Manfaat
1. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakn tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
17
DAFTAR PUSTAKA
18