Anda di halaman 1dari 7

PENUGASAN RESUME

MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPERAWATAN

“Konsep Stress dan Adaptasi”

Dosen Pembimbing :
Wien Soelistyo Adi, S.Pd, SKM, MH,Kes

Disusun oleh:

Ellysa Rafida Azhaari


NIM : P1337420119013
Kelas : 1A1 D3 Keperawatan Semarang

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


STRESS DAN ADAPTASI

A. DEFINISI EMOSI, STRESS, DAN ADAPTASI


a) Emosi
Emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Bisa perasaan marah,
takut, sedih, senang, benci cinta, antusias, bosan dll sebagai akibat dari peristiwa yang
terjadi pada kita.
Munurut Daniel Golemen, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
b) Stress
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam
status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang
individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai
strategi koping, respon koping, atau mekanisme koping.
c) Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar
organisme dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005).
W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan (keinginan diri)”.

B. TINGKATAN DAN TAHAPAN STRESS

Stuart dan Sundeen (2005) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu :


1. Stres ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini
dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai
kemungkinan yang akan terjadi.
2. Stres sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3. Stres berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan
banyak pengarahan.

Selain itu, juga terdapat tahapan-tahapan stres, yaitu :


a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar,
otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

C. STRESS DAN PENYAKIT


Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria, Hans
Selye (1974, 1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai
tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapa kejadian dari lingkungan atau stimulus
menghasilkan respon stres pada tubuh.
Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yang
dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan
yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap: peringatan, perlawanan,
dan kelelahan.
Pertama, pada tahap peningkatan alarm, individu memasuki kondisi shock yang
bersifat sementara, suatu masa di mana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal.
Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi lemah,
suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga menurun.
Kemudian tubuh mengalami apa yang disebut countershock, di mana pertahanan
terhadap stres mulai muncul; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon
meningkat. Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian, individu bergerak
memasuki tahap perlawanan (resistence), di mana pertahanan terhadap stres menjadi
semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan,
tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan
pernapasan semua meningkat.
Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap
ada, individu pun memasuki tahap kelelahan (exhausted), di mana kerusakan pada tubuh
semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap
kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit pun meningkat.
Stres merupakan salah satu gangguan psikologis. Oleh karena itu, antara stres dan
kesehatan fisik dapat saling mempengaruhi. Stres bisa menyebabkan menurunnya kondisi
fisik, sebaliknya penurunan kondisi fisik pun bisa menyebabkan stres. Setiap manusia tentu
ingin hidupnya sehat secara fisik dan psikologis. Dengan demikian, dua aspek kesehatan ini
perlu diperhatikan secara bersamaan agar setiap individu tidak menjadi individu yang sakit.

D. KOPING TERHADAP STRESS

Menurut Lazzarus dan Folkman, coping stres merupakan suatu proses di mana
individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu
tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasanl dari lingkungan) dengan
sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh tekanan.
Secara umum, stres dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan lingkungan di mana
hubungan transaksi ini merupakan suatu proses yang dinamis.

Secara umum, coping stres mempunyai dua macam fungsi, yaitu:

1. Emotion-focused coping :
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini
melalui perilaku individu, seperti penggunaan obat penenang, bagaimana meniadakan
fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak
mampu mengubah kondisi yang stresful, individu akan cenderung untuk mengatur
emosinya.
2. Problem-focused coping :
Untuk mengurangi stresor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-
cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung
menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Metode
atau fungsi masalah ini lebih sering digunakan oleh orang dewasa.

Ada delapan strategi coping yang berbeda yang secara umum dikenal dalam
psikologi, yaitu:

1) Konfrontasi,
2) Mencari dukungan sosial,
3) Merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan problem-focused
coping,
4) Kontrol diri,
5) Membuat jarak,
6) Penilaian kembali secara positif,
7) Menerima tanggung jawab,
8) Lari atau penghindaran.

Tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada
strategi coping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling efektif adalah strategi yang
sesuai dengan jenis stres dan situasi. Keberhasilan coping lebih tergantung pada
penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh
stres, daripada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil.

Perbedaan individu dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai macam stres di


antaranya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki (misal inteligensi, kreativitas,
kecerdasan emosional), pengaruh lingkungan, pendidikan, pengembangan diri, dan usia.
Ada pula beberapa penyesuaian yang dapat bersifat mengurangi gejala stres. Penyesuaian
yang tidak disadari yaitu dengan menggunakan defense mechanisms (mekanisme pertahanan
diri), sedangkan penyesuaian yang disadari di antaranya membicarakan masalah yang
dihadapi dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi gejala stres, atau
sekadar tertawa.

Penyesuaian yang sifatnya problem solving terhadap stres, merupakan jenis


penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres,
tidak tergesa-gesa atau lebih terarah, ada strategi tertentu, dan lebih efektif. Ini dapat
dilakukan dengan memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres atau memodifikasi
situasi yang menimbulkan stres.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael-7626-3-babii.pdf

https://www.academia.edu/33032846/KONSEP_STRES_DAN_ADAPTASI

http://majalah1000guru.net/2013/06/stres-gangguan-psikologis-fisik/

http://nurulindrawati.blogspot.com/p/emosi-stress-dan-adaptasi.html

Anda mungkin juga menyukai