Anda di halaman 1dari 4

Respon Fisiologi Terhadap Stress

Hans Selye (1956) Mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap Stress, yaitu :
a. Local Adaptation Syndrom (LAS). Tubuh menghasilkan banyak respons setempat
terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan
luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
b. General Adaptation Syndrom (GAS)
1) Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh
dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi
fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer
dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan
tubuh menurun
2) Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme
penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan
tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress
menurun àtau normal
3) Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat
tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit
arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan
dapat mengakibatkan kematian
2. Stresor
Setressor adalah setiap faktor yang dapat menimbulkan stress/ mengganggu
keseimbangan.
Dampak stressor dapat dipengaruhi oleh beberapa factor :
a. Sifat stresor
stressor yang sama memberikan arti yang berbeda bagi seseorang. Luka diwajah
seorang aktris menjadi stressor yang berat dibanding orang biasa.
b. Jumlah stresor
Pada waktu yang bersamaan seseorang memiliki beberapa atau banyak stressor yang
harus dihadapi, sehingga stressor yang kecil dapat menjadi berat.
c. Lama pemajanan terhadap stressor
Semakin lama seseorang terpapar stressor maka orang tersebut mengalami penurunan
kemampuan dalam mengatasi masalah karena kelelahan.
d. Pengalaman masa lalu
Pengamlaman klien masa lalu seseorang mempengaruhinya dalam menghadapi
stressor. Seorang klien yang mendapatkan perlakuan yang kurang baik oleh perawat
maka ketika sakit dan harus dirawat kembali akan bertambah cemas.
e. Tingkat perkembangan
Menikah pada seorang yang masih remaja berbeda rekasinya dengan seseorang yang
telah dewasa (tergantung kesiapannya).
3. Koping

4. Adptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap
stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis
fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi
adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan
refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya
dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen,
Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam
atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya,
ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan
individu secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator
tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien
mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator
ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan
intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh
karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua
sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran
tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola
penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama,
tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan
tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan
angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup
stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur

ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara.
Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak
faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan
memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan
stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan
ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga
menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap
peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari
tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ;
Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
o Ansietas
o Depresi
o Kepenatan
o Peningkatan penggunaan bahan kimia
o Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
o Kelelahan mental
o Perasaan tidak adekuat
o Kehilangan harga diri
o Peningkatan kepekaan
o Kehilangan motivasi.
o Ledakan emosional dan menangis.
o Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
o Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
o Mudah lupa dan pikiran buntu
o Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
o Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
o Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
o Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
o Letargi
o Kehilangan minat
o Rentan terhadap kecelakaan
http://ia-hadiansyah.blogspot.co.id/2011/10/konsep-manusia-sebagai-makhluk-bio.html

Anda mungkin juga menyukai