Anda di halaman 1dari 10

RESUME KONSEP STRESS DAN ADAPTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial

Dosen pengampu: Dewi Indah Sari, SKM, M.Kes, MKM

Disusun Oleh:

Nur kholifah B.U.K

P2790522032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN

TANGERANG

2022
A. DEFINISI STRES
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam
status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang
individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry,
2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai
strategi koping, respon koping, atau mekanisme koping.
B. SUMBER STRES
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam,
kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa
bersalah, kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota
lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial,
atau tekanan dari pasangan.
c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang
hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai
untuk mencegah atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun
sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih
menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia
40 tahun
C. MACAM –MACAM STRES
Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu :
a. Stres akut
Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut adalah respon
tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan. Respons stres akut
yang segera dan intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan efeknya
lebih panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur,
seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi stres
ringan berlangsung beberapa menit atau jam saja.
Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam, energy
meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan
pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab, kadangkadang terdapat
gangguan sistem seperti pencernaan, otak, perasaan tidak santai. Stres ringan
berguna karena dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lbih
tangguh menghadapi tantangan hidup.
2. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab
stres sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang
sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Ciri-ciri stres
sedang yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tengang, perasaan tegang,
gangguan tidur, badan terasa ringan.
3. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama
karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat
tinggal mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis
sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial,
sulit tidur, negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan
meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem
meningkatm perasaan takut meningkat.
D. FAKTOR PENGARUH RESPON TERHADAP STRESOR
Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis,
kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor tersebut.
sifat stresor mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Intensitas
b. Cakupan
c. Durasi
d. Jumlah dan sifat dari stresor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor. Seseorang dapat saja
mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atua berat. Makin
besar stresor, makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya, cakupan
dari stresor dapat digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar
cakupan stresor, makin besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut
(Lazarus & Folkman, 1984 dalam Perry dan Potter, 2005).
E. TAHAPAN STRES
a. Stres tahap pertama (paling ringan),
yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,
mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki,
dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua,
yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar dan letih, lekas
capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot
tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga,
yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang
diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat,
tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo),
aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan
daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima,
tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical dan
psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan berat,
meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik
f. Stres tahap keenam (paling berat),
yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak
napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan
atau collaps.
F. REAKSI TUBUH TERHADAP STRES
Walter Canon (dalam sarafino, 2014) memberikan deskripsi mengenai
bagaiman reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutkan
reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response karena respon fisiologis
mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang
mengancam tersebut. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul
dapat membahayakan kesehatan individu. Selye (dalam Sarafino, 2014) mempelajari
akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah
General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi
fisiologis terhadap stressor yaitu:
1. Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm reaction )
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan
seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang,
nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang
terkenastres.
2. Fase perlawanan (Stage of Resistence )
Fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stres, sebab pada tingkat
tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh apat mengalami disfungsi, bila stres
dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup
tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3. Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion )
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang
parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat
menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah. 
G. INDIKATOR STRES
Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif
a. Indikator fisiologik
Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap
peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system
simpatetik dan system neuroendokrin tubuh.
b. Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan
mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut
dapat membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan
lama waktu mekanisme tersebut digunakan atau dialami seperti :
1. Ansietas
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena
ancaman yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat
diidentifikasikan terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan yang
bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau
tidak sadar.
2. Takut
Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi
bahaya, nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut
mungkin sebagai respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai
respons terhadap ancaman yang segera muncul atau sudah muncul, atau
sebagai respons terhadap sesuatu yang diyakini sesorang akan terjadi.
Objek rasa takut mungkin berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak.
Sebagai contoh, mahasiswa kebidanan baru mungkin takut dalam
mengantisipasi pengalaman pertama di tatanan perawatan pasien.
3. Marah
Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa
bermusuhan atau ketidak senangan yang kuat. Individu dapat merasa
bersalah ketika meraka marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu
salah. Akan tetapi, marah dapat diekspresikan dalam cara verbal yang tidak
membuat Si empunya marah dijauhi; dengan demikian, marah
dipertimbangkan sebagai emosi positif dan sebagai tanda kedewasaan
emosi karena pertumbuhan dan manfaat interaksi yang doitimbulkannya
4. Depresi
Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau
negative. Depresi, perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak
berharga, atau kekosongan ekstrem, terjadi pada jutaan orang.
5. Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari
Mekanisme pertahanan adalah pikiran yang tidak disadari yang bekerja
untuk melindungi individu dari ansietas. Mekanisme pertahanan dapat
dipertimbangkan sebagai precursor mekanisme koping kognitif yang
disadari yang akhirnya memecahkan masalah. Seperti beberapa respons
verbal dan motoric, mekanisme pertahanan melepaskan ketegangan.
Deskripsi mekanisme ini dan contoh penggunaannya yang adaptif dan mal
adaptif.
c. Indikator Kognitif
Indicator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan
masalah, penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi.
Pemecahan masalah mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam ,

Stresor

Reaksi Alarm

Fase syok

Epinefrin Norepinefrin Kortison


Takikardi ↓ aliran darah ke Katabolisme
↑ kontraktilitas ginjal protein
miokardium ↑ renin glukoneogenesis
↑ dilatasi bronkhi
↑ pembekuan
darah
↑ metabolisme

Fase Kontersyok
Tahap Resistensi

Adaptasi Tahap Kelelahan

Istirahat kematian

H. PENGETIAN KONSEP ADAPTASI ( MEKANISME PENYUSAIAN DIRI)


Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:
1) W.A. Gerungan (1996)
menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri)”. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan
norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin
mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai manajemen laktasi.
2) Menurut Soeharto Heerdjan (1987),
“Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan
dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).
I. Tujuan Adaptasi
1) Menhadapai tuntutan keadaan secara sadar
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
3) Mengahdapi tuntutan keadaan secara objektif
4) Menhadapi tuntutan keadaan secara rasional
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali
3) Kompromi (atau kesepakatan)
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras
(terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau mengulang
lagi dengan berusaha semampunya (kompromi)).
J. Jenis Adaptasi
1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum
Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan tidak
gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara:
a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah.
b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
c) Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik
berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres. Stres
bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai