Anda di halaman 1dari 45

KONSEP STRESS

DAN ADAPTASI
Oleh : Lucia Ani K., S.Si.T, M.Kes
KONSEP STRESS
PENGERTIAN STRESS
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat
tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres
memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan
fisiologis dan psikogis yakni bagaimana seseorang
merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan
keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor
(pengalaman yang menginduksi respon stres) (Pinel,
2009).
 Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik
terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu,
suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan setiap orang mengalaminya, stres memberi
dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik,
psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat
mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).
 Menurut Asmadi (2008), stres adalah suatu
keadaan yang dinamis yang berlangsung setiap
kali manusia berinteraksi dengan lingkungan
yang bertujuan memelihara keseimbangan
pertumbuhan, perkembangan, dan perbuatan
yang meliputi pertukaran energi dan informasi
antara individu dan lingkungannya guna
mengatur stressor. Setiap orang pasti
mengalami stres, baik dalam skala ringan
maupun berat. Stres juga bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia karena
stres merupakan proses normal dalam hidup.
 Dalam batas tertentu, stres dapat membantu
kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan
tetapi, stres yang berlangsung lama dapat
melebihi kemampuan kita untuk
mengatasinya dan menyebabkan distress
emosional seperti kelelahan, meningkatnya
asam lambung, dan sakit kepala (Sukmono,
2009).
MACAM-MACAM STRESS
a. Stres Fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik
seperti karena temperatur yang tinggi atau
yang sangat rendah, suara yang bising, sinar
matahari atau karena tegangan arus listrik
(Hidayat, 2008). Perubahan iklim, alam,
suhu, cuaca, geografi; yang meliputi letak
tempat tinggal, domisili, demografi; berupa
jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi,
radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, dll
(Rasmun,2004).
b. Stres Kimiawi
Stres yang disebabkan karena zat-zat kimia
seperti obat-obatan dan zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia (Hidayat, 2008).
c. Stres Mikrobiologik
Stres yang disebabkan karena kuman seperti
adanya virus, bakteri atau parasit (Hidayat,
2008). Bermacam tumbuhan dan makhluk hidup
lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan
misalnya; tumbuhnya jerawat, demam yang
dipersepsikan mengancam konsep diri individu
juga dapat menyebabkan stres (Rasmun, 2004).
d. Stres Fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan
fungsi organ tubuh (Hidayat, 2008).
e. Stres Proses Pertumbuhan dan
Perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses
pertumbuhan dan perkembangan seperti
pada pubertas, perkawinan, dan proses
lanjut usia (Hidayat, 2008).
f. Stres Psikis atau Emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan
situasi psikologis atau ketidakmampuan
kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri
seperti hubungan interpersonal, dan sosial
budaya (Hidayat, 2008).
g. Stres Spiritual
Yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-
nilai keagamaan (Rasmun, 2004).
FAKTOR PENGARUH RESPON
TERHADAP STRESSOR
a. Sifat Stressor
Faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh
terhadap stressor secara tiba-tiba atau berangsur-
angsur, dapat berbeda pada setiap individu tergantung
dari pemahaman tentang arti stressor (Hidayat, 2008).
b. Durasi Stressor
Lamanya stressor yang dialami akan mempengaruhi
respon tubuh. Apabila stressor yang dialami lama,
maka respon yang dialami juga lama (Hidayat, 2008).
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan individu mengatasi stres,
karena individu telah berada pada fase kelelahan,
individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi
stressor tersebut (Rasmun, 2004).
c. Jumlah Stressor
Jumlah stressor seseorang dapat
menentukan respon tubuh. Semakin banyak
stressor yang dialami, maka dapat
menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi
tubuh (Hidayat, 2008). Pada waktu yang
bersamaan bertumpuk sejumlah stressor
yang harus dihadapi, sehingga stressor kecil
dapat menjadi pemicu (pencetus) yang
mengakibatkan reaksi yang berlebihan
(Rasmun, 2004).
d. Pengalaman Masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi
kemampuan individu dalam menghadapi
stressor yang sama (Rasmun, 2004).
Semakin banyak stressor dan pengalaman
yang dialami dan mampu menghadapinya,
maka semakin baik dalam mengatasinya
sehingga kemampuan adaptifnya akan
semakin baik pula (Hidayat, 2008).
e. Tipe Kepribadian
Seseorang yang memiliki tipe kepribadian A
lebih rentan terkena stres dibanding dengan
tipe kepribadian B. Karena tipe kepribadian A
memiliki ciri agresif, bicara cepat, kurang
sabar, mudah tersinggung, mudah marah,
dan lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B
kebalikan dari tipe kepribadian A (Hidayat,
2008).
f. Tingkat Perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu
terdapat jumlah dan intensitas stressor yang
berbeda sehinggga resiko terjadi stres pada
tiap tingkat perkembangan akan berbeda
(Rasmun, 2004). Semakin matang dalam
perkembangannya, maka semakin baik pula
kemampuan untuk mengatasinya.
Kemampuan individu dalam mengatasi
stressor dan respon berbeda-beda (Hidayat,
2008).
TAHAPAN STRESS
a. Tahapan Pertama
Tahap yang ringan dari stres yang ditandai
dengan adanya semangat bekerja besar,
penglihatannya tajam tidak seperti pada
umumnya, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan yang tidak seperti biasanya,
kemudian merasakan senang dengan
pekerjaan akan tetapi kemampuan yang
dimilikinya semakin berkurang.
b. Tahapan Kedua
Pada tahap ini seseorang memiliki ciri
adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi
yang semestinya segar, terasa lelah sesudah
makan siang, cepat lelah menjelang sore,
sering mengeluh lambung atau perut tidak
nyaman, denyut jantung berdebar-debar
lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan
tengkuk semakin tegang dan tidak bisa
santai.
c. Tahapan Ketiga
Pada tahap ini apabila seseorang mengalami
gangguan seperti adanya keluhan gastritis,
buang air besar tidak teratur, ketegangan
otot semakin terasa, perasaan tidak tenang,
gangguan pola tidur, lemah, terasa seperti
tidak bertenaga.
d. Tahapan Keempat
Pada tahap ini seseorang akan mengalami
gejala seperti segala pekerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan,
semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespon
secara adekuat, tidak mampu melaksanakan
kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan karena tidak
bergairah, kemampuan mengingat dan
konsentrasi menurun.
e. Tahapan Kelima
Pada tahap ini ditandai dengan adanya
kelelahan fisik secara mendalam, tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang
ringan dan sederhana, gangguan pada
sistem pencernaan semakin berat dan
perasaan ketakutan dan kecemasan semakin
meningkat.
f. Tahapan Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan
seseorang mengalami panik dan perasaan
takut mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah
bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan
berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau
pingsan (Hidayat, 2008).
RESPON STRESS INDIVIDU
 Stres sifatnya umum, semua orang dapat
merasakannya tetapi cara pengungkapannya
berbeda sesuai dengan karakteristik individu.
Respon yang berbeda tersebut dikarenakan
mekanisme koping yang digunakan oleh individu
berbeda.
 Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2005).
Sedangkan menurut Lazarus (2005), koping adalah
perubahan kognitif dan perilaku secara konstan
dalam upaya mengatasi tuntutan internal atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi
sumber individu.
 Adapun manifestasi respon individu terhadap stres
yaitu:
1. Manifestasi secara Verbal dan Psikomotor
Umumnya respon pertama individu terhadap stres
adalah merupakan spontanitas yang diungkapkan
secara verbal dan diikuti dengan gerakan dari
ungkapan emosional psikomotor misalnya;
menangis, ketawa, teriak, memukul, menyepak,
menggenggam, memegang, meremas, mencerca,
mengumpat.
2. Manifestasi secara Psikologis
Merupakan gejala atau gambaran yang dapat diamati
secara subjektif maupun objektif dari individu yang
mengalami stres psikologis. Manifestasi psikologis,
antar lain; kecemasan dan marah.
3. Manifestasi secara Kognitif
Merupakan reaksi dari individu yang mengalami
stres dengan menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi antara lain:
penyelesaian masalah, strukturisasi
(memanipulasi situasi), melatih diri untuk
menghindari stres (disiplin diri), menekan
perasaan yang tidak menyenangkan (supresi),
fantasi dan melamun, berdo’a atau sembahyang
(Rasmun, 2004). Stres pada daya pikir
ditemukan penurunan konsentrasi dan keluhan
sering sakit kepala dan pusing (Hidayat, 2008).
MANAJEMEN STRESS
 Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau
dikelola dengan baik, maka akan dapat
berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi
gangguan atau terkena penyakit (Hidayat,
2008). Semakin banyak bukti menunjukkan
bahwa stres membuat kita rentan terhadap
penyakit karena melemahnya sistem
kekebalan tubuh (Sukmono, 2009). Tahap
untuk mengatasi dan mencegah stres dapat
dilakukan dengan:
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang
efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres
melalui makan dan minum yang halal dan tidak
berlebihan, dengan mengatur jadwal makan
secara teratur, menu bervariasi, hindari makanan
dingin dan menonton karena dapat menurunkan
kekebalan tubuh (Hidayat, 2008). Menurut
Batmanghelidj (2007), minum air dapat
mengurangi nyeri menstruasi, air dapat
mengencerkan darah dan mencegah
penggumpalan darah ketika ia beredar ke seluruh
tubuh serta sumber utama energi bagi tubuh.
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik
dalam mengatasi stres karena dengan istirahat
dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan
tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan
kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-
sel yang rusak.
c. Olahraga atau Latihan Teratur
Olahraga atau latihan teratur adalah salah satu
cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat
dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi.
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah salah satu cara
menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
status kesehatan dan mempertahankan ketahanan
dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras,
kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik,
segala penyakit dapat dihindari karena minuman
keras banyak mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan dapat menyebabkan stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh
terhadap stres.
g. Pengaturan Waktu
Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang
dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari.
Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien
serta melihat aspek produktivitas waktu.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam
mengatasi stres yang dialami dengan cara
memutuskan jaringan antara psiko neuro dan
imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami
tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau
psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh
yang lain.
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang
ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu
sistem tubuh yang lain.
j. Psikoterapi
Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif
dan psikoterapi reedukatif dimana psikoterapi
suportif memberikan motivasi atas dukungan
agar pasien percaya diri, sedangkan
psikoterapi reedukatif dilakukan dengan
memberikan pendidikan secara berulang.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini menggunakan pendekatan agama
dalam mengatasi permasalahan psikologis
mengingat dalam mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang
harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan
sehat spiritual sehingga stres yang dialami
dapat diatasi (Hidayat, 2008).
KONSEP ADAPTASI
DEFINISI ADAPTASI
 Adaptasi adalah suatu proses perubahan
yang menyertai individu dalam berespon
terhadap perubahan yang ada di lingkungan
dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh
baik secara fisiologis maupun psikologis yang
akan menghasilkan perilaku adaptif (Hidayat,
2008). Apabila reaksi emosional kita
berlebihan, atau kemampuan kita untuk
berfungsi mengalami penurunan, misalnya,
menghindari interaksi sosial, sulit bangun
tidur, maka bisa didiagnosis sebagai
gangguan penyesuaian (Sukmono, 2009).
 Adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan
kebutuhan atau tuntutan baru; yaitu suatu
usaha untuk mencari keseimbangan kembali
dalam keadaan normal. Penyesuaian
terhadap kondisi lingkungan; modifikasi dari
organisme atau penyesuaian organ secara
sempurna untuk dapat eksis pada kondisi
lingkungan tersebut (Rasmun, 2004).
MACAM-MACAM
a. Adaptasi fisiologi
Adaptasi dapat berupa; penyesuaian atas
tuntutan terhadap perubahan fisik biologik
misalnya bertambah besarnya otot-otot
setelah melakukan latihan yang terus
menerus, bertambahnya kapasitas jantung,
paru setelah latihan dalam waktu yang lama
(Rasmun, 2004). Proses penyesuaian tubuh
secara alamiah atau secara fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan dari
berbagai faktor yang menimbulkan atau
mempengaruhi keadaan menjadi tidak
seimbang.
 Ada dua adaptasi secara fisiologis yaitu
apabila kejadiannya atau proses adaptasi
bersifat lokal disebut LAS (Local Adaptation
Syndroma), akan tetapi apabila reaksi lokal
tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
gangguan secara sistemik tubuh akan
melakukan proses penyesuaian seperti panas
seluruh tubuh, keadaan ini disebut GAS
(General Adaptation Syndroma) (Hidayat,
2008). Model gas menyatakan bahwa dalam
keadaan stres, tubuh kita seperti jam dengan
sistem alarm yang tidak berhenti sampai
tenaganya habis (Sukmono, 2009).
b. Adaptasi Psikologis
Yaitu adaptasi yang terjadi berupa berubahnya sikap
perilaku individu oleh karena adanya upaya yang
terus menerus dilakukan (Rasmun, 2004). Proses
penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang
ada, dengan cara memberikan mekanisme
pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi
atau bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal
yang tidak menyenangkan. Dan ada dua cara
mempertahankan diri dari berbagai stressor yaitu
dengan cara melakukan koping atau penanganan
diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented)
yang dikenal dengan problem solving strategi dan
ego oriented atau mekanisme pertahanan diri
(Hidayat, 2008).
c. Adaptasi Sosial Budaya
Merupakan cara untuk mengadakan perubahan
dengan melakukan proses penyesuaian perilaku
yang sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat (Hidayat, 2008). Sosial budaya
juga terjadi perubahan perilaku yang berkaitan
dengan keyakinan terhadap budaya baru
(Rasmun, 2004).
d. Adaptasi Religius
Proses penyesuaian diri dengan melakukan
perubahan perilaku yang didasarkan pada
keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai
dengan agama yang dianutnya (Hidayat, 2008).
MEKANISME ADAPTASI
 Individu mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan kesehatan, dan menggunakan
energinya untuk beradaptasi secara positif. Terdapat
dua sub sistem yang berperan, antara lain:
1. Sub sistem regulator
Yaitu sub sistem dari manusia yang menangani
terhadap adanya rangsangan dari luar yaitu
melalui sistem saraf dan hormonal, contohnya
bagaimana seseorang yang mengalami stimulus
respon emosional, kemudian tubuh menyesuaikan
diri dengan mengeluarkan hormon adrenalin yang
berefek untuk mempercepat denyut nadi,
pernafasan yang meningkat, suhu tubuh
meningkat, otot tubuh berkontraksi.
2. Sub sistem kognator
Yaitu sub sistem yang menangani stimulus
dengan melalui proses informasi, belajar, dan
pengambilan keputusan. Artinya adaptasi ini
dengan cara mengaktifkan fungsi-fungsi
kognitif untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Rasmun, 2004).
RESPON ADAPTASI
 Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap
perubahan atau kemunduran bergantung pada stimulus
yang masuk dan tingkat/kemampuan adaptasi orang
tersebut. Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang
ditentukan oleh tiga hal, yaitu masukan (input), control,
dan keluaran (output) (Asmadi, 2008).
 Respon individu terhadap stimulus lingkungan dapat
berupa respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat meningkatkan integritas
dan membantu individu untuk mencapai tujuan dari
adaptasi sendiri, seperti bertahan hidup, tumbuh,
bereproduksi, penguasaan dan perubahan pada
individu maupun lingkungan. Sebaliknya, respon
maladaptif dapat menggagalkan atau mengancam
tujuan adaptasi (Alligood & Tomey, 2010).
 Individu beradaptasi dan menunjukkan
respon atau perilaku terhadap perubahan
kebutuhan yang mencakup perubahan fisik
(physiological), konsep diri, fungsi peran dan
hubungan saling ketergantungan atau
kemandirian (Asmadi, 2008).
a. Fungsi fisiologis (Physiological)
Adaptasi yang digunakan untuk bersatunya
fungsi sistem tubuh, yaitu reaksi fisik
terhadap adanya stressor yang masuk ke
dalam tubuh, berupa penolakan tubuh
terhadap stressor, baik secara alami (reaksi
imunitas) maupun yang dipelajari yaitu
tindakan menghindar atau berlindung
menangkis untuk menolak atau mengurangi
stressor.
b. Konsep Diri (Self Concept)
Yaitu adaptasi yang menyangkut persepsi diri
sehingga melibatkan aktivitas mental dan
pengungkapan perasaan diri. Konsep diri dibagi
menjadi lima yaitu: Identitas diri yaitu yang
berhubungan dengan ciri-ciri diri yang
dipersepsikan. Ideal diri yaitu hal yang terkait
dengan persepsi diri terhadap cita-cita, keinginan,
harapan hidup. Peran diri yaitu persepsi terhadap
peran dirinya di lingkungan sosial masyarakat.
Gambaran diri yaitu hal yang terkait dengan
persepsi dirinya terhadap keseluruhan bentuk fisik
(tubuh). Harga diri yaitu persepsi terhadap
keberadaan nilai dirinya didalam lingkungan sosial.
c. Fungsi Peran (Role Function)
Yaitu proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam
mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain. Fungsi
psikososial yang diperankan dimasyarakat
sesuai kedudukan. Dari peran yang dimiliki,
individu dapat menjaga diri melalui proses
adaptasi.
d. Kemandirian (Interdependence)
Yaitu keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian didalam mencapai sesuatu
serta kemampuan seseorang mengenal pola-
pola tentang kasih sayang, cinta yang
dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok (Rasmun, 2004). Menurut Asmadi
(2008), kemandirian lebih difokuskan pada
kebutuhan dan kemampuan melakukan
interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan
dukungan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai