Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres adalah reaksi alami tubuh untuk mempertahankan diri dari tekanan

secara psikis. Tubuh manusia dirancang khusus agar bisa merasakan dan

merespon gangguan psikis ini. Tujuannya agar manusia tetap waspada dan siap

untuk menghindari bahaya. Kondisi ini jika berlangsung lama akan menimbulkan

perasaancemas, takut dan tegang (Wijono, 2006). Stres tidak dapat dipisahkan

dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki

implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa solusi yang

tepat. Akumulasi stres merupakan akibat dari ketidakmampuan individu dalam

mengatasi dan mengendalikan stresnya (Crampton, Hodge, & Mishra, 1995).

Lebih lanjut, dikemukakan bahwa stress memiliki dampak yamg positif

dan negatif. Menurut Selye (1956 dalamWikaningtyas, 2007), terdapat dua jenis

stress, yaitu eustress, stress yang mempunyai dampak positif bagi kehidupan

seseorang, dan distress, stress yang dapat membawa dampak negative bagi

seseorang. Salah satu dampak positif dari stres adalah meningkatnya motivasi

seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dilain pihak, terdapat juga

banyak dampak negatif dari stres, diantaranya adalah berbagai penyakit seperti

hipertensi dan perdarahan ulkus, serta gejala psikopatologis seperti depresi dan

anxiety. Selain itu, stress juga diasosiasikan sebagai penyebab naiknya angka

1
kematian pada populasi umum (Roohafzah, dkk, 2007 dalam Wikaningtiyas ,

2007).

Menurut survey yang dilakukan oleh Jones, Huxtable dan Price (dalam

Wikangtyias, 2007) di Inggris, jumlah orang yang menderita stress naik dua kali

lipat dari jumlah yang ada pada tahun 1990an, yaitu menjadi sekitar 500.000

orang. Semakin banyaknya orang yang mengalami stress khususnya stress kerja

dapat diakibatkan oleh adanya kemajuan dalam berbagai bidang, seperti bidang

ekonomi dan teknologi. Hal ini dikarenakan oleh adanya persaingan yang semakin

ketat dalam dunia usaha, yang secara tidak langsung memberikan beban kerja atau

menuntut lebih banyak kepada pekerja. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian

dari Jones, dkk (dalam Wikaningtyas, 2007) yang menunjukkan bahwa tingkat

stress yang dialami oleh pekerja di bidang keuangan dua kali lipat lebih tinggi dari

bidang pekerjaan lainnya.

Banyak metode yang telah ditemukan untuk membantu mengatasi stress,

baik dengan cara pengobatan medis maupun tradisional. Pengobatan non

farmakologi yang kini berkembang diantaranya adalah cara pengobatan dengan

relaksasi, pijat refleksi, hipnotherapi dan lainlain. Jenuhnya masyarakat terhadap

pengobatan medis yang syarat akan efek samping dari penggunaan obat yang

dapat merusak hati dan ginjal jika digunakan dalam jangka panjang, masyarakat

kini mulai melirik pada metode pengobatan non medis.

Hipnoterapi merupakan salah satu metode yang terbukti dan sangat efektif

untuk mengatasi stres. Memang ada beberapa metode yang selain hipnoterapi

yang digunakan untuk mengatasi stres tapi kurang efektif dan butuh waktu yang

2
lama untuk bisa merasakan perubahan yang signifikan. Kurang efektif karena

metode yang lain tidak menyentuh akar permasalahan dan hanya bermain di level

pikiran sadar. Padahal sumber stres pada seseorang itu tersimpan di pikiran bawah

sadar (Zain, 2011 dalam Hendriyanto, 2011).

Hasil penelitian Wendy Etzel Candena dengan judul “Hypnotherapy Tape

Intervention Ameliorates Stres: A Randimized Control Study.” dimuat di dalam

Intl. Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, 61(2): 125–145, 2013.

Pertama sekali peneliti mencari responden dengan menggunakan iklan sebagai

media yang ditempelkan di papan pengumuman, bulletin, perpustakaan dan

tempat lainnya di sekitar Universitas Harvard London, dengan melibatkan dewan

etik daerah sehingga terjaring 56 orang partisipan. Penelitian dilakukan dengan

satu grup. Intervensi diberikan dalam bentuk file audio yang

peserta dalam bentuk CD atau file MP3 yang tersedia untuk di-download

melalui login khusus di situs Web studi. Rekaman dilakukan

di sebuah studio suara profesional dengan teks dibaca oleh seorang profesional

penyiar. Panjang rekaman itu 23 menit. peserta

diundang untuk mendengarkan rekaman setidaknya sekali sehari selama 14 hari,

dengan syarat tidak menggunakan rekaman saat mengemudi atau selama lainnya

kegiatan yang menuntut perhatian penuh. Selanjutnya, dilakukan langkah-langkah

hipnoterapi, yaitu pre induksi, induksi, deep level test sampai partisipan merasa

rileks. Hasilnya terbukti intervensi ini benar-benar efektif untuk menurunkan

stress masing-masing partisipan dengan hasil dari 56 orang partisipan denga stress

berat menggunakan Perceived Stress Scale (PSS; Cohen, Kamarck, &

3
Mermelstein, 1983), setelah menjalani self hypnotherapy hamper 74,5 % stress

teratasi (normal).

Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat di jurnal keperawatan tentang

Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Padjadjaran Angkatan 2011 menunjukkan bahwa

hipnoterapi memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat stress, sebelum

dilakukan hipnoterapi yang menunjukkan stress normal (0%) tetapi setelah

dilakukan hipnoterapi menunjukkan 53,3% menunjukkan stress normal dari 31

responden (Hendriyanto, 2011).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok tertarik untuk

membahas tentang hypnoterap terhadap stress.

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

tentang pengaruh terapi terhadap penurunan tingkat stres.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Stres

1. Pengertian

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial

(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara

bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas

berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan

subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara

individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem

(WHO, 2003 dalam USU pers).

Wijono (2006), Stres adalah reaksi alami tubuh untuk

mempertahankan diri dari tekanan secara psikis. Tubuh manusia dirancang

khusus agar bisa merasakan dan merespon gangguan psikis ini. Tujuannya

agar manusia tetap waspada dan siap untuk menghindari bahaya. Kondisi

ini jika berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut dan

tegang.

Berdasarkan dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres

merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan dimana

dari hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun

psikologis pada individu. Kondisi yang dirasakan tidak menyenangkan itu

disebabkan karena adanya tuntutan-tuntutan dari lingkungan yang

5
dipersepsikan oleh individu sebagai sesuatu yang melebih kemampuan nya

atau sumber daya yang dimilikinya, karena dirasa membebani dan

merupakan suatu ancaman bagi kesejahteraannya.

2. Jenis-jenis stres

Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005)

mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres.

a. Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,

positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat

performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang

mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan

untuk beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang

dialami untuk membantu melewati sebuah hambatan dan

meningkatkan performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan

menantang.

b. Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat

ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan

keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah semua bentuk

stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani

tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika

6
seseorang mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi

secara berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara

maksimal.

3. Sumber stres

Sumber stres dapat berubah seiring dengan berkembangnya individu, tetapi

kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung. Menurut

Sarafino (2008) sumber datangnya stres ada tiga yaitu:

a. Diri individu

Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Menurut Miller dalam Sarafino

(2008), pendorong dan penarik dari konflik menghasilkan dua

kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance.

Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik yaitu :

1) Approach-approach Conflict

Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik.

Contohnya, individu yang mencoba untuk menurunkan berat badan

untuk meningkatkan kesehatan maupun untuk penampilan, namun

konflik sering terjadi ketika tersedianya makanan yang lezat.

2) Avoidance-avoidance Conflict

Muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi

yang tidak menyenangkan. Contohnya, pasien dengan penyakit serius

mungkin akan dihadapkan dengan pilihan antara dua perlakuan yang

akan mengontrol atau menyembuhkan penyakit, namun memiliki efek

samping yang sangat tidak diinginkan. Sarafino (2008) menjelaskan

bahwa orang-orang dalam menghindari konflik ini bisaanya mencoba

7
untuk menunda atau menghindar dari keputusan tersebut. Oleh karena

itu, bisaanya avoidance-avoidance

3) Approach-avoidance Conflict

Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik

dalam satu tujuan atau situasi. Contohnya, seseorang yang merokok

dan ingin berhenti, namun mereka mungkin terbelah antara ingin

meningkatkan kesehatan dan ingin menghindari kenaikan berat badan

serta keinginan mereka untuk percaya terjadi jika mereka ingin

berhenti.

b. Keluarga

Perilaku, kebutuhan, dan kepribadian dari setiap anggota keluarga

berdampak pada interaksi dengan orang-orang dari anggota lain dalam

keluarga yang kadang-kadang menghasilkan stres. Menurut Sarafino (2008)

factor dari keluarga yang cenderung memungkinkan munculnya stres adalah

hadirnya anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang sakit, cacat, dan

kematian

c. Komunitas/masyarakat

Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak sumber

stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan persaingan. Adanya

pengalaman pengalaman seputar dengan pekerjaan dan juga dengan

lingkungan dapat menyebabkan seseorang menjadi stres.

4. Gejala Stres

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis stres : kecemasan,

ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustrasi, rasa

8
marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity, memendam

perasaan, penarikan diri depresi, komunikasi yang tidak efektif, perasaan

terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan

mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi,

kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri.

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres adalah : meningkatnya

denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit

kardiovaskular, meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin

dan noradrenalin), gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan

lambung), meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan,

kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan

yang kronis (chronic fatigue syndrome), gangguan pernapasan, termasuk

gangguan dari kondisi yang ada, gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit

pada punggung bagian bawah, ketegangan otot, gangguan tidur, rusaknya

fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.

Gejala-gejala perilaku dari stres adalah: menunda, menghindari

pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance)

dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-

obatan, perilaku sabotaj dalam pekerjaan, perilaku makan yang tidak

normal (kebanyakan), mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak

normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat

badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda

depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti

9
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresivitas,

vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal

dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakukan bunuh

diri (AAT Sriati, 2007 dalam Safarindo, 2005).

5. Penentuan Tahapan Stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres

yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak

skala. Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres

Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety

Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995).

Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS)

terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21

item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk

mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.

DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional

mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk

pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari

status emosional, secara signifikan bisaanya digambarkan sebagai stres.

DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan

penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995 dalam USU Pers).

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang,

berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety

Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu

10
fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item

tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang);

90-119 (berat); >120 (Sangat berat) (Lovibond & Lovibond, 1995 dalam

USU pers).

Selain itu, ada juga skala-skala lain yang bisa digunakan seperti

Perceived Stres Scale(PSS) atau Profile Mood States(POMS). Alat-alat ini

digunakan sebagai instrument untuk mendeteksi stres dan tahap stres dan

bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983 dalam USU

Pers).

B. Hipnoterapi

1. Defenisi

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan

dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi

pikiran menggunakan hipnotis (Prihantanto, 2011). Hipnosis adalah suatu

kondisi mental atau diberlakukannya peran imajinatif. Orang yang

melakukan proses hipnosis atau memberikan sugesti terhadap subjek

disebut hipnotis. Hipnosis bisaanya disebabkan oleh prosedur yang

dikenal sebagai induksi hipnosis, yang umumnya terdiri dari rangkaian

panjang instruksi awal dan sugesti (Burrow, dkk, 2001).

Sugesti hipnosis dapat disampaikan oleh seorang hipnotis di

hadapan subjek, atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek (Self-

11
hipnosis). Penggunaan hipnosis untuk terapi disebut hipnoterapi,

sedangkan penggunaannya sebagai bentuk hiburan bagi penonton dikenal

sebagai stage hipnosis. Sedangkan Hipnoterapi adalah terapi yang

dilakukan pada subjek dalam kondisi Hipnosis (Burrow, dkk, 2001).

2. Prinsip Kerja Hipnoterapi

Cara kerja hipnoterapi berbeda jauh dengan hipnotisme hiburan.

Dalam hipnoterapi, klien secara perlahan-lahan dibawa menuju alam

bawah sadarnya.Terapis yang melaksanakan proses hipnoterapi ini

memfalisitasi kliennya untuk mengalami perubahan-perubahan positif

ketika klien sedang berada dalam keadaan relaksasi yang mendalam dan

memiliki tingkat sugestabilitas tinggi yang

disebut trance (Booth, 2003).

Pikiran dan tubuh klien dibuat relaks terlebih dahulu sebelum

memasuki alam bawah sadarnya. Pikiran sadar adalah proses mental yang

disadari dan dapat dikendalikan. Pikiran bawah sadar adalah proses

mental yang berfungsi secara otomatis sehingga individu tidak

menyadarinya. Pikiran sadar mempunyai fungsi mengidentifikasi

informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang telah ada

dalam memori, menganalisis data yang baru masuk, dan memutuskan data

baru yang akan disimpan, dibuang atau diabaikan sementara. Sementara

pikiran bawah sadar berfungsi jauh lebih kompleks. Organ tubuh, nilai-

nilai, kepercayaan, dan keyakinan terhadap sesuatu tersimpan dalam alam

bawah sadar (Gunawan, 2005).

12
Antara kondisi sadar dan bawah sadar ada sebuah filter mental

yang disebut critical area. Critical area adalah penampungan data

sementara untuk kemudian diproses berdasarkan analisa, logika,

pertimbangan etika, dan lain-lain. Critical area ini yang melundungi

pikiran bawah sadar dari ide, informasi, sugesti atau bentuk pikiran lain

yang dapat mengubah program pikiran yang telah tertanam dibawah

sadar. Individu yang berada dalam kondisi sadar menjadi sulit untuk

menerima informasi baru dikarenakan aktifnya critical area. Saat

gelombang otak turun dan tercipta kondisi relaksasi, critical area tersebut

melemah dan sugesti yang diberikan oleh terapis akan lebih mudah

diterima dan terinternalisasi oleh klien (Gunawan, 2005).

Critical area diperlemah dengan menggunakan induksi hypnosis

yang membawa klien pada kondisi relaks. Pada proses ini peran seorang

terapis sangat berpengaruh. Ketika dalam kondisi sadar, seseorang dapat

memberikan atensi terhadap berbagai macam stimulus yang ada di

lingkungan sehingga sangat sulit untuk memasuki kondisi relaks. Peran

terapis adalah membuat klien memusatkan atensinya pada satu objek

misalnya pendulum, atau pada sebuah gambaran mental yang diciptakan

melalui sugesti dari terapis untuk membawa klien memasuki keadaan

relaks (Gunawan, 2005).

Saat klien memasuki kondisi yang sangat relaks, critical area

semakinmenjadi lemah sehingga terapis semakin mudah untuk

berkomunkasi dengan alam bawah sadar klien. Saat klien menjadi relaks,

13
atensi menjadi semakin terpusat pada terapis dan sugesti yang diberikan

menjadi semakin kuat dan terasa nyata bagi klien, misalnya gambaran

mental mengenai sebuah tempat yang disukai klien menjadi sangat nyata

dan klien mempersepsikan dirinya berada di tempat tersebut (Gunawan,

2005).

3. Sugesti dan Imajinasi

Umum diakui bahwa hipnosis adalah kesepakatan terselubung

antara hipnoterapis dan klien. Freud merumuskan bahwa hipnosis

merupakan persekutuan dua pihak. Dalam kesepakatan tersebut, terapis

memberikan sugesti dan klien memaksimalkan daya imajinatifnya. Dua

syarat ini penting untuk mencapai perubahan subjektif dalam persepsi,

suasana hati (mood), perasaan, emosi dan memori klien (Gunawan, 2005).

Dalam proses hipnosis, imajinasi klien menjadi sangat hidup

sehingga ia tidak bisa lagi membedakan antara imajinasi dan kenyataan.

Pada pelaksanaannya, klien terkadang sulit berimajinasi. Dalam situasi

seperti ini, terapis perlu mempersiapkan mereka dengan latihan relaksasi

atau meditasi (Gunawan, 2005).

3.1. Jenis-jenis sugesti

Ada enam tipe sugesti yang digunakan dalam hipnoterapi (IACH,

2005 dalam Gunawan, 2005) yaitu:

a. Sugesti untuk relaksasi: sugesti ini dimaksudkan untuk membuat

klien berada dalam keadaan reseptif dan mampu mengarah

kankonsentrasinya pada bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan

14
cara ini, klien masuk ke dalam proses mentalnya sendiri sembari

mengabaikan situasi luar.

b. Sugesti untuk memperdalam: sugesti ini mengajak klien untuk

masuk lebih dalam lagi ke alam bawah sadarnya. Perhatian klien

dibuat semakin terfokus pada dunia batinnya dan perlahan-lahan

digiring ke dalam tidur hipnosis.

c. Sugesti tidak langsung: dengan sugesti ini, terapis berusaha

menemukan pengalaman-pengalaman klien yang menimbulkan

efek-efek emosional tertentu yang tidak menyenangkan.

Wawancara di awal sesi bisa menjadi langkah yang baik untuk

mendapatkan informasi tentang masa lalu klien. Setelah

menemukan titik permasalahannya, terapis lalu membantu klien

meninggalkan emosi-emosi negatifnya itu dengan memunculkan

emosi-emosi positif.

d. Sugesti langsung: Sugesti langsung adalah sugesti yang dberikan

secara langsung tanpa perumpamaan atau analogi dengan

menggunakan bahasa yang sederhana. Klien cukup diminta

merespon kata-kata yang diucapkan terapis. Tidak dibutuhkan

gambaran mental yang hidup dalam sugesti ini.

e. Sugesti gambaran mental: sugesti ini bertujuan membuat

gambaran mental klien menjadi lebih hidup. Ini dapat dicapai bila

klien sudah dalam keadaan santai. Gambaran mental sangat baik

baik untuk membawa klien ke tempat yang nyaman dan aman.

15
Tempat seperti ini dibutuhkan klien ketika terapis ingin

membawanya menemui isi-isi ketidaksadaran. Dalam teori

psikoanalisi, diketahui bahwa isi dari ketidaksadaran bukan hanya

berupa ingatan, tapi juga pengalaman traumatis yang direpresi

klien dan selalu ditolak untuk diangkat ke kesadaran.

f. Sugesti posthipnotik: sugesti posthipnotik diberikan selama klien

dalam keadaan trans atau tidur hipnotik. Sugesti ini digunakan

untuk memodifikasi pelbagai perilaku, seperti meningkatkna

konsentrasi, mengurangi atau menghentikan kebisaaan merokok,

menjalin hubungan antarpribadi yang lebih harmonis, atau

meningkatkan kepercayaan diri. Pada kondisi tidur hipnotik,

sugesti ini ditujukan untuk memberntuk bawah-sadar klien. Bila

proses I ni berjalan baik, klien akan menunjukan perubahan dalam

sesi-sesi berikutnya.

4. Tahap-Tahap Hipnoterapi

Untuk memasuki pikiran bawah sadar seseorang dan memberikan

sebuah proses penyembuhan, hipnoterapi memiliki beberapa tahapan yang

harus dilalui. Tahapan yang harus dilalui menurut Prihantanto, 2001

adalah sebagai berikut:

a. Pre-induksi

Pada tahapan ini terapis membangun sebuah rapport dengan klien

yang akan diterapi. Selain membangun rapport, di tahap ini terapis

memperkaya informasi mengenai klien dengan menggunakan beberapa

16
teknik seperti observasi dan wawancara. Hal tersebut sangat penting guna

menjaring data mengenai permasalahan yang dialami oleh klien secara

jelas, yang akan berpengaruh pada pemberian sugesti terapeutik pada

klien.

b. Induksi

Saat data yang dikumpulkan sudah memadai dan klien secara

mental sudah siap untuk masuk ke dalam kondisi hipnosis, terapis

selanjutnya mempersiapkan insuksi. Induksi adalah proses yang ditempuh

terapis dalam membawa klien menuju tidur hipnotik, dalam kata lain

menurunkan gelombang otak klien dan membuat klien mengalami

relaksasi yang mendalam. Lewat induksi, terapis berperan sebagai

pemandu jalan menuju trance. Hal ini dilakukan dengan cara membuat

klien memusatkan perhatiannya pada objek tertentu. Tujuannya adalah

mengasingkan klien dari banyaknya stimulus di sekitar dirinya. Induksi

dapat digunakan dengan atau tanpa iringan musik. Fungsi musik adalah

mengiringi proses relaksasi tubuh. Volume dan ritme musik diharapkan

tidak mengganggu konsentrasi klien dan kejelasan instruksi terapis.

Induksi atau proses mengantar klien ke dalam tidur hipnotik (trans) bisa

berjalan cepat atau lama. Semua itu tergantung pada sugestabilitas klien.

Meski bervariasi, elemen-elemen yang mendasari induksi hamper sama.

Dalam setiap induksi, elemen-elemen berikut selalu ditemui, yaitu:

17
1) Permulaan: untuk mengawali induksi, bentuk yang paling sering

digunakan adalah teknik pernafasan karena oksigen yang dibawa ke

otak akan membuat pikiran dan tubuh menjadi relaks

2) Relaksasi Sistematis: terapis melakukan relaksasi yang sistematis pada

titik-titk tertentu mulai dari kepala sampai kaki. Titik-titik yang

umumnya dibuat relaks adalah ubun-ubun, mata, pelipis, rahang, leher,

bahu, lengan, tangan, dada, punggung, perut, paha, betis, dan kaki.

Caranya adalah dengan membuat klien berkonsentrasi pada masing-

masing bagian tubuh tersebut, kemudian terapis memberikan sugesti

untuk membuat setiap bagian tubuh tersebut menjadi relaks.

3) Pengaktifan rasa dan emosi: terapis perlu menghindari ucapan yang

mengajak klien berpikir. Klien cukup diajak merasakan sugesti yang

diberikan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, lebih baik

menggunakan kata-kata “rasakan” atau “bayangkan” daripada katakata

seperti “pikirkan” atau “ingatlah”

4) Pengaktifan gambaran mental: terapis bisa menciptakan gambaran

mental dengan membawa klien ke tempat yang disukainya. Ketika

ingin mengatifkan gambaran mental, terapis perlu meningkatkan

kepekaan indera-indera klien, seperti pengelihatan, pendengaran,

perabaan, pengecapan, dan penciuman. Semakin aktif indera, semakin

hidup gambaran mental ini. Semakin hidup gambaran mental, semakin

cepat pencapaina trans.

18
c. Depth Level Test

Proses depth level test merupakan tes untuk melihat seberapa jauh

kesadaran klien berpindah dari conscious mind menuju unconscious mind.

kedalaman seseorang berbeda dan sangat bergantung dengan: kondisi

subjek, pemahaman subjek, waktu, lingkungan, dan keahlian seorang

terapis. Bagi seorang terpais, tingkat kedalaman trance akan berpengaruh

pada sugesti terapi yang diberikan pada klien. Depth level test sangat

sederhana, yaitu dengan memberikan sugesti pada klien untuk melakukan

sesuatu yang secara sadar hal tersebut sangat tidak masuk akal.

d. Sugesti

Adalah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh terapis ke pikiran

bawah sadar klien. Sugesti merupkan tahapan inti dari sebuah proses

hipnoterapi. Pada tahap ini, terapis mulai dapat memasukan sugesti-sugesti

ke dalam pikiran bawah sadar klien. Sugesti yang diberikan diharapkan

dapat bertahan atau dapat menjadi “nilai baru” bagi klien walaupun telah

sadar dari tidur hipnotiknya. Sugesti yang diharapkan tersebut disebut

dengan posthypnotic suggestion.

e. Termination
Sesudah memberikan posthypnotic suggestion, terapis

membangunkan klien dari trance. Proses membangukna klien dilakukan

secara bertahap. Membangunkan secara tiba-tiba akan menimbulkan

dampak perasaan yang tidak nyaman dan disorientasi yang menyebabkan

klien merasa pusing. Cara yang paling umum adalah dengan menghitung

19
dari satu sampai tiga atau lima dan pada hitung terakhir terapis

mengatakan “bangun dan rasakan tubuh anda yang segar”.

20
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hipnoterapi Terahadap Stres

Hipnoterapi sudah banyak digunakan dalam praktek kedokteran

maupun dalam praktek keperawatan, dari penelitian ditemukan satu fakta

menarik. Sekitar 75 % dari semua penyakit fisik diderita banyak orang

sebenarnya bersumber dari masalah mental dan emosi. Namun kebanyakan

pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran

atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar. Pengaruh pikiran bawah sadar

terhadap diri kita adalah 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Itulah

mengapa banyak orang yang sulit berubah meskipun secara sadar mereka

sangat ingin berubah. Apabila terjadi pertentangan keinginan antara pikiran

sadar dan bawah sadar, maka pikiran bawah sadar selalu menjadi

pemenangnya.

Di berbagai daerah di Indonesia telah menerapkan Hipnoterapi ini

sebagai alternatif pengobatan khususnya stress, di Surabaya telah membuka

klinik hipnoterapi untuk bebagai masalah kesehatan seperti stress, insomnia,

masalah seksual dan menurunkan berat badan.

B. Kendala aplikasi Hipnoterapi

1. Masih terbatasnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang penggunaan

hipnoterapi untuk mengatasi masalah khusunya masalah psikologi.

21
2. Pelatihan dan workshop untuk hipnoterapi masih terlalu mahal, sehingga

tenaga kesehatan kurang antusias mengikuti pelatihan.

3. Pelayanan kesehatan masih banyak menggunakan farmakologis, padahal

ada sebagaian masalah kesehatan bisa diselesaikan dengan non

farmakologis.

4. Asumsi masyarakat selalu “jika sakit disuntik atau minum obat”.

C. Alasan hipnoterapi menjadi tren

1. Masalah kesehatan fisik bisaanya selalu disertai oleh masalah mental,

psikologis dan psikososial.

2. Hipnoterapi memiliki efek langsung yang bisa dirasakan klien setelah

menjalani terapi.

3. Penerapan hipnoterapi yang sudah mulai meluas yaitu:

a. Gangguan Cemas (Anxietas)

Cara mengatasi kecemasan dengan merapikan emosi yang

“terkurung” di pikiran bawah sadar. Yang dilakukan hipnoterapi

adalah melepas semua emosi yang terkurung yang membuat pasien

mengalami rasa cemas. cara yang baik dan efektif adalah dengan cara

bekerja di pikiran bawah sadar untuk membuang perasaan cemas.

b. Gangguan Psikosomatis

Gangguan psikosomatis adalah gangguan atau kelainan fisik yang

ditimbulkan oleh gangguan psikis atau gangguan jiwa. Jadi, gangguan

atau keluhan ini terjadi bila seseorang ada gangguan pada kejiwaannya,

baik itu gangguan yang sifatnya mikro maupun makro (misalnya

22
kecemasan, stress, depresi, emosi tidak stabil, konflik, dll). Kelainan

yang dialami oleh masing -masing orang beda - beda. Bisaanya berupa

keluhan - keluhan ringan seperti mual, kembung, sakit kepala, pegal -

pegal, nyeri otot, diare. Tapi kadang juga terjadi keluhan yang tampak

serius, seperti muntah - muntah, migren, gatal - gatal pada kulit,

demam lama, sesak nafas, dll. Walaupun secara fisik tampak

menggangu, namun semua keluhan itu bukan benar - benar merupakan

kelainan fisik dan seringkali dalam pemeriksaan fisik atau lab tidak

dijumpai kelainan.

Dengan memberikan sugesti positif yang ditanamkan ke dalam

pikiran bawah sadar, maka akan membantu klien mengubah persepsi

pikiran bawah sadar klien terhadap kondisi psikis yang bersifat negatif.

Jika klien tersebut menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh

gangguan psikis (psikosomatis), secara otomatis gangguan

psikosomatis itu akan hilang.

c. Hipnoterapi untuk membantu persalinan (Hypnobirthing)

Hypnobirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam

pengajaran melahirkan secara alami, Teknik ini mudah dipelajari,

melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernapasan lambat dan

petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh (zat relaksan

alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses

kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan.

23
d. Hipnoslimming

Hipnoterapi dapat digunakan untuk menurunkan berat badan,

dalam rangka mendapatkan berat badan dan bentuk tubuh ideal.

Banyak sekali usaha yang dilakukan oleh orang - orang untuk dapat

melakukan program menurunkan berat badan, namun seringkali gagal

karena yang menjadi penyebab utama seseorang untuk gemuk adalah

sikap dan perilakunya untuk senantiasa gemuk (pola makan, cara

memilih makanan yang tidak sehat, dan mengkonsumsi makanan –

makanan yang tidak diperlukan). Dengan hipnoterapi, pikiran dapat

diprogram untuk mengarahkan sikap dan perilaku makan untuk

menurunkan berat badan, sehingga selepas dari hypnoslimming akan

muncul dorongan dari diri klien untuk mengubah pola makan dan rajin

berolah raga.

e. pada gangguan seksual

Problema kehidupan seksual adalah salah satu problema yang

dapat diatasi dengan hipnoterapi seperti :

1) Disfungsi ereksi / Impotensi yang disebabkan stress atau

kecemasan.

2) Ejakulasi dini dikarenakan masalah psikis, seperti tidak percaya

diri dalam melakukan hubungan suami istri, tidak dapat

mengontrol saat yang tepat untuk ejakulasi, dan mengurangi

sensitifitas dan sensasi pada penis.

24
3) Vaginismus, merupakan berkontraksinya otot - otot vagina yang

tidak dapat dikuasai akibat dari keinginan bawah sadar wanita

untuk mencegah penetrasi penis. Akibatnya, terjadi penutupan

vagina sehingga penetrasi menjadi sulit dan timbul rasa nyeri.

Vaginismus dapat disebabkan karena ketakutan untuk melakukan

aktivitas seksual, meskipun mereka tidak mengalami gangguan

dalam gairah seksual. Bisa terjadi akibat dari perkawinan yang tak

diinginkan. Atau karena terlalu percaya dengan mitos - mitos

negatif yang didengar sebelum menikah.

4) Masalah seks lainnya, seperti lubrikasi yang kurang pada wanita

dan anorgasmia (tidak dapat mencapai orgasme) pada wanita. Pada

masalah - masalah seksual yang disebabkan faktor psikis, salah

satu alternatif terbaik adalah hipnoterapi.

D. Kemungkinan penerapan hipnoterapi di Banda Aceh

Pelatihan-pelatihan, workshop dan seminar sering diadakan di kota-

kota di Indonesia seprti Semarang, Jakarta, Medan, Yogyakarta termasuk

Banda Aceh. Tahun 2004 terjadi bencana besar Tsunami yang menimbulkan

efek baik untuk infrastruktur, fisik, materi termasuk psikologis. Menurut Basar

(2010) Banyak masyarakat Aceh pasca Tsunami mengalami Post Traumatic

Stress Disorder (PTSD). Bantuan terus berdatangan termasuk relawan dari

Australia yang saat itu tergabung dalam AHA (Australian Hypnotherapists

Acociation), berusaha memulihkan masalah mental yang dialami oleh

25
masyarakat pada waktu itu, termasuk mengembalikan keceriaan anak-anak

cacat (

Jadi, kemungkinan penerapan hypnoterapi ini sangat baik dilakukan

di Banda Aceh, karena Banda Aceh merupakan pusat Laboratorium Bencana

di Indonesia, jadi kemungkinan besar bisa berdampingan dengan

didirikannya klinik hypnoterapi. Selain untuk memulihkan fungsi mental

dapat juga memulihkan fungsi fisik. Karena di berbagai daerah di Indonesia

sudah mendirikan klinik hypnoterapi, contohnya di Medan di Klinik Diabetes

Mellitus di Jln. Brigj. Katamso sudah mengaplikasikan tehnik hipnoterapi

untu pasien perawatan luka Gangren, di Surabaya didirikan Klinik

Hypnoterapi “Media Sugesti”.

E. Penelitian terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Wahida dan Zulfa Khusniyah yang

diterbitkan dalam jurnal keperawatan dengan judul “Pengaruh Hipnoterapi

Terhadap Nyeri Sendi pada Lansia” penelitian dilakukan denga

Eksperimental Tipe Non Randomized Control Group Pretest-Post Tes,

dengan memberikan sugesti positif sampai subjek berada dalam kondisi

relaksasi dan dilakukan uji sugestifitas serta induksi di dapatkan hasil pasa

kelompok perlakuan sebelum dilakukan hipnoterapi sebagian responden

mengelami nyeri sendi dengan skala sedang (range 1-10) dan pada

kelompok control mengalami nyeri sedang. Setelah dilakukan hipnoterapi

pada kelompok perlakuan didapatkan nilai rata-rata 1,50 dengan SD 0,79

26
artinya ada penurunan signifikan skala nyeri sedangkan pada kelompok

control diperoleh nilai rata-rata 3,75 dengan SD 1,28 ada penurunan tetapi

kecil. Setelah dilakukan uji statistic pada kelompok perlakuan nilai PV

0,032 (alpha=0,05) artinya terdapat pengaruh hipnoterapi terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia.

2. Hasil penelitian Bayu Hendrayanto, Aat Sriati dan Nita Fitriana tahun

2011 tentang “Pengaruh Hipnoterapi terhadap penurunan tingkat stress

pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran” dengan

metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan one group pretest-

posttest design (satu kelompok subjek). Populasi sebanyak 156 orang

dengan sampel 30 org. Instrument penelitian menggunakan kuesioner

Student-Life Stress Inventory (SSI) dari Gadzella (2001), untuk mengukur

tingkat stress dengan 51 pertanyaan. Dari hasil olah data kuesioner

didapatkan (sebelum dilakukan hipnoterapi responden dengan tingkat

stress rendah (43,33%), stressedang (45,67%), stress tinggi (10%), stress

normal (0%). Setelah dilakukan hipnoterapi dengan tehnik progressive

relaxation dikombinasikan dengan tehnik depening the elevator dan the

strairway dan terapi penggunaan tehnik relaksasi hasilnya responden

dengan stress normal (53,33%), tingkat stress rendah( 40%) dan stress

sedang (6,67%), stress tinggi (0%). Dengan demikian bisa disimpulkan

bahwa hipnoterapi sangat evektif untuk menurunkan tingkat stress.

3. Penelitian Romi Novrizal tahun 2010 tentang “Efektivitas Hipnoterapi

terhadap Penurunan Derajat Cemas Pada Pasien Liken Simpleks Kronik di

27
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSDM Surakarta” menggunakan

rancangan Aksperimen randomized Control Trialpretest-Posttest Control

Group Design, jumlah sampel 38 orang. Didapatkan Cemas Berat

(75,55%) karena gatal dan cemas ringan (24,55%) dan normal (0%),

kemudian dilakukan Hipnoterapi dengan pre induksi menggunakan audio,

induksi dan terminasi, setelah dilakukan hipnoterapi terbukti efektif

menurunkan cemas dengan normal (50%), cemas ringan (35,55%) dan

cemas berat (14,55%).

4. Dalam jurnal The Australian Hypnotherapy Journal (2013) Volume 63;

Isuue No.4 oleh Sahron Cavill, NZ-Clinical and Post Life Hypnotherapist

and Hypnoenergetics Practitioner membahas tentang studi kasus ansietas

dengan Hystory Client: Sandra, seorang datang ke klinik hypnoterap

denmgan harapan menghilangkan kecemasan yang dirasakan, Sandra telah

hidup dengan kecemasan selama lebih dari 10 tahun, dan

perasaan sesak napas, kebingungan, paranoid dan ketakutan. Klien minum

alkohol dan merokok tapi tidak menghilangkan rasa cemas yang dirasakan.

Sandra memiliki riwayat trauma karena sering mendapat perlakuan kasar

dari pasangannya. Langkah pertama terapis membiarkan klien

mengungkapkan apa yang dirasakan, membiarkan klien berekspresi, klien

menangis kencang dan memaki. Durasi dalam melakukan

hipnoterapi adalah 3 jam termasuk sekitar 30 menit untuk intake dan 15

menit untuk menanyai dilakukan seminggu dua kali, melalui langkah-

langkah hipnoterapi. Lama waktu terapi sampai klien mengungkapkan

28
kenyamanannya yaitu dalam jangka waktu tiga bulan klien

mengungkapkan "Saya telah merasa sangat berbeda karena

Saya merasa sukacita! Saya tidak merasa kecemasan lagi dan saya akan

mencari pria yang lebih baik Hidupku sangat berbeda sekarang, dan saya

merasa sangat aman dan hidup "

F. Cara melakukan hipnoterapi pada pasien dengan stres

1. Pre Induksi

a. Membangun hubungan dengan klien (building and maintaining

rapport): dalam proses hypnosis modern, hal yang paling mendasar

adalah kerjasama antar therapist dan klien.

b. Mengatasi rasa takut pada hipnotis (allaying fears): therapish

bertanggungjawab untuk meluruskan dan member pemahaman

tentang hipnoterapi dan proses yang akan dijalankan.

c. Membangun harapan klien (building mental expectancy): therapish

harus membuat klien memiliki harapan dan keyakinan bahwa dengan

melakukan proses ini akan sembuh.

d. Mengumpulkan informasi klien :seorang therapish harus benar-benar

memiliki data tentang permasalahan klien.

2. Induksi

a. Permulaan: tehnik pernafasan karena oksigen yang dibawa ke otak

akan membuat pikiran dan tubuh menjadi santai.

29
b. Relaksasi sistematik: titik-titik yang umumnya dibuat rileks adalah

ubun-ubun, mata, pelipis, rahang, bahu, lengan, tangan, dada,

punggung, perut, paha, betis dan kaki.

c. Pengaktifan rasa dan emosi: klien diajak merasakan sugesti yang

diberikan dengan kata-kata “rasakan” atau “bayangkan” dan hindari

ajakan klien untuk berfikir kata “pikirkan” atau “ingatlah”.

d. Pengaktifan gambar mental:membawa ke tempat yang disukai,

meningkatkan kepekaan panca indra klien.

Metode induksi secara garis besar dapat dikelompokkan dalam enam

unsure dasar sebagai berikut:

a. Metode pandang: terapis dank lien saling memandang mata mereka.

b. Metode tatap: terapis meminta klien menatap suatu benda yang

mengkilat, atau jarinya atau alat-alat yang di sebut hypnodic.

c. Metode sapa: dengan menggunakan kata-kata, terapis mempengaruhi

subjek sampai ia berada dalam trance

d. Metode nafas dalam atau hiperventilasi: subjek diminta menarik

nafas dalam-dalam beberapa detik lebih lambat dari napas normal

secara bertahap sampai trance

30
e. Metode bertahap: subjek ini dibangunkan kembali setiap kali ia

masuk dalam sugesti kemudian ditanyakan apa yang dirasakan.

f. Metode audio: klien diminta mendengarkan music untuk membawa

kea lam bawa sadarnya.

3. Dept Level Test

Merupakan tes untuk melihat seberapa jauh kesadaran subjek

sudah berpindah dari consciousmind ke sub concicious mind.

Tingkat kedalaman seseorang berbeda beda dan sangat tergantung

dari kondisi subjek, pemahaman tentang hipnotis, waktu,

lingkungan dan keahlian terapis.

4. Post Hypnotic Suggestion

Merupakan sugesti yang menjadi nilai baru bagi seorang subjek

walaupun telah disadarkan dari tidur hypnosis, tidak akan bertahan

lama bilamana tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai dari

subjek.seorang terapis harus membekali pengetahuan tentang

kejiwaan dan psikopatologi untuk dapat memberikan sugesti yang

benar setelah hypnosis.

31
PROSES HIPNOSIS BRAIN WAVE

Pre Induksi Beta

Induksi
Alpha
Depth Level Test
Theta
Post Hypnotic
Suggestion
Terminasi

Post Hypnotic Alpha

Beta

Hubungan antara proses hypnosis dengan gelombang otak


(Priguna, 1998)

Berikut adalah beberapa contoh post hypnotic sederhana yang dapat

diberikan kepada seorang klien (Rusli dan Wijaya, 2009)

“Pada saat anda terbangun nanti…anda akan sangat rileks karena

bagi anda merasa bahwa anda baik-baik saja”.

“Pada saat anda terbangun nanti…anda adalah orang yang sangat

percaya diri, semangat dan bahagia menjalani kehidupan anda…”

5. Terminasi

Terminasi adalah tahapan untuk mengekhiri proses hinosis

dengan konsep dasar memberikan sugesti atau perintah agar

seorang subjek tidak mengalami kajutannpsikologis ketika

terbangun dari hypnosis. Proses terminasi bisaanya membangun

sugesti yang positif yang akan membuat tubuh subjek lebih segar

32
dan rileks, kemudian diikuti bebrapa regresi untuk membawa

subjek normal kembali.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan

mental/beban kehidupan). Tubuh manusia dirancang khusus agar bisa

merasakan dan merespon gangguan psikis ini. Tujuannya agar manusia

tetap waspada dan siap untuk menghindari bahaya. Kondisi ini jika

berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut dan tegang.

2. Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari

manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.

Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran

menggunakan hipnotis.

3. Melalui berbagai penelitian hipnoterapi terbukti sangat efektif untuk

menurunkan tingkat stress dengan tahapan pre induksi, induksi, dept

level test, terminasi, post hipnotis.

B. Saran

1. Bagi profesi perawat untuk mencari informasi tentang evidence base

yang digunakan untuk mengatasi berbagai maslah kesehatan baik di

klinikal maupun komunitas.

2. Bagi intitusi pendidikan keperawatan agar menyusun modul perawatan

tentang hipnoterapi supaya mahasiswa/i dapat menggunakan terapi ini.

34
DAFTAR PUSTAKA

Burrows, D Graham., Stanley, O Rob dan Peter, O Bloom.2001.International


Hanbook of Hypnosis. John Wiley and son Ltd. : Chichester

Basar (2010), Aplikasi Hipnoterapi pada Bencana. Dikutip dari


mkp.fisip.unair.ac.id//bencana_trauma_stres_pasca_bencana/diakses
tanggal 1 Desember 2014.

Cramptom (1995). Manajemen Stress. USU Pers

Depkes RI (1995). Pengantar dan Konsep Stres. USU Pers

Girdano (2005). Konsep stres. Dikutip dari http://www.Giordano.co.cc/Jenis-


jenis-Stres/ diakses pada tanggal 10 November 2014

Gunawan IACH.2005.Modul Pelatihan hipnoterapi basic-advance. IACH: Jakarta

Hendriyanto (2011), Jurnal : Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Stres


Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

Novrika, Romi (2010). Thesis: Efektifitas Hipnoterapi terhadap penurunan derajat


cemas pada pasien Liken Simpleks Kronik di Poliklinik Penyakit dan
Kelamin RSUD Surakarta.

Safarindo (2005). Sumber Stres.dikutip dari http://www.Safarindo.com/ diakses


pada tanggal 10 November 2014

Wahida, Nur;Khusniyah, Zulfa (20110. Jurnal: Pengartuh Hipnoterapi Terhadap


Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia.

Wijono (2006), Stres dan Adaptasi. Rineka Cipta. Jakarta

Wikaningtyas (2007). Skripsi: Hubungan Prilaku dengan Stres pada Mahasiswa


Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai