Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka (Grand Theory)


2.1.1 Pengertian Kesehatan Jasmani
Kesehatan jasmani menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-Undang Kesehatan No.
36 tahun 2009. Artinya Saudara dikatakan sehat salah satunya adalah dengan melihat kondisi
jasmani atau fisik Saudara. Kesehatan jasmani mempunyai fungsi yang penting dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang, semakin
meningkat daya tahan tubuhnya sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja yang
diberikan. Dengan kata lain dengan jasmani yang sehat, produktivitas kerja Saudara akan
semakin tinggi.
Kesehatan jasmani atau kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan
fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan (ketinggian,
kelembapan suhu, dan sebagainya) dan atau kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara
berlebihan (Prof. Soedjatmo Soemowardoyo).
Kesehatan jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja atau
aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau
berlebihan (Agus Mukholid, 2007). Kesehatan jasmani dapat juga didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana
orang dengan kesehatan jasmani yang kurang tidak akan mampu untuk melaksanakan atau
menjalaninya.
Kesehatan jasmani salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Dengan kondisi kemajuan
teknologi seperti saat ini, banyak aktivitas kita yang dimudahkan oleh bantuan teknologi
tersebut. Penggunaan lift, remote control, komputer, kendaraan bermotor dan sebagainya
menyebabkan kita mengalami penurunan aktivitas fisik. Sebagai akibat dari penurunan
aktivitas fisik, aktivitas organ tubuh juga menurun dan ini disebut kurang bergerak
(hypokinetic). Pada kondisi kurang gerak, organ tubuh yang biasanya mengalami penurunan
aktivitas adalah organ-organ vital seperti jantung, paru-paru dan otot yang amat berperan
pada kesehatan jasmani seseorang.
Gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja dan kurang gerak, serta ditambah adanya
faktor gaya hidup yang kurang sehat (makan tidak sehat atau merokok) dapat menimbulkan
penyakitpenyakit tidak menular seperti penyakit jantung, penyakit tekanan darah tinggi,
penyakit kencing manis ataupun berat badan yang berlebih. Studi WHO pada faktor-faktor
risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10
penyebab kematian dan kecacatan di dunia (Depkes, 2002).
2.1.2 Pola Hidup Sehat
Kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi juga oleh pola hidup sehat. Walaupun aktivitas
fisik sudah dilakukan dengan optimal, tapi jika tidak diikuti dengan pola hidup sehat maka
tidaklah akan menghasilkan jasmani yang sehat dan bugar. Pola hidup sehat yaitu segala
upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Pola hidup
sehat diwujudkan melalui perilaku, makanan, maupun gaya hidup menuju hidup sehat baik
itu sehat jasmani ataupun mental.
Kebiasaan-kebiasaan baik dalam pola hidup sehat yang perlu Saudara laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah dengan cara :
1. Makan Sehat Pola makan kita harus berpedoman pada gizi seimbang. Pemenuhan gizi
seimbang telah dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS), diantaranya yaitu makanlah beraneka ragam makanan, seperti
makanan yang mempunyai kecukupan energi, makanan yang menjadi sumber karbohidrat
½ dari kebutuhan energi dan batasi konsumsi lemak & minyak sampai 1/4 dari kebutuhan
energi makanan. Dalam PUGS juga disampaikan untuk minum air bersih dalam jumlah
yang cukup dan aman. Orang dewasa di Indonesia disarankan untuk mengkonsumsi air
minum sebanyak 2 liter atau 8 gelas per hari untuk menjaga kesehaan tubuh serta
mengoptimalkan kemampuan fisiknya (Depkes, 2004). Pengaturan asupan air yang baik
dan benar dapat mencegah atau mengurangi risiko berbagai penyakit, dan turut berperan
dalam proses penyembuhan penyakit (Santoso, 2012).
2. Berpikir Sehat Senantiasa berpikir positif dan mengendalikan stres. Senantiasa berpikir
positif dapat membuat hidup bahagia serta menyempurnakan kesehatan mental.
Berpikirlah ke depan dan tetap optimis dan tidak lupa bersyukur atas nikmat Tuhan. Kita
tidak mungkin menghindari stres, namun kita harus mampu untuk mengendalikan stres.
Lebih jauh tentang berpikir sehat ini akan dijelaskan dalam Modul Kesehatan Mental.
3. Istirahat Sehat Menyisihkan waktu untuk beristirahat wajib bagi kesehatan kita. Istirahat
berfungsi untuk memulihkan kesegaran tubuh dengan relaksasi atau tidur. Saudara butuh
sekitar 6-8 jam sehari untuk tidur berkualitas yang artinya tidur dalam keadaan dalam dan
pulas. Bila Saudara mempunyai waktu luang di siang hari sempatkanlah istirahat sekitar
15–30 menit sehingga akan mengembalikan kesegaran tubuh Saudara.
4. Aktivitas Sehat Aktif bergerak agar tubuh kita jadi bugar. Lakukan aktivitas fisik dengan
teratur. Berperilaku seksual yang sehat. Hindarkan dari kebiasaan minum beralkohol dan
tidak mengkonsumsi narkoba. 5) Lingkungan Sehat Lingkungan Saudara harus sehat
artinya hindari polusi karena polusi akan melepaskan radikal bebas di tubuh Saudara
yang akan merusak sel tubuh. Salah satu yang tersering melepaskan radikal bebas adalah
rokok. Jadi kalau Saudara ingin sehat berhentilah merokok.
2.2 Kajian Pustaka Variabel
2.2.1 Stres
1. Pengertian Stres
Stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelammin, usia, kedudukan,
jabaran atau status sosial ekonomi. Stress merupakan istilah yang berasal dari Bahasa
latin “singere” yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaah yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise,
strest, stresce,dan stress (Yosep, 2007). Menurut Lumsden (dalam Lazrus, 2006),
kata stress pertama kali digunakan pada sebuah pengertian nonteknik pada abad 14
yang berarti penderitaan, kesulitas, kesengsaraan, atau kemalangan.
Hawari (dalam Yusuf, 2004) berpendapat bahwa istilah stres tidak dapat
dipisahkan dari distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres
merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan
apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi
merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak hal
manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman
stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk
dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.
Sarafino (1994) mendefinisikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh
interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal
serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and eksternal pressure
and other troublesome condition in life). Ardani (2007) mendefinisikan stress
merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis.
Menurut Richard (2010) stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa
sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon
peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stres dapat saja positif (misalnya merencanakan perkawinan) atau
negatif (contoh : kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang
menekan (stressful event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh
individu terhadapnya. Compas (dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres adalah
suatu konsep yang mengancam dan konsep tersebut terbentuk dari perspektif
lingkungan dan pendekatan yang ditransaksikan. Baum (dalam Yusuf, 2004)
mendefinisikan stres sebagai pengalaman emosional yang negatif yang disertai
dengan perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang
diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasikan dampak-
dampaknya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu peristiwa
atau pengalaman yang negatif sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun
membahayakan dan individu yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem
biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
2. Jenis – Jenis Stres
Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu :
a. Stres akut
Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut adalah respon tubuh
terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan. Respons stres akut yang segera
dan intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan efeknya lebih
panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti banyak
tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi stres ringan berlangsung
beberapa menit atau jam saja.
Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam, energy meningkat
namun cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat,
sering merasa letih tanpa sebab, kadangkadang terdapat gangguan sistem seperti
pencernaan, otak, perasaan tidak santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu
seseorang untuk berpikir dan berusaha lbih tangguh menghadapi tantangan hidup.
b. Stres Sedang Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab
stres sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit, atau
ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit perut,
mules, otot-otot terasa tengang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan secara terus
menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan,
berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal mempunyai penyakit kronis dan
termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur,
negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat, tidak mampu
melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkatm perasaan takut
meningkat.
3. Aspek – Aspek Stres
Pada saat seseorang mengalami stres ada dua aspek utama dari dampak yang
ditimbulkan akibat stres yang terjadi, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis (Sarafino,
1998) yaitu :
a. Aspek fisik
Berdampak pada menurunnya kondisi seseorang pada saat stres sehingga
orang tersebut mengalami sakit pada organ tubuhnya, seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan.
b. Aspek psikologis
Terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. Masing-
masing gejala tersebut mempengaruhi kondisipsikologis seseorang dan membuat
kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti menurunnya daya ingat, merasa
sedih dan menunda pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh berat atau ringannya stres.
Berat atau ringannya stres yang dialami seseorang dapat dilihat dari dalam dan
luar diri mereka yang menjalani kegiatan akademik di kampus.
Berdasarkan teori yang diuraikan diatas maka dapat didimpulkan aspekaspek stres
terdiri dari aspek fisik dan aspek psikologis, aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai
indikator alat ukur skala sters akademik.
4. Tingkat Stres
Menurut Rasmun (2004), stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan,
sedang dan berat.
a. Stres ringan Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari
seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa,
ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam
beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa
hari. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang
belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan
anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.
c. Stres berat Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah
hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik
yang lama.

2.2.2 Intensitas Olahraga


1. Intensitas
Intensitas komponen kualitatif atlet dalam waktu tertentu, juga merupakan komponen
penting dari pelatihan (Bompa, 1999: 81). Senada dengan itu menurut Sukadiyanto
(2010: 26), intensitas adalah ukuran yang menunjukan kualitas suatu rangsangan atau
pembebanan. Semakin tinggi intensitas, seorang atlet harus lebih melakukan kerja per
satuan waktu. intensitas adalah fungsi dari kekuatan implus saraf atlet bekerja saat
latihan. Kekuatan stimulus tergantung pada kecepatan, beban kinerja, dan variasi
interval atau istirahat di antara pengulangan. Kerja otot dan keterlibatan Sistem Syaraf
Pusat menentukan intensitas konsentrasi maksimum selama pelatihan atau kompetisi,
penting untuk mengakui elemen psikologis latihan dan mengakui bahwa event
olahrga yang membutuhkan aktivitas fisik rendah, seperti menembak, memanah, dan
catur memiliki intensitas tertentu.
Intensitas dapat diukut sesuai dengan jenis cabang olehraganya. Latihan yang
melibatkan kecepatan diukur dalam meter/detik (m/s) atau/menit sesuai dengan
tingkat melakukan gerakan. Intensitas bervariasi sesuai dengan spesifikasi jenis
olahraga. Karena tingkat intensitas olahraga atau even bervariasi, maka perlu
menetapkan dan menggunakan berbagai tingkat intetnsitas dalam latihan. Berikut ini
merupakan metode alternative untuk mengevaluasi intensitas didasarkan pada sistem
energy yang digubanakan untuk bahan bakar aktivitas. Klasifikasi ini paling tepat
untuk olahraga siklik. Hal ini dikemukakan banyak pakar antara lain (Astrand and
Saltin, 1961; Farfek, 18960; Margaria dkk., 1963; Mathews and Fox, 1871; dan
ditambahkan Herre, 1982) dalam Bompa (1999: 82).
Intensity Percentage of Maximum
Number Performance Intensity
1 30 – 50 Low
2 50 – 70 Imtermediate
3 70 – 80 Medium
4 80 – 90 Submaximum
5 90 – 100 Maximum
6 100 – 105 Supermaximum
2. Itensitas Olahraga
Menurut Sukadiyanti (2010: 15) intensitas olahraga adalah fungsi dari kekuatan
rangsangan syaraf yang dilakukan dalam olahraga dan kekuatan rangsangan
tergantung dari beban kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat di antara tiap
ulangan. Elemen yang tidak kalah penting adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan.
Jadi intensitas dapat diukur sesuai dengan kecepatan. Menurut Irianto, D.P (2002: 54)
intensitas latihan merupakan ukuran kualitas latihan yang meliputi % (presentase)
kinerja maksimum, % (presentase) detak jantung maksimal, % (presentase) V O2
max, kadar laktat darah dll. Menurut Harsono (2015: 68) intensitas olahraga mengacu
kepada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin banyak
kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu, semakin tinggi intensitas
olahraganya. Intensif atau tidaknya latihan / olahraga tergantung dari faktor beban
latihan, kecepatan dalam melakukan gerakan – gerakan, lama – tidaknya interval di
antara repetisi, dan stres mental yang dituntut dalam olahraga.

3. Hakekat Olahraga
Saat ini, masalah kesehatan pada individu sedang meningkat karena kurang
olahraga dan aktivitas fisik, seperti mesin melakukan sebagian besar pekerjaan, yang
membuat aktivitas tubuh penting secara individual. Di sisi lain, lewat acara olahraga,
banyak orang terlibat dengan olahraga secara langsung atau tidak langsung, baik
dengan aktif tampil atau dengan menonton olahraga. Secara umum, olahraga
membantu individu menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dan menjadi sumber
kesenangan dan hiburan. Dari hal inilah bahwa dengan melakukan aktifitas fisik atau
dengan kita berolahraga akan memberikan berbagai manfaat bagi tubuh kita
(Suleyman Yildiz, 2012: 689).
Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian masyarakat
umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan mendasar dalam hidup. Olahraga
menjadi kebutuhan yang sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan
mendasar dalam melaksanakan aktivitas gerak sehari-hari. Olahraga itu sendiri pada
dasarnya merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak, serta bertujuan untuk
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal tersebut sejalan
dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional
Nomor 3 Tahun 2005 bahwa, “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk
mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”.
Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dimanapun,
tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, ras, dan lain sebagainya.
Toho Cholik Mutohir (2007: 23) menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah
sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar
aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat
mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa
kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya.
Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan
kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental,
intelektual, sosial, serta mampu membentuk manusia seutuhnya.
Menurut Giriwijoyo (2005: 30) mengatakan bahwa olahraga adalah serangkaian
gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk
meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Kusmaedi (2002: 1) menyatakan bahwa
kata olahraga berasal dari:
a. Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
b. Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang terdiri dari
kegiatan menembak dan berburu
c. Desporter, membuang lelah
d. Sport, pemuasan atau hobi
e. Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti berenang, main
bola, agar tumbuh menjadi sehat.
Jane Ruseski (2014: 396 ) mengatakan dengan berolahraga atau melakukan
aktifitas fisik yang teratur dapat mengurangi resiko penyakit kronis, mengurangi
stress dan depresi, meningkat kesejahteraan emosional, tingkat energi, kepercayaan
diri dan kepuasan dengan aktivitas sosial. Douglas Hartmann, Christina Kwauk.
(2011: 285) mengatakan pada dasarnya olahraga adalah tentang partisipasi. Olahraga
menyatukan individu dan komunitas, menyoroti kesamaan dan menjembatani
perbedaan budaya atau etnis. Olahraga menyediakan forum untuk belajar
keterampilan seperti disiplin, kepercayaan diri, dan kepemimpinan dan mengajarkan
prinsip-prinsip inti seperti toleransi, kerja sama, dan rasa hormat. Olahraga
mengajarkan nilai usaha dan bagaimana mengatur kemenangan dan juga kekalahan.
Saat ini aspek positif dari olahraga ditekankan, olahraga menjadi kendaraan yang kuat
yang melaluinya.
Berdasarkan penjelasan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
olahraga merupakan suatu kegiatan yang bersifat fisik mengandung unsur-unsur
permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang lain yang terkait
dengan interaksi lingkungan atau unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan
masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesenangan. Kegiatan olahraga tergantung
dari sikap sesorang dari mana dia memaknainya, karena beragam definisi olahraga
disebabkan oleh karakteristik olahraga itu sendiri yang semakin berkembang, semakin
lama semakin berubah dan semakin kompleks baik dari jenis kegiatannya, dan juga
penekanan motif yang ingin dicapai ataupun konteks lingkungan sosial budaya tempat
pelaksanaannya.

4. Ruang Lingkup Olahraga


Mengacu pada Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 tahun
2005 Bab II pasal 4 menetapakan bahwa keolahragaan nasional bertujuan memelihara
dan meningkatkan kesehatan, kebugaran, prestasi, kualaitas manusia, menanmkan
nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina
persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat
harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
Selanjutnya pada Bab VI pasal 17 menetapkan ruang lingkup olahraga itu sendiri
mencakup tiga pilar, yaitu: olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga
rekreasi. Ketiga pilar olahraga tersebut dilaksanakan melalui pembinaan dan
pengembangan olahraga secara terencana, sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan,
yang dimulai dari pembudayaan dengan pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan
dengan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran
bakat dan pemberdayaan sentra-sentra olahraga, serta peningkatan prestasi dengan
pembinnaan olahraga unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih
puncak pencapaian prestasi. Adapun ruang lingkup dari ketiga pilar olahraga dapat
dijabarkan sebagi berikut:
a. Olahraga Pendidikan Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan
olahraga yang dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan kepribadian, keterampilan,
kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan sebagai bagian dari
proses pendidikan secara umum yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan baik
satuan pendidikan formal maupun non formal, biasanya dilakukan oleh satuan
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, guru pendidikan jasmani dengan
dibantu oleh tenaga olahraga membimbing terselenggaranya kegiatan
keolahragaan. Menurut Barrie Houlihan (2016: 171) dalam meningkatkan prestasi
olahraga, salah satunya adalah melalui jenjang sekolah dan juga sistem
pendidikan yang baik. Kebijakan olahraga di dalam dunia pendidikan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi olahraga. Sehingga sangatlah penting
dalam mempertimbangkan bagaimana perumusan dan kebijakan olahraga dalam
dunia pendidikan, karena sekolah merupakan elemen yang penting dalam
pembangunan olahraga di masa depan. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), hal tersebut sesuai
dengan yang diamanatkan dalam Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19
Tahun 2005 pasal 7 ayat 8).
b. Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara khusus dengan cara, terprogram, berjenjang dan berkelanjutan
melalui kompetisi yang dilakukan selanjutnya para olahragawan yang memiliki
potensi untuk dapat ditingkatakan prestasinya akan dimasukan kedalam asrama
maupun tempat pelatihan khusus agar dapat dibina lebih lanjut guna mendapatkan
prestasi yang lebih tinggi dan dengan didukung bantuan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan yang lebih modern.
c. Olahraga rekreasi
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi
dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran dan
kegembiraan. Hal ini sejalan dengan pasal 19 Bab VI UU Nomor 3 Tahun 2005
dinyatakan bahwa “olahraga rekreasi bertujuan untuk memperoleh kesehatan,
kebugaran jasmani dan kegembiraan, membangun hubungan sosial dan atau
melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional”.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat berkewajiban
menggali, mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi.
5. Jenis – Jenis Olahraga
Olahraga secara umum digolongkan menjadi dua jenis tergantung dari efek
keseluruhan terhadap tubuh manusia.
a. Olahraga Aerobik
Olahraga aerobik adalah olahraga yang meningkatkan konsumsi oksigen secara
dramatis dalam jangka waktu yang panjang. Karakteristik penting untuk olahraga
aerobik adalah intentistas dan durasinya. Dari segi intensitas, olahraga aerobic
harus meningkatkan denyutan nadi sampai ke tingkat tenrtentu. Intensitas untuk
olahraga bervariasi sebanyak 50 – 80 % dari denyut jantung maksimal. Olahraga
aerobik fokus pada peningkatan daya tahan kardiovaskular. Contohnya seperti;
bersepeda, berjalan, berlari, mandaki, bermain tenis, aktivitas untuk meningkatkan
ketahanan kardiovaskular, renang, jogging, dan lain sebagainya (Barnnon et al,
2007).
b. Olahraga Anaerobik
Olahraga anaerobik membutuhkan ledakan energi yang intensif dalam durasi yang
pendek. Akan tetapi ia tidak memerlukan konsumsi oksigen yang tinggi. Olahraga
anaerobicdapat memperbaiki kecepatan dan daya tahan otot, tetapi harus berhati –
hati karena ia boleh menjadi bahaya pada orang yang menderita penyakit jantung
koroner. Seperti aktivitas yang meningkatkan kekuatan otot dalam jangka pendek,
latihan berat badan (Brannon et al, 2007).
6. Manfaat Olahraga
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani. Kesehatan jasmani
merupakan suatu kondisi kompleks yang terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot,
fleksibel dan kesehatan kardiorespiratori (aerobic fitness) (Bernstein & Nash, 2006).
Selain itu, olahraga yang teratur juga membantu dalam control berat badan dan
optimisasi berat badan. Obesitas dapat diperbaiki dengan berolahraga yaitu dengan
durasi 60 – 90 menit setiap hari mungkin diperlukan (Hansen et al, 2005). Olahraga
yang teratur juga dapat meningkatkan kapasitas kerja fisik, penurunan ataupun control
hipertensi, emmperbaiki kadar kolestrol dan toleransi glukosa, meningkatkan toleransi
terhadap stress dan pengurangan kebiasaan seperti merokok, konsumsi alcohol dan
diet yang tidak baik (Taylor, 2009). Olahraga yang teratur juga dapat memanjangkan
umur. Laku – laki dan perempuan yang mempunyai tingkat kebugaran fisik lebih
tinggi dapat menunda mortalitas yang dipicu oleh penyakit kardiovaskular dan kanker
(Taylor, 2009).
Menurut Tjokronegoro (2004), latihan olahraga menghasilkan keuntungan sebagai
berikut:
a. Peningkatan efisiensi kerja paru
b. Peningkatan efisiensi kerja jantung
c. Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh darah yang menyalurkan ke seluruh
tubuh
d. Peningkatan volume darah yang mengalir keseluruh tubuh
e. Peningkatan ketegangan otot-otot dan pembuluh darah, yang seringkali bisa
menurunkan tekanan darah tinggi
f. Mengubah tubuh yang berlemak menjadi tubuh yang tegap dan berisi atau dapat
menurunkan berat badan
g. Peningkatan konsumsi oksigen maksimal
h. Menambah kepercayaan pada diri sendiri
5. Kebiasaan Berolahraga
Durasi olahraga yang baik dilakukan yaitu 35 sampai 45 menit, dan frekuensinya 3
sampai 4 kali perminggu (Sharkey, 2003). Seseorang dikatakan mempunyai kebiasaan
berolahraga adalah melakukan minimal 2 kali seminggu dengan durasi minimal 20
menit. Kebiasaan berolahraga tidak mencakup pekerjaan yang dilakukan, melainkan
olahraga yang dilakukan dengan waktu khusus meskipun beraktivitas sehari-hari.
Kesibukan mahasiswa besar yang berhubungan dengan fisik, sehingga kesadaran
yang dikhususkan menjadi berkurang. Mahasiswa menganggap bahwa aktivitas fisik
yang dilakukan sudah termasuk olahraga. Mahasiswa yang tidak beraktivitas fisik
atau beraktivitas fisik tidak ideal di bandingkan yang teratur berolahraga (Kusmana,
2006).
Olahraga adalah salah satu metode untuk mengatasi stres yang dialami seseorang.
Olahraga akan membuat tubuh menjadi bugar dan memberi manfaat bagi kesehatan
seperti dapat mengontrol berat badan, kesehatan kardiovaskular, memanjangkan
umur, pencegah kanker, control diabetes, meningkatkan harga diri dan juga sebagai
penyangga melawan depresi, ansietas dan stres (Berstein, 2006).

2.2.3 Pola Tidur


1. Pengertian
Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan
adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-
benar terjaga. Tidur juga merupakan suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas
kemauan dan kesadaran secara utuh atau sebagian, dimana fungsi tubuh dihambat
atau dikurangi, dan juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai
dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi siap secara revesibel terhadap
rangsangan dari luar (Fordiastiki, 1997; Taylor & Carol, 1997). Berdasarkan definisi
diatas, maka yang dimaksud tidur adalah suatu keadaan bawah sadar yang juga
digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik
pengurangan gerakan dan dapat dibangunkan dengan rangsangan sensori rangsangan
lainnya.

2. Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih belum jelas diketahui (Hodgson, 1991), tidur juga
dipercaya dapat mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis manusia
(Oswald, 1984). Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk
priode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun (Potter &
Perry, 2006). Tidur merupakan salah satu kebutuhan untuk memperbaiki proses
biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV),
tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Horne, 1983; mandleson, 1987;
Born, Muth & Fehm, 1988; dalam Potter & Perry, 2006).
Menurut Kelly (2005) mengatakan bahwa manfaat tidur sering diremehkan. Tidur
nyenyak sangat penting dalam hal menjaga tingkat energi untuk lingkaran kesibukan
di kantor, di rumah, bahkan aktifitas di waktu luang. Dengan tidur juga dapat memacu
pertumbuhan badan, merangsang pembentukan jaringan, mempercepat penyembuhan
dan dapat menurunkan jumlah kolesterol di dalam darah sebab selama tidur REM
berlangsung banyak hormon adrenalin yang dilepas secara bergelombang atau
gelombang demi gelombang di dalam aliran darah yang akan memberikan efek
menyegarkan (Diahwati, 2001).

3. Pola Tidur Normal


Menurut Hidayat (2008), kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat
perkembangan individu itu sendiri.

Tabel 1.1 kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia dan tingkat perkembangan.

Menurut Lanywati (2001), secara umum pola tidur normal diawali dengan tahap
mengantuk, yaitu suatu keadaan saat hubungan antara kesadaran dengan lingkungan
berkurang. Jika proses tidur berlanjut, maka kesadaran semakin berkurang dan
timbulah suatu tahap yang sering disebut sebagai tahap tidur ayam.

4. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan
apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata
perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk
(Hidayat, 2006). Kualitas tidur adalah pengalaman subyektif. Hanya klien yang dapat
melaporkan apakah tidurnya cukup dan nyenyak atau tidak. Apabila klien merasa
puas dengan kuantitas dan kualitas tidur yang dialaminya, hal tersebut dapat dianggap
normal (Closs, 1988). Apabila klien mengaku, atau perawat mencurigai adanya
masalah tidur, diperlukan riwayat yang lebih rinci (Potter & Perry, 2006). Kualitas
tidur menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat yang sesuai kebutuhanya (Hidayat, 2008). Selain itu, menurut Hidayat
(2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda
kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis.
a. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tandatanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
b. Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi
penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau
keputusan menurun.
Menurut Aman (2005), untuk itu diperlukan sebuah pola tidur yang sehat. Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai itu :
a. Disiplin waktu, sebaiknya tentukanlah kapan kita harus tidur dan kapan harus
bangun.Para ahli tidur meyakini ritme dan jadwal tidur yang tetap serta teratur
akan memberikan kontribusi positif terhadap tidur yang sehat.
b. Lakukan olahraga secara teratur, olahraga ini diyakini sebagai obat yang ampuh
untuk menetralisir ketegangan fisik dan pikiran.Waktu yang pas adalah pagi atau
sore.
c. Perhatikan kondisi ruang tidur.Suasana yang nyaman didalam kamar akan sangat
menentukan kualitas tidur maka jagalah suasana kamar agar selalu nyaman.
d. Usahakan tidak makan sebelum tidur sebab makan pada saat larut malam atau
menjelang tidur bisa merangsang pencernaan dan membuat kita sulit untuk
memejamkan mata.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur


Sejumlah faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur,kualitas tidur
mengandungan arti kemampuan individu untuk tetap tidur dan bangun dengan jumlah
tidur REM dan NREM yang cukup. Sedangkan kuantitas tidur berarti total waktu
tidur individu. Faktor psikologis, fisiologi dan lingkungan dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Usia Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua
kelompok usia . Variasi pola tidur menurut usia antara lain :
1) Remaja : tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20% adalah tidur REM (Rapid Eye
Movement).
2) Dewasa muda : tidur 6-8 jam /hari tetapi waktunya bervariasi , 20-25% adalah
tidur REM (Rapid Eye Movement).
3) Dewasa pertengahan : tidur 7 jam/hari, 20% adalah tidur REM (Rapid Eye
Movement).
4) Dewasa tua : tidur sekitar 6jam/hari, sekitar 20-25% tidur REM (Rapid Eye
Movement).
b. Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan(seperti kesulitan
bernafas), atau masalah hati seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan
masalah tidur .
c. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur seseorang.Individu
dengan waktu kerja tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai kesulitan
menyesuaikan perubahan pola tidur. Perubahan lain yang menggunakan pola tidur
merupakan kerja berat yang tidak biasanya, terlihat dalam aktivitas sosial pada
larut malam, perubahan waktu makan malam.
d. Lingkungan Lingkungan
fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tertidur.Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang.Ukuran dan
posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur
Selain itu suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang dibutuhkan untuk
membangunkan seseorang tergantung pada tahapan tidurnya.
2.3 Penelitian Terdahulu
No Judul Nama Tahun Perbedaan
1 Hubungan Slamet Sudi 2017 Perbedaan yang pertama terletak pada
Intensitas Santoso dan variabel yang digunakan, pada
Olahraga dengan Haryoko penelitian Santoso dkk., hanya
Daya Konsentrasi Anandaputr menggunakan 1 variabel X yaitu
Belajar Siswa a intensitas olahraga dan Variabel Y
Siswi Kelas 10 konsentrasi belajar sedangkan pada
dan 11 SMA N 5 penelitian ini menggunakan 2 varibel
Depok Jawa Barat X yaitu intensitas olahraga dan
kualitas tidur serta variabel Y tingkat
stres mahasiswa.
Perbedaan yang kedua terletak pada
sampel yang digunakan, pada
penelitian Santoso dkk., menngunakan
siswa SMA N 5 Depok kelas 10 dan
11, sedangkan penelitian ini
menggunakan sampel mahasiswa
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang tahun
2017.
2 Intensitas Romi 2019 Perbedaan yang pertama terletak pada
Olahraga Cendra, dan variabel yang digunakan, pada
Terhadao Novri penelitian Cendra dkk., hanya
Perilaku Sosial Gazali menggunakan 1 variabel X yaitu
intensitas olahraga dan Variabel Y
Perilaku Sosial sedangkan pada
penelitian ini menggunakan 2 varibel
X yaitu intensitas olahraga dan
kualitas tidur serta variabel Y tingkat
stres mahasiswa.
Perbedaan yang kedua terletak pada
populasi yang digunakan, pada
penelitian Cendra dkk., menngunakan
mahasiswa Pendidikan Jasmani
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Riau
angkatan 2018/2019, sedangkan
penelitian ini menggunakan populasi
mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang tahun 2017.
3 Hubungan Sabrina Dwi 2016
Tingkat Stres Putri
dengan Kualitas
Tidur pada
Mahasiswa
Semester VII di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara
Tahun 2016
4 Pengaruh Kualitas Mukhroji 2018 Perbedaan pertama terletak pada
Tidur terhadap Shidqi, variabel yang digunakan. Pada
Stres Belajar
Siswa MAN 4 S.Sos.I penelitian Shidqi hanya menggunakan
Bantul 1 variabel X saja yaitu Kualitas Tidur,
sedangkan penelitian ini
menggunakan 2 varibel X yaitu
Kualitas Tidur dan Intensitas
Olahraga.
Perbedaan kedua terletak pada metode
pengumpulan data. Pada penelitian
Shidqi pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan skala observasi
dan interview, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan metode
angket / kuisioner.
Perbedaan terakhir terletak pada
sampel dan populasi yang digunakan.
Pada penelitian Shidqi menggunakan
sampel siswa MAN 4 bantul,
sedangkan penelitian ini
menggunakan sampel mahasiswa
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang tahun
2017.
5 Hubungan Mohd 2017 Perbedaan pertama terletak pada
Kualitas Tidur Luthfi, variabel yang digunakan. Pada
dengan Tekanan
Darah pada Syaiful penelitian Luthfi dkk., hanya
Pelajar Kelas 2 Azmi, menggunakan 1 variabel X saja yaitu
SMA Negri 10
Padang Erkadius Kualitas Tidur, sedangkan penelitian
ini menggunakan 2 varibel X yaitu
Kualitas Tidur dan Intensitas
Olahraga. Selain variabel X perbedaan
juga terletak pada variabel Y pada
penelitian Luthfi dkk., variabel Y
yaitu Tekanan Darah sedangkan pada
penelitian ini Stres Mahasiswa.
Perbedaan terakhir terletak pada
sampel dan populasi yang digunakan.
Pada penelitian Luthfi dkk.,
menggunakan sampel siswa kelas 2
SMA 10 Padang, sedangkan
penelitian ini menggunakan sampel
mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang tahun 2017.

2.4 Kerangka Berpikir


2.4.1 Hubungan antara Pola Tidur dengan Tingkat Stres
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang
memerlukan kebutuhan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada
kondisi tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh
hingga berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek
yang bagus terhadap kesehatan (Guyton & Hall, 1997). Menurut Lanywati (2011), kebutuhan
tidur yang cukup, ditentukan selain oleh jumlah faktor jam tidur (kuanitas tidur), juga oleh
kedalam tidur (kualiatas tidur). Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan,
tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa,
aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Waktu tidur yang kurang
dari kebutuhan dapat mempengaruhi sintensis protein yang berperan dalam memperbaiki sel
– sel yang rusak mejadi menurun. Kelelahan, meningkatnya stress, kecemasan serta
kurangnya konsentrasi dalam aktivitas sehari – hari akibat yang sering terjaid apabila waktu
tidur tidak tercukupi.
2.4.2 Hubungan antara Intensitas Olahraga dengan Tingkat Stres.
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang
sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya (Griwijoyo, 2007 dalam Rahayu &
Suhayat, 2011). Olahraga membantu merangsang otot-otot dan bagian tubuh lainnya untuk
bergerak. Jika tubuh kurang gerak, tubuh akan menjadi bermasalah dan tidak sehat. Dengan
berolahraga, tidak hanya oto – otot yang terlatih, sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh
pun menjadi lancar sehingga metabolism tubuh menjadi optimal. Tubuh akan terasa segar
dan otak sebagai pusat saraf pun akan bekerja menjadi lebih baik. Olahraga memeberi tubuh
manfaat fisik dan mental, dimana dapat membantu tubuh kita terhindar dari efek samping
yang terbentuk akibat reaksi stres secara fisik.
Olahraga berfungsi sebagai psychological relaxer yang mengalihkan perhatian kita dari hal-
hal yang membuat stress (Widyarini, 2008). Olahraga memberi tubuh manfaat fisik dan
mental, dimana dapat membantu tubuh kita terhindar dari efek samping yang terbentuk
akibat reaksi stress secara fisik. Olahraga akan membawa otot-otot kembali pada keadaan
normal, memperkuat serta menyelaraskannya, dan menolong kita untuk bereaksi lebih baik
terhadap stres berikutnya.
2.4.3 Hubungan antara Kualitas Tidur dan Intensitas Olahraga dengan Tingkat Stres.
Dari beberapa penelitian tentang pola tidur dengan tingkat stres, dan intensitas berolahraga
dengan tingkat stres, maka peneliti bermaksud meneliti hubungan antara intensitas
berolahraga dan kualitas tidur terhadap tingkat stres. Adapun hubungan antara intensitas
olahraga dan kualitas kualitas tidur dengan tingkat stres digambarkan sebagai berikut:

Performa mahasiswa:

- Kepribadian
- Lingkungan
- Kondisi fisik
- Kondisi
mental
- Kognitif
- Keuangan

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis Penelitian


1. Ada hubungan intensitas olahraga dengan tingkat stres mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNNES Tahun 2017.
2. Ada hubungan kualitas tidur dengan tingkat stres mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNNES Tahun 2017.
3. Ada hubungan intensitas olahraga dan kualitas tidur dengan tingkat stres mahasiswa
Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES Tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai