Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Mahasiswa menurut harafiah siswa / orang yang belajar atau terdaftar dalam
perguruan tinggi, baik universitas, instiusi ataupun akademi (Takwin, 2008).
Mahasiswa adalah individu yang memiliki peran penting dalam bermasyarakat (Al-
Adawiyah & Syamsudin, 2008). Bukan hanya dalam hal akademik saja yang harus
dijalani atau diunggulkan oleh seorang mahasiswa akan tetapi dalam hal
bersosialisasi di lingkungan kampusnya. Banyak sekali kegiatan – kegiatan yang
harus di lakukan oleh mahasiswa. Tugas utama seorang mahasiswa sebagai
masyarakat kampus yaitu belajar seperti membuat tugas, membaca buku, buat
makalah, presentasi, diskusi, hadir ke seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
bercorak kekampusan. Selain tugas utama tentunya mahasiswa juga memnyunyai
tugas sampingan yaitu tugas yang lebih berat dari pada yang lain yaitu sebagai agen
perubahan di lingkungan masyarakat (Sialagan, 2011).
Tugas yang diberikan oleh dosen terbilang sangat lah banyak terlebih dosen
yang memberikan tugas dengan dateline singkat hal tersebut membuat mahasiswa
sering mengerjakan tugasnya dengan SKS atau Sistem Kebut Semalam. Terlebih lagi
ditambahnya dengan jadwal organisasi yang kerap kali mengadakan pertemuan
ataupun kegiatan dari pagi hingga larut malam. Organisasi kemahasiswaan
merupakan suatu kegiatan yang didirikan di perguruan tinggi dengan prinsip kegiatan
dari mahasiswa dan untuk mahasiswa (Silvia Sukirman, 2004:72).
Dengan banyaknya jadwal yang dimiliki oleh mahasiswa membuat banyak
nya perubahan dalam diri mahasiswa itu sendiri ataupun dalam kehidupan
lingkungannya. Salah satu perubahan yang sangat jelas terlihat yaitu pada gaya hidup
hidup dan tingkat olehraga dari mahasiswa itu sendiri. Gaya hidup adalah suatu
pilihan yang di pilih inividu untuk melewati berbagai kenyataan hidup sesuai dengan
apa yang dikehendakinya (Kotler dan Keller 2012:192).
perilaku individu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu gaya
hidup atau pola hidup. Seperti yang dikemukakan oleh Kolter dan Amstrong (2008)
gaya hidup seseorang menunjukan bagaimana pola kehidupannya di dunia, seperti
halnya kegiatan, minat dan pendapatan. Dilanjutkan lagi oleh Kolter dan Amstrong
(2008) dikatakan juga apabila gaya hidup merupakan cerminan seseorang dalam
berinteraksi di lingkungannya.
Pola hidup seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
bagaimana pola tidur seseorang. tidur adalah sebuah kebutuhan bagi semua makhluk
hidup di dunia ini. Tidur dapat didefinisikan sebagai seseorang dalam keadaan
dibawah sadar dan dapat dibangunkan dengan rangsangan sensorik atau sentuhan
lainnya (John E. Hall:2016). Durasi waktu untuk tidur yang dibutuhkan oleh remaja
guna menjaga kesehatan tubuh yaitu 7 jam atau lebih secara teratur setiap malamnya.
Tidur kurang dari 7 jam setiap malam secara teratur akan berdampak pada kesehatan,
seperti penyakit jantung dan stroke, depresi, diabetes bahkan dapat mempertinggi
resiko kematian (Watson et al., 2015).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Buboltz et al menyatakan
bahwa terdapat 31% dari keseluruhan mahasiswa perguruan tinggi mengalami
kelelahan pada pagi hari. Selain itu terdapat penelitian yang juga mengatakan bahwa
kualitas dan durasi tidur malam yang kurang atau burung dapat mempanguri fungsi
aktivitas pada pagi harinya. Durasi tidur yang pendek dan juga waktu bangun-tidur
yang tidak teratur dapat mempengaruhi perolehan IPK, terhambatnya proses
pembelajaran, maupun keberhasilan akademik (Schlarb et al., 2017).
Kualitas tidur yang baik sangat berpengaru pada kinerja optimal neurokognitif
dan psikomotor begitu pula beepengaruh pada kesehatan fisik maupun mental (Azad
MC dkk : 2015). Akan tetapi untuk masalah psikollogis seperti halnya cemas , stress
atupun depresi merupakan fenomena yang sangat umum di alami oleh mahasiswa,
begitu pun juga dengan mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Sumber gangguan
– gangguan tersebut atau yang dapat dikenali dengan gangguan psikiatrik diakibatkan
dari tugas akademik yang berlebihan, kualutas olahraga dan buruknya kualitas tidur
(Suen LKP dkk : 2010).
Selain pola tidur , permasalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa yaitu
mengenai intensitas olahraga mereka. Kesehatan merupakan dambaan bagi setiap
manusia, akan tetapi dengan padatnya aktivitas membuat seseorang mengabaikan
kesehatannya (Ricca & Abdurahman : 2018).

Pada saat sekarang ini olahraga sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi
sebagian orang, banyak orang mengkhusukan waktunya untuk kegiatan olahraga, baik
pagi, sore bahkan malam hari. Rutinitas olahraga yang dilakukan masyarakat
memiliki banyak tujuan, baik untuk kesehatan, menghilangkan stress, untuk
kebugaran, prestasi, dan pembentukan karakter atau perilaku seseorang. Tanpa
disadari intensitas olahraga yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak pada
dirinya, baik saat melakukan olahraga maupun pada kegiatan sehari-harinya. (Romi
& Novri : 2019).

Berdasarkan data yang didapat dari (Riskesdas 2013) diketahui Proporsi


penduduk yang melakukan aktivitas fisik “aktif” dan “kurang aktif”. Proporsi
aktivitas fisik yang tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1 persen dari total
proporsi penduduk rata-rata di Indonesia. Dari total keseluruhan provinsi terdapat
kurang lebih 22 provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif
berada diatas rata-rata Indonesia. Lima provinsi tertinggi diantaranya provinsi DKI
Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan Aceh
(masing-masing 37,2%).
Setiap mahasiswa memiliki perbedaan baik dari segi pola tidur ataupun
intensitas mereka berolahraga, hal ini dikarenakan kepadatan kegiatan setiap
mahasiswa yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut juga berdampak pada tingkat
stress mahasiswa yang berbeda pula. Stress adalah sebuah respon dari tubuh stressor
terhadap psikosial, seperti halnya tekanan mental ataupun beban kehidupan (Sari D
dan Nurdin AE : 2015). Salah satu golongan umur yang rentan sekali mengalami
stress adalah mahasiswa (Pariat ML, dkk : 2014).
Berdasarkan respon yang dihasilkan, stress terbagi menjadi dua jenis yaitu
distress dan eustress. Distress adalah respon negative yang dihasilkan dari stress,
sedangkan eustress adalah stress yang menghasilkan respon positif (Seyle, 1976
dalam Sugiarti & Isti, 2018). Banyak dampak yang dihasilkan distress ini bagi yang
menjalaninya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Oman, Shapiro, Thoresen, &
Plante 2008) menyatakan bahwa tingginya tingkat distress, khususnya pada
mahasiswa akan berpengaruh pada kecemasan hingga depresinya, keingingan untuk
bunuh diri, membuat pola hidup semakin buruk dan perasaan tidak berdaya.

Hal tersebut tidak jarang dialami oleh kalangan mahasiswa. Pada umumnya
mahasiswa yang mengalami stress akan mendapatkan masalah seperti rendahnya
prestasi akademik, depresi dan menyebabkan gangguan kesehatan (Walton : 2002).
Selain itu, stress juga diyakini dapat berdampak buruk pada kesehatan disik maupun
emosional bahkan akan berdampak besar pada kinerja akademik mahasiswa
(Alzaeem et al. : 2010).
Penelitian yang dilakukan N Seyedfatemi et al (2009) menyatakan bahwa
mahasiswa rentan terhadap stres karena sifat transisi kehidupan di kampus. Tingkat
stres yang tinggi diyakini mempengaruhi kesehatan mahasiswa dan fungsi akademis.
Jika stres tidak di tangani secara efektif, perasaan kesepian, gugup, sulit tidur dan
khawatir bisa terjadi. Kebanyakan mahasiswa melaporkan tingkat stres disebabkan
karena “mencari teman” (76,2%), “bekerja dengan orang yang mereka tidak tahu”
(63,4%), “tanggung jawab baru” (72,1%), “mulai kuliah” (65,8%). Sumber akademik
paling sering terjadi stres adalah “peningkatan beban kerja kelas” (66,9%) dan
sumber-sumber lingkungan yang paling sering terjadi stres “ditempatkan dalam
situasi asing” (64,2%) dan menunggu (60,4%).

Cara untuk mengantisipasi adanya distress yang tentuna merugikan haruslah


stress tersebut dikelola dengan baik. Melakukan kegiatan olahraga secara teratur
merupakan salah satu hal yang baik guna mengurangi stress (suryanto : 2011).
Olahraga yang teratur dapat menurunkan insiden dan keparahan gangguan mood yang
berkaitan dengan stres termasuk ansietas dan depresi. Hal ini dapat terjadi
berhubungan dengan adanya perubahan kimia dalam otak setelah berolahraga, seperti
peningkatan neurotransmitter terutamanya serotonin dan dopamin serta sekresi
endorphin (Greenwood dkk : 2008). Olahraga dapat menjadi sumber berguna guna
memerangi efek negatik baik dari kesehatan maupun psikis yang dihasilkan dari
stress (Castro, Wilcox O’Sullivan, Baumann, & King : 2002).
Selain dengan melakukan olahraga. istirahat dan tidur merupakan salah satu
cara yang efektif, pada posisi ini tubuh akan memulai proses pemulihan untuk
mengembalikan stamina secara optimal. Pola tidur yang baik dan teratur akan
memberikan dampak yang baik bagi kesehatan (Gyuton & Hall : 1997). Hal ini
dikarenakan stress menjadi alasan atau penyebab gangguan stress yang menimbulkan
keadaan tejaga dan meningkatkan kewaspadaan sistem syaraf pusat (Tri & Dwi :
2019).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai “
Hubungan Intensitas Olahraga Dan Kualitas Tidur Dengan Tingkat Stres Mahasiswa
(Studi Kasus Mahasiswa Universitas Negeri Semarang) Tahun 2020”

Kualitas tidur yang bagus berpengaruh pada kinerja optimal neurokognitif dan
psikomotor, begitu pula kesehatan fisik dan mental.5 Akan tetapi, masalah psikologis seperti
gejala stres, cemas dan depresi merupakan beberapa fenomena umum yang kini dapat
diamati pada mahasiswa, termasuk mahasiswa kedokteran. Sumber gangguan psikiatrik
tersebut dinyatakan akibat dari berlebihnya tugas akademik, masalah psikososial, serta
buruknya kualitas tidur.8
Penelitian gangguan tidur pada mahasiswa preklinik kini semakin digemari peneliti,
karena terbukti adanya hubungan signifikan antara kualitas tidur, kesehatan mental, dan
kecenderungan masalah psikologis.9 Sebuah studi menunjukkan sebanyak 17,3% dan 19,7%
dari total sampel mahasiswa yang diteliti, secara berturut-turut mengalami gejala depresi
dan cemas.7 Depresi bahkan menempati peringkat kedua (22,9%) dari kondisi-kondisi
kesehatan kronik yang disebabkan oleh kurangnya durasi tidur (

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, G.2008.”Prinsip – prinsip Pemasaran:edisi 12 jilid 1”.Jakarta: Erlangga


Azad MC, Fraser K, Rumana N, Abdullah AF, Shahana N, Hanly PJ, et al. Sleep
disturbances among medical students: a global perspective. J Clin Sleep Med.
2015;11 (1):69 – 74.
Suen LKP, Tam WWS, Hon Kl. Asoociation of sleep hygiene-rellated factors and
sleep quality among university student in hongkong. Hong Kong Med
J.2010;16(3) : 180-5
. Greenwood BN, Fleshner M. Exercise, learned, helplessness and the stressresistant
brain. Neuromolecular Medicine. 2008: (10): 81-98.
Romi Cendra & Novri Gazali.2019.”Intensitas Olahraga Terhadap Perilaku
Sosial”.UIR:Media Ilmu Keolahragaan Indonesia.
Riskesdas (2013), Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember
Oman, D., Shapiro, S.L., Thoresen, C.E., & Plante, T.G. (2008). Meditation lowers
stress and supports forgiveness among college students: a randomized
controlled trial. Journal of American College Health, 56 (5), 569- 578..
Sugiarti A.M, Isqi karimah.2018.”Gambaran Stress dan dampaknya Pada
mahasiswa”. University of Indonesia:InSight, Volt.20 No.2
Greenwood BN, Fleshner M. Exercise, learned, helplessness and the stressresistant
brain. Neuromolecular Medicine. 2008: (10): 81-98.

John E. Hall P. Behavioral and Motivational Mechanisms of the Brain—The Limbic


System and the Hypothalamus. in: Guyton AC, editor. Textbook of Medical
Physiology. 13 ed. The United States of America: Elsevier; 2016. p. 751-61.
(tidur adalah)

Sari D, Nurdin AE. Hubungan Stres dengan Kejadian Dismenore Primer pada
Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Repos Univ Andalas. 2015;4(2):567–70.\

Pariat ML, Rynjah MA, Joplin M, Kharjana MG. Stress Levels of College Students :
Interrelationship between Stressors and Coping Strategies . J Humanit Soc
Sci. 2014;19(8):40– 6.

Alzaeem, A. Sulaiman, S.A.S. dan Gillani, S.W. 2010. Assessment Of The Validity
And Reliability For A Newly Developed Stress in Academic Life Scale SALS
for pharmacy students. International Journal of Collaborative Research on
Internal Medicine dan Public Health. vol 2 no.7 hlm. 239-256.
Walton, K.G., Schneider, R.H., Nidich, S.I., Salemo, J.W., Nordstrom, C.K. and
Merz, C.N.B., 2002. Psychosocial stress and cardiovascular disease Part 2:
effectiveness of the Transcendental Meditation program in treatment and
prevention. Behavioral Medicine, 283, pp.106-123.

N, Seyedfatemi. Tafreshi M, Hagani H. 2009. Experienced Stressors and Coping


Strategies Among Iranian Nursing Studnt. PMID : 17999772

Tri Okta R., Dwi Fitriani.2019.”Hubungan Stress dengan Kualitas Tidur Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir”.STIKES Masda: Edu Masda Jurnal vol. 3 No. 3
Corbin, C., Welk, G., Corbin, W., & Welk, K. (2008). Concept of fitness and wellness: A
comprehensive lifestyle approach (Ed.7th). New York: McGrawHill Companies.

Anda mungkin juga menyukai