Anda di halaman 1dari 9

A.

PENDAHULUAN
Tugas akhir bagi mahasiswa adalah suatu kewajiban yang harus diselesaikan
untuk mendapat gelar sarjana, semakin cepat menyelesaikan tugas akhir, maka
semakin cepat pula peluang untuk wisuda dan mencari pekerjaan. Namun,
persepsi bagi mahasiswa menganggap bahwa hal tersebut dianggap sebagai
sebuah tuntutan. Tuntutan yang dialami mahasiswa akhir adalah penyelesaian
masa studi sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa dan untuk mendapatkan gelar
sarjana sesuai dengan bidang yang ditekuni dan penyelesaian beban biaya kuliah
yang terus berjalan apabila tugas akhir tidak segera diselesaikan.
Beberapa kendala yang dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir yaitu
kurangnya motivasi diri, kesulitan menentukan judul penelitian, rencana
penelitian, sulitnya mencari permasalahan yang cocok diangkat dalam penelitian,
dan sulitnya menemui dosen pembimbing. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah
dalam Asmawan (2017) bahwa kesulitan mahasiswa di pengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut: (1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa
sendiri; (2) faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan diluar diri
siswa sendiri. Faktor internal yang meliputi motivasi diri biasanya terjadi karena
pengaruh dari lingkungan, menentukan judul penelitian, rencana penelitian,
sulitnya mencari permasalahan yang cocok diangkat dalam penelitian akibat dari
kurangnya pemahaman atau pengetahuan mahasiswa terhadap permasalahan di
lingkungan maupun pengetahuan tentang metodologi penelitian. Sedangkan faktor
eksternal meliputi kesulitan untuk melakukan bimbingan dengan dosen akibat dari
tugas dosen pembimbing yang banyak sehingga ketika mahasiswa berusaha
menemui untuk bimbingan, dosen memiliki tugas lain. Hal-hal yang dialami
mahasiswa tersebut tentu dapat mengganggu proses berjalannya mengerjakan
skripsi, dimana mahasiswa banyak memperoleh tuntutan dari luar diri mereka,
terutama keluarga.
Setiap mahasiswa memiliki kendala untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
Menyusun tugas akhir pada umumnya tidak semudah menyusun laporan atau
makalah. Proses penulisan tugas akhir dikerjakan oleh individual. Setiap
mahasiswa memilih penelitian dan judul tersendiri ketika menulis tugas akhir,
dengan begitu mahasiswa diharuskan dapat memecahkan masalah penelitian dan
meningkatkan kemampuan analisisnya (Handayani, Arisanti, Atmasari, 2019).
Permasalahan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir beraneka
ragam, permasalahan yang kompleks dimana mahasiswa dituntut untuk
menyelesaikan tugas dan kewajiban, juga permasalahan lainnya (dariyo et al.,
2019). Tidak hanya itu, masalah akademik yang meliputi harapan mahasiswa
terhadap tuntutan tugas. Tuntutan yang melebihi kapasitas seseorang itu sendiri
dapat menimbulkan stres.
Stress adalah perasaan tidak nyaman, hal tersebut terjadi karena individu
dirasa kurang mampu mengatasi tuntutan di lingkugan sekitarnya (Azizah &
atwika, 2021). Sependapat dengan hal tersebut menurut Seyle (1976) stress adalah
respon non-spesifik dari tubuh terhadap segala tuntutan, baik respon positif
maupun respon negatif (Musabiq & Karimah, 2018). Stres adalah suatu keadaan
atau kondisi dimana seseorang merasa tertekan karena banyaknya tuntutan-
tuntutan baik dari dalam maupun dari luar diri individu yang harus dipenuhi
(Dela et al., 2019). Goff (2011) menyatakan bahwa tingkat stress berpengaruh
terhadap kemampuan akademik. Stress akademik terjadi karena individu berharap
terlalu tinggi pada hasil yang diperoleh dalam dunia akademik dan adanya
tuntutan dari dosen dan orang tua untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam
bidang akademik (dexit et al., 2018).
Pada konteks mahasiswa, terdapat empat sumber stress pada mahasiswa yaitu
interpresonal, intrapersonal, akademik, dan lingkungan (Ross, Niebling, &
Heckert, 2008). Bressert (2016) juga menglasifikasikan dampak stress ke dalam
empat aspek yaitu fisik, kognitif, emosi, dan perilaku. Menurut Bressert (2016),
beberapa tanda bahwa stress telah berdampak pada fisik diantaranya adalah
adanya gangguan tidur, peningkatan detak jantung, ketegangan otot, pusing dan
demam, kelelahan, dan kekurangan energi. Adanya dampak pada aspek kognitif
ditandai dengan adanya kebingungan, sering lupa, kekhawatiran, dan kepanikan.
Pada aspek emosi, dampak dari stress diantaranya adalah mudah sensitif dan
mudah marah, frustrasi, dan merasa tidak berdaya. Pada aspek perilaku, stress
berdampak pada hilangnya keinginan untuk bersosialisasi, kecenderungan untuk
ingin menyendiri, keinginan untuk menghindari orang lain, dan timbulnya rasa
malas (Bressert, 2016). Melihat adanya pengaruh negatif dari distress ini,
khususnya pada mahasiswa, membuat peneliti tertarik untuk mengetahui
gambaran stress dan dampaknya pada mahasiswa
Stres bisa terjadi pada siapapun termasuk mahasiswa. Stres pada mahasiswa
disebabkan karena ketidakmampuan dalam melakukan kewajibannya sebagai
maahsiswa atau karena permasalahan lain (Septiani, 2013), tingginya
kompleksitas masalah yang dihadapi (Rini, Kartika, & Qurroyzhin, 2007),
kehidupan akademik, terutama dari tuntutan eksternal maupun harapannya sendiri.
Faktor akademik yang bisa menimbulkan stres bagi mahasiswa yaitu perubahan
gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas perkuliahan,
target pencapaian nilai, prestasi akademik, dan kebutuhan untuk mengatur diri
sendiri dan mengembangkan kemampuan berpikir lebih baik (Heiman & Karviv,
2005). Stres pada mahasiswa semester akhir yaitu untuk membuat karya ilmiah
atau skripsi (Fadillah, 2013).
Faktanya temuan Medical Center di salah satu Perguruan Tinggi mengungkap
terdapat 115 kasus gangguan kesehatan pada klien berusia 21-23 tahun dalam
kurun waktu 2016-2019, dengan depresi dan gangguan kecemasan menjadi
masalah psikologis tertinggi. Sebanyak 29% (33 mahasiswa) mengalami
gangguan kecemasan, 25% (29 mahasiswa) mengalami depresi dalam rentang
ringan hingga berat, serta gangguan kesehatan mental lainnya yang berdampak
pada kehidupan akademik mahasiswa. Selain itu, sepanjang tahun 2020, dari
Januari sampai Juli terdapat tiga kasus bunuh diri pada mahasiswa di Indonesia
dikarenakan depresi akibat mengerjakan skripsi (Nazira et al., 2022)
Mahasiswa biasanya merasakan stres berasal dari kegiatan akademik. Untuk
mahasiswa tingkat akhir, yang umumnya menjadi stressor adalah merencanakan,
menyusun hingga menuntaskan tugas akhir. Banyak faktor yang memicu
mahasiswa menjadi stres dalam menghadapi tugas akhir, diantaranya beban dan
tekanan yang menumpuk pada diri individu dalam hidupnya dapat membuat
individu menjadi stres. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stres berkaitan erat
dengan interaksi manusia dan lingkungan, karenanya stres bisa dipahami sebagai
hubungan atau interaksi antara individu dengan lingkungan yang dihayati sebagai
beban atau dirasakan melebihi kekuatannya. Menurut Handoyo (2001), stres bisa
berupa tuntutan dari eksternal yang dihadapi seseorang yang kenyataannya
memang membahayakan atau menimbulkan permasalahan. Stres juga bisa
dipahami sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang bersumber dari
eksternal dan dirasakan tidak menyenangkan.
Pendapat lain disampaikan oleh Vermunt dan Steensman, (2005; Tropper, dkk
2007) mendefinisikan stres sebagai persepsi ketidaksesuaian antara tuntutan
lingkungan (stressor) dan kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Stressor yang dirasakan melebihi kapasitas dan kemampuan seseorang bisa
menjadi ancaman, misalnya kesulitan menyelesaikan skripsi sehingga merasa
tidak sanggup untuk menuntaskan, yang membuat skripsi tidak kunjung selesai
dan membuat masa studi menjadi lama.
Gejala stres yang muncul umumnya dibagai ke dalam tiga aspek, pertama
gejala fisik berupa gangguan tidur (tidak bisa tidur atau terbangun tengah malam
dan tidak bisa melanjutkan tidurnya) dan berubahnya selera amakan. Gejala
emosional berupa perubhana suasana hati, merasa gelisah, cemas dan tidak
memiliki semangat dalam melakukan aktivitas (malas). Gejala berupa tidak fokus
dalam berpikir, pikiran menjadi kacau dan berpikir negatif menjadi meningkat
(Astiko, 2013) dan pikiran menjadi kacau (Rini, Kartika, Qurroyzhin, 2007).
Para peneliti (Malach-Pines dan Keinan, 2007; Ongori, 2007; Ongori dan
Agolla, 2009) mengidentifikasi gejala stres seperti kekurangan energi
mengonsumsi obat bebas, tekanan darah tinggi, perasaan depresi, peningkatan
nafsu makan, kesulitasn berkonsentrasi, kegelisahan, ketegangan dan kecemasan
antara lain. Seseorang yang mengalami salah satu dari faktor tersebut
kemungkinan besar akan menjadi korban stres. Meskipun hal ini terjadi, mungkin
juga tergantung bagaimana cara individu menilai situasi dan seberapa tangguh
individu dalam menghadapi masalah tersebut.
Dalam temuan (Jaramilloet al., 2005; Stevenson dan Harper, 2006)
menunjukkan bahwa, persepsi individu menentukan stressor mempunyai efek
merugikan atau tidak, yaitu menyebabkan gejala stres fisik atau psikologis pada
individu. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Slegrist (1998) juga menunjukkan
adanya hubungan erat antara tingginya tingkat stres dan kesehatan yang buruk.
Artinya, memburuknya kesehatan pada individu kemungkinan besar akan
mempengaruhi kinerja individu.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dhicky Zakaria (2017), dalam
penelitiannya yaitu tingkat stres mahasiswa yang mengerjakan skripsi di
Universitas Muhammadiyah Malang sebagian besar termasuk dalam kategori
sedang dengan jumlah persentase 86%, yang berarti skripsi cukup menjadikan
stressor stres terhadap mahasiswa akhir. Dari hasil penelitian ini di didapat bahwa
terdapatnya faktor yang membuat tingkat stres skripsi semakin tinggi seperti
faktor usia yang semakin tinggi dan angkatan tahun masuk yang semakin lama,
dan pengerjaan skripsi yang menghabiskan waktu panjang, hal ini sebaiknya
untuk segera menyelesaikan skripsi secepat dan sebisa mungkin dikarenakan
semakin tua usia, angkatan yang semakin tua, dan pengerjaan yang semakin lama
pula akan mengakibatkan stres semakin tinggi karena akan menimbulkan tekanan
yang lebih besar yang berdampak pada diri mahasiswa dan tekanan menimbulkan
stres
Studi pendahuluan berupa wawancara yang telah dilakukan pada beberapa
mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah ditemukan bahwa, stres pada mahasiswa
karena menyusun tugas akhir terjadi pada mahasiswa, yaitu mereka sering
berkeluh kesah, sering merasa lelah, pusing, terlihat cemas dan tidak bersemangat,
bahkan ada beberapa yang ingin mengakhiri masa studinya atau membuat status di
media sosial berisi keluhan tentang perasaannya ketika mengalami kendala dalam
menyelesaikan skripsi. Hal ini sejalan dengan aspek yang di ungkapkan oleh
Busari (2014) yaitu aspek fisiologis
Selain itu juga ada faktor tekait dengan stres dalam menyelesaikan skripsi
antara lain seperti tuntutan dari orang tua gaar cepat lulus, faktor ekonomi yang
tidak mencukupi, perbedaan persepsi antara mahasiswa dan dosen pembimbing,
usia yang semakin bertambah dan faktor menunda dalam mengerjakan skripsi.
Dampak stres lainnya adalah sengaja tidak mengerjakan skripsi karena tidak ingin
merasa terbebani sehingga lebih memilih untk mencari kesenangan dari kegiatan
lain di luar kampus dan menghindari dosen pembimbing. Hal ini membuat
banyaknya mahasiswa yang menjadi subjek penelitian tidak dapat menyelesaikan
masa studinya dengan tepat waktu.
Pendapat lain disampaikan oleh Abdulghani (2008) yang mengatakan bahwa
stres bisa berdampak positif atau negatif. Stres bisa berdampak positif ketika
tekanan itu tidak melebihi toleransi stresnya atau tidak melebihi kemampuan dan
kapasitas dirinya. Dampak positif stres terhadap mahasiswa diantaranya untuk
mengembangkan diri dan menumbuhkan kreativitas. Dampak negatif dari stres
dapat berupa sulit memusatkan konsentrasi selama perkuliahan termasuk saat
mengikuti bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya, menurunnya minat
terhadap hal-hal yang biasa ia kerjakan serta menurunnya motivasi bahkan
mempengaruhi perilaku menjadi kurang adaptif.
Melihat dampak stres yang tidak ringan, maka diperlukan teknik untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak stres. Lazarus dan Folkman (1984)
mengatakan bahwa salah satu cara untuk memahami pertanyaan-pertanyaan
mengenai stres adalah dengan mengetahui lebih lanjut tentang situasi yang
dialami. Salah satu upaya untuk mengetahui situasi tersebut adalah dengan
membuka diri. Keterbukaan diri atau self disclosure yang baik kemungkinan dapat
meringankan stres. Peneliti mengamati hal ini dilakukan oleh sebagian
mahasiswa, ketika mereka bertemu sebelum bimbingan atau sekedar duduk di lobi
kampus, mereka saling berbagi pengalaman terkait permasalahan proses
penyelesaian skripsi. Hal ini bisa mengurangi beban karena merasa ada teman
senasib atau bisa katarsis, mengeluarkan semua perasaannya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu memerlukan
dan membutuhkan orang lain, termasuk saat seseorang mengalami tekanan yang
bisa menimbulkan stres. Self disclosure yaitu keterbukaan diri atau pengungkapan
diri. Menurut DeVito (2011) self disclosure adalah jenis komunikasi yaitu
seseorang terbuka mengungkapkan informasi mengenai dirinya (pikiran, perasaan,
dan perilaku). Self disclosure adalah ketika seseorang mengungkapkan informasi
pribadi mengenai dirinya kepada orang lain, salah satu manfaatnya adalah untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan atau mencapai kontrol sosial (Rime, 2016).
Efek dari self disclosure adalah mengurangi stres (Derlega dkk., 1993; Kahn &
Hessling, 2001; Stiles, 1987) dikaitkan dengan dua mekanisme, pertama,
melampiaskan perasaan negatif dapat membangkitkan perasaan lega. Efek dari
perasaan negatif tersebut menjadi berkurang bila di ekspresikan atau berkurang
bila diekspresikan atau diceritakan kepada orang lain, hal tersebut disebut
“katarsis” (Stiles, 1987). Kedua, self disclosure bisa membuat pikiran menjadi
tenang dan tidak terganggu oleh kejadian yang muncul, sehingga memungkinkan
individu mengevaluasi dan memahami masalah yang sedang atau telah dialami
dan meningkatkan kemampuan yang ada pada diri individu (Feldman, Joorman,
Jhonson 2008), mendapatkan keuntungan sosial (Derlega dkk., 1993). Dengan self
disclosure seseorang mendapatkan sumber daya dari orang lain, baik itu dukungan
emosional atau bantuan nyata (clark & Mills, 1979), menumbuhkan hubungan
yang interdependensi, saling memberi yang bisa memunculkan rasa aman, self-
acceptance, bisa memahami diri sendiri dan memperoleh solusi dari permasalahan
yang dihadapi.
Dalam mengungkapkan diri, individu juga menceritakan permasalahan-
permasalahan stres yang ia alami dan bisa mendapatkan tanggapan informasi,
saran, ataupun dukungan dari orang lain. Timbal balik tersebut dapat memberikan
individu persepsi lain terhadap apa yang ia alami (Asandi, 2016).
Dampak lain dari self disclosure adalah individu yang segaja berbagi
pengalaman dan emosi dapat membantu mengurangi gejala depresi pada saat stres
dan akan mengalami peningkatan kepuasan hidup ketika self disclosure dilakukan
dengan penuh kedekatan (Zhang, 2017). Bisa terbuka dengan menceritakan
masalah pribadi secara tepat, lebih adaptif dalam menyesuaikan diri, memiliki
kepercayaan diri yang lebih baik, kompeten, bisa diandalkan, bersikap positif,
mempercayai orang lain, obyektif dan lebih terbuka (Jhonson, 1981)
Individu yang kurang mampu membangun keterbukaan dengan orang lain
tumbuh menjadi orang yang keterampilan sosilanya terganggu, kepercayaan diri
rendah, yang menimbulkan perasaan takut, cemas, self esteem rendah dan
tertutup. Itu semua mempengaruhi kesehatan mental seseorang (Jhonson, 1981).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Witrin Gamayanti, dkk (2018) Hasil
penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh self disclosure terhadap tingkat
stress. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yaitu penelitian Fauziyah (2011 dalam Suryaningsih, n.d)
yang membuktikan bahwa selfdisclosure memiliki peran yang nyata dalam
menurunkan stres pada remaja.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Vivi Fitri Handayani, dkk. (2019)
Dalam hasil penelitian menunnjukkan bahwa Stres pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Teknologi Sumbawa termasuk dalam kategori
rendah yakni sebesar 40,3%. Aspek stres paling tinggi terjadi pada mahasiswa
yaitu gejala fisik seperti sering mengahabiskan energi ketika merasa cemas
memikirkan skripsi, bibir sering terasa kering dan jam tidur tidak teratur yang
diakibatkan dari terlalu lama dalam mengerjakan skripsi yang mengakibatkan
pusing pada kepala yang berlangsung lama sehingga mengakibatkan mahasiswa
jatuh sakit untuk beberapa lama dan kelelahan pada tubuh yang ditimbulkan dari
kurangnya tidur dan lamanya mengerjakan skripsi. Mahasiswa yang memiliki
kemampuan self disclosure yang baik dapat menurunklan tingkat stres pada
mahasiswa yang mengerjakan skripsi yang artinya mereka memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan diri, berbagi kepada orang lain mengenai masalah yang
terkait dengan skripsinya kepada teman yang dianggap memahami masalahnya.
Penelitian lain yang dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa psikologi yang
sedang menyusun skripsi di UNDIP membuktikan bahwa terdapat hubungan
antara efektivitas komunikasi mahasiswa-dosen pembimbing utama skripsi
dengan stres dalam menyusun skripsi (Gunawati, 2006). Semakin efektif
komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing utama maka semakin
rendah tingkat stresnya. Penelitan tersebut berkaitan dengan yang akan peneliti
teliti yaitu self disclosure atau keterbukaan diri yang merupakan salah satu aspek
dari efektivitas komunikasi interpersonal menurut DeVito (2011).
Seorang individu yang mampu mengungkapkan diri, mampu berterus terang
dengan masalah yang dialami, menyesuaikan diri dengan baik terhadap masalah,
memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih baik, dapat diandalkan,
berkompeten, positif vibes, percaya dengan orang lain dengan baik, terbuka dan
objektif, adalah dampak yang baik untuk seorang individu yang mampu
mengungkapkan diri atau melakukan self disclosure (Gainau, 2012). Namun, jika
individu dirasa kurang mampu dalam mencoba atau menumbuhkan keterbukaan
pada orang lain terkait permasalahan yang sedang dialami, individu bisa tumbuh
menjadi dengan kepercayaan diri yang rendah, memiliki perasaan yang takut,
keterampilan sosial juga akan terganggu, self esteem rendah, dan hal-hal tersebut
akan berdampak pada kesehatan mental seseorang (Gainau, 2012).
Berdasarkan penjabaran di atas, penting peneliti melakukan penelitian untuk
melihat ada atau tidaknya tentang pengaruh self disclosure terhadap stres
akademik mahasiswa tingkat akhir pada mahasiswa tingkat akhir UIN Sayyid Ali
Rahmatullah di kota Tulungagung.
Penanganan kesehatan mental yang dapat dilakukan di lingkungan kampus
meliputi dengan membentuk dosen wali sebagai pendamping dalam mendukung
kualitas kesehatan mental mahasiswa sebagai upaya kegiatan promosi kesehatan
mental (Rai et al., 2020). Memberikan proteksi dan promosi kesehatan mental
kepada mahasiswa sebagai generasi muda akan memberikan kontribusi positif
dalam membangun kesiapan menghadapi tantangan perkembangan. Kemudian
dapat dilakukan dengan pemahaman literasi kesehatan mental (Nazira et al.,
2022). Namun, peneliti melihat bahwa penanganan sejenis belum banyak
memberikan perhatian kepada mahasiswa. Hal ini terjadi karena sebagian
mahasiswa justru stress akibat daru pekerjaan konvensional dibandingkan dengan
stress akademik. Untuk itu, perguruan tinggi sudah seharusnya menyesuaikan
Langkah untuk mengetahui kesehatan mental yang dialami oleh mahasiswanya
sesuai dengan kebutuhan. Namun, masih banyaknya kasus stres di kalangan
pelajar yang mengakibatkan hilangnya nyawa. Penyebab tindakan tersebut tidak
diketahui karena korban stres tidak pernah hadir untuk menceritakan
permasalahannya. Meskipun pusat konseling di Universitas menyimpan catatan
mahasiswa yang mencari bantuan dari mereka, namun hal ini saja gagal
membantu mengidentifikasi secara kuat penyebab dan mekanisme
penanggulangannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh self disclosure terhadap
stress akademik yakni, orang yang mampu terbuka kepada orang lain dapat
meminimalisir stress yang dialami. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan
metode penelitian kuantitatif dalam bentuk survey. Metode pengumpulan data
diambil dari kuesioner yang disebarluaskan melalui online (Google form). Subjek
pada penelitian kali ini adalah mahasiswa tingkat akhir UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.

Anda mungkin juga menyukai