Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang mengembangkan kemampuan dan potensi dirinya dengan
mempelajari berbagai hal, salah satunya melalui jalur pendidikan sampai ke
jenjang perguruan tinggi. (Purwati & Rahmandani, 2018). Sebagian besar
waktu dalam hidup manusia dihabiskan untuk mencari ilmu. Dengan
demikian, belajar menjadi suatu tahap yang penting dalam hidup manusia.
Belajar dapat mempengaruhi diri manusia baik fisik maupun psikisnya.
Khanifar et al. (2012) juga mengatakan bahwa belajar merupakan upaya
untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup manusia. Setiap orang dalam posisi
dan situasi apapun akan mengalami tekanan dalam belajar. Hal ini merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari dan menjadi sorotan dalam dunia
organisasi. Tekanan yang didapat dari perkuliahan dapat mengarahkan
seseorang pada kelelahan dalam belajar. Kelelahan belajar yang dimaksud
dalam hal ini adalah kecenderungan burnout. Hal tersebut juga diperkuat oleh
pendapat dari Muchinsky (2000), bahwa kecenderungan burnout dapat
dialami oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai bidang bila memang
mendapat tekanan yang berlebihan dan menguras energi sehingga mengalami
frustrasi yang berkelanjutan.
Gaya hidup yang penuh stressor dan tekanan dapat menempatkan
seseorang pada kondisi tertekan secara terus-menerus sampai ke titik jenuh,
dimana mereka mengalami burnout (kejenuhan). Burnout merupakan suatu
perasaan tak berdaya yang diakibatkan oleh stres dalam jangka panjang yang
mengakibatkan suatu kondisi fisik, emosi dan mental yang sangat drop.
Seseorang yang mengalami burnout akan mengalami gangguan yang
mengenai sistem biologis salah satunya yaitu kelelahan, dan juga mengenai
sistem psikologis, seperti emosional, apatis, depresi, mudah tersinggung,
merasa bosan, merendahkan harga diri dan berkurangnya rasa percaya diri.
Dampak yang terjadi dalam lingkup sistem sosial salah satunya adalah orang
tersebut akan menjauhkan diri dari sesamanya.
Ketika mengerjakan tugas kuliah biasanya mahasiswa mengalami
suatu hambatan dalam pengerjaan dalam menyelesaikan tugas kuliah (Pratiwi,
2018). Menurut Albertus (2021) yang dikutip dari kompas juga
mengemukakan bahwa mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas kuliah
dapat mengalami kejenuhan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Anggraini dan Nono (2021) juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang
sedang mengerjakan tugas kuliah dapat mengalami burnout akademik.
Puspitaningrum (2018) menyampaikan bahwa mahasiswa yang sedang
mengerjakan tugas kuliah cenderung akan menimbulkan perasaan tegang,
khawatir, kejenuhan, rendah diri, dan kehilangan motivasi. Untuk dapat
menghadapi hambatan atau masalah yang ada, mahasiswa perlu adanya
dukungan dari orangorang terdekat dalam dirinya (Christina, 2020). Astuti
dan Sri (2013) membuktikan bahwa tekanan yang dirasakan dari pengerjaan
tugas kuliah akan berkurang apabila ada dukungan dari orang-orang penting
di sekitar mereka.
Pendekatan kognitif-perilaku, memandang kejenuhan belajar adalah
bentuk respon dari hasil olah pemikiran dan perasaan siswa dalam
mempertahankan diri dari stres yang berkepanjangan (defensive coping).
Secara jelasnya, kejenuhan belajar merupakan bentuk respon pertahanan diri
siswa terhadap stres belajar yang tidak terselesaikan akibat dari adanya
tuntutan belajar. Tuntutan belajar yang berlebihan dapat menjadi stressor bagi
siswa yang berakibat pada dua reaksi yaitu eustress dan distress. Eustress
dapat memotivasi mahasiswa untuk tetap maju, sedangkan distress dapat
melumpuhkan. Gejala yang ditimbulkan dari kejenuhan belajar sendiri seperti
kelelahan fisik, kelelahan emosional dan kelelahan mental merupakan bentuk
distress mahasiswa terhadap tuntutan belajar. Itu sebabnya burnout dapat
terjadi pada mahasiswa dikarenakan mahasiswa mereaksi stres dengan cara
yang negatif (distress). Beberapa penelitian membuktikan distress dapat
mengganggu individu tersebut maupun kinerjanya, termasuk mahasiswa yang
berada pada fase remaja yang sangat rentan terhadap stres (Pratiwi, 2018).
Menurut Puspitaningrum (2018) mengatakan bahwa mahaiswa perlu
mengatasi berkembangnya stres agar tidak terjadi burnout yang
berkepanjangan. Social skills perlu diterapkan dalam upaya untuk
mengurangi stres agar tidak berdampak buruk baik terhadap diri siswa
maupun pencapaian prestasinya. Social skills yang baik dapat mereduksi stres
mahasiswa, sehingga dampak negatif yang dimunculkan dapat diminimalisir.
Pada dasarnya, setiap individu telah memiliki social skills tersendiri
dalam menghadapi berbagai perubahan atau tantangan. Namun, dengan
adanya mahasiwa yang mengalami kejenuhan belajar membuktikan
mahasiswa kurang mampu dalam mengelola stres belajar yang dialaminya.
Oleh karena itu, dibutuhkan social skills yang efektif dalam upaya mengelola
stres belajar sehingga mampu berdampak secara langsung pada penurunan
gejala kejenuhan belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Muse, Love dan Christensen (2016)
menunjukkan bahwa perubahan signifikan dalam skor rata-rata dari kelompok
perlakuan untuk kelelahan (burnout) yang dikombinasikan dengan penurunan
yang signifikan dalam depresi menunjukkan bahwa perawatan rawat jalan
intensif selama seminggu lebih efektif. Berdasarkan perspektif psikologi
belajar, burnout merupakan hasil produk dari ekspektasi yang salah terhadap
reinforcement, outcome, dan efficacy. Dalam hal ini individu menetapkan
harapan keberhasilan individu yang terlalu tinggi yang sulit dicapai
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Tingginya standar keberhasilan
pribadi sangat berkaitan dengan konsep diri. Maslach (1982) mengatakan
bahwa individu yang mengalami burnout memiliki konsep diri yang rendah.
Oleh karena itu, berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan
Burnout dengan Social Skill “

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
peneliti merumuskan permasalahan yang terjadi yaitu “Bagaimana Hubungan
Burnout dengan Social Skill ? “
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Burnout dengan
Social Skill.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan wacana
baru bagi perkembangan ilmu kedokteran.

b. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran permasalahan (burnout) yang terjadi serta
saran untuk mencegah dan mengatasi burnout yang sedang dihadapi
mahasiswa. Dan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
untuk peneliti selanjutnya yang menekankan pada fokus konsep diri,
social skills akibat burnout.

Anda mungkin juga menyukai