Anda di halaman 1dari 8

1.

Definisi 
 Stres
Menurut Khayat (2007), stress berasal dari bahasa latin yang memiliki
arti tegang atau genting, secara definisi stress merupakan suatu stimulus atau
situasi yang memicu munculnya emosi negatif yang menciptakan tuntutan
fisik dan psikologi pada manusia dalam menghadapi sebuah ancaman. Cannon
memaparkan bahwa stress merupakan sebagian gangguan homeostatis yang
berpengaruh dalam perubahan keseimbangan fisiologis yang dihasilkan dari
rangsangan terhadap fisik maupun psikis. 
Namun seiring berkembanganzaman dan bertambahnya penelitian di
bidang stress, banyak teori stress yang bermunculan. Menurut Dewe
O’Driscoll & Cooper (2012) ada beberapa teori stress diantaranya: Person-
Environment Fit, Conservation of Resources Theory, dan The Job
Demandscontrol-Suppport Model of Work Design. Menurut Lyon (2012),
terdapat tiga pendekatan terhadap teori stress yaitu stress model stimulus
(rangsangan), stress model response (respons), dan stres model transactional
(transaksional). 

 Stres akademik      


     Stres akademik adalah suatu reaksi seseorang terhadap faktor-faktor yang
mengakibatkan terjadinya stres dapat berasal dari  kondisi fisik, psikologis,
maupun sosial dan situasi kerja, dirumah dalam kehidupan sosial dan
lingkungan sekolah (Gadzella dan Masten, 2005). Menurut Bakhsh dan Sayed
(2015) faktor-faktor yang menyebabkan stres akademik yaitu pembelajaran
daring, masalah finansial dan sumber daya yang tidak baik akibatnya stres
muncul dan berdampak pada akademik. 

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa stress adalah


stimulus yang memicu munculnya emosi negatif yang menciptakan tuntutan
fisik dan psikologis suatu individu seperti stres akademik yang berdampak
negatif.
2. Aspek - Aspek Stres Akademik
Menurut Robotham (2008), aspek-aspek stres akademik meliputi 4 aspek, yaitu
sebagai berikut :
a. Aspek Kognitif
Kondisi stres disebabkan adanya kesulitan dalam memusatkan perhatian dalam
proses pembelajaran serta memiliki pikiran negatif terhadap diri sendiri atau
bahkan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap
kebingungan, sulit untuk berkonsentrasi, mudah lupa, atensi kurang, muncul
kecemasan berlebih, menurunnya performa belajar, lalai dalam penugasan,
dan lain sebagainya. 
b. Aspek Afektif
Pada aspek afektif meliputi perasaan negatif berlebihan yang timbul dari diri
sendiri. Contoh perilaku yang mencerminkan aspek afektif antara lain,
ketakutan, kecemasan, rasa sedih yang berlarut, rasa marah yang mendalam,
ragu-ragu, tertekan, merasa malu, merasa tidak cukup berkompeten sehingga
menilai diri nya tidak mampu untuk memenuhi kewajiban akademiknya.
c. Aspek Fisiologis 
Aspek fisiologis ini merupakan efek akibat stres yang muncul sehingga
menyebabkan rasa sakit pada tubuh atau menurunnya kebugaran fisik. Seperti
contoh, sakit kepala, badan gemetar, rasa mual, gangguan pencernaan, nafsu
makan berkurang, kualitas tidur buruk, serta keringat berlebih. Secara fisik,
kondisi stres akan menyebabkan wajah pucat, tidak bersemangat, badan kaku
atau lemas, jantung berdebar, dan keringat dingin. 
d. Aspek Perilaku
Aspek perilaku ini muncul sebagai dampak stres akademik yang secara umum
ditunjukkan dengan perilaku negatif dan cenderung akan menghindar dari
lingkungan sekitar. Hal ini dapat tercermin pada perilaku menyalahkan orang
lain, tidak mau mendengarkan orang lain, fokus pada kekurangan atau
kesalahan orang lain, tidak suka bergaul, bersikap acuh, cenderung untuk
mencari kebahagiaan dengan cara yang berbahaya dan berlebihan, menunda
penugasan, tidak peduli dengan sekitar, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa stres akademik
meliputi beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, fisiologis, dan perilaku. Peneliti akan
menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Robotham (2008) untuk melihat
gambaran stres akademik yang terjadi pada mahasiswa pada pembelajaran daring. 

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik


Faktor yang mempengaruhi stres akademik terdiri atas faktor internal dan
eksternal
(Puspitasari, W. 2013; Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. 2010, dalam Barseli et.al.,
2017). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: 
A. Internal
 Pola pikir

Individu yang merasa tidak dapat mengendalikan keadaan, pada


umumnya akan mengalami stress akademik lebih besar. Sebaliknya,
semakin besar efikasi dirinya, semakin kecil kecenderungan stres
akademik yang akan dialami mahasiswa.

 Kepribadian

Kepribadian mahasiswa mampu menjadi penenetu apakah ia


mampu memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap stress
akademik atau tidak. Sebagai contoh, mahasiswa yang memiliki
kepribadian optimis cenderung memiliki tingkat stres akademik yang
rendah daripada mahasiswa yang pesimis.

B. Eksternal
 Mata kuliah yang lebih padat

Semakin tinggi tingkat semester mahasiswa, biasanya beban


akadeik yang diemban akan semakin berat. Hal ini mengakibatkan 
persaingan yang semakin ketat, waktu belajar yang  bertambah, dan
beban siswa semakin meningkat.

 Tekanan untuk berprestasi tinggi


Beberapa mahasiswa terkadang mendapat tekanan yang tinggi
untuk berprestasi semasa kuloah. Tekanan ini biasanya dating dari
orangtua, keluarga, guru, tetangga, teman sebaya, dan diri sendiri.

 Dorongan status sosial

Pendidikan adalah salah satu alat status sosial di masyarakat


kita. Individu dengan gelar akademik tinggi akan dihormati oleh
masyarakat, begitu juga sebaliknya. Mahasiswa  yang berhasil secara
akademik akan sangat disukai, dikenal, dan dipuji oleh masyarakat.
Sebaliknya, mahasiswa yang tidak berprestasi di sekolah cenderung
mendapat label dan perlakuan seperti, dianggap sebagai pembuat
masalah, cenderung ditolak oleh dosen, sering dimarahi orangtua, dan
diabaikan teman-teman sebayanya.

4. Strategi/Solusi Untuk Mengatasi dan Mengelolah Stress Akademik


Metode manajemen stres tidak hanya digunakan saat mempunyai gejala atau
gangguan, tapi bisa juga diterapkan pada orang-orang sehat. Bila dilakukan setiap
hari, manajemen stres akan menjadi alat yang efektif untuk memperbaiki dan
melindungi masa hidup yang lebih lama.
Munandar (2002) mendefinisikan mengelolah stres belajar sebagai usaha
untuk mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan
menampung akibat fisiologis dari stres. Berikut strategi/solusi dalam mengatasi dan
mengelolah stres akademik yaitu:
 Cognitive Behavioral Therapy
Metode Cognitive-Behavioral Stress Management merupakan salah
satu metode manajemen stres. Metode Cognitive Behavioral merupakan
penggabungan metode Cognitive-Behavioral Therapy dengan teknik
manajemen stres. Metode ini adalah upaya manajemen stres yang
menekankan pada restrukturisasi kognitif yang menyimpang, dimana
perubahan kognitif tersebut dapat mereduksi kondisi stres mahasiswa.
Perubahan antara kognitif yang diperkuat perubahan tingkah laku
membuat permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa secara cepat akan
hilang, sehingga mahasiswa dapat berpikir, merasa, dan bertindak dengan
tepat.
Menurut Panedo (2008) Cognitive– Behavioral Stress Management
dirancang untuk menangani stres akademik dengan menggabungkan teknik
Cognitive Behavioral, teknik relaksasi dan time management. Intervensi
dirancang untuk meningkatkan kesadaran tentang stres dengan
mengidentifikasi sumber stres dan sifat respon stres, mengajarkan
keterampilan pengurangan kecemasan seperti relaksasi, memodifikasi
proses berpikir negatif dan penilaian dengan mengajarkan keterampilan
kognitif restrukturisasi, membangun adaptif mengatasi keterampilan dan
meningkatkan ekspresi emosional, peningkatan ketersediaan dan
pemanfaatan jaringan dukungan sosial, meningkatkan keterampilan
interpersonal melalui kemampuan komunikasi yang baik. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa kombinasi antara teknik relaksasi,
manajemen stress dengan Cognitive Behavioral terbukti sangat membantu
menurunkan tingkat stres mahasiswa.

 Mindfulness Based Stres Reduction (MBSR)


Minfulness Based Stres Reduction (MBSR) merupukan salah satu
jenis terapi berbasis mindfulness yang fokus melatih kesadaran melalui
teknik meditasi. Mindfulness Based Stres Reduction (MBSR) merupakan
salah satu jenis terapi berbasis mindfulness yang fokus melatih kesadaran
melalui teknik meditasi. MBSR bertujuan mengubah hubungan individu
dengan situasi dan pikiran yang penuh stres. Hal ini dicapai dengan cara
menurunkan reaksi emosional dan meningkatkan penilaian kognitif secara
positif. Program ini telah digunakan sebagai model intervensi non-medis
yang bertujuan untuk mengurangi tingkat stres (Kabatt Zinn, 2003).
Mindfulness didemonstrasikan untuk mempunyai manfaat
profesional sebagai alat manajemen stres dan sebagai praktek perawatan
diri yang memiliki potensi untuk mengubah respon terhadap stres (Luken
& Sammons, 2016). Mindfulness dilakukan dengan metode STOP. Sangat
mudah untuk mengingat STOP bahkan dalam situasi stres. S-Stop yang
berarti berhenti sementara dari apa yang kita lakukan atau pikirkan. T-
Take a breath yang berarti tarik nafas dan keluarkan, atur pernafasan dan
rasakan mengalir di dada. Katakan pada diri kita sendiri “tarik nafas” saat
kita menarik nafas dan “lepaskan” saat kita mengeluarkan nafas untuk
membantu berkonsentrasi. O-Observe yang berarti mengamati apa yang
terjadi dengan diri kita saat ini, yang meliputi apa yang kita pikirkan,
perasaan/ sensasi tubuh (misal: nyeri) dan emosi (marah, stres). Merasakan
tubuh kita, apakah kita berdiri atau duduk, bagaimana postur kita, apakah
ada nyeri atau pusing. P-Proceed yang berarti melakukan sesuatu yang
akan mendukung kita saat ini, seperti bicara dengan teman, meminum
secangkir teh atau yang lainnya (Goldstein, 2013; Wolf & Serpa, 2015)

 Self Esteem 
Menurut Santrock (2007:63) secara umum self esteem adalah
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dan evaluasi secara global
terhadap diri sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri membuat seseorang
mengenali dan memahami batas kemampuan dan kelemahan dirinya dalam
proses pembelajaran. Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi
maknanya individu tersebut mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
dalam menghadapi berbagai situasi seperti tantangan, tekanan, dan
tuntutan. Hal ini dijelaskan oleh Branden (2005:42) bahwa keyakinan pada
kemampuan diri sendiri untuk mengahadapi tuntutan hidup akan mengarah
pada seseorang yang bekerja keras untuk menyelesaikan segala tantangan
dan mencapai sebuah kebahagian dan kesusksesan.
DAFTAR PUSTAKA

Barseli, M. et.al. (2017). Konsep stres akademik siswa. Jurnal Konseling dan Pendidikan.

5(3), 143-148.

Jannah, R., & Santoso, H. (2021). Tingkat Stres Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran Daring
pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Riset Dan Pengabdian Masyarakat, 1(1),
130–146. https://doi.org/10.22373/jrpm.v1i1.638

Kirana, A., & Juliartiko, W. (2021). Self-Regulated Learning dan Stres Akademik Saat
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Psikologi, 14(1), 52–61.

Kurniasih, I., & Liza, I. D. M. (2018). Efektivitas Manajemen Stres Cognitive-Behavioral


dalam Menurunkan Tingkat Stres Mahasiswa Tahun Pertama Tahap Sarjana PSPDG
UMY. Insisiva Dental Journal : Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(2), 48–52.
https://doi.org/10.18196/di.7296

Liin, R., & Hadi, I. (2020). Hijp : Health Information Jurnal Penelitian. Jurnal.Poltekkes-Kdi,
12, 114. https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP

Robotham, D. (2008). Stress among higher education students: towards a research agenda. 
Higher Education, 56(6), 735–746. https://doi.org/10.1007/s10734-008-9137-1

Yollanda, M., & Rohmah, F. A. (2019). Mindfulness based stress reduction dengan konseling
kelompok untuk menurunkan stres kehidupan sehari-hari remaja rumah tahfidz yatim
dhuafa. Jurnal Psikologi Klinis Indonesia, 4(1), 35–47.

Anda mungkin juga menyukai