PASACASARJA
Oleh
Mariam Matafani
18411007
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
BAB I
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun
belajar dan terdaftar sedang menjalani Pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi
yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Menurut
Siswoyono (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut
ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat
dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa,
yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Saat mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi, masa studi diukur dalam Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus dipenuhi seluruh
mahasiswa agar mencapai kualifikasi lulusan masing-masing strata. Hal ini juga menjadi
yang penuh dengan tekanan karena terjadi berbagai perubahan hidup. Beberapa orang lebih
sensitif terhadap tekanan yang dihadapi daripada yang lain sehingga karakteristik seseorang
dan pola perilaku harus dilihat untuk menentukan kepentingan dan kerentanan mereka
terhadap stres. Dalam Artikel lokadata 2018 menuliskan temuan survei baru yang diterbitkan
kecenderungan enam kali lebih besar menderita depresi dan kecemasan, dibandingkan
Stres bisa terjadi pada siapapun termasuk pada mahasiswa pascasarjana. Stres pada
mahasiswa atau karena permasalahn lain tingginya kompleksitas masalah yang dihadapi
berpikir yang lebih baik. ( Septiani, 2013 ; Rini, Kartika, & Qurroyzhin, 2007;Heiman&
Pendapat lain disampaikan oleh Abdulghani (2008) yang mengatakan bahwa stres itu
bisa berdampak positif atau negatif. Stres bisa berdampak positif ketika tekanan itu tidak
melebihi toleransi stresnya atau tidak melebihi kemampuan dan kapasitas dirinya. Dampak
positif stres terhadap mahasiswa diantaranya tertantang untuk mengembangkan diri dan
menumbuhkan kreativitas. Dampak negatif dari stres bisa berupa sulit memusatkan perhatian
(konsentrasi) selama perkuliahan termasuk saat mengikuti proses bimbingan skripsi dengan
Stressor yang dirasakan melebihi kapasitas dan kemampuan seseorang bisa menjadi
ancaman, misalnya kesulitan menyelesaikan skripsi sehingga merasa tidak sanggup untuk
menuntaskan, yang membuat skripsi tidak kunjung selesai dan membuat masa studi menjadi
lama. Gejala stres yang muncul umumnya dibagi ke dalam tiga aspek, pertama gejala fisik
berupa gangguan tidur (tidak bisa tidur atau terbangun tengah malam dan tidak bisa
melanjutkan tidurnya) dan berubahnya selera makan. Gejala emosional berupa perubahan
suasana hati, merasa gelisah, cemas dan tidak memiliki semangat dalam melakukan akivitas
(malas). Gejala berupa tidak bisa fokus dalam berpikir, pikiran menjadi kacau dan berpikir
negatif menjadi meningkat (Astiko, 2013 dalam Putri & Savari, 2013); dan pikiran menjadi
tuntutan tugas yang semakin banyak yaitu mencari banyaknya bacaan atau buku sebagai
penunjang dalam memecahkan tugas yang diterima dalam sehari adanya tugas yang
didapatkan maksimal 10 tugas yang harus mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran
secara mandiri dan mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan argumen saintifik secara
media kepada masyarakat akademik dan masyarakat luas, sehingga terdapat kecemasan dan
Stres dianggap sebagai bagian dari kehidupan dari perkuliahan dan dapat berdampak
kepada kesehatan seorang mahasiswa. Kegiatan seperti persiapan ujian, persaingan antara
para pelajar, menguasi sebuah materi dan kehidupan diluar kelas dianggap sebagai hal yang
menyebabkan stres pada mahasiswa. Stres memiliki korelasi yang sangat tinggi terhadap
penurunan performa akademis dari seseorang. Secara psikologis akan berdampak pada
peningkatan kecemasan, depresi dan juga stres. Secara fisiologis dapat berupa penurunan
Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan stres adalah kondisi yang diakibatkan
ketidaksesuaian antara tuntutan fisik atau keadaan psikologis dengan tuntutan sosial. Stres
yang berasal dari tuntutan akademik yang melebihi kemampuan pada diri individu disebut
Alvin (2007) mendefinisikan stres akademik sebagai stres yangterjadi karena adanya
menunjukkan prestasi dan keunggulan individu yang membuat mereka merasa terbebani oleh
adanya tuntutan dan tekanan tersebut. Stres yang terjadi pada siswa biasanya disebabkan
adanya tuntutan tugas yang banyak, persaingan dengan siswa lain, kegagalan, serta hubungan
yang kurang baik dengan teman, dosen, atau anggota keluarga (Fairbrother & Warn dalam
pertanyaan mengenai stres adalah dengan mengetahui lebih lanjut tentang situasi yang
dialami. Salah satu upaya untuk mengetahui situasi tersebut adalah dengan membuka diri.
Pengungkapan diri atau self-disclosure yang baik dinilai dapat meringankan stres yang
dialami. Self-disclosure juga dapat membantu dalam menghadapi stres dan ketegangan,
karena dengan mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, maka seseorang akan merasa
bebannya telah berkurang. Berbagi masalah atau keprihatinannya dengan orang lain mungkin
akan membantu dalam menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi. Bahkan transisi besar dalam hidup seperti berada jauh dari rumah ke perguruan
tinggi dapat memperburuk gangguan mental yang ada atau memicu yang baru.
segala bentuk permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan media sosial membagikan
cerita terhadap khalayak umum. Konteks self disclosure yang dilakukan di media sosial,
secara umum terlihat dari bagaimana cara individu membagikan informasi pribadi di berbagai
macam situs media sosial miliknya dalam bentuk tulisan, foto/video, pesan, komentar, opini,
dan lain sebagainya sebagai suatu hal yang perlu untuk diketahui oleh sesama pengguna
media sosial terkait. Bebasnya penggunaan media sosial di era digital ini membuat individu
cenderung membagikan informasi mengenai perasaan, isi hati maupun hal-hal lainnya yang
sifatnya intim atau sebenarnya tidak perlu diketahui oleh banyak orang.
tertentu yang dekat dengannya namun sebaliknya, hal ini justru diketahui oleh khalayak luas.
Dan sebagaian mahasiswa yang ketika mereka bertemu sebelum bimbingan atau sekedar
duduk di selasar kampus, mereka saling berbagi permasalahan mengenai proses penyelesaian
tesis. Hal itu bisa mengurangi beban karena merasa ada teman senasib atau bisa katarsis,
mengeluarkan semua perasaannya penelitian oleh Bell dan Bromnick (1998) yang
memaparkan bahwa self disclosure yang tinggi secara signifikan mengurangi homesickness
terjadi dengan mengacu pada individu atau individu tertentu. Self-disclosure menurut
Wheeless & Grotz (1976) adalah pesan tentang diri seseorang yang dikomunikasikan dengan
orang lain.
Menurut DeVito (2011) self disclosure adalah jenis komunikasi yaitu seseorang
terbuka mengungkapkan informasi mengenai dirinya (pikiran, perasaan, dan perilaku). Self
kepada orang lain, salah satu manfaatnya adalah untuk mendapatkan bantuan dan dukungan
Menurut Johnson (1996) keuntungan self disclosure diantaranya adalah pertama, self-
disclosure memungkinkan kita untuk memvalidasi persepsi kita tentang realitas. Kedua, self
disclosure dapat membantu mengelola stres dan kesulitan. Berkomunikasi erat dengan orang
lain, terutama pada saat mengalami stres, tampaknya menjadi kebutuhan dasar manusia.
Pengungkapan diri membentuk dasar untuk dukungan dan kepedulian selama krisis. Ketiga,
pengungkapan diri memenuhi kebutuhan manusia untuk diketahui secara erat. Kebanyakan
orang ingin seseorang yang mengetahui mereka dengan baik dan menerima, menghargai,
diri dan pemahaman tentang diri sendiri dengan memperoleh perspektif yang lebih obyektif
tentang pengalaman dan melalui memprovokasi umpan balik dari orang lain.
Efek dari self disclosure adalah mengurangi stres dikaitkan dengan dua mekanisme,
pertama, melampiaskan perasaan negatif dapat membangkitkan perasaan lega. (Derlega dkk.,
1993; Kahn & Hessling, 2001; Stiles, 1987, dalam Zhang, 2017) . Efek dari perasaan negatif
tersebut menjadi berkurang bila diekspresikan atau diceritakan kepada orang lain, hal tersebut
disebut “katarsis” (Stiles, 1987 dalam Zhang, 2017). Kedua, self disclosure bisa membuat
pikiran menjadi tenang dan tidak terganggu oleh kejadian yang muncul, sehingga
memungkinkan individu mengevaluasi dan memahami masalah yang sedang atau telah
dialami dan meningkatkan kemampuan yang ada pada diri individ. Dalam mengungkapkan
diri, individu juga dapat menceritakan permasalahan - permasalahan atau stres yang ia alami
dan bisa mendapatkan tanggapan, informasi, saran, ataupun dukungan dari orang lain.
Timbal balik tersebut dapat memberikan individu persepsi lain terhadap apa yang ia
alami (Asandi, 2010). Dampak lain dari self disclosure adalah individu yang sengaja berbagi
pengalaman dan emosi dapat membantu mengurangi gejala depresi pada saat stres dan akan
mengalami peningkatan kepuasan hidup ketika self disclosure dilakukan dengan penuh
kedekatan (Zhang, 2017); bisa terbuka mengatakan masalah pribadi secara tepat, lebih adaptif
dalam menyesuaikan diri, memiliki kepercayaan diri yang lebih baik, kompeten, bisa
diandalkan, bersikap positif, mempercayai orang lain, objektif dan lebih terbuka (Johnson,
1981 dalam Gainau, 2009). Individu yang kurang mampu membangun keterbukaan dengan
orang lain tumbuh menjadi orang yang keterampilan sosialnya terganggu, kepercayaan diri
rendah, yang menimbulkan perasaan takut, cemas, self esteem rendah dan tertutup. Itu semua
Fenomena yang peneliti dapatkan dari beberapa mahasiswa pascasarjana stres pada
mahasiswa karena menyusun tugas akhir terjadi pada mahasiswa Fakultas Hukum Bandung
angkatan 2020 yaitu berkeluh kesah, sering merasa lelah, pusing, terlihat cemas dan tidak
bersemangat, bahkan ada beberapa yang merasa ingin mengakhiri studinya begitu saja atau
membuat status di media sosial berisi keluhan tentang perasaannya ketika mengalami kendala
Dampak stres lainnya adalah sengaja tidak mengerjakan Tesis karena tidak ingin
merasa terbebani sehingga lebih memilih mencari kesenangan dari kegiatan lain di luar
kampus dan menghindari dosen pembimbing. Selain itu beberapa mahasiswa pascasarjana
yaitu faktor tuntutan tugas yang semakin banyak karna mencari banyaknya bacaan atau buku
sebagai penunjang dalam memecahkan tugas yang diterima dalam sehari adanya tugas yang
didapatkan melebihi yang biasa dikerjakan membuat mahasiswa harus mampu meningkatkan
kapasitas pembelajaran secara mandiri dan mampu menyusun ide, hasil pemikiran, dan
argumen saintifik.
sehingga terdapat kecemasan dan bisa saja tidak adanya kemampuan dalam melakukan tugas
tersebut. Dalam faktor tersebut adanya penekanan terhadap batas studi yang harus tempuh
dan juga faktor bekerja sehingga tidak maksimal dalam membagi waktu yang menyebabkan
diri nya kepada orang lain karna faktor tidak percaya akan temannya dikampus dan sering
menghabiskan waktu sendiri dan karna faktor mahasiswa tersebut perantau takut akan hal-hal
penelitian dalam Bagaimanakah hubungan Self Disclosure dan Stress Akademik pada
mahasiswa pascasarjana?
1) Manfaat Teoritis
pada mahasiswa, dan diharapkan dapat menjadi sumbangan yang berguna bagi
2) Manfaat Praktis
Akademik.
BAB II
LANDASAN TEORI
pengungkapan tentang hal-hal yang berkaitan dengan informasi kepada orang lain
antara setidaknya dua orang yang mana satu orang berniat atau dengan sengaja
Rosenfeld dalam Derlaga (2000) Pengertian lain dari self disclosure adalah
sebagai sebuah akses yang diberikan seseorang tentang sesuatu yang bersifat
rahasia dan pribadi kepada orang lain. Ia juga menjelaskan dalam mengantarkan
perasaan yang mereka rasakan sering kali menggunakan kosa kata yang sama
pada setiap individu. Kata yang biasa digunakan adalah “ saya merasa” atau “saya
pikir”. Rosenfeld juga menyebutkan bahwa para pengamat acap kali hanya
seseorang seperti apa yang sedang menjadi hal yang mereka cemaskan, ketakutan
apa yang mereka miliki, hambatan dalam hidup apa yang sedang mereka rasakan
dan berbagai hal mendalam lain. Pandangan dalam cakupan informasi ini berbeda
self-disclosure. Pendapat ini juga mendukung apa yang disebutkan oleh Steinberg
bahwa informasi yang disampaikan tidak harus informasi yang penuh makna dan
dalam. Percakapan kecil tentang pernyataan suka atau tidak suka terhadap sesuatu
Wheeless & Grotz (1976) dalam karya dirinya sendiri berjudul Self Disclosure
oleh seseorang kepada orang lain. Dengan akibat dimana setiap pesan atau unit
pesan memiliki tingkat berbeda pada pengungkapan diri tergantung pada persepsi
antara dua orang secara verbal dan nonverbal dimana setidaknya salah satu dari
mereka secara sadar memberitahukan kepada orang lain tentang informasi diri,
pikiran, perasaan, rahasia atau bahkan hanya sekedar preferensi dan juga hal yang
tidak disukai kepada orang lain guna mendapatkan keakraban dan mendapatkan
dukungan.
2.1.2 Dimensi
Wheeless dan Grotz (1976) menuliskan dimensi dari self-disclosure sebagai berikut :
a. Ukuran atau jumlah, ditinjau dari seberapa tinggi rendah seseorang atau frekuensi
yang dilakukan seseorang atau waktu yang dibutuhkan untuk seseorang melakukan
self-disclosure.
b. Valensi, diartikan sebagai konten yang dibagikan dalam sebuah kegiatan self-
disclosure baik itu positif atau negatif tentang dirinya. Apakah seseorang hanya
menceritakan tentang hal positif tentang dirinya atau hanya perasaan negatif saja atau
c. Ketepatan dan kejujuran, individu bisa saja menceritakan tentang apa yang sedang
mereka rasakan atau pengalaman mereka namun bisa saja tidak secara kesuluruhan
cerita dimana mungkin ada bagian yang tidak diceritakan, dilebih-lebihkan atau
d. Tujuan dan maksud, dimensi ini diartikan bagaimana seseorang mengontrol apa yang
sebuah hal yang begitu dalam dan personal kepada orang yang dianggap bisa
mengganti mode dari terbuka kepada orang lain dan tertutup kepada orang lain. Beberapa
a. Perbedaan budaya diantara orang yang akan diungkapkan informasi tersebut. Orang-
orang dari budaya timur akan menganggap bahwa pembahasan tentang aktivitas seks
bukanlah sesuatu yang akan baik untuk diungkapkan walaupun kepada pasangan
sekalipun. Hal ini mungkin akan berbeda jika pembahasan ini dilakukan oleh orang-
orangdari budaya barat dimana secara umum edukasi tentang seks sudah
seseorang akan menjadi terbuka atau tidak. Jika hal tersebut tentang perbuatan
memberikan informasi ini juga dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam hal
kita anggap akrab. Berbeda dengan mereka yang memiliki kemampuan interpersonal
rendah, menemukan seseorang yang anggap sebagai teman yang akrab adalah hal
d. Perbedaan gender dalam hal self-disclosure. Seorang laki-laki akan merasa lebih
canggung untuk mengatakan tentang apa yang sedang mereka rasakan dari pada
perempuan. Kecanggungan ini juga didukung oleh penelitian Tang (2013) yang
pengungkapan diri atau self-disclosure terdapat beberapa faktor seperti perbedaan budaya
antara mereka yang sedang menjalin hubungan dan bagaimana budaya yang dimiliki oleh
orang asing yang akan menjadi lawan bicara. Terkadang terdapat beberapa aturan dan juga
sanksi yang diberikan jika seseorang mengungkapkan diri mereka kepada orang asing.
Penduduk Rusia tersenyum kepada orang lain yang tidak kita kenal menurut penduduk local
adalah bentuk kebodohan. Faktor selanjutnya adalah sifat setiap individu yang berbeda
dimana berakibat pada kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam bersosialisasi.
Perasaan dekat dan self-disclosure berkorelasi positif. Faktor gender juga berpengaruh
dimana pria cenderung untuk canggung dan wanita cenderung memiliki keinginan yang sama
dalam self-disclosure
Stres dalam kamus psikologi Reber (2010) memiliki makna umum sebagai sebuah
daya atau kekuatan apa pun yang ketika digunakan kedalam sebuah bentuk menghasilkan
modifikasi. Modifikasi disini diartikan sebagai tekanan fisik, psikologis dan sosial. Selain itu
juga dimaknai sebagai kondisi tegangan psikologis yang dihasilkan oleh jenis dan daya yang
kemudian menghasilkan dampak. Dampak yang dihasilkan berupa stres dihasilkan dari
Pendapat Lazarus & Folkman (1984) menjelaskan bahwa stres adalah fenomena
mental atau fisik yang terbentuk melalui penilaian kognitif terhadap sebuah stimulasi akibat
interaksi dengan lingkungan. Edward P. Sarafino dan Timothy W. Smith (2011) dalam buku
mereka mendefinisikan stres sebagai sebuah keadaan dimana individu melakukan sebuah
evaluasi yang berakhir pada kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara tuntutan keadaan
terhadap sumber daya fisiologi, sosial dan psikologi yang dimiliki oleh seorang individu
tentang kedalaman pengatahuan dasar dimiliki yang dibutuhkan untuk praktik yang aman dan
waktu pengembangan yang tidak mencukupi. Menurut Scott E. Wilks (2008) dalam jurnalnya
Menjelaskan bahwa academic stress merupakan hasil dari kombinasi yang berhubungan
dengan tuntutan akademik yang melebihi dari sumber daya adaptasi yang dimiliki individu.
Bisht dalam Krisnan Lal (1989) mendefinisikan academic stress sebagai sebuah tekanan yang
terkait dengan pembelajaran yang melebihi sumber daya internal maupun eksternal yang
Krishan Lal (2014) memberikan pengertian dari academic stress sebagai tekanan
mental sehubungan dengan beberapa frustrasi yang diantisipasi terkait dengan kegagalan
akademik atau bahkan ketidaksadaran terhadap kemungkinan kegagalan tersebut. Siswa harus
menghadapi banyak tuntutan akademis, untuk misalnya, ujian sekolah, menjawab pertanyaan
di kelas, menunjukkan kemajuan dalam mata pelajaran sekolah, memahami apa yang
diajarkan guru, bersaing dengan teman sekelas lainnya, memenuhi guru dan orang tua dan
seterusnya. Keadaan seperti menghabiskan sumber daya yang dimiliki oleh seseorang saat
Menurut Gupta & Khan dalam Smrithikana Mitra Gosh (1990) memandang
academic stress tekanan mental yang sehubungan dengan beberapa frustasi yang diantisipasi
merupakan dinamika yang terjadi dalam lingkup pembelajaran baik intra maupun ekstra serta
tekanan akibat kegagalan akademik atau perasaan takut akan kegagalan yang dinilai sebagai
hal negatif melebihi sumber daya yang dimiliki oleh seorang individu dan berdampak kepada
2.2.2 Dimensi
Edward P. Sarafino dan Timothy W. Smith (2011) dan sejalan dengan Shelley E. Taylor
c. Aspek emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami
d. Aspek tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang
Krishan Lal (2004) merangkum beberapa penyebab stres di rentang usia remaja akhir
dan dewasa awal atau umur pada mahasiswa. Menurutnya tekanan akademik yang berasal
dari kelas. masalah percintaan walaupun juga mengandung muatan eustress namun juga
memiliki distres tidak berjalan lancar dalam menjalin hubungan. Selanjutnya, lingkungan
yang baru dimana para mahasiswa harus menyesuaikan lagi diri dengan lingkungan yang
berbeda dengan rumah. Kesalahan yang sering dibuat oleh mahasiswa baru yang terlalu
Selain hubungan asmara, hubungan pertemanan juga bisa menjadi faktor stres ketika terjadi
konflik dengan teman. Terakhir yang tidak bisa ditinggalkan adalah tuntutan yang diberikan
oleh keluarga untuk berprestasi, menyelesaikan tugas akhir secepatnya, ekonomi, nilai yang
Smirithikana Mitra Ghosh (2016) menjelaskan dalam bahwa faktor penyebab dari
academic stress, pertama masalah tekanan akademik, sederhananya menangani tugas yang
berat saja akan menuntut tubuh mengatur manajemen stres. Kebutuhan untuk melakukan hal
seperti melakukan wawancara atau interaksi dengan orang lain akan sangat menakutkan bagi
mereka yang canggung ketika berhadapan dengan orang baru. Kedua adalah tekanan dari
keluarga, keinginan keluarga yang ingin melihat anaknya berhasil disekolah dengan
mendapatkan nilai yang baik. Ketiga adalah tekanan dari lingkungan, tekanan ini disebabkan
peningkatan beban tugas ketika memasuki tingkat yang lebih tinggi. Lingkungan yang
memberikan sumbangsih. Terakhir adalah teman sebaya, beberapa hal seperti pakaian,
perilaku, dan berbagai area dalam kehidupan dan interaksi dengan individu lain dapat
menyebabkan tekanan.
perhatian yang rendah padahal sebenarnya memilki dampak yang signifikan bagi kesehatan
bahwa masyarakat yang tinggal disekitar bandara George Best Belfast City Airport di Inggris
dengan hasil peningkatan 2,7% pada perbandingan tingkat kebisingan yang diterima daerah
kebisingan tinggi dan rendah. Hal ini juga dikuatkan dengan kemungkinan sepertiga lebih
Sementara itu menurut Pratiba Sagar dan Bijender Singh (2017) menjelaskan bahwa
faktor penyeb ab stres dalam lingkup akademik terdapat beberapa hal yaitu stres karena guru,
tekanan akibat mengerjakan tugas dan ujian, sumbangsih dari faktor lingkungan dan orang
tua yang memberikan tuntutan kepada siswa, mengatur waktu dan infrastruktur serta faktor
Management (2003) terdapat dua cara invidu ketika mengalami stres atau berbagai kesatuan
tindakan yang dilakukan guna mengatasi stres yang disebut dengan coping of stres yaitu
dengan coping pada permasalahan dan coping pada emosi. Coping pada masalah dimana
Intinya adalah penggunaan otak dalam memberikan solusi pada sumber stres yang
memberikan gangguan. Selanjutnya adalah coping pada emosi, pada bagian ini individu
memberikan perhatian pada emosi yang sedang mereka rasakan dengan melakukan mode
bertahan. Cara ini individu lebih akan menghindari dan menggunakan mechanism of defens.
Kesamaan faktor yang menjadi penyebab dalam hal tekanan akademik yang mereka alami
selama masa perkuliahan berupa tekanan dari keluarga, persyaratan dari pemberi beasiswa
atau persyaratan untuk mendapatkan beasiswa, beban keuangan, kompetisi didalam kelas dan
adanya stress akademik karna banyak nya tuntutan tugas yang dikerjakan, mencari
banyaknya bacaan untuk mengembangkan kemanpuan berpikir yang lebih baik, adanya lagi
dengan masa studi yang singkat sehingga harus adanya tuntutan yang dilakukan yaitu target
pencapaian nilai, beberapa mahasiswa yang harus menyusun tugas akhir atau tesis. Faktor -
faktor itulah yang yang berpengaruh pada kejadian stress mahasiswa yang meliputi usia, jenis
Kohlmann,Dotzauer & Burns (1996) Stress akademik adalah stress yang terjadi karena faktor
atau kegiatan Pendidikan yang terjadi dalam Pendidikan yang disebabkan oleh tuntutan yang
berdasarkan stressor atau sumber stress yang diterima, yakni terdiri atas interpersonal,
interpersonal akademik dan lingkungan. Pada lingkungan Pendidikan, stress yang biasanya
terjadi adalah stress akademik. Stress akademik merupakan persepi individu terkait stressor
akademik dan juga bagaimana individu itu beraksi terhadap stressor akademik tersebut.
Stres biasanya muncul pada situasi-situasi yang kompleks, menuntut sesuatu di luar
kemampuan individu, dan munculnya situasi yang tidak jelas. Segala tuntutan baik internal
maupun eksternal dalam upaya pemenuhan tugas perkembangan dapat menimbulkan stres
dengan tingkatan yang berbeda pula pada mahasiswa. Dampak yang timbul akibat stres yang
berlebihan dapat mengganggu dan menimbulkan perilaku negatif yang muncul sebagai
Salah satu dari 8 nasihat umum untuk menghadapi stres yang dikemukakan oleh Jare
Yates (dalam Rice, 1992) adalah tetap percaya diri dan mempunyai teman untuk berbagi
semakin berat beban yang akan dirasakan. Berbagi dengan orang lain bukan hanya sekadar
untuk menuangkan pikiran dan melegakan perasaan, namun juga agar dapat memperoleh
saran-saran dan informasi dari orang lain sehingga dapat berpikir dengan jernih dan
kesulitan yang dihadapinya karena setiap masalah yang membebani pikiran dan perasaan
akan banyak mereda jika diutarakan kepada orang lain. Pengungkapkan diri memberi
kesempatan bagi individu untuk membiarkan orang lain memahami siapa dirinya dan apa
yang ia pikirkan atau rasakan. Dengan mengungkapkan diri, individu menciptakan potensi
pertemanan (Johnson, 1996). Dalam mengungkapkan diri, individu juga dapat memaparkan
tanggapan, informasi, saran, ataupun dukungan dari orang lain. Timbal balik tersebut dapat
memberikan individu persepsi lain terhadap apa yang ia alami. Sehingga dengan demikian
diketahui bahwa ada hubungan antara self-disclosure dengan stres. Berdasarkan hal tersebut,
Hubungan kedua variabel tersebut dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Self-disclosure
METODE PENELITIAN
Penelitian ini diarahkan pada upaya untuk mengetahui hubungan antara Self
Diclosure dan Stress Akademik pada Mahasiswa Pascasarjana. Penelitian yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional.
Penelitian kuantitiatif adalah suatu pendekatan yang menekankan analisis pada data-data
numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Pada dasarnya
penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan
kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian
hubungan antara variabel Self Diclosure dengan Stress Akademik pada Mahasiswa
sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dari Penelitian ini dapat memperoleh informasi
mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada-tidaknya efek variabel satu
Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel yang terdiri
Noor (2011) mengatakan bahwa variabel adalah suatu nilai atau sifat pada orang,
benda, atau suatu kegiatan yang ditentukan oleh peneliti untuk diukur dan ditarik
kesimpulannya. Penelitian ini menggunkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
tergantung. Variabel bebas adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain
yang diukur. Sedangkan variabel tergantung adalah suatu variabel yang diteliti atau diukur
untuk melihat apakah ada pengaruh atau efek dari variabel lain (Azwar, 2004). Di dalam
definisi dari variabel/kosep yang akan diukur dengan indikator yang telah ditentukan seperti
sifat, perilaku dan aspek. Definisi operasional pada penilitian ini meliputi:
Penelitian ini definisi operasional dari self-dislcosure adalah adalah suatu interaksi
antara dua orang secara verbal dan nonverbal dimana salah satu dari mereka secara sadar
memberitahukan kepada orang lain tentang informasi diri, pikiran, perasaan, rahasia atau
bahkan hanya sekedar preferensi dan juga hal yang tidak disukai kepada orang lain.
terjadi dalam lingkup pembelajaran baik intra maupun ekstra serta tekanan akibat kegagalan
akademik atau perasaan takut akan kegagalan yang dinilai sebagai hal negatif melebihi
sumber daya yang dimiliki oleh seorang individu dan berdampak kepada perubahan fisiologis
maupun psikologis.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pasacasarjana yaitu berjumlah 50 orang. Oleh karena
itu, disebut studi populasi karena studi populasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap
lingkungan yang luas dengan semua subjek penelitian dan kesimpulan berlaku bagi semua
dipilih selain karena tergolong efektif dan efisien. Maksudnya ialah dengan
menggunakan kuisioner maka waktu yang diperlukan lebih singkat dan hemat biaya dan
Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur data kuantitatif ini harus
mempunyai skala. Skala yang digunakan dalam pengukuran setiap variabel dalam
peneltian ini adalah skala ordinal. Untuk keperluan kuantifikasi data masing-masing
pernyataan memiliki satu nilai yang hasilnya kemudian diklasifikasikan kedalam empat
kategori yaitu: Masing- masing jawaban tersebut memiliki nilai sendiri-sendiri yang
disesuaikan dengan pilihan alternatif jawaban yang bergerak dari satu sampai dengan
empat. Sifat item-item dalam kuisioner tersebut dibuat bervariasi, mulai dari yang
bersifat favorable sampai dengan yang bersifat unfavorable. Untuk memperoleh data
Menyebutkan lima dimensi self-disclosure tersebut terdiri ukuran atau jumlah, valensi,
ketepatan dan kejujuran, tujuan dan maksud, kedalaman. Setiap dimensi dari aspek self-
disclosure memiliki indikator yang terdiri dari satu atau dua indikator dengan total terdapat
10 indikator. Semua indikator tersebut menjadi landasan untuk mengambangkan item yang
merupakan bentuk operasional dari sebuah gagasan yang diturunkan dari varibel yang
diturunkan menjadi lima variabel dan 10 indikator. Setelah melalui berbagai seleksi dan tes
pra penelitian maka didapatkan sebanyak 25 item yang memenuhi syarat minimal untuk tetap
digunakan pada penelitian lapangan dimana telah melalui uji validitas dan uji reliabiltas.
Blueprint dari skala self-disclosure yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan lebih
rinci dalam tabel dibawah ini. Dimana blueprint ini merangkung dari turunan dimensi sampai
Tabel 3.1
Sengaja dalam
melakukan Self 1 1
Diclosure
Intent
Seberapa banyak
melakukan Self 12 1
Diclosure
Seberapa banyak
Diclosure
dibutuhkan ketika
3 1
melakukan Self
Diclosure
Mengungkapkan
bersifat positif.
Valency
Mengungkapkan
negatif.
Menceritakan lebih
pribadi.
Menceritakan
informasi pribadi
7,11,20,23 17 5
dengan jujur, dan apa
Honesty adanya.
Memahami diri
sendiri. 15 1
Jumlah 20 5 25
Skala academic stress dalam penelitian ini menggunakan acuan dari pendapat yang
disampaikan oleh Edward P. Sarafino dan Timothy W. Smith (2011) Shelley E. Taylor
(2018) yang menyebutkan membagi pada dasarnya dua dimensi dari academic stress yaitu
biologis dan psikologis yang kemudian dijabarkan lebih rinci menjadi kognisi, emosi dan
perilaku.
Sebenarnya terdapat dua opsi alat ukur academic stress dari riset yang dilakukan oleh peneliti
tentang kemudian dikelompokan secara gagasan berdasarkan pendapat dari berbagai tokoh
yaitu academic stress yang item-itemnya merupakan stimulus dan academic stress yang
Tabel 3.2
Defisit konsentrasi 24 1
Grogi 12 1
Susah tidur 3 1
Mudah marah 27 1
Jantung berdebar 26 1
Jumlah 30