Anda di halaman 1dari 9

Analisis Faktor Penyebab Stres Pada

Mahasiswa danDampaknya Terhadap

Kesehatan Mental

Nama : Fadhilah Khairunisa Heriani

NIM : 30702300154

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Sultan Agung (Unissula)

Semarang
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah individu ini yang berjudul
“Analisis Faktor Penyebab Stres Pada Mahasiswa dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Mental”.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah mendukung penyusunan makalah, yaitu kedua orang tua dan teman-teman
seperjuangan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fakultair Psikologi 2023.
Penulis harap makalah ini dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan bagi
para pembaca. Bahkan penulis berharap agar makalah ini dapat dipraktikkan pembaca
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam makalah ini.
Penulis menerima kritik dan saran dari pembaca dalam penyusunan makalah ini agar
penulis dapat membuat makalah dengan lebih baik dikesempatan berikutnya.

Semarang, 15 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii


A. Pendahuluan ............................................................................................ 1
B. Pembahasan............................................................................................. 3
C. Penutup ................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 8

ii
A. Pendahuluan
Kesehatan seorang manusia tidak hanya meliputi kesehatan fisik.
Menurut World Health Organization definisi sehat adalah kondisi fisik,
mental, dankesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Komponen-komponen tersebut jika
selaras membuat seseorang bisa dikatakan sehat. Namun, apabila salah satu
dari komponen tersebut mengalami kerusakan maka bisa dikatakan sakit.
Bukan hanya sakit dalambentukfisik, mental pun dapat sakit atau terganggu
(Kartika, 2020). Kesehatan mental atau kesehatanjiwamerupakan perasaan
bahagia, semangat dalam menjalani hidup serta dapat melakukan hal- hal
positif untuk diri sendiri maupun orang lain. Terganggunyakesehatan mental
membuat orang tidak lagi merasakan perasaan yang sama ketikamasih dalam
keadaan mental yang sehat.
Menurut WHO terdapat sekitar 800.000 kasus depresi berat yang
meninggal dunia, angka kematian tertinggi terjadi pada usia 15- 29 tahun,
5,1% penderita depresi dari populasi yang berjenis kelamin perempuan dan
3,6% dari populasi laki-laki. WHO mengemukakan bahwa depresi menduduki
posisi ke empat dari penyakit yang ada di dunia. Di Indonesia prevalensi
penderita depresi yaitu 3,7% dari populasi penduduk. Sampai sekitar 9 juta
penduduk yang menderita depresi dari 250 juta penduduk di Indonesia
(Nasrullah, 2021).
Gangguan kesehatan mental yang dapat dialami oleh seseorang sangat
beragam yaitu, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan
psikotik, gangguan suasana hati, gangguan makan, gangguan pengendalian
impils dankecanduan, gangguan obesif kompulsif (OCD, gangguan stress
pasca trauma (PTSD). ada beberapa faktor yang dapat meningatkan resiko
seseorang mengalami gangguan mental diantaranya: faktor genetik, riwayat
keluarga yang memiliki gangguan serupa, stress berat, kejadian traumatis,
penggunaan obat-obatan terlarang, dan juga kondisi medis.
Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok individu yang merupakan
bagian dari sasaran integrasi pelayanan keperawatan, menjadi kelompok yang

1
rentan untuk mengalami ketidakseimbangan homeostasis akibat stress yang
berasal dari kehidupan akademik (Ilpaj, 2020). Tanggung jawab dan tuntutan
kehidupan akademik pada mahasiswa dapat menjadi bagian stress yang biasa
dialami mahasiswa. Studi literatur yang mengungkapkan tingkat stress pada
remaja cenderung tinggi. Jumlah mahasiswa yang mengalami stress akademik
meningkat setiap semesternya. Stress yang paling umum dialami oleh
mahasiswa merupakan stress akademik. Stress akademik diartikan sebagai
suatu keadaan individu yang mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian
tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
pendidikan di perguruan tinggi.
Isu kesehatan mental masih sangat tabu untuk masyarakat Indonsia
terutama dalam masyarakat modern sekarang. Stigma terhadap penyitan
gangguan kesehatan mental di Indonesia dan masyarakat modern masih
sangat kuat. Padahal, berdasarkan data dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia, setidaknya ada
450.000 keluarga di Indonesia yang menderita skizofrenia (gangguan mental
jangka panjang).
Sayangnya, isu kesehatan mental di Indonesia masih menjadi stigma
yang dapat berdampak buruk pada penderita. Misalnya seperti diskriminasi dan
dikucilkan dari masyarakat. Stigma ini dapat menghambat kesembuhan dan
pemulihan penderita kesehatan mental (Madani et al., 2022). Tetapi dengan
berkembangannya ilmu pengetahuan dalam masyarakat moden tentu ada pula
yang berkontibusi aktif dan positif terhadap isu dan penyintas gangguan
kesehatan mental.

B. Pembahasan
Terganggunya kesehatan mental merupakan masalah yang sejak dulu
hingga sekarang masih jarang mendapat perhatian dan penanganan yang
serius. Karena banyak masyarakat yang belum mengetahui bahaya
terganggunya kesehatan mental membuat penderita takut untuk berbicara dan
mengungkapkan apa yang sedang dialami. Kebanyakan penderita dari

2
kalangan remaja dewasa. Gangguan kesehatan mental yang kerap dijumpai
pada remaja adalah Borderline Personality Disorder atau gangguan
kepribadian ambang. Gejala mulanya ditandai dengan perubahan mood yang
tidak stabil dalam waktu yang singkat membuat penderita kadang merasa
kosong dan hampa, lalu merasa buruk dan tidak pantas untuk hidup sehingga
membuat penderita membenci diri sendiri dan tak jarang banyak melakukan
self harm, dan yang paling sering dialami oleh remaja saat ini adalah masalah
dalamperteman penderita dapat menjalin hubungan yang instens dan tidak
stabil (Fauziyah, 2021).
Menurut American Psychological Association (APA) menyebutkan
bahwa remaja yang mengalami stres dapat memunculkan keadaan emosi
berupa kecemasan yang dapat menimbulkan efek seperti pusing, tangan
mengeluarkan keringat, mulut kering, kemudian perasaan panik, takut,
gangguan terhadap perhatian dan memori, perasaan khawatir, serta bingung.
Mahasiswa mengalami stress sebagai tuntutan kehidupan akademik
yang harus dijalani, termasuk aktivitas diluar akademik diantaranya
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa dimana
memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda, mengembangkan
bakat dan minat melalui kegiatan- kegiatan non akademis, dan bekerja sama
untuk menambah uang saku. Kondisi-kondisi tersebut menjadi stressor bagi
mahasiswa. Perubahan pola hidup yang kompleks tersebut seringkali menjadi
beban tambahan selain beban akademik bagi mahasiswa. Permasalahan diluar
perkuliahan dapat mempengaruhi konsentrasi, mood, dan prestasi akademik
mahasiswa (Fauziyyah et al., 2021).
Stres bisa terjadi pada siapapun termasuk pada mahasiswa. Stres pada
mahasiswa bisa disebabkan ketidakmampuan dalam melakukan kewajibannya
sebagai mahasiswa atau karena

permasalahan lain serta tingginya kompleksitas masalah yang dihadapi. Stress


berkaitan erat dengan interaksi manusia dan lingkungan, karenanya stress bisa
dipahami sebagai hubungan atau interaksi antara individu dengan lingkungan
yang dihayati sebagai beban atau dirasakan melebihi kekuatannya.

3
Sumber stress akademik adalah situasi yang monoton, kebisingan,
tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-ngada, ketidakjelasan,
kurangnya kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak dihargai, diacuhkan,
kehilangan kesempatan, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling
bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan (Deliviana et al., 2021). Stress
yang berkepanjangan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan
penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stress mahasiswa bisa
positif atau negatif.
Peningkatan jumlah stress akademik akan menurunkan kemampuan
akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stress yang
dirasa berat dapat memicu seseorang untuk berperilaku negatif seperti
merokok, konsumsi alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan
NAPZA (Gunawan et al., 2021). Sedangkan dampak positif dari stress berupa
peningkatan kreativitas dan memicu perkembangan diri, selama stress yang
dialami masih dalam batas kapasitas individu. Stress tetap dibutuhkan untuk
pengembangan diri mahasiswa. Respon stress dari setiap mahasiswa berbeda,
tergantung pada kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya
terhadap stress, mekanisme koping, jenis kelamin, dan usia, besarnya stressor,
dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing-masing individu.
Pada kondisi stress akademik berat mahasiswa cenderung menjadi
mudah marah dan tidak focus, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan dan
orientasi terhadap kegiatan proses pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa.
Hasilnya adalah mahasiswa menjadi pusing, penundaan dalam penyelesaian
tugas, dan mengalami gangguan tidur. Stress akademik berat dengan jumlah
yang banyak dan terus menerus juga dapat meningkatkan risiko penyakit bagi
mahasiswa. Stress akademik dalam rentang normal dan ringan dapat
memotivasi proses pembelajaran (Fitriana, 2021). Tingkat stress yang sedang
sampai berat dapat menghambat pembelajaran. Hal ini dapat menurunkan
kapasitas seseorang yang menyebabkan ketidakmampuan memperhatikan atau
mengerjakan sesuatu, seperti tugas perkuliahan.

4
C. Penutup
Setiap orang berpotensi untuk mengalami stress, karena stress
merupakan respons subyektif terhadap stimulus yang dipersepsikan sebagai
stressor. Karena berbagai tekanan dan tuntutan, mahasiswa merupakan
kelompok yang memiliki potensi besar untuk mengalami stress. Kegagalan
atau hambatan dalam memenuhi persepsi stress dan tugas perkembangan dapat
membuat seseorang mengalami gangguan psikologis sehingga stress
merupakan keadaan yang sulit dipisahkan dari dinamika perkembangan dan
pertumbuhan seseorang.
Mahasiswa mengalami stress sebagai tuntutan kehidupan akademik
yang harus dijalani, termasuk aktivitas diluar akademik diantaranya
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa dimana
memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda, mengembangkan
bakat dan minat melalui kegiatan kegiatan non akademis, dan bekerja sama
untuk menambah uang saku, Kondisi kondisi tersebut menjadi stressor bagi
mahasiswa.
Salah satu factor yang mempengaruhi kesehatan mahasiswa adalah
kondisi penuh tekanan yang dipersepsikan sebagai suatu stressor yang datang
dari kehidupan akademik. Namun jika mahasiswa dapat mengelola stressor
tersebut dengan koping yang tepat, maka dapat menghasilkan suatu kondisi
yang adaptif.

5
DAFTAR PUSTAKA

-, H. I. N., & Fitriana Santi. (2021). Squential Explanatory: Ofensif Daring terhadap
Kesehatan Mental Mahasiswa Baru. Indonesian Journal of Learning Education and
Counseling, 4(1), 1–9. https://doi.org/10.31960/ijolec.v4i1.962
Deliviana, E., Maria Helena Erni, Putri Melina Hilery, & Novi Melly Naomi. (2021).
Jurnal Selaras : Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan.
Jurnal Selaras : Kajian Bimbingan Dan Konseling Serta Psikologi Pendidikan,
3(2), 129–138.
Fauziyah, N. F., & Aretha, K. N. (2021). Hubungan Kecemasan, Depresi Dan Stres
Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas Kedokteran Selama Pandemi Covid-
19. Herb-Medicine Journal, 4(2), 42.
https://doi.org/10.30595/hmj.v4i2.10064
Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besral, B. (2021). Dampak Pembelajaran Jarak Jauh
terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi COVID-19.
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 1(2), 113.
https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4656
Gunawan, H., Anggraeni, I., & Nurrachmawati, A. (2021). Hubungan Intensitas
Penggunaan Media Sosial Dengan Kesehatan Mental Mahasiswa Pada Masa
Pandemi Covid-19. Preventif : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2), 282.
https://doi.org/10.22487/preventif.v12i2.283
Ilpaj, S. M., & Nurwati, N. (2020). Analisis Pengaruh Tingkat Kematian Akibat Covid-
19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Di Indonesia. Focus : Jurnal
Pekerjaan Sosial, 3(1), 16. https://doi.org/10.24198/focus.v3i1.28123
Kartika, R. (2020). Analisis Faktor Munculnya Gejala Stres Pada Mahasiswa Akibat
Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. Edukasi Dan Teknologi,
1(2), 107–115.
Madani, A., Prasetyowati, I., & Kinanthi, C. A. (2022). Hubungan Karakteristik
Mahasiswa Dengan Kesehatan Mental Mahasiswa Selama Kuliah Online. Ikesma,
18(2), 72. https://doi.org/10.19184/ikesma.v18i1.25679
Nasrullah, N., & Sulaiman, L. (2021). Analisis Pengaruh Covid-19 Terhadap
Kesehatan Mental Masyarakat Di Indonesia. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 20(3), 206–211. https://doi.org/10.14710/mkmi.20.3.206-211

Anda mungkin juga menyukai