MK.PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
PRODI S1 PENDIDIKAN
AKUNTANSI
SKOR NILAI :
DOSEN PENGAMPU :
Dr. WILDANSYAH LUBIS M.Pd
MATA KULIAH:
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PENDIDIKAN AKUNTANSI A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan banyak
nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yaitu CRITICAL JURNAL REVIEW “HUBUNGAN ANTARA
PEMENUHAN TUGAS PERKEMANGAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT SETRES
PADA REMAJA “ dengan dosen pengampu Bapak Dr. WILDANSYAH LUBIS M.Pd.
terimakasih kami ucapkan kepada segala pihak yang telah membantu,khususnya dosen
pengampu pada mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
penulisan maupun materi karena keterbatasan pegetahuan. Untuk itu, saya harapkan untuk
memberi kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR……………………………………………………………4
1.2 Tujuan Pentingnya CJR…………………………………………………………………..4
1.3 Manfaat CJR……………………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN ISI ARTIKEL……………………………………………………..5
2.1 Identitas Jurnal…………………………………………………………………………….5
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………………13
3.1 Pembahasan isi jurnal…………………………………………………………………….13
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………….17
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………17
4.2 Saran…………………………………………………………………………………......17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Remaja adalah periode perkembangan ketika anak mungkin sangat
rentang terhadap efek negatif dari stres. Data dari National
YouthRiskBehaviorSurveymenunjukkan bahwa 8,5% dari remaja telah
mencoba bunuh diri, 29% merasa sedih atau putus asa, 45% telah
menggunakan alkohol dalam sebulan, dan 22% telah menggunakan
ganja. Gejala gangguan jiwa telah dikaitkan dengan efek negatif stres.
Jika masalah ini tidak ditangani, remaja beresiko terhadap kesehatan fisik
dan mental yang berpengaruh pada masa remaja (Suldoetal.,
2008).Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan
yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara
dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
6
mengatakan bahwa
mereka tidak punya keprihatinan. Jadi adanya “StromandStress” dalam
periode ini
berkurang menjelang berakhirnya masa remaja.Kematangan emosi
seorang remaja dapat menjadi faktor penting dalam manajemen stres
remaja dalam menghadapi sebuah stresor, sehingga semakin terpenuhi
tugas perkembangan emosional seorang remaja atau dalam hal ini
semakin matang emosional remaja, remaja akan dapat dengan mudah
menyesuaikan dan mengatasi stres tanpa menimbulkan dampak fisik
Pada hasil tersebut, dapat dibandingkan bahwa perbandingan antara
remaja laki-laki yang memiliki pemenuhan yang sangat baik lebih besar
jumlahnya dibandingkan dengan remaja perempuan yang memilki
pemenuhan yang baik. Akan tetapi perbandingan pada pemenuhan yang
kurang pada sampel penelitian, menunjukkan lebih besar persentasenya
dibandingkan dengan remaja perempuan. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, dapat diartikan bahwa penemuhan tugas perkembangan
emosional yang dialami oleh responden laki-laki lebih baik dari pada
responden perempuan.
Hal ini dapat dihubungkan dengan bagaimana peran jenis kelamin remaja
terhadap ekspresi remaja dalam mengekspresikan emosi. Remaja
perempuan menunjukkan ekspresi emosi positif lebih besar daripada
anak laki-laki. Remaja perempuan juga mengungkapkan emosi
internalisasi lebih (seperti sedih, takut, simpati, dan rasa malu)
dibandingkan anak laki-laki, terutama dalam situasi negatif. Pola
ekspresi
emosi remaja perempuan dapat menyebabkan perilaku prosociality
mereka lebih besar daripada laki-laki.Namun, pola ini juga bisa
memberikan risiko yang meningkatkan memungkinan anak perempuan
mengembangkan gejala depresi dan kecemasan (Chaplin dan Aldao,
2013).Sebaliknya pada remaja laki-laki, remaja laki-laki menunjukkan
ekspresi emosi eksternal yang lebih besar, terutama ekspresi kemarahan,
pada periode balita/ prasekolah dan anak usia menengah, dalam situasi
negatif, dan ketika dengan teman sebaya atau sendirian, yang dapat
berkontribusi terhadap risiko anak laki-laki lebih besar untuk masalah
perilaku (Chaplin dan Aldao, 2013).Dari hasil penelitian dapat diartikan
bahwa mayoritas remaja perempuan pada
SMK YadikaBangil mengalami tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan
remaja laki-laki pada populasi yang sama. Dalam hal ini menunjukkan
remaja perempuan mempunyai sifat lebih memendam perasaan atau
emosi dan remaja laki-laki lebih cenderung mudah meluapkan emosi.
remaja laki-laki lebih mungkin untuk menolak untuk berurusan dengan
stres dan mengalihkan diri, sedangkan remaja perempuan lebih
cenderung untuk mencari dukungan dan aktif dalam mengurangi
stres.Menurut model koping oleh Lazarus dan Folkman, setiap orang
mengalami berbagai bentuk tekanan dalam berbagai aktivitas.Penilaian
stres menyebabkan berbagai strategi koping.Berbagai strategi koping
mengacu pada upaya emosional,
kognitif, dan perilaku yang memungkinkan seorang individu untuk
menoleransi, melarikan diri, atau meminimalkan efek dari tekanan
7
sehingga keadaan dapat ditingkatkan, diiterima, atau dihindari. Oleh
karena itu, akuisisi dan regulasi emosi sehingga stres yang dirasakan
dapat ditangani lebih efektif. Seseorang harus merasakan, menggunakan,
memahami, dan mengelola emosi dengan baik. Remaja harus bisa
mengatur emosinya dan didorong secara pikiran dan perilaku.Seseorang
yang tidak mampu untuk mengatur intensitas dan durasi/ tanggapan
emosional internalnya maka lebih rentan terhadap interaksi sosial yang
tidak diinginkan dan kurang tahan terhadap peristiwa stres (Chaplin dan
Aldao, 2013).
Kesimpulan Ada hubungan yang bermakna, dengan nilai korelasi -0,407 < 0,05 (P < a
(a=0,05)
yang berarti hubungan antara variabel terbalik, yaitu semakin terpenuhi
tugas perkembangan emosional mengakibatkan tingkat stress yang
dialami semakin rendah
dengan tingkat korelasi hubungan sedang.Perlu untuk meneliti kedua
variabel tersebut pada populasi dengan fase perkembangan yang berbeda
untuk mengetahui apakah hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
memiliki kesamaan
Referensi Ali, M. 2009. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Bumi
Aksara, Jakarta.
Ambarwati, F.R. dan Nasution, N. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Cakrawala Ilmu, Yogyakarta.
Chaplin, T. M. &Aldao A. 2013. Gender Differences in
EmotionExpression in Childern: A Meta-
AnalyticReview. National InstituteofHealth.
HealthwiseStaff. 2011. Growthand Development, Ages 15 to 18 Years.
(http://www.emedicinehealth.com/growth_and_development_ages_15_to
_18_years-
health/article_em.htm.
Kusumaningrum, A. dkk. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga terhadap
Kecerdasan Emosional
Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Suldo, S.M., Shaunessy, E., dan Hardesty, R. 2009.
RelationshipAmongStress, Coping, and
Mental Health in High-AchievingHighSchoolStudent. Psychology in
theSchool. Vol.
45(4). WilleyPeriodicals, Inc.
Papalia, D.E., etal. 2009. Human Development/ Diane E. Papalia, Sally
WendkosOlds, Ruth
DuskinFeldman. SalembaHumanika, Jakarta.
Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik/ Patricia
A. Potter, Anne Griffin Perry. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk. Edisi 4.
EGC, Jakarta.
b) Jurnal Pembanding 1
IDENTITAS JURNAL PEMBANDING
Nama Penulis Yessy Nur Endah Sary
8
Judul Artikel Perkembangan Kognitif dan Emosi Psikologi Pada Masa Remaja
Nama Jurnal Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Volume 1
Nomor Halaman 6-12
No ISSN 2579-7905
Tanggal Terbit Mei 2017
Alamat Link https://ojshafshawaty.ac.id/index.php/jpengmas/article/view/1
Ringkasan Mengingat lingkup dan tanggung jawab bidan dalam
kesehatanmasyarakat begitu luas untuk memenuhi kebutuhan
pelayanaan kebidanan dan kesehatan masyarakat, maka bidan dalam
melaksanakan salah satu kompetensinya dalam kebidanan komunitas
dituntut untuk menguasai teknik pendidikan kesehatan, hubungan antar
manusia, keterampilan berorganisasi disamping keterampilan
intelektual. Hal ini digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan untuk mengatasi masalaah kebidanan dan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Bidan pendidik mempunyai salah satu
peran dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk menangani
masalah kesehatan tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilaksanakan
oleh bidan dalam melaksanakan kompetensinya di komunitas, yaitu
penyuluhan perkembangan emosi psikologis masa remaja awal.Masa
remaja awal merupakan masa ketika seorang anak tumbuh ke tahap
menjadi seseorang yang dewasa yang tidak dapat ditetapkan secara
pasti. Masa remaja awal yaitu antara umur 12-15 tahun (Yessy, 2015).
Pada masa ini, remaja mulai mempunyai kapasitas untuk memperoleh
dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya
dikarenakan pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf
yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di
samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran
saraf prontallobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau
celah sentral). Prontabellobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif
tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis
atau kemampuan mengambil keputusan (Sarwono, 2012).
Remaja juga mengalami puncak emosionalitasnya dan perkembangan
emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan
sifat sensitive, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung, marah, sedih dan murung). Remaja yang berkembang di
lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalitasnya
terhambat sehingga akan mengakibatkan tingkah laku negatif misalnya
agresif, lari dari kenyataan (Faturochman, 2016)
Tujuan Penelitian memberikan pengetahuan tentang perkembangan kognitif dan emosi
psikologis masa remaja awal. Metode IbM yang digunakan adalah
bekerjasama dengan SMPN 3 Gading Kabupaten Probolinggo dengan
meningkatnya pengetahuan remaja tentang perkembangan kognitif dan
emosi psikologis masa remaja awal, remaja mulai mampu berpikir
secara nalar dan logis, remaja bisa menyalurkan emosi pada kegiatan
yang bersifat positif.
Hasil Penelitian Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat inii
sebanyak 68 orang (97,1%) dari 70 siswa yang diundang. 2 siswa yang
tidak datang dikarenakan karena sakit dan ijin karena ada kepentingan
keluarga. Secara keseluruhan kegiatan pengabdian masyarakat berjalan
9
dengan lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi siswa,
utamanya dalam menambah pengetahuan tentang perkembangan
kognitif dan emosi psikologi masa remaja. Kegiatan ini juga dibantu
dengan beberapa guru di SMPN 3 Gading, sehingga mempermudah
pelaksana dalam melakukan pengabdian masyarakat. Akhir kegiatan ini
adalah penutup, sebelum acara di tutup pelaksana memberikan kenang-
kenangan kepada peserta sekaligus memberikan cindramata kepada
kepala sekolah.
Kesimpulan Kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukkan keberhasilan dan
kemanfaatan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta yang hadir
pada saat kegiatan dan peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan
ini terutama pada saat pelaksana memberikan penyuluhan tentang
perkembangan kognitif dan emosi psikologi masa remaja awal dan
pemberian kenang-kenangan. Selain itu Kepala SMPN 3 Gading juga
merencanakan kegiatan pengabdian masyarakat di lain waktu
dengan tema yang berbeda untuk dijadikan kegiatan rutin di SMPN 3
Gading.
Referensi Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja:
Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Faturochman. 2002. Keadilan Perspektif Psikologi. Yogyakarta: Unit
Penerbit
Fakultas Psikologi UGM
Jahja, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Koshigaya.
Osamu
Papalia, dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Santrock, J.W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo
Perkasa.
Sarwono, Sarlito. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:Rajawali
Pers
Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Yessy, Nur Endah Sary. 2015. Buku Ajar Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta:Parama
Publishing.
c) Jurnal pembanding 2
IDENTITAS JURNAL PEMBANDING
Nama Penulis Amita Diananda
Judul Artikel Psikologi Remaja dan Permasalahannya
Nama Jurnal Istighna
Volume 1
Nomor Halaman 116-133
No ISSN 1979-2824
Tanggal Terbit Januari 2018
Alamat Link https://e-journal.stit-islamic-village.ac.id/
10
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun,menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belummenikah.246 Masa remaja adalah
masa peralihan atau masa transisidari anak menuju masa dewasa. Pada
masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik
itu fisik maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi
dalam tahapan berikut ini:
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih
hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14
tahun.Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah
laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan
komunikasi antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi
tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan termasuk
perubahan hormonal yang dapatmenyebabkan perubahan suasana hati
yang tak terduga. Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes
tentang diri mereka yang berubah dan meningkat berkenaan dengan apa
Ringkasan
yang orang pikirkan tentang mereka. Seperti pertanyaan: Apa yang
mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa mereka menatapku? Bagaimana
tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak “keren”? dan lain lain.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan
dalambanyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena
masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah.
Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk
membuat keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis,
abstrak dan idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar
keluarga.
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya;
caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi,
bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha
memantapkanidentitas diri, dan ingin mencapaiketidaktergantungan
emosional.
1. Pertentangan dan pemberontakan adalah bagian alamiah dari
kebutuhan para remaja untuk menjadi orang dewasa yang mandiri.
2. Dibutuhkan peran orangtua, para guru dan lingkungan masyarakat
untuk mengenali dunia mereka dan memberi kesempatan untuk
berkembaangdalam potensi diri.
3. Memberikan aturan yang lebih longgar tetapi tetap terkontrol karena
Kesimpulan
sudah mulai mandiri.
4. Memberikan pujian, apresiasi, kasih sayang, dan menumbuhkan rasa
percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Percaya diri disini
adalah saat anak merasa dirinya mampu serta berani berbeda dan teguh
memegang prinsip saat apa yang di bawanya benar.
5. Kebutuhan teman sebaya bagi remaja adalah penting, hendaknya tetap
11
di kontrol oleh pendidik agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang
melanggar hukum dan norma.
6. Orangtua menerima anak apa adanya dengan segala kekurangan dan
kelebihannya sehingga anak merasa aman dan nyaman di lingkungan
terdekatnya, hal ini memungkinkan anak untuk tidak berindak melanggar
aturan.
12
BAB III
PEMBAHASAN
1 Pada jurnal utama yang berjudul "Hubungan Antara Pemenuhan Tugas Perkembangan
Emosional dengan Tingkat Stres Pada Remaja" (Bagus Dwi Cahyono, Dwining Handayani,
Ida Zuhroidah), mengemukakan remaja sebagai periode perkembangan ketika anak mungkin
sangat rentang terhadap efek negatif dari stres.
Berdasarkan pendapat ketiga jurnal tersebut mengenai pengertian Masa Remaja, maka dapat
disimpulkan bahwa Masa Remaja merupakan masa peralihan seorang anak menuju masa
dewasa yang ditandai dengan adanya pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental
dimana sangat rentan mengalami stres.
2 Pada jurnal utama yang berjudul "Hubungan Antara Pemenuhan Tugas Perkembangan
Emosional dengan Tingkat Stres Pada Remaja" (Bagus Dwi Cahyono, Dwining Handayani,
Ida Zuhroidah), mengemukakan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat
atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan
fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya
[Havigrust (dalam Ali, 2008)].
13
3 Pada jurnal utama yang berjudul "Hubungan Antara Pemenuhan Tugas Perkembangan
Emosional dengan Tingkat Stres Pada Remaja" (Bagus Dwi Cahyono, Dwining Handayani,
Ida Zuhroidah), Jurnal lebih menekankan pembahasan tentang stres yang dialami remaja
dalam prosee memenuhi tugas perkembangannya.
Dalam jurnal ini dijelaskan Salah satu sumber stres (stresor) yang terjadi pada seseorang
individu adalah perkembangan. Data dari National Youth Risk Behavior Survey
menunjukkan bahwa 8,5% dari remaja telah mencoba bunuh diri, 29% merasa sedih atau
putus asa, 45% telah menggunakan alkohol dalam sebulan, dan 22% telah menggunakan
ganja.
Dari Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pada rentang usia 15-18
tahun, tingkat stres yang dialami oleh mayoritas responden adalah rentang normal. Tetapi
ditemukan bahwa beberapa responden dengan tingkat stres ringan sampai sangat berat
dialami oleh kelompok usia 16 tahun dan 17 tahun. Dari hasil ini dapat menunjuk bahwa
semakin tinggi usia remaja maka akan semakin rendah tingkat stres yang dirasakan. Hal ini
dikarenakan semakin bertambah usia seorang remaja, maka pengetahuan dan pengalaman
individu akan bertambah, serta kemampuan remaja dalam merespon stresor cenderung lebih
baik dibandingkan dengan usia yang lebih muda.
Perkembangan kognitif pada jurnal ini mengatakan bahwa Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan emosi di jurnal ini
mengatakan bahwa pada Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-
kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Dalam jurnal dikemukakan setidaknya ada empat masalah yang mempengaruhi sebagian
besar remaja, yaitu :
3. Masalah seksual.
14
3.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
JURNAL UTAMA
KELEBIHAN
• Pembahasan hasil dari penelitian jurnal ini menggunakan tabel sehingga dapat mudah
dimengerti dari mana asal usul nya hasil penelitian tersebut
• Abstrak yang ditampilkan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris sehingga menjadi lebih menarik untuk dibaca
KEKURANGAN
• Ada beberapa bahasa ilmiah asing yang sulit dimengerti oleh pembaca baru
JURNAL PEMBANDING I
KELEBIHAN
• Terdapat beberapa photo yang diambil ketika melakukan penelitian sehingga pembaca
dapat mengetahui bagaimana proses penelitian tersebut dilakukan
• Pembahasan hasil penelitian yang dikaji cukup lengkap yaitu mengenai psikologi dan emosi
para remaja dan bersumber dari beberapa para ahli
• Metode pelaksanaan yang dilakukan dijelaskan dengan cukup detail dari tahap ketahap
KEKURANGAN
• Ada beberapa bahasa ilmiah asing yang sulit dimengerti oleh pembaca baru
JURNAL PEMBANDING II
KELEBIHAN
• Pembahasan psikologi remaja dan permasalahannya dijelaskan secara lengkap dan rinci
• Disetiap halaman mencantumkan reprensi sehingga pembaca dapat mengetahui dari mana
data tersebut didapat
KEKURANGAN
15
• Jurnal ini hanya mengkaji tentang materi pengetahuan bukan tentang penelitian atau studi
kasus
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan yang pertama
perkembangan emosional mengakibatkan tingkat stress yang dialami semakin rendah jika ada
hubungan yang bermakna mealui nilai korelasi yang berarti hubungan antara variable
terbalik, variable tersebut dibuat untuk mengetahui fase perkembangan pada manusia. Yang
kedua kegiatan pengabdian masyarakat yang memberi pengetahuan tentang perkembangan
emosi psikolog pada masa remaja awal. Dan yang terakhir, psikologi remaja yang
dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu pra remaja, remaja awal, dan remaja lanjut. Masa
remaja ini mengalami pertumbuhan yang begitu pesat dari segi fisik maupun mental.
4.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Yessy Nur Endah Sary.Perkembangan kognitif dan emosi psikologi masa remaja awal.Jurnal
Pengabdian kepada masyarakat.Volume 1 No 1
18