Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah

Ilmu Kesehatan Mental

Dosen Pengampu :

“Andarias Ginting S.Pd, M.Or”

Disusun Oleh :

Nama : Noel Arborea Bangun

NIM : 6203121084

Kelas : PKO F 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis masih dapat
membuat tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Ilmi Kesehatan
Mental Bagi Mahasiswa”.

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Ilmu Kesehatan Mental.Saya
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar mata kuliah Ilmu Kesehatan Mental yaitu Bapak
Andarias Ginting S.Pd, M.Or yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan supaya makalah ini menjadi
lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas perhatiannya.

Medan,25 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

PENDAHULUANDAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................4
1.Latar Belakang..................................................................................................................................................4
2.Rumusan Masalah.............................................................................................................................................5
3.Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
1.Mental Health...................................................................................................................................................6
2.Pentingnya Ilmu Kesehatan Mental Bagi Generasi Muda................................................................................9
3.Pentingnya Ilmu Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa....................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................................15
1.Kesimpulan.....................................................................................................................................................15
2.Saran...............................................................................................................................................................15
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Kesehatan mental merupakan aspek utama dalam menentukan kesehatan seorang individu. Definisi
kesehatan mental menurut WHO (2013) adalah kondisi kesejahteraan (well-being) dimana individu dapat
merealisasikan kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Seseorang memiliki kesehatan
mental yang baik tidak hanya terhindar dari penyakit mental tetapi juga memiliki keadaan mental yang
sejahtera (Keyes, 2002).
WHO (2001) menyatakan bahwa satu dari empat orang di dunia akan dipengaruhi oleh gangguan mental
atau neurologis di beberapa titik dalam kehidupan mereka. Sekitar 450 juta orang saat ini menderita kondisi
seperti itu, menempatkan gangguan mental di antara penyebab utama kesehatan buruk dan cacat di seluruh
dunia. Salah satu contoh gangguan mental adalah depresi. WHO (2018) menunjukkan bahwa depresi adalah
penyakit umum di seluruh dunia, dengan lebih dari 300 juta orang terkena dampaknya.
Di Indonesia, pravelensi depresi pada penduduk umur >15 tahun adalah 6,1 persen. Selain itu, prevalensi
rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa Skizofrenia/Psikosis
adalah sebesar 6,7 persen. (Riskesdas,2018). Berdasarkan data Riskesdas, dari tahun 2013 ke tahun 2018
pravelensi GME (Gangguan Mental Emosional) kelompok umur 15-24 tahun mengalami peningkatan yang
paling signifikan dibanding kelompok umur lainnya.
Rentang umur mahasiswa termasuk ke dalam kelompok umur 15-24 tahun. Menurut teori Erikson (dalam
Santrock, 2003), mahasiswa berada pada tahap remaja akhir (adolescence: 10-20 years) dan dewasa awal
(early adulthood : 20’s and 30’s). Rentang usia mahasiswa berada pada batasan remaja akhir dan dewasa
awal, dimana masa ini merupakan masa kondisi mental yang tidak stabil, diiringi dengan konflik dan tuntutan
serta perubahan suasana hati. Apabila individu yang mengalami masa tersebut tidak dapat mengontrol hal-hal
yang terjadi, maka dapat menimbulkan masalah kesehatan mental yang akan memempengaruhi kesehatannya
secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan oleh WHO dalam WHO World Mental Health International College Student
project yang meneliti sembilan belas universitas di delapan negara ditemukan bahwa 35 persen mahasiswa
seumur hidupnya mengalami setidaknya satu mental disorder DSM-IV yaitu anxiety, mood, atau substance
disorder dimana dan 31,4 persen mengalaminya dalam rentang 12 bulan terakhir. Penelitian juga dilakukan
oleh Vidiawati (2017) mengenai masalah kesehatan jiwa mahasiswa baru di sebuah universitas di Jakarta.
Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa 12,69 persen mahasiswa mengalami masalah kejiwaan.

4
Terganggunya kesehatan mental berdampak kepada berbagai aspek kehidupan manusia. Ketika depresi
bertahan lama dan dengan intensitas sedang atau berat, depresi dapat menjadi kondisi kesehatan yang serius.
Hal ini dapat menyebabkan orang yang terkena sangat menderita dan tidak dapat berfungsi dengan baik di
tempat kerja, di sekolah dan di keluarga. Hal terburuknya depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Hampir
800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Bunuh diri menempati urutan kedua penyebab
utama kematian pada usia 15-29 tahun. (WHO, 2018).

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah tentang “Peranan Ilmu
Kesehatan Mental Pada Mahasiswa”.

3.Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan kesehatan mental bagi para mahasiswa di
indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

5
1.Mental Health
a. Pengertian Kesehatan Mental
Secara singkat dapat dikatakan ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang memperhatikan perawatan mental
atau jiwa. Semium, (2006) mengatakan bahwa Ilmu kesehatan mental mempunyai objek khusus unutuk
diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental
hygiene. Mental (dari kata Latin: mens, mentis) berarti jiwa, nyawa roh, sedangkan hygine (dari kata Yunani:
hugine) berarti ilmu tentang kesehatan, dapat diartikan bawa ilmu kesehatan mental itu adalah ilmu yang
membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang
kompleks.
Kesehatan mental yang diartikan oleh American Psychological Association (APA) adalah (Chatham, 2017):
“as thepresence of successfull adjustmet or the absence of psychopatology” dan ”as a state in which there is
an absence of dysfunction in psychological, emotional, behavioral, and sosial spheres”. Pengertian ini dapat
diartikan secara luas ataupun sempit. Artinya kesehatan mental adalah sebagai wujud karena adanya
penyesuaian diri yang berhasil atau tidak adanya psikopatologi dan sebagai keadaan dimana seseorang
digambarkan tidak memiliki gangguan pada bidang psikologis, emosional, perilaku, dan sosial. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa orang berada dalam keadaan sakit atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat
sedikitpun gangguan psikisnya dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit.
Dengan kata lain sehat dan sakit mental itu bersifat nominal yang dapat dibedakan kelompok-kelompoknya.
Selain itu, Semium (2006) juga mengatakan bahwa kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan
dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara
kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencega gangguan mental serta ketidak mampuan
menyesuaikan diri. Ilmu kesehatan mental juga sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan menjaga dan
memelihara fungsi-fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidak mampuan menyesuaikan diri atau
kegiatan-kegiatan mental yang kalut.
Sarwono (2012) mengatakan bahwan kesehatan mental adalah kondisi atau keadaan seseorang sehingga ia
akan terhindar dari gangguan kejiwaan atau neorosis dan penyakit kejiwaan. Mampu menyesuaikan diri
sendiri dengan orang lain dan dengan masyarakat dimana pun ia berada, mempunyai kemampuan untuk
menedalikan dalam menghadapi masalah, terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi
kejiwaan. Kesehatan mental itu sendiri menurut WHO adalah suatu keadaan (status) sehat utuh secara fisik,
mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Semiun (2006) mendefinisi dari kalangan psikiater bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari
simtom-simtom neurosis dan psikosis. Menurut difinisi ini orang yang bermental sehat adalah orang yang

6
menguasai dan mengatasi segala faktor perasaan dalam hidupnya sehingga tidak menimbulkan gangguan
jiwa; neurosis ataupun psikosis.
Dari definisi-definisi di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa kesehatan mental adalah kemampuan jiwa
utuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam upaya mencapai kepuasan dan kebahagiaan ataupun
ketentraman hidup sehingga terhindar dari gangguan jiwa. Dalam penyesuaiain ini orang akan berhadapan
dengan problem-problem, goncangan yang ada dari dalam dirinya ataupun dari luar dirinya dan ditempat
dimana individu bergaul.
B. Karakteristik Kesehatan Mental
Karakterisitik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan oleh American Psychological Association dalam
Notoatmodjo (2010):
1. Aspek Fisik, yang terdiri dari:
a. Perkembangan Normal, artinya remaja secara fisik mengalami pertumbuhan tubuh yang normal dan
bergaul menurut usianya.
b. Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya, artinya remaja melakukan semua tugas sesuai dengan
kewajibannya.
c. Sehat secara fisik, artinya remaja memiliki kondisi tubuh yang prima dalam menjalan aktifitasnya.

2. Aspek Psikis, yang terdiri dari:


a. Respek terhadap diri sendiri dan orang lain, artinya remaja mampu menilai hasil kerja orang lain dan
dirinya dengan rasa menghargai.
b. Memiliki Insight dan rasa humor, artinya remaja memiliki naluri untuk bersenda gurau secara normal.
c. Memiliki respons emosional yang wajar, artinya remaja memiliki kemampuan dalam mengendalikan
suasana hati dan fikirannya.
d. Mampu berpikir realistik dan objektif, artinya remaja memiliki perasaan yang tidak mudah terpengaruh
tanpa adanya bukti.
e. Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis, artinya remaja mampu mengendalikan masalah yang ada.
f. Bersifat kreatif dan inovatif, artinya remaja memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan yang positif
dalam hidupnya.
g. Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif, artinya remaja memiliki kemampuan komunikasi dan
interaksi yang baik pada orang lain.
h. Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak, artinya remaja memiliki
keberanian untuk menyuarakan pemikirannya yang positif.

7
3. Aspek Sosial, yang terdiri dari:
a. Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection), artinya remaja memiliki rasa peduli terhadap
hal yang menimpa sekitarnya.
b. Mampu menjalin interaksi dengan lingkungannya secara sehat, artinya remaja memiliki kemampuan untuk
menjaga perasaan orang lain dan perilaku dirinya sendiri.
c. Bersifat saling menghargai dan tidak membeda-bedakan tingkat social, pendidikan, agama, ras/suku, dan
warna kulit, berarti remaja mampu bersikap tidak diskriminan terhadap pandangannya kepada orang lain

4. Aspek Moral-Religius, yang terdiri dari:


a. Taat kepada Tuhan dan mampu menjalani ajaran-Nya, artinya remaja meyakini dan berpegang teguh pada
kepercayaan yang dianutnya.
b. Tidak berbohong, bertanggung jawab, dan tulus dalam beramal, artinya remaja mampu secara konsisten
untuk bertindak dan berkata benar sesuai dengan fakta yang terjadi.

c. Faktor-faktor Kesehatan Mental


Penjelasan faktor kesehatan mental yang dikemukakan Hernandez (2005) dapat disimpulkan bahwa
kesehatan mental memiliki keterkaitan dengan aspek kepribadian seseorang seperti efisiensi mental, kontrol
dan perpaduan pikiran dan sifat, penyelesaian masalah, perasaan dan emosi yang positif, ketenangan pikiran,
sikap yang sehat, konsep diri yang baik, dan identitas ego yang adekuat, serta seseorang yang memiliki
hubungan adekuat dengan kenyataan. Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental menurut Sarwono (2012)
sebagai berikut:
a. Mempunyai tujuan yang sehat pada sesuatu yang telah terjadi pada lingkungan maupun diri sendiri.
b. Mempunyai kecakapan menyesuaikan diri pada segala kemungkinan dan kemampuan mengatasi persoalan
yang dapat dibatasi.
c. Tercapainya tujuan sifat seseorang yang baik, dan juga tidak merugikan lingkungan sekitarnya.

Dengan melihat bagian-bagian tersebut, dapat diartikan sifat orang yang sehat mentalnya yaitu dengan
adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa yang realtif sempurna, memiliki kemampuan maksimal untuk
menghadapi dan mengatasi goncangan-goncangan, dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain, dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul dari berbagai faktor dalam kehidupan,
tidak merugikan orang lain, ikut bertanggung jawab terhadap sesama, dapat menyatakan isi hatinya dengan
bebas dan tepat, merasa bahwa dirinya diperlakukan adil oleh orang lain, memiliki keseimbangan emosi,
tidak ketergantungan pada sesuatu. Sedangkan ciri-ciri orang yang tidak sehat mentalnya, (Notoatmodjo,
2010):

8
a. Yang terlihat perlu pelayanan kejiwaan.
b. Tidak dapat menyesuaikan terhadap masyarakat (social).
c. Perlunya diagnosis kejiwaan.
d. Ketidak bahagiaan yang bersifat subyektif.
e. Tanda-tanda / gejala-gejala gangguan jiwa secara obyektif, dan
f. Kegagalan penyesuaian yang positif.
Setelah mengenal ciri-ciri mental yang tidak sehat disimpulkan bahwa tidak adanya keserasian antara
fungsi-fungsi jiwa sehingga tida mampu mengatasi goncangan-goncangan, orang yang gagal dalam
mengadakan penyesuaian (maladjusted), tidak dapat menerima kenyataan dirinya ataupun orang lain, banyak
menggantungkan diri pada orang lain, merasa tidak bebas, erasa tidak bahagia dan tidak punya teman, banyak
dikuasai oleh emosi, tidak menatap masa depan dengan baik.

2.Pentingnya Ilmu Kesehatan Mental Bagi Generasi Muda

Ada dua tipe manusia dalam merespon apa yang terjadi di dalam kehidupannya, yaitu tipe self-motivated
dan tidak. Orang-orang yang tidak bisa memotivasi dirinya sendiri cenderung membutuhkan stimulus atau
dorongan dari luar, seperti motivator, membaca buku-buku self help, dan bercerita dengan orang lain.
Kemampuan self-motivated setiap individu yang berbeda ini bisa mengakibatkan tingkat kesehatan mental
yang berbeda pula. Tentunya individu yang bisa memotivasi dirinya dengan baik saat kondisi terpuruk lebih
bisa menjaga kesehatan mentalnya secara alami melalui pemikiran dan respon yang dipilih.
Nah, kenapa pendidikan tentang kesehatan mental ini menjadi dibutuhkan oleh generasi muda? Meski di
dalam lingkungan sekolah sudah disediakan guru BK, tetapi mereka butuh lebih dari itu.
Selama ini peran guru BK pun terbatas, seperti hanya menangani anak-anak yang melanggar peraturan di
sekolah. Sehingga wajah guru BK pun bukan lagi sebagai support system, tapi sebuah tanda datangnya
masalah. Kalau sudah berurusan dengan guru BK pasti seseorang telah terlibat masalah.
Pentingnya mengajarkan kesehatan mental, khususnya bagi para generasi muda usia remaja, bahwa tidak
hanya kesehatan fisik yang harus diperhatikan. Kesehatan mental berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk berpikir, berkembang, berekspresi, berinteraksi, dan menikmati hidup.

Alasan pentingnya pendidikan kesehatan mental bagi diri anak :


 Membentuk harga diri yang baik di dalam diri

9
Seringkali karena pengetahuan yang masih minim, tanpa sadar anak menyakiti dirinya sendiri demi
memenuhi ekspektasi orang tua atau lingkungannya.
Masih banyak anak yang hanya ikut-ikutan saja dalam memilih hobi dan pendidikan, mereka tidak paham apa
yang disukai, tahunya orang tua mereka senang dan bangga jika mereka masuk ke sekolah tertentu.
 Menyiapkan mental anak saat memasuki jenjang pendidikan formal
Semakin berkembangnya tingkat kecerdasan anak jaman sekarang, maka semakin tinggi pula tingkat
kompetitif di kalangan anak untuk berprestasi.
Dengan menyiapkan mental anak melalui pendidikan kesehatan mental, maka anak lebih paham menghadapi
persaingan dan segala permasalahan yang terjadi di luar rumah.
Anak pun bisa terhindar dari rasa stress, depresi, atau gangguan mental lainnya. Hal ini juga memberikan
pemahaman bagi para orang tua untuk tidak memaksakan kehendak pada anak, tapi sebaliknya mengarahkan
anak pada apa yang mereka sukai.
 Melatih kemandirian dan rasa percaya diri
Dengan mengajarkan cara menjaga kesehatan mental, maka anak bisa lebih percaya pada kemampuan dirinya
sendiri. Hal ini akan mendorong anak untuk selalu berpikir positif terhadap dirinya dan orang lain.
Rasa percaya diri yang dimiliki anak juga mendorong anak untuk bisa menyelesaikan masalahnya secara
mandiri. Anak tidak akan bergantung dan memiliki ekspektasi berlebihan terhadap orang lain.
 Mengajarkan kepekaan kepada anak
Saat anak paham dalam menjaga kesehatan mentalnya, otomatis dia memiliki kesadaran terhadap apa yang
dia rasakan. Hal ini menjadi pemicu kepekaan mereka atas berbagai bentuk perasaan orang lain.
Tentunya kepekaan ini menjadi hal penting dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan rasa empati yang
dimiliki anak, mereka akan mampu menjaga hubungan dan berinteraksi dengan baik. Anak tidak akan
menjadi toxic bagi orang lain, apalagi menjadi perusak suasana.
 Menjaga produktivitas anak tetap stabil
Adanya gangguan pada kesehatan mental, baik yang menyerang anak-anak dan orang dewasa, akan
mengakibatkan menurunnya produktivitas dan berdampak pada performa yang juga menurun.
Jika gangguan mental menyerang anak-anak, maka mereka akan merasa kesulitan dalam menjalankan
aktivitasnya, susah belajar, tidak mood melakukan hobinya, dan performa akademik serta non-akademik yang
ikut menurun.
Pada akhirnya anak pula yang menjadi tumpuan kesalahan ketika prestasinya tidak bagus. Hal ini malah
menambah parah kesehatan mental anak. Anak tidak termotivasi tetapi malah semakin down.
 Menghindarkan anak dari kondisi traumatis
Kejadian yang menurut anak menyakitkan bisa saja menjadi kondisi yang membuatnya trauma. Padahal
anak-anak memiliki ingatan yang lebih kuat daripada orang dewasa. Oleh karena itu, banyak dijumpai

10
gangguan kesehatan mental pada orang dewasa karena trauma masa lalu. Mungkin saat kecil dia
mengalami bully-ing, depresi, pelecehan seksual, dan kondisi lainnya yang menyakitkan.
Sebagai orang tua pastinya ingin anak-anaknya selalu baik-baik saja dan terhindar dari kondisi bahaya.
Namun bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki orang tua yang perhatian, yang orang tuanya
sering bermasalah, dan yang orang tuanya berpisah. Kondisi ini menjadi penting untuk memasukkan
pendidikan kesehatan mental dalam kurikulum pendidikan formal.
Anak muda di Indonesia lebih rentan mengalami gangguan mental. Pendapat ini berdasarkan data-data
sebagai berikut :
1.Menurut WHO setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni diusia 14 tahun. Kasus bunuh
diri akibat depresi menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15 – 29 tahun.
2.Kementerian Kesehatan Indonesia juga menyebutkan bahwa masyarakat perkotaan lebih rentan terkena
depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, dan skizofrenia, dan obsesif kompulsif. Jumlah pasien gangguan jiwa
dan di seluruh dunia meningkat seiring dengan pertumbuhan hidup manusia dan meningkatnya beban hidup
manusia.
3.Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan tingkat perbandingan penderita
skizofrenia atau psikosis sebesar 7 per 1000 dengan cakupan pengobatan 84,9%. Sementara itu, perbandingan
gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%, meningkat jika
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 6%.
Saat ini penyakit gangguan mental atau jiwa dipandang buruk oleh masyarakat. Stigma masyarakat jika ada
salah satu warga yang menderita gangguan mental seringkali disebut gila. Hal ini terjadi karena sosialisasi
tentang penyakit gangguan mental itu sendiri yang masih kurang, sehingga masyarakat pun cukup awam
dengan informasi tersebut.
Tidak tanggung-tanggung, masyarakat lebih sering memberikan omongan pedas secara langsung kepada
penderita gangguan mental. Tentunya berakibat buruk dan menambah down mental si penderita, dan bisa
berakibat fatal, seperti bunuh diri.
Padahal penyakit gangguan mental sama saja seperti penyakit fisik yang butuh diobati dan diberikan
dukungan secara moral, sehingga penderita memiliki semangat untuk sembuh.
Para generasi muda membutuhkan pendidikan tentang kesehatan mental yang akurat. Pendidikan ini
fungsinya bisa untuk menghindarkan anak-anak muda dari gangguan mental, tetapi juga bisa menyembuhkan
anak-anak muda yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Dengan pendidikan yang tepat, maka anak-anak bisa memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dan
juga bisa memberikan dukungan positif terhadap orang lain yang menderita gangguan mental. Seperti yang
kita tahu, anak-anak jaman sekarang lebih dekat dengan bully-ing dan kondisi lain yang mudah membuatnya
tertekan.

11
Sudah menjadi tanggung jawab kita, para orang tua, untuk menjaga diri dari gangguan mental dan
memberikan pemahaman kepada anak-anak pentingnya menjaga kesehatan mental.
Ketika informasi tentang kesehatan mental yang akurat disampaikan melalui Pendidikan, maka masyarakat
pun tidak lagi awam dalam memberikan respon terhadap orang-orang yang menderita gangguan mental.
Diharapkan seluruh lapisan masyarakat ikut menjaga, baik menjaga dirinya sendiri untuk tetap sehat secara
mental dan fisik maupun menjaga orang lain. Sehingga hubungan antar personal pun menjadi lebih sehat,
tidak saling menyakiti, dan saling support dalam kehidupan.

3.Pentingnya Ilmu Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa

Tentang Kesehatan Mental Pelajar dan Mahasiswa


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap
individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang
normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, serta mampu memberikan kontribusi kepada
komunitas mereka. Namun nyatanya sering terjadi peristiwa yang kemudian berdampak pada rasa trauma
akibat kekerasan, tekanan berlebih, ataupun stress dalam jangka panjang.
Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental
dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berinteraksi dengan orang lain, membuat pilihan, dan
memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Jika dibiarkan tentu hal ini akan sangat membahayakan apalagi
di kalangan para pelajar dan mahasiswa yang seharusnya bisa mengenyam pendidikan dengan akal yang
sehat demi masa depan yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian internasional, isu kesehatan mental mahasiswa maupun siswa kini menjadi masalah
utama di beberapa negara. Hal ini terjadi karena memang gangguan ini bisa menyerang siapa saja apapun
latar belakangnya. Catatan Mozaic Science melalui World Economic Forum (WEF) menyebutkan jumlah
mahasiswa di Inggris yang mengunjungi bagian konseling kampus meningkat hampir lima kali dibandingkan
10 tahun lalu. Begitu juga di Amerika Serikat, depresi dan kecemasan dikalangan anak dibawah 17 tahun jadi
bermunculan. Sedangkan untuk usia mahasiswa, permintaan konseling jadi meningkat. Mahasiswa memang
rentan terkena masalah kesehatan mental karena harus bergulat dengan lingkungan sosial baru, menghadapi
tuntutan untuk meniti karier, hingga problem keuangan.
Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental
dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berinteraksi dengan orang lain, membuat pilihan, dan
memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Jika dibiarkan tentu hal ini akan sangat membahayakan apalagi

12
di kalangan para pelajar dan mahasiswa yang seharusnya bisa mengenyam pendidikan dengan akal yang
sehat demi masa depan yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian internasional, isu kesehatan mental mahasiswa maupun siswa kini menjadi masalah
utama di beberapa negara. Hal ini terjadi karena memang gangguan ini bisa menyerang siapa saja apapun
latar belakangnya. Catatan Mozaic Science melalui World Economic Forum (WEF) menyebutkan jumlah
mahasiswa di Inggris yang mengunjungi bagian konseling kampus meningkat hampir lima kali dibandingkan
10 tahun lalu. Begitu juga di Amerika Serikat, depresi dan kecemasan dikalangan anak dibawah 17 tahun jadi
bermunculan. Sedangkan untuk usia mahasiswa, permintaan konseling jadi meningkat. Mahasiswa memang
rentan terkena masalah kesehatan mental karena harus bergulat dengan lingkungan sosial baru, menghadapi
tuntutan untuk meniti karier, hingga problem keuangan.
Masalah kesehatan mental di Indonesia pada masa ini masih tergolong sangat tinggi, terutama pada
kalangan remaja karena mereka masih memiliki emosi yang tidak stabil dan belum memiliki kemampuan
yang baik untuk memecahkan masalah yang ada. Masa remaja merupakan masa dimana mereka sering
mengalami stres terutama pada peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup mereka. Remaja dianggap sebagai
golongan yang rentan untuk mengalami gangguan mental. Oleh karena itu, remaja perlu untuk mendapatkan
perhatian lebih karena remaja merupakan aset negara dan generasi penerus bangsa.
Kesehatan mental pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor genetika,
keluarga, pertemanan, gaya hidup, sosial, dan berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi mahasiswa secara positif maupun negatif. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak
menyadari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari faktor-faktor tersebut sehingga mereka lupa
akan kesehatan mental mereka. Mereka lupa untuk berfokus pada kesehatan mental mereka karena mereka
hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, serta tuntutan-tuntutan yang ia terima dari orang-orang
di sekitarnya. Regulasi diri dalam belajar yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-
tuntutan yang dihadapinya. Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap
emosi dan perilakunya di situasi apapun secara mandiri.
Kesehatan mental memiliki peranan yang sangat penting bagi mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan
lingkungan perkuliahannya yang baru. Tentunya kehidupan di lingkungan kampus dan sekolah jauh berbeda.
Mahasiswa baru akan menemukan berbagai macam pergaulan yang sangat beragam serta akan menemukan
metode pembelajaran yang berbeda dibanding masa sekolah. Oleh karena itu, secara tidak langsung
mahasiswa baru dituntut untuk bisa beradaptasi terhadap lingkungan barunya. Selain mahasiswa baru,
mahasiswa lama pun mengalami beberapa dampak yang diakibatkan oleh kuliah daring, terutama bagi
mahasiswa yang mengikuti organisasi. Dengan adanya kuliah daring, maka secara otomatis tugas-tugas
perkuliahan pun akan semakin banyak.

13
Menurut paparan dari WHO pada tahun 2019, belakangan ini stress lebih sering muncul terjadi karena
beberapa hal sebagai berikut,
1. Ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi
2. Perubahan pola tidur dan pola makan
3. Sulit tidur dan konsentrasi
4. Menggunakan obat-obatan
Hal ini juga serupa dengan penyebab dari perubahan kesehatan mental pada kalangan Mahasiswa di
Indonesia. Ironinya hal ini acap kali terjadi dan dianggap lazim di masyarakat. Sebagaimana kita mengetahui
dampak yang diberikan oleh perubahan kesehatan mental yang sangat patut diwaspadai. Maka dari itu berikut
tips dan trik yang bisa dilakukan teman-teman Mahasiswa di rumah.
1. Pendekatan spiritual, ketahui hal mana saja yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan.
Dengan mengetahui hal tersebut dan selalu bersandar kepada Sang Maha Kuasa membuat hati lebih tenang
2. Olahraga teratur, usahakan untuk melakukan olahraga tiap harinya sesuai dengan kebutuhan tubuh masing
masing. Berolahraga terbukti menurunkan jumlah hormon kortisol yang menjadi pemicu stress dalam tubuh
3. Selalu terhubung dengan social support, tiap kali ada persoalan atau tidak tetap rutin hubungi keluarga
sekaligus bila rasa dukungan sosial belum mampu teratasi, jangan ragu untuk menghubungi bantuan tenaga
profesional
Penting bagi kita semua untuk sama sama menjadi Mahasiswa yang tangguh dan sehat mental. Saatnya satu
sama lain saling peduli dan meningkatkan rasa empati. Dengan beberapa cara di atas besar harapannya bisa
membantu untuk tetap menjaga kondisi kesehatan mental Mahasiswa.

14
BAB III
PENUTUP

1.Kesimpulan

kesehatan mental adalah kemampuan jiwa utuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam upaya
mencapai kepuasan dan kebahagiaan ataupun ketentraman hidup sehingga terhindar dari gangguan jiwa.
Dalam penyesuaiain ini orang akan berhadapan dengan problem-problem, goncangan yang ada dari dalam
dirinya ataupun dari luar dirinya dan ditempat dimana individu bergaul. Rentang usia mahasiswa berada pada
batasan remaja akhir dan dewasa awal, dimana masa ini merupakan masa kondisi mental yang tidak stabil,
diiringi dengan konflik dan tuntutan serta perubahan suasana hati. Apabila individu yang mengalami masa
tersebut tidak dapat mengontrol hal-hal yang terjadi, maka dapat menimbulkan masalah kesehatan mental
yang akan memempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan.

2.Saran
Cara untuk menjaga kesehatan mental:

-Olahraga Teratur
-Lakukan Hobi
-Mencari Support Sistem
-Mencari Bantuan Profesional

15
DAFTAR PUSTAKA

-Aloysius,S & Salvia,N. (2021) Analisis Kesehatan Mental Mahasiswa Perguruan Tinggi Pada Awal
Terjangkitnya Covid-19 di Indonesia, 1(2), 83-97.

- https://gc.ukm.ugm.ac.id/2021/05/pentingnya-menjaga-kesehatan-mental-bagi-mahasiswa/

- https://www.hotcourses.co.id/study-abroad-info/student-life/ini-pentingnya-kesehatan-mental-mahasiswa-
dan/

16

Anda mungkin juga menyukai