Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu : Dr. Sururin, M.Ag.

Kelompok 10
Disusun oleh :

Syauqi Aulia Ramadhan 11190110000042


Shanty Marliana Solehat 11190110000043
Muhammad Rizki 11190110000069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah
Psikologi Agama dengan judul “Psikologi Agama dan Kesehatan Mental”.
Terima kasih kepada dosen pengampu, yang telah membimbing kami
dalam mata kuliah Psikologi Agama. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
teman dan rekan-rekan yang hadir membantu dan terlibat dalam pembuatan
makalah ini sehingga selesai tepat waktu.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jakarta, 12 Mei 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….…..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………..…....iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..….…....1

A. Latar Belakang…………………………………………………..…1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….……2
C. Tujuan Penulisan….………………………………………….….....2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...3

A. Pengertian Kesehatan Mental…..…………………………..............3


B. Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental……………….……….…...........5
C. Kedudukan dan Peran Kesehatan Mental………………………….8
D. Keberagamaan dan Kesehatan Mental……………………………..9

BAB III PENUTUP……………………………………………..……….…....12

A. Kesimpulan………………………………………………….…..….12
B. Saran……………………………………………….……….…..…..13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Lalar Belakang
Pada zaman dahulu ketika tekhnologi belum dikenal oleh
masyarakat umum secara luas setiap penyakit yang diderita oleh manusia
sering sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau spiritual dan alam
gaib, setiap penyakit dihubung-hubungkan dengan gangguan makhluk
halus, oleh karena itu orang yang sakit lebih memilih berobat kedukun
atau orang pintar yang dianggap bisa berkomunikasi langsung dengan
makhluk halus ketimbang berobat ke dokter yang mengerti tentang jenis
penyakit berdasarkan ilmu perobatan.

Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan


lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan
yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih,
perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-
penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau
baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan
medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu
individu, jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau
baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu tersebut sakit.

Penyakit tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau


penyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen
hati atau mental yang baik sehingga dapat membentuk kesehatan mental
yang berimbas pada kesehatan secara fisik individu tersebut.

Sejak awal-awal abad kesembilan belas boleh dikatakan para ahli


kedokteran mulai menyadari akan adanya hubungan antara penyakit
dengan kondisi psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan
manusia dapat menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan

1
mental (Somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat
menyebabkan

2
2

penyakit fisik (Psikosomatik). Dan di antara faktor mental yang


diidentifikasikan sebagai potensial dapat menimbulakan gejala-gejala
tersebut adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebakan sebagian
besar dokter fisik melihat bahwa penyakit mental (mental illness) sama
sekali tak ada hubungannya dengan penyembuhan medis, serta berbagai
penyembuh penderita penyakit mental dengan menggunakan pendekatan
agama. Dengan demikian, makalah ini akan membahas mengenai
psikologi agama dan kesehatan mental.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian kesehatan mental?
2. Apa prinsip-prinsip kesehatan mental?
3. Bagaimana kedudukan dan peran kesehatan mental?
4. Bagaimana keberagamaan dan kesehatan mental?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan mental
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kesehatan mental
3. Untuk mengetahui kedudukan dan peran kesehatan mental
4. Untuk mengetahui keberagamaan dan kesehatan mental
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Mental

Dari segi bahasa kesehatan mental terdiri dari dua kata yaitu:
kesehatan dan mental. Kesehatan yang kata dasarnya sehat mendapat
awalan ke dan akhiran an, menyatakan hal atau keadaan, sedangkan sehat
berarti bebas dari rasa sakit, jadi kesehatan memiliki arti keadaan badan
seseorang yang tidak sakit.1 Mental berasal dari bahasa latin yaitu: mens,
mentil, yang artinya: jiwa, roh, nyawa, sukma, semangat. 2 Untuk
mengetahui secara istilah kesehatan mental, maka terlebih dahulu akan
dipaparkan oleh beberapa tokoh yang mendefinisikan tentang kesehatan
mental seperti: Zakiah Daradjat, Abdul Azis El-Quusy dan Musthofa
Fahmi. Menurut Abdul Aziz El-Quusy bahwa, kesehatan mental atau jiwa
yang sehat adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-
fungsi jiwa yang bermacam-macam disertai kemampuan untuk
menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang biasa
terjadi pada setiap orang, di samping secara positif dapat merasakan
kebahagiaan dan kemampuan.3

Menurut Zakiah Daradjat bahwa, kesehatan mental adalah


terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuain diri sendiri antara manusia dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandasan keimanan dan ketaqwaan,
serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna bahagia dunia dan
akhirat.4

1
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm.
890
2
Kartini Kartono, dan Jenny Andri, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 3
3
Abdul Aziz EL-Quusy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1997), hlm. 38
4
Yahya Jaya, Peranan Taubat dan Manfaat dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Yayasan
Pendidikan Islam Ruhana, 1992), hlm. 15

3
4

Sedangkan menurut Mustofa Fahmi mendefinisikan kesehatan


mental menjadi dua segi yaitu: pertama segi positif (ijabiy) kesehatan
mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaiaan terhadap diri
sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya, kedua segi negatif (salabi)
kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari segala neurosis (al-
amradl al-ashabiyah) dan psikosis (al-amradi al-dzibaniyah).5

Dari ketiga tokoh psikolog di atas bahwa kesehatan mental yang


mereka definisikan menurut Abdul Aziz EL-Quusy, Zakiah Daradjat dan
Musthofa Fahmi, yang sesuai dengan pandangan agama Islam adalah
Zakiah Daradjat karena selain segi psikis, sosiologis, fisik ia juga
memasukkan unsur-unsur agama yaitu keimanan dan ketaqwaan, karena
iman dan taqwa sangat penting bagi diri seseorang, menurut penelitian
oleh para ahli jiwa bahwa iman seseorang sangat membantu para pasien
yang mengalami gangguan jiwa dalam usaha penyembuhan penyakit jiwa.

Sedangkan menurut Musthofa Fahmi dan Abdul Aziz EL-Quusy,


keduanya mendefinisikan kesehatan mental yang dibahas yaitu dari segi
fisik, sosilogis dan psikis. Pengertian kesehatan mental menurut WHO
tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi semakin kompleks.
WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

Kesehatan mental yang ditulis oleh Marie Johoda adalah kesehatan


mental tidak bisa di lihat dari sudut pandang penyakit mental atau
gangguan mental, tapi dari sudut pandang yang positif. Dengan demikian
penulis dapat menyimpulkan bahwa dari ketiga tokoh di atas kesehatan
mental adalah mampu menyesuaikan diri sendiri dengan lingkungan
sekitarnya maupun di mana ia tinggal dan melaksanakan aktivitas sehari-
hari dengan sebagaimana mestinya dan bertujuan untuk keselamatan dunia
dan akhirat.6
5
Musthofa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1997), hlm. 20-22
6
Siswanto, Kesehatan Mental Konsep,Cakupan dan Perkembangan, (Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2007), hlm. 15
5

B. Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah


dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan
kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah: gambaran dan sikap yang baik terhadap
diri sendiri. Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini
anatara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan
kepercayaan pada diri sendiri. Self Image yang juga disebut dengan citra
diri merupakan salah satu unsur penting dalam mengembangkan pribadi.
Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap, cara berpikir dan corak
penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif pula.7

Keterpaduan antara integritas diri yang dimaksud keterpaduan


disini adalah adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam
diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan
mengatasi stres. Sedangkan orang yang mampu mengatasi stress berarti
orang yang sanggup memenuhi kebutuhannya, dan apabila menemui
hambatan ia dapat mengadakan suatu inovasi dalam memenuhi
kebutuhannya. Perwujudan diri (aktualisasi diri) merupakan proses
pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang
yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan potensi
yang dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara
yang baik dan memuaskan.

Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial


dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal. Untuk
mendapat penyesuaian diri yang sukses dalam kehidupan, minimal orang
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, mempunyai hubungan
yang erat dengan orang yang mempunyai otoritas dan mempunyai
hubungan yang erat dengan teman-teman.8

7
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 145-146
8
Ibid., hlm. 147
6

Berminat dalam tugas dan pekerjaan orang yang menyukai


terhadap pekerjaan walaupun berat maka akan cepat selesai daripada
pekerjaan yang ringan tetapi tidak diminati. Untuk pembinaan dan
pengembangan kesehatan mental orang membutuhkan agama, seperangkat
cita-cita yang konsisten dan pandangan hidup yang kokoh.

Pengawasan diri mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu


atau dorongan dan keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan
hal pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan
berkepribadian normal, karena dengan pengawasan tersebut orang mampu
membimbing segala tingkah lakunya. Rasa benar dan tanggung jawab
penting bagi tingkah laku, karena setiap individu igin bebas dari rasa dosa,
salah dan kecewa. Rasa benar, tanggung jawab dan sukses adalah
keinginan setiap orang yang sehat mentalnya. Rasa benar yang ada dalam
diri selalu mengajak orang kepada kebaikan, tanggung jawab dan rasa
sukses, serta membebaskannya dari rasa dosa, salah dan kecawa.9

Dari prinsip-prinsip kesehatan mental diatas penulis dapat


menyimpulkan bahwa prinsip sangat dibutuhkan pada setiap individu yang
memiliki kesehatan mental karena prinsip sangat berpengaruh dalam
membantu aktivitas kehidupan sehari-hari dan bisa membantu
mengembangkan potensi yang dimiliki. Adapun prinsip-prinsip kesehatan
mental menurut Abdul Aziz Akhyadi, dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok yaitu: prinsip-prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia
(nature of man), prinsip-prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia
dengan manusia lain dan lingkungan, prinsip-prinsip yang didasarkan pada
hubungan manusia dengan Tuhan. Dari ketiga kelompok tersebut akan
disebutkan sebagai berikut:10

1. Prinsip-prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia

a. Kesehatan Mental dan adjustment menghendaki adanya kesehatan


badan dan integritas (kesatuan) organisme
9
Ibid., hlm. 148
10
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 149
7

b. Untuk mempertahankan kesehatan mental dan penyesuaian diri yang


baik, perilaku manusia harus sesuai atau konform dengan kodratnya
sebagai makhluk biologis, sosial psikologis, dan ruhaniah (makhluk
yang mempunyai dorongan, kebutuhan, nafsu, moral, intelektual,
emosi, ruhani, agama)

c. Kesehatan mental dan adjustment menghendaki integritas dan kontrol


diri (self-integriti and self-control) yang meliputi pengendalian pikiran,
khayalan (imagination), keinginan, kemauan, ambisi, dan tingkah laku

d. Untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan mental dan


adjustment diperlukan pengetahuan yang luas tentang diri sendiri (self-
insight)

e. Kesehatan mental dan adjustment menghendaki suatu pengertian yang


sehat tentang diri sendiri yang mencakup penerimaan diri sendiri (self-
acceptance) dan penilaian yang realistis terhadap status dan harga
dirinya

f. Untuk mencapai kesehatan mental dan adjustment diperlukan suatu


usaha terus-menerus untuk mengembangkan diri atau mengingatkan
diri (self-improvement) dan merealisasikan diri (self-realization)

g. Kemantapan mental dan penyesuaian diri yang baik memerlukan


sesuatu perkembangan yang berkelanjut dalam diri manusia mengenai
sifat-sifat moral yang tinggi

h. Untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan mental dan


adjustment perlu belajar dan mengembangkan kebiasaan yang baik

i. Stabilitas mental dan adjustment menghendaki suatu kemampuan


untuk mengubah sesuatu sesuai dengan perubahan kepribadian

j. Kesehatan mental dan adjustment menghendaki usaha yang berlanjut


(continue) untuk menjadi dewasa atau matang dalam
berfikir,memutuskan sesuatu, sikap, emosi, dan tingkah laku
8

k. Kesehatan mental dan adjustment menghendaki manusia belajar cara-


cara menyelesaikan konflik, frustasi, dan ketegangan-ketegangan jiwa
yang timbul secara efektif dan efisien

2. Prinsip-prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia


lain dan lingkungannya

a. Kesehatan mental dan adjustment bergantung pada hubungan


manusiawi yang sehat, terutama hubungan dalam kehidupan keluarga

b. Kebahagiaan dan adjustment bergantung pada pekerjaan yang sesuai


dan memuaskan

c. Kesehatan mental dan adjustment menghendaki sikap yang realitas


dengan menerima realitas tanpa diputar balik serta menerima hal-hal
yang objektif dan sehat

3. Prinsip-prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan Tuhan

a. Kesehatan dan kemantapan mental menghendaki agar setiap orang


memiliki kesadaran yang makin berkembang mengenai suatu realitas
yang lebih besar dan luhur daripada dirinya sendiri, di mana ia sangat
bergantung padanya dengan cara yang sangat fundamental

b. Kesehatan mental dan ketenangan batin menghendaki hubungan aktif


dan konstan dengan Tuhan melalui penerimaan dan pelaksanaan
perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya.11

C. Kedudukan dan Peran Kesehatan Mental

Para ahli kesehatan mental telah sepakat bahwa kedudukan


kesehatan mental dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Kesehatan mental sebagai kondisi (keadaan)

Kedudukan kesehatan mental sebagai kondisi (keadaan) mengacu


kepada pengertian diatas, seperti terhindar dari gangguan kejiwaan

11
Ibid., hlm. 156-159
9

(neorosis) dan penyakit kejiwaan (psychoses). Selain itu juga mampu


menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, dan dengan masyarakat di
mana ia hidup, mampu mengendalikan diri dalam berbagai masalah serta
terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan.
b. Kesehatan mental sebagai ilmu pengetahuan
Sebagai ilmu psikologi, kesehatan yang bertujuan untuk
mengembangkan semua potensi yang ada pada manusia seoptimal mungkin.
Serta memanfaatkannya sebaik-baiknya agar terhindar dari gangguan dan
penyakit kejiwaan.

c. Kesehatan mental sebagai terapi kesehatan mental dan juga sebagai ilmu
jiwa terapan, mengkaji dan mengembangkan teknik- konseling dan
terapi kejiwaan.12
Kedudukan, fungsi, dan peranan kesehatan mental lebih tampak
jelas di dunia Islam. Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di
muka bumi adalah untuk beribadah dalam pengertian luas. Pengertian
ibadah secara luas adalah pengembangan sifat-sifat Allah dalam diri
manusia untuk menumbuh kembangkan potensi diri yang telah diberikan
Allah kepada manusia berupa potensi-potensi dalam nama-nama Allah
yang agung (al asma al husna), seperti potensi ilmu, kuasa, sosial,
kekayaan, pendengaran, penglihatan, dan pemikiran serta potensi-potensi
lainnya.13

D. Keberagamaan dan Kesehatan Mental

Menurut Zakiah Daradjat, agama yaitu sebuah proses hubungan


manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakini, bahwa sesuatu
lebih tinggi daripada manusia.14 Tanpa agama jiwa manusia tidak
merasakan ketenngan dan kebahagiaan. Beragama mengandung ajaran dan
cara yang sudah diatur oleh Tuhan untuk dipatuhi dalam hidup.15
Keagamaan adalah sebuah rasa yang berkaitan dengan Tuhan yang berupa
12
Sururin, Op. Cit, hlm. 145-148
13
Ibid., hlm. 149
14
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 10
15
Zakiah Daradjat, Peran Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung,
1990), hlm. 52
10

rasa kagum, takjub, percaya, dan ketergantungan pada Tuhan.


Keberagamaan seseorang tentu dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Seperti contoh jika seseorang ta’at dalam beribadah maka akan
mendapatkan ketenangan batin sehingga mempengaruhi psikologis
seseorang.

Menurut Jalaludin agama memberikan dampak positif terhadap


kehidupan keseharian manusia termasuk kesehatan mental. Agama tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dikarenakan faktor-faktor
kepribadian, lingkungan, dan batiniah manusia.16 Dapat kami simpulkan
bahwa keberagamaan dan kesehatan mental berkaitan erat dengan
lingkungan sosial. Hal ini juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Mental tanpa agama belum tentu dapat mencapai integritas yang
baik, karena kurangnya ketenangan dan ketentraman jiwa.

Sering kali dalam proses keberagamaan seseorang ekspektasi


keinginananya tinggi tapi tidak dikabulkan keinginannya, sehingga dapat
menyebabkan depresi ketertekanan seseorang sehingga berakibat
mendapatkan gangguan jiwa. Dalam keberagamaan seseorang kesehatan
mental tergantung dari niat dan apa yang ada di dalam jiwanya. Seseorang
yang mengikuti tarekat akan mendapatkan kesehatan mental. Karena
mereka mendapatkan pengajaran yang didasarkan karena Allah. Sehingga
semuanya diserahkan kepada Allah ketika semua usaha sudah kita
lakukan. Menurut Prof. Quraish Shihab, kebaikan dan kebenaran
seharusnya mengiringi dalam kehidupan manusia.

Bagi jiwa yang merasakan ketidaktenangan, agama menjadi sebuah


cahaya petunjuk dan penerang hati. Tidak sedikit orang yang belum
merasakan arti sesungguhnya beragama akan mendapatkan kegundahan
hatinya. Seseorang yang tidak pernah ataupun kurang mendapatkan
pendidikan agama, akan mendapatkan kegelisahan-kegelisahan batin. Dan
kegelisahan batin tersebut akan dapat terselesaikan dengan mempelajari
agama.
16
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 143
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan mental adalah mampu menyesuaikan diri sendiri dengan


lingkungan sekitarnya maupun di mana ia tinggal dan melaksanakan
aktivitas sehari-hari dengan sebagaimana mestinya dan bertujuan untuk
keselamatan dunia dan akhirat.

Prinsip sangat dibutuhkan pada setiap individu yang memiliki


kesehatan mental karena prinsip sangat berpengaruh dalam membantu
aktivitas kehidupan sehari-hari dan bisa membantu mengembangkan
potensi yang dimiliki. Adapun prinsip-prinsip kesehatan mental menurut
Abdul Aziz Akhyadi, dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu: prinsip-
prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia (nature of man), prinsip-
prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia lain dan
lingkungan, prinsip-prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia
dengan Tuhan.

Kedudukan, fungsi, dan peranan kesehatan mental lebih tampak


jelas di dunia Islam. Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di
muka bumi adalah untuk beribadah dalam pengertian luas. Pengertian
ibadah secara luas adalah pengembangan sifat-sifat Allah dalam diri
manusia untuk menumbuh kembangkan potensi diri yang telah diberikan
Allah kepada manusia berupa potensi-potensi dalam nama-nama Allah
yang agung (al asma al husna), seperti potensi ilmu, kuasa, sosial,
kekayaan, pendengaran, penglihatan, dan pemikiran serta potensi-potensi
lainnya.

Keberagamaan dan kesehatan mental berkaitan erat dengan


lingkungan sosial. Hal ini juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Mental tanpa agama belum tentu dapat mencapai integritas yang
baik, karena kurangnya ketenangan dan ketentraman jiwa.

11
12
13

B. Saran

Dalam upaya menyelesaikan penulisan makalah ini, kami telah


berusaha untuk melengkapi bahan materi. Namun, kami menyadari masih
adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi materi
maupun dalam penyusunan makalah. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat dijadikan
acuan demi perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2013. Bimbingan Konseling Islam. Jakarta: Amzah
Daradjat, Zakiah. 1990. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Haji
Masagung
--- . 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Departemen Pendidikan. 1999. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
EL-Quusy, Abdul Aziz. 1997. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental. Jakarta:
Bulan Bintang
Fahmi, Musthofa. 1997. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang
Jalaludin. 2016. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jaya, Yahya. 1992. Peranan Taubat dan Manfaat dalam Kesehatan Mental.
Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhana
Kartono, Kartini dan Jenny Andri. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental
dalam Islam. Bandung: Mandar Maju
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental Konsep,Cakupan dan Perkembangan.
Yogyakarta: CV Andi Offse
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

14

Anda mungkin juga menyukai