Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEHATAN MENTAL

Tentang
Gangguan Mental

Disusun Oleh : Kelompok 7

Zulfian Khoiri 2015040032


Herdila Fahma 2015040043
Annisa Febrianti 2015040083

Dosen Pengampu:
Dr. Hasneli, M. Ag.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
Th 2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan kemudahan sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah serta yang berjudul “Gangguan Mental” ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Hasneli, M. Ag. pada mata kuliah
Kesehatan Mental untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang pengertian
gangguan mental/ kejiwaan, macam-macam gangguan mental, serta gangguan mental pada
manusia dalam islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hasneli, M. Ag. atas arahan dan
bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dengan begitu kami mengharapkan kritik
serta saran untuk perbaikan makalah agar makalah dapat lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat buat kita semua. Akhirul kalam atas segala kesalahan
kami mohon maaf, terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Padang, 13 Oktober 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Gangguan Mental atau Gangguan Jiwa .................................................................... 3
B. Macam-Macam Gangguan Mental atau Kejiwaan ...................................................................... 3
C. Indikasi Gangguan Jiwa dalam Islam ......................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan dinamika perkembangan kehidupan modern yang semakin kompleks, maka
perubahan psikis dalam diri manusia juga mengalami perubahan, utamanya dengan perkembangan
mental atau jiwa seseorang yang telah mengalami modernisasi kultur dan gaya hidup. Tekanan
psikis atau gangguan metal (psychoses) yang melanda banyak masyarakat modern saat ini
memunculkan wacana tentang cara atau alternatif untuk mengatasinya dengan berbagai terapi.
Melalui kajian dimensi keagamaan, tulisan ini menguraikan tentang sebab-sebab terjadinya depresi
mental yang mengarah pada ketidakserasian hidup dan berujung pada gangguan kejiwaan (sakit
jiwa). Selain itu tulisan ini juga memberikan alternatif pemecahan masalah depresi mental melalui
kajian ke-Islaman dengan tuntunan akhlak.

Zakiah Darajat bahwa ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin tidak
banyak tergantung kepada faktor-faktor luar; sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan
sebagainya, malainkan lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pasien yang terganggu kesehatan
mentalnya, ia menyimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi
keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu adalah perasaan, pikiran, kelakuan, kesehatan badan,
sedang yang tergolong penyakit jiwa (psychoses) adalah lebih berat lagi. Manusia yang serasi,
selaras dan seimbang adalah merupakan jargon hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan ini adalah
usaha untuk memperoleh hidup sehat dan layak: jiwa yang seimbnag, pribadi yang “integrated” dan
kemampuan memecahkan segala problema hidup dengan percaya diri dan kepribadian yang solid.
Sebab kesehatan adalah kondisi normal bagi seseorang dari terhindarnya gangguan jiwa (neorosis)
dan penyakit jiwa (psychoses). Manusia demikian adalah manusia yang sehat secara jasmani
maupun rohani lahir maupun batin. Makalah sederhana ini barmaksud membahas pandangan Islam
mengenai penyakit jiwa dan terapinya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian gangguan jiwa/ mental
2. Macam-macam gangguan jiwa
3. Indikasi gangguan mental dalam islam

1
C. Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian dari gangguan jiwa/ mental


2. Mengetahui apa saja macam-macam gangguan jiwa
3. Mengetahui indikasi gangguan mental pada manusia dalam pandangan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Mental atau Gangguan Jiwa


Menurut Maramis dalam PPDGJ III gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang
yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di
dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat.
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan menyimpangnya proses pikir, alam perasaan serta
perilaku seseorang. Gangguan jiwa juga merupakan suatu masalah kesehatan yang menyebabkan
ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang ditimbulkan akibat gangguan pada fungsi sosial,
psikologis, genetik, fisik/kimiawi, serta biologis. Menurut UU Nomor 18 (2014) orang dengan
gangguan jiwa atau sering disingkat dengan ODGJ adalah individu yang mengalami gangguan dengan
pikiran, perasaan dan perilakunya yang dimanifestasikan dengan bentuk gejala dan atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menyebabkan penderitaan serta hambatan dalam menjalankan
fungsi sebagai manusia.

B. Macam-Macam Gangguan Mental atau Kejiwaan


Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik juga
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh
sakit atau rusaknya bagian-bagian badan, meskipun kadang-kadang gejadalanya terlihat pada fisik.
Macam-macam dari gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
1. Neurasthenia
Salah satu gangguan jiwa yang sudah lama dikenal orang sebagai penyakit saraf, yang
dahulu terjadi karena lemahnya saraf. Karena itu pengobatan diwaktu itu dilakukan dengan
menyuruh pasien istirahat ditempat tidur, jauh dari keributan, disamping memberikan obat kuat dan
penenang . Orang yang memiliki penyakit ini akan merasakan seluruh badan terasa letih, tidak
bersemangat, perasaan tidak enak, sebentar-bentar ingin marah, menggerutu dan sebagainya. Tidak
sanggup melanjutkan berpikir tentang suatu persoalan, susah mengingat dan memusatkan perhatian,
apatis. Bermacam-macam pendapat ahli tentang sebab penyakit ini. Ada yang berpendapat karena
sering melakukan onani, ada pula yang mengatakan bahwa penyakit ini adalah akibat dari gejala-
gejala yang dipelajari. Akan tetapi, pendapat umum mengatakan bahwa penyakit ini disebabkan
oleh karena terlalu lama menekan perasaan, bertentangan dengan batin, kecemasan, terhalangnya
keinginan dan kebutuhan.

3
2. hysteria
Gangguan jiwa yang sudah banyak dikenal sejak dulu ialah hysteria. Pada pemulaan, orang
beranggapan bahwa yang dapat penyakit ini adalah kaum hawa atau wanita. Akan tetapi kemudian
pendapat itu berubah setalah freud menemukan bahwa laki-lakipun dapat merasakan penyakit ini.
Penyakit ini terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi kesusahan, tekanan perasaan,
kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin. Dalam menghadapi kesusahan itu orang orang
tidak mampu menghadapinya dengan cara yang wajar, lalu melepaskan tanggung jawab dan lari
serta tidak sadar kepada gejala-gejala hysteria yang tidak wajar. Diantara gejala-gejalanya ada yang
berhubungan dengan fisik dan ada pula yang berhubungan dengan mental.
Gejala fisik antara lain:
a. Lumpuh hysteria
Maksudnya adalah lumpuhnya salah satu anggota fisik, akibat tekanan atau pertentangan
batin yang tidak dapat diatasi.
b. Cramp hysteria
Disebabkan oleh tekanan perasaan yang sering kali terjadi pada penulis yang mancari
penghidupan dengan tulisan-tulisannya.
c. Kejang hysteria
Yaitu badan seluruhnya menjadi kaku,tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat
keras,disertai dengan teriakan teriakan dan keluhan-keluhan, tapi air mata tidak keluar.
3. psychasthenia
Psychasthenia adalah semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti
kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal.
Gejala penyakit ini terdiri dari :
a. Phobia
Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang
dengan ketakutan, penderita tidak tahu mengapa takut dan tidak dapat menghindari rasa
takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan
orang, sehingga ia semakin merasa cemas. Diantara Phobia yang terkenal ialah takut
berada di tempat yang tertutup, tinggi, luas, ditengah orang ramai, melihat darah, binatang
kecil, kotoran dan sebagainya.
b. Obsesi
Yaitu gejala gangguan jiwa, dimana penderita dikuasai oleh suatu pikiran yang
tidak bisa dihindarinya.

4
4. Kompulsi
Kompulsi adalah gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal
ataupun tindakan itu tidak dilakukannya, maka penderita akan merasa gelisah dan cemas,
kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan, gejalanya banyak
seperti;
a. Repetitive compulsive
Orang yang terpaksa mengulang-ngulang pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua
pengulangan dianggap sebagai gangguan jiwa. Pengulangan yang termasuk gangguan
jiwa ialah apabila kelakuan itu mempengaruhi hubungan sosialnya, dalam mencapai suatu
kebutuhan atau keinginannya. Disamping itu ia terpaksa pula mengeluarkan tenaga lebih
banyak dari kebutuhan pekerjaannya, karena untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya, ia
terpaksa mengulang-ulanginya kembali.
Banyak juga orang yang dapat menahan perasaan ingin mengulang-ngulang itu, dan
menyalurkan keinginannya itu ke arah yang bermanfaat dan sesuai dengan alam
sekitarnya.Akan tetapi bila keadaannya terganggu, maka kecemasannya bertambah.
b. Serial Compulsive
Dalam hal ini, penderita terpaksa melakukan suatu urutan-urutan tertentu dalam
kehidupannya sehari-hari. Misalnya dalam berpakaian, harus dimulai dengan pakai sepatu,
kain, baju dan seterusnya. Jika ia merubah urutan-urutan itu, ia akan merasa cemas sekali.,
ia tidak akan merasa tenang, sebelum mengulang kembali dari semula. Demikian pula
halnya dengan membuka pakaian.
c. Compulsive Ordelinenese
Dalam hal ini seorang terpaksa harus mengikuti suatu aturan tertentu dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya seseorang akan merasa terganggu bila buku-buku dalam almarinya
diubah susunan atau salah penempatannya. Jika terjadi perubahan, ia akan merasa gelisah.
d. Compulsive magic
Orang yang dihinggapi gangguan ini, terpaksa membaca kalimat-kalimat tertentu sebelum
melakukan suatu pekerjaan. Seandainya ia terlanjur malakukan suatu pekerjaan tanpa
membaca kalimat-kalimat itu, ia akan merasa cemas dan gelisah. Untuk
menghilangkannya ia terpaksa mengulangi pekerjaannya itu dengan terlebih dahulu
membaca kalimat-kalimat tersebut.ginannya untuk mengulang-ulang itu bertambah kuat.
e. Kleptomania
Penderita terpaksa mencuri barang orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan
kelakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindari dirinya dari tindakan itu.
Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orang tuanya terlalu keras,
terlalu disiplin, atau kurang memperhatikan anak-anaknya.
f. Fetishism

5
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan
orang lain dari seks yan berlainan. Misalnya orang laki-laki yang suka menyimpan sapu
tangan, sepatu atau rambut wanita, yang baginya mempunyai arti atau nilai/sensasi seksual
dalam perasaannya.
g. Compulsive yang berhubungan dengan seksual
Gejala ini ada dua macam yaitu pertama, ingin tahu tentang kelamin dari orang yang
berlainan seks, dan kedua ingin memamerkan kelamin sendiri. Dalam hal yang pertama,
seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin
orang lain dengan berbagai cara, atau juga memegang-megangnya. Dalam hal kedua orang
yang merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.Pada
umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan waktu
kecil, atau mungkin pula sebagai ungkapan dari keinginan yang tertahan pelaksanaannya
dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa kembali.
5. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang
ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus
asa dan lain sebagainya. Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam. Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis,
putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada
bahaya yang akandatang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang
muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti
rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan
kesedihan dengan tanda depresi. Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi
biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan
mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Depresi dianggap normal terhadap banyak stress
kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus
berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih.
6. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang
dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya. Suatu
keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak
spesifik. Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali.Intensitas

6
kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Stuart &
Sundeen (2008) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi kecemasan ringan, sedang, berat, dan kecemasan panik.
7. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-
gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah.
Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagian besar
tidak tergantung pada satu dan yang lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian
axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik,
kepribadian antisosial, kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.

C. Indikasi Gangguan Jiwa dalam Islam

Dalam psikologi dikenal istilah sakit jiwa dan gangguan kejiwaan/mental disorder, ada yang
disebabkan oleh faktor saraf, ada juga yang disebabkan oleh faktor psikis (neorosis, psikoksis,
psikosomatik, dan depresi.) Dalam prespektif Islam gangguan kejiwaan juga bisa terjadi dan ini
disebabkan oleh faktor akhlak yang rendah.

Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi (dalam Zainuddin, 2020),
membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa
(al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-
ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).

a. Riya’

Seperti yang dijelaskan oleh As-Sarqawi, bahwa dalam penyakit riya’ terdapat unsur
penipuan terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain, karena hakikatnya ia mengungkapkan sesuatu
yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Penyakit riya’ merasuk dalam jiwa seseorang
dengan halus dan tidak terasa sehingga hampir tidak ada orang yang selamat dari serangan penyakit
ini kecuali orang arif yang ikhlas dan taat.

Dalam riya’ terhdap unsur-unsur kepura-puraan, penipuan, munafik, seluruh tingkah-lakunya


cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Islam memberikan
terapi riya’ ini dengan cara mengikis nafsu syahwat sedikit demi sedikit dan menanamkan sifat
merendahkan diri (tawadu’) dengan melihat kebesaran Allah SWTH.

7
b. Emosi/Marah

Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di kepala, lalu menguasai otak atau
pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi semacam ini seringkali sulit untuk dikendalikan. As-
Syarqawi mengungkapkan, bahwa emosi marah akan menimbulkan beberapa pelampiasan, misalnya
secara lisan akan memunculkan caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara fisik akan menimbulkan
tindakan-tindakan destruktif. Atas dasar inilah maka nabi melarang orang yang sedang marah untuk
melakukan putusan atau memutuskan sesuatu perkara sebagaimana sabdanya: “Seseorang jangan
membuat keputusan diantara dua orang (yang berselisih) sementara ia dalam keadaan marah”.

Usman Najati berpendapat bahwa emosi marah yang menguasai seseorang dapat membuat
berpikir pendek. Di samping itu energi tubuh selama marah berlangsung akan membuat orang siap
untuk melakukan tindakan-tindakan yang akan disesali di kemudian hari, dengan jalan
mengendalikan diri. Nabi juga sangat memuji tindakan pengendalian diri terhadap emosi marah ini
dan menganggapnya sebagai orang yang kuat, sebagaimana sabdanya: “Tidaklah orang dikatakan
kuat itu adalah orang yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan
amarahnya”.

c. Lalai dan Lupa

Lalai dan lupa termasuk salah satu dari penyakit mental. Lupa yaitu sengaja menghilangkan
atau tidak memperhatikan sesuatu yang seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari esensi
kehidupannya. Kelupaan sebagai penyakit mental adalah kelupaan yang disengaja terhadap sesuatu
keyakinan, nilai-nilai hidup yang mendasar dan pandangan hidupnya. Seseorang yang melupakan
keyakinan, nilai-nilai hidup dan pandangan hidupnya maka segala tindakannya menjadi tidak teratur,
merugikan, dan dapat menjerumuskan ke dalam kehancuran

Di sisi lain lupa merupakan sifat asal (tabiat) manusia. Tabiat inilah yang kadang-kadang
membuat manusia lupa akan hal-hal yang penting, lalai akan Allah swt, dan perintah-Nya, sementara
setan selalu menggodanya.

d. Was-was

Para ulama memandang bahwa penyakit was-was merupakan akibat dari bisikan hati dan adanya
angan-angan keduniaan yang didasarkan pada hawa nafsu dan kesenangan duniawi. Penyakit was-was
juga merupakan penyakit yang muncul akibat gangguan setan. Setan mengobarkan hawa nafsu dan
membuat seseorang meragukan agamanya. Lupa daratan, cenderung melakukan perbuatan keji. Islam
memandang bahwa sumber utama dari penyakit was-was adalah setan. Oleh sebab itu jalan keluarnya
adalah terapi berzikir kepada Allah.

8
As-Samarqandi menyebutkan bahwa setan senantiasa berusaha menggoda dan memperdaya
manusia. Jalan yang ditempuhnya adalah antara lain: melalui sifat su’uzzan baik kepada Allah maupun
kepada manusia, melalui kemewahan hidup, melalui sikap menghina orang lain, hasut, dengki, bakhil,
riya’, kikir, tamak, dan sebagainya. Cara mengatasi penyakit ini adalah dengan cara memperkuat
keyakinan (iman) kepada Allah dan berpuasa diri (qana’ah) akan karunia dan nikmat yang telah
diberikan-Nya.

e. Frustrasi

Frustrasi (al-Ya’s) adalah putus harapan dan cita. Munculnya perasaan ini biasanya ketika
seseorang berhadapan dengan macam-macam cobaan dan persoalan hidup yang bertolak belakang
dengan hawa nafsunya. Sifat tersebut sangat dicela oleh agama, karena menjadikan seseorang statis,
kehilangan etos kerja, acuh-tak acuh terhadap lingkungan, selalu melamun, kehilangan kepercayaan
baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah swt melarang manusia berputus asa akan rahmat-Nya,
sebagaimana firman-Nya: “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada
berputus ada sari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”. (Q.S. Yusuf:87).

Dalam mental hygiene disebutkan: bahwa munculnya perasaan frustasi disebabkan oleh
kegagalan seseorang dalam mencapai tujuan, tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang
diinginkan atau terhambatnya usaha dan perjuangan di dalam mencapai suatu tujuan.

f. Rakus (Tamak)

Tamak atau rakus adalah keinginan yang berlebih-lebihan yang didasari oleh kemauan hawa
nafsu yang tidak terkendali.jika seseorang mengikuti hasa nafsunya secara belebihan, maka selama ia
bersikap tamak dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang ia terima, selama itu pulaia terperangkap
oleh angan-angan dunia yang tidak pernah terwujudkan. Cara membendung sifat tamak ini ad lah
dengan membiasakan diri dengan zuhud dan qana’ah sehingga dengan demikian ia akan bebas dari
perbuatan hawa nafsu.

g. Terpedaya

Terpedaya (al-Ghurur) merupakan suatu jenis penyakit mental yang diakibatkan oleh salah
persepsi tentang kehiduppan duniawi dan juga lupa tentang penciptanya. Keterpedayaan dan salah
persepsi berkisar kepda dua hal:

1. Tentang kehidupan duniawi. Pemahaman yang tidak benar terhdap kehidupan duniawi
dimaksudkan salah, bahwa dunia dianggap segala-galanya, dunia merupakan tujuan akhir,

9
harapan dan cita-citanya. penderita penyakit ini selalu meragukan kehidupan akhrat, akhirat
dianggap ilusi, tidak kekal, sementara kehiudupan dunia dianggapnya segala-galanya.
Persepsi yang demikian ini dikenal dalam filsafat sebagai penganut hedonisme.
2. Tentang kepercayaan kepada Allah termasuk dalam kategori terpedaya adalah kesalahan
persepsi terhdap Allah (jika memang benar-benar ada) maka ia akan memberikan
kenikmatan di akherat, mereka menganalogikan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.
Persepsi di atas jelas tidak benar, sebab adanya kedudukan, kenikmatan, harta dan
kedudukan yang diperoleh seseorang tidak selamanya merupakan indikasi keridaan Tuhan,
melainkan sebaliknya sebagai ujian dan cobaan..

Dari sisi lain sifat terpedaya juga sering merasuk ke dalam jiwa orang yang berkeyakinan,
bahwa dengan sifat rahman rahim-Nya Allah akan mentolerir perbuatan-perbuatan hamba-Nya yang
sengaja melalaikan perintah-perintah-Nya. Dengan demikian, penderita penyakit ini cenderung selalu
mengabaikan perintah-perintah Allah dengan tidak menyadari bahwa sesungguhnya ia terjebak dalam
persepsi yang keliru.

h. Rasa Bangga Diri (‘Ujub)

Perasaan bangga diri (‘Ujub) sedikit berbeda dengan perasaan sombong (kibr). Menurut al-
Ghazali, kibr merupakan perasaan yang muncul pad diri seseorang , di mana ia menganggap dirinya
lebih baik dan lebih utama dari orang lain. Sedangkan ‘ujub adalah perasaan bangga diri yang dalam
penampilannya tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. ‘Ujub lebih terfokus kepada rasa kagum
terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan menonjolkan diri sendiri. Kadang-kadang pada sebagian
orang emosi ini merupakan tingkah laku yang dominan dalam kepribadian dan dapat menimbulkan
sikap sombong, angkuh serta merendahkan orang lain.

Penilaian yang tinggi terhdap suatu pemberian, sikap yang selalu mengingat-ingat pemberian dan
sikap pamrih terhdap perbuatan yang dilakukan merupakan hal-hal yang termasuk kategori ‘ujub
(Hasan Langgulung). ‘ujub merupakan perasaan senang yang berlebihan. Kemunculannya disebabkan
adanya anggapan bahwa si pasien merupakan orang yang paling baik dan paling sempurna di dalam
segalanya. Sikap ‘ujub adalah penyakit mental yang sangat berbahaya, sebab eksistensinya membuat
hati menjadi beku di dalam menerima kebaikan, memperingan dosa dan selalu menutup-nutupi
kesalahan, sebagaimana firman Allah swt.: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia
berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a”. (Q.S.
Fusilat: 51).

Dari sisi lain orang yang bangga dengan dirinya telah menyadari akan kepribadiannya dan
mengerti akan kesalahannya, tetapi tidak tertarik untuk kembali kepada kebenaran, melainkan bersikap
putus asa, tetap ingkar dan bahkan “ogah” melakukan kebajikan dan pengabdian kepada Allah.

10
i. Iri Hati dan Dengki

Iri hati atau juga disebut dengki merupakan gejala-gejala luar yang kadang-kadang menunukkan
perasaan dalam hati. Akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak mudah untuk diketahui, sebab seseorang
kan berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan gejala-gejala tersebut.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa rasa iri muncul akibat kegagalan seseorang dalam
mencapai sesuatu tujuan. Oleh sebab itu emosi ini sangat kompleks, dan ada dasarnya terdiri atas rasa
ingin memiliki, rasa marah, dan rasa rendah diri.

Meski demikian, tidak dapat dikatakan, bahwa rasa iri sebagai kumpulan dan rasa marah, rasa
ingin memiliki dan rasa rendah diri, akan tetapi lebih dari itu adalah memiliki karekteristiknya sendiri.
Dan di antara gejala-gejala yang nampak adalah marah dengan segala bentuknya mulai dari memukul,
mencela, menghina, membuka rahasia orang lain, memberontak, membisu, menyendiri, mogok makan,
sangat sensitif, dan seterusnya.

As-Syarqawi mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua
macam:

1. Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-muanfasah);


2. Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal hasad).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan menyimpangnya proses pikir, alam perasaan
serta perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara
khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik,
dan gangguan itu tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan
masyarakat.
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik juga
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan
oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian badan, meskipun kadang-kadang gejadalanya terlihat
pada fisik. Macam-macam dari gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
1. Hysteria
2. Psychasthenia
3. Kompulsi
4. Depresi
5. Kecemasan
6. Gangguan Kepribadian

Dalam prespektif Islam gangguan kejiwaan juga bisa terjadi dan ini disebabkan oleh
factor akhlak yang rendah pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan
nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur),
sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).

B. Saran
Setelah menerima dan memahami materi yang disajikan dalam makalah ini, pemakalah
berharap agar pembaca dapat mengkaji lebih dalam lagi dan mencari sumber dan referensi lebih
banyak lagi agar mendapat valid kebenarannya. Terima kasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Z. (2007). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.


Kurniawan, F. (2016). Gambaran Karakteristik pada Pasien gangguan Jiwa Skizofernia di Instalasi Jiwa
RSUD Banyumas Tahun 2005. Universitas Muhammadiyah Purwekerto.
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ dan DSM-5. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Safitri, D, D. (2019). Skripsi : Peran Tim Pendamping Pasung dalam Penurunan Angka Pasung Orang
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kabupaten Jember.
Videbeck, S. (2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Zainuddin, M. H. (2020). Islam dan Masalah Kesehatan Jiwa. Media informasi & Kebijakan Kampus
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

iii

Anda mungkin juga menyukai