Anda di halaman 1dari 18

GANGGUAN-GANGGUAN JIWA

(Dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah psikoterapi islam)

Dosen pengampu:

Prof.Dr.M. Bahri Ghazali, MA.

Disusun Oleh:

FAJAR DELA SAFITRI 2141040062

MUHAMMAD SYAHRUL R 2141040072

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga pemakalah dapat
menyusun makalah dengan judul “Gangguan-gangguan jiwa”. Dimana makalah ini sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan mental.

Pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini pemakalah


masih banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan
pemakalah sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki pemakalah, maka
pemakalah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa pemakalah mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Sebagai manusia pemakalah menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhirnya semoga
makalah ini bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan bagi pembacanya Aamiin.

Bandar Lampung, 28 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Pengertian Gangguan Kejiwaan ................................................................ 2
B. Faktor Penyebab Timbulnya Gangguan Jiwa ............................................ 3
C. Klasifikasi Gangguan Jiwa ........................................................................ 7
D. Jenis-Jenis Gangguan Jiwa ........................................................................ 8
E. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa .......................................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak bisa bebas dari
kecemasan dan perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan dan perasaan bersalah
tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu. Ia sanggup menghadapi
masalah-masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dan dapat memecahkan masalah-
masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang hebat pada struktur dirinya.
Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan emosinya tidak selalu
stabil, namun ia dapat mempertahankan harga dirinya. Keadaan yang demikian justru
berkebalikan dengan apa yang terjadi pada orang yang mengalami kesehatan mental yang
buruk. Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi
yang mengakibat kansemakin kompleknya masyarakat, maka banyak muncul masalah-
masalah sosial dan gangguan/disorder mental di kotakota besar. Makin banyaklah warga
masyarakat yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-
macam perubahan sosial. Mereka.itu mengalami banyak frustasi, konflik-konflik
terbuka/eksternal dan internal, ketegangan batin dan menderita gangguan mental.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian gangguan-gangguan kejiwaan?
2. Faktor faktor penyebab timbulnya ganagguan kejiwaan?
3. Klasifikasi Gangguan Jiwa?
4. Jenis-Jenis Gangguann Jiwa?
5. Usaha-usaha preventif untuk mengatasi gangguan kejiwaan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui engertian gangguan-gangguan kejiwaan.
2. Mengetahui faktor faktor penyebab timbulnya ganagguan kejiwaan.
3. Mengetahui klasifikasi Gangguan Jiwa.
4. Mengetahui jenis-Jenis Gangguann Jiwa.
5. Mengetahui usaha-usaha preventif untuk mengatasi gangguan kejiwaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian gangguan kejiwaan


1. Definisi gangguan jiwa
Dalam uraian pengertian gangguan jiwa ada beberapa pendapat dari para ahli
psikologi. Diantaranya salah satu definisi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H.
Kanfer dan Arnold P. Goldstein.Menurut kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah kesulitan
yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan
karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri1. Ciri-ciri
orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein adalah seperti berikut:
Pertama, hadirnya perasaan cemas (anxiet y) dan perasaan tegang (tension) di dalam diri.
Kedua, merasa tidak puas (dalam artian negative) terhadap perilaku diri sendiri. Ketiga,
perhatian yang berlebihan terhadap problem yang dihadapinya. Keempat, ketidakmampuan
untuk berfungsi secara efektif di dalam menghadapi problem. Kadang-kadang ciri-ciri
tersebut tidak dirasakan oleh penderita. Yang merasakan akibat perilaku penderita adalah
masyarakat disekitarnya. Orang disekitarnya merasa bahwa perilaku yang dilakukan adalah
merugikan diri penderita, tidak efektif, merusak dirinya sendiri. Dalam kasus demikian
seringkali terjadi orang- orang merasa terganggu dengan perilaku penderita.
Gangguan jiwa erat hubungannya dengan tekanan tekanan batin, konflik konflik
pribadi, dan komplek-komplek terdesak yang terdapat dalam diri manusia. Tekanan-
tekanan batin dan konflik-konflik pribadi itu sering sangat mengganggu ketenangan hidup
seseorang dan sering kali menjadi pusat penganggu bagi ketenangan hidup. Jika gangguan-
gangguan emosional dan ketegangan batin tersebut berlangsung terus menerus atau kronis
hal itu pasti menimbulkan macam-macam penyakit mental atau penyakit jiwa. Penyakit jiwa
ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, hambar hati, ketegangan batinya yang
kronis dan lain-lain. Juga disertai seperti halnya rasanyeri, pusing-pusing, sesak nafas dan
sakit-sakit di lambung yang merupakan pertanda permulaan dari penyakit jasmaniah.
Dengan demikian sakit jiwa itu merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan
ketenangan hati.
Dalam perspektif Islam yang menyoroti masalah gangguan kepribadian dalam
konteks ini disamakan bl dengan gangguan perilaku (behaviourdisorder) dan gangguan
2
karakter (character disorder) atau penyimpangan karakter. Maksud dari gangguan
kepribadian adalah serangkaian perilaku manusia yang menyimpang (inkhiraf) dari fitrah
asli yang murni bersih dan suci yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. sejak zaman azali.
Penyimpangan perilaku tersebut mengakibatkan penyakit dalam jiwa seseorang, yang
apabila mencapai puncaknya mengakibatkan ke-terkunci-an(khatam) atau kematian (mayit)
kalbu.
Gangguan kepribaian (yang menjadi psikopatologi dalam Islam), dapat dibagi
dalam dua kategori. Pertama bersifat duniawi. Macam-macam gangguan kepribadian berupa
gejala-gejala atau penyakit kejiwaan yang telah dirumuskan dalam wacana psikologi
kontemporer, kedua bersifat ukhrowi, berupa penyakit akibat penyimpangan terhadap
norma-norma atau nilai moral spiritual dan agama. Dengan demikian dapat kita pahami
bahwa gangguan kepribadian merupakan gabungan dari dua kategori pemetaan. Artinya
perilaku yang dilakukan individu menyalahi normanorma psikis- duniawi dan ruhani-
ukhrowi, sehingga hidupnya mengalami hambatan untuk realisasi dan aktualisasi diri, maka
gangguan kepribadian erat kaitannya dengan gangguan kejiwaan.

B. Faktor penyebab timbulnya gangguan jiwa


Penyebab ganguan kejiwaan itu bermacam-macam. Ada yang bersumber dari
hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan (seperti diperlakukan tidak adil,
diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas), kehilangan seseorang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Selain itu ada pula ganggan jiwa yang disebabkan oleh
faktor organik, kelainan sistem syaraf dan gangguan padaotak2.Paraahlipsikologi berbeda
pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat Sigmund
Freud, gangguan jiwa terjadi karena tidak dapat dimainkannya tuntutan Id (dorongan
instinktif yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego (tuntutan norma sosial). Orang
ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan
mendapat celaan masyarakat. Konflik yang tidak terselesaika antara keinginan diri dan
tuntutan masyarakat ini akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa. Ahli lain
Henry A. Murray berpendapat terjadinya gangguanjiwa dikarenakan orang tidak dapat
memuaskan macam-macam kebutuhan jiwa mereka. Beberapa contoh dari kebutuhan
tersebut diantaranya adalah: pertama, kebutuhan untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan kasih
sayang dan diterima oleh orang lain dalam kelompok; kedua, kebutuhan untuk otonomi,

3
yaitu ingin bebas dari pengaruh orang lain; ketiga, kebutuhan untuk berprestasi, yang
muncul dalam keinginan untuk sukses mengerjakan sesuatu dan lain-lain.
Oleh karena itu setiap tingkah laku manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
dengan kata lain : setiap tingkah laku manusia itu selalu terarah pada satu objek atau suatu
tujuan pemuasan kebutuhan, yang memberikan arah pada gerak aktifitasnya.Tingkah laku
itu sendiri merupakan satu kesatuan perbuatan yang berarti. Tujuan atau objek dari
kebutuhan itu memberikan arti dan nilai tersendiri bagi tingkah laku manusia khususnya
untuk berbuat, bertingkah laku atau berkuasa.Ketegangan- ketegangan dan konflik-konflik
batin akan timbul pada seseorang apabila kebutuhan- kebutuhan hidup yang sifatnya vital
terhalang atau dirinya mengalami frustasi. Sebaliknya ketegangan atau stress akan lenyap
apabila semua kebutuhan tadi bisa terpuaskan atau terpenuhi. J.P. Chaplin, mengartikan
bahwa kebutuhan ialah alat subtansi sekuler, dorongan hewani atau motif fisiologis dan
psikologis yang harus dipenuhi atau dipuaskan oleh organisme, binatang atau manusia,
supaya mereka bisa sehat sejahtera dan mampu melakukan fungsinya.
Oleh sebab itu selama manusia masih bisa menemukan jalan keluar yang wajar
untuk memecahkan kesulitan hidupnya serta pemenuhan kebutuhannya, selama itu akanter
jamin kesehatan jiwa dan keseimbangan mentalnya,terdapat adjustment. Sebab organis
dan sosial itu merupakan alasan fundamental bagi kesehatan jiwanya.
Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Tingakat biologis atau vital.
a) Keturunan Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut
sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b) Jasmaniah Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang berhubungan
dengan ganggua jiwa tertentu. Misalnya yang bertubuh gemuk/endoform
cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang yang kurus/ectoform
cenderung menjadi skizofrenia.
c) Tempramen Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan
jiwa.
d) Penyakit dan cedera tubuh Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung,
kanker, dan sebagainya mungkin dapat menyebabkan merasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.

4
2. Ansietas dan Ketakutan Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan
yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa terancam,
ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya terancam.
3. Faktor Psikologis Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih sayang orang
tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan menimbulkan rasa cemas dan
tekanan serta memiliki kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap
lingkungan.
4. FaktorSosio-Kultural
Beberapa penyebab gangguan jiwa menurut Wahyu (2012) yaitu:
a) Penyebab Primer (Primary cause) Kondisi yang secara langsung menyebabkan
terjadinya gangguan jiwa, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan
jiwa tidak akan muncul.
b) penyebab yang menyiapkan (predisposing cause) Menyebabkan seseorang rentan
terhadap salah satu bentuk gangguan jiwa.
c) Penyebab (precipatating cause) Ketegangan-ketegangan atau kejadian-kejadian
traumatik yang langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau mencetuskan
gangguan jiwa.
d) Penyebab Menguatkan (reinforcing cause) Kondisi yang cenderung
mempertahankan atau mempengaruhi tingkah laku maladaptif yang terjadi.
e) Multiple Cause Serangkaian faktor penyebab yang kompleks sertasaling
mempengaruhi. Dalam kenyataannya, suatu gangguan jiwa jarang disebabkan
oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan sebab akibat, melainkan
saling mempengaruhi antara satu faktor penyebab dengan penyebab lainnya.
5. Faktor Presipitasi
Faktor stressor presipitasi mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang. Sebagai
faktor stimulus dimana setiap individu mempersepsikan dirinya melawan tantangan,
ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan
oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Lingkungan dan stressor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan
prosedur tindakan serta pengobatan (Stuart&Sundeen, 2008).

5
Abraham H. Moslow juga berpendapat apabila manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, maka ia akan mengalami gangguan jiwa. Ada 5 jenis kebutuhan
yang dikemukakan oleh Maslow dan kebutuhan-kebutuhan tersebut bertingkat-tingkat
menurut hirarki tertentu. Kebutuhan-kebutuhan tersebut mulai dari tingkatan yang
paling dasar sampai ke tingkat paling tinggi adalah seperti berikut:
Pertama, kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi oleh setiap manusia untuk hidup. Makan, minum dan istirahat adalah contoh-
contoh dari kebutuhan dasar ini. Kedua, kebutuhan akan rasa aman (safet y). Setelah
orang dapat memenuhi kebutuhan akan makan, minum dan istirahat, selanjutnya
bebas dari rasa takut dan kecemasan. Manifestasi dari kebutuhan ini antara lain adalah
perlunya tempat tinggal yang permanen, pekerjaan yang permanen. Bila kebutuhan
ini sudah terpenuhi selanjutnya akan muncul kebutuhan lainnya. Ketiga, kebutuhan
akan rasa kasih sayang. Perasaan memiliki dan dimiliki oleh orang lain atau kelompok
masyarakat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kebutuhan akan
terpenuhi bila ada saling perhatian, saling kunjung mengunjungi sesama anggota
masyarakat adalah sesuatu yang menyuburkan terpenuhi kebutuhan ini.
Keempat, kebutuhan akan harga diri. Bila kebutuhan di tingkat ketiga telah
terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan akan harga diri. Pada tingkat ini orang ingin
dihargai dirinya sebagai manusia, sebagai warga negara.
Kelima, kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan pada tingkat ini adalah
kebutuhan yang paling tinggi. Pada tingkat ini manusia ingin berbuat sesuatu yang
semata-mata karena dia ingin berbuat sesuatu yang merupakan keinginan dari dalam
dirinya. Dia tidak lagi menuntut penghargaan orang lain atas apa yang diperbuatnya
Sesuatu yang ingin dia kejar di dalam kebutuhan tingkat ini antara lain adalah
keindahan, kesempurnaan, keadilan dan kebermaknaan.
Adalagi pendapat Alfred Adler yang mengungkapkan bahwa terjadinya gangguan
jiwa disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri (inferiority complex) yang
berlebih-lebihan. Sebab-sebab timbulnya rendah diri adalah kegagalan didalam
mencapai superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus menerus ini akan
menyebabkan kecemasan dan ketegangan emosi. Dari pendapat-pendapat tentang
penyebab terjadinya gangguan jiwa seperti yang dikemukakan di atas disimpulkan
bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh karena ketidak mampuan manusia untuk

6
mengatasi konflik dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang
diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan rendah diri.
Mansel Patition (1969) dalam salah satu pendapatnya yang dianut oleh kelompok
spiritual reductionist yang beranggapan bahwa gangguan jiwa disebabkan dosa
kepada Tuhan. Usaha untuk menyembuhkan gangguan jiwa adalah penyerahan diri
secara total kepada Tuhan. Menurut kelompok ini terjadinya gangguan jiwa yang
melanda manusia modern disebabkan oleh kehidupan yang sekularistik yang
memisahkan sama sekali ilmu sekuler seperti psikologi yang didasarkan pada konsep
yangsangat sekularistik yang mengabaikan sama sekali peranan agama. Akhlak
tercela dianggap sebagai gangguan kepribadian atau psikopatologi, sebab hal itu
mengakibatkan dosa (alitsm), baik dosa vertikal mapun dosa horisontal atau sosial.
Dosa adalah kondisi emosi seseorang yang dirasa tidak tenang setelah ia melakukan
suatu perbuatan (baik perbuatan lahiriah maupun perbuatan bathiniah) dan
merasatidak enakjika perbuatannya itu diketahui oleh orang lain (HR. Muslim dan
Ahmad dari Al- Nawas Ibn Sim’anAl-Anshari).
Perbuatan dosa (yang dapat mengganggu kejiwaan) itu merupakan simptom-
simptom psikologis atau nuktah-nuktah hitam yang menyelimuti kalbu manusia.
Nuktah-nuktah hitam itu dapat meredupkan cahaya keimanan dan kebenaran sehingga
jiwa manusia menjadi gelap dan kelam. Redupnya cahaya kalbu menyebabkan
manusia tergelincir kearah perilaku yang buruk dan
tercela dan pada akhirnya menghancurkan kehidupan, baik di dunia mapun di
akhirat.

C. Klasifikasi Gangguan Jiwa


Klasifikasi berdasarkan Diagnosis gangguan jiwa menurut Dalami (2009) dibagi
menjadi:
1. Gangguan Jiwa Psikotik
Gangguan jiwa psikotik yang meliputi gangguan otak organik ditandai dengan
hilangnya kemampuan meni lairealita, ditandai waham (delusi) dan halusinasi,
misalnya skizofreniadan demensia.
2. Gangguan Jiwa Neurotik
Gangguan kepribadian dan gangguan jiwa yang lainnya merupakan suatu ekspresi
dari ketegangan dan konflik dalam jiwanya, namun umumnya penderita tidak

7
menyadari bahwa ada hubungan antara gejala-gejala yang dirasakan dengan konflik
emosinya. Gangguan ini tanpa ditandai kehilangan intrapsiki satau peristiwa kehidupan
yang menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan
kompulsif.
3. Depresi
Depresi merupakan penyakit jiwa akibat dysphoria (merasasedih), takberdaya,
putus asa, mudah tersinggung, gelisah atau kombinasi dari karakteristik ini. Penderita
depresi sering mengalami kesulitan dengan memori, konsentrasi, atau mudah terganggu
dan juga sering mengalami delusi atau halusinasi. Ketika seseorang dalam keadaan
depresia dan penurunan signifikan dalam personal hygiene dan mengganggu
kebersihan mulut:
a) Gangguan Jiwa Fungsional, Gangguan jiwa fungsional tanpa kerusakan struktural
dan kondisi biologis yang diketahui jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
b) Gangguan Jiwa Organic Gangguan jiwa organik adalah kesehatan yang buruk
diakibatkan oleh suatu penyebab spesifik yang mengakibatkan perubahan
struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif atau demensia.
c) Gangguan Retardasi Mental Gangguan retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti dan tidak lengkap yang terutama ditandai oleh
rendahnya keterampilan yang berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif (dayaingat, dayapikir, daya belajar), bahasa, motorik, dan
sosial.

D. Jenis-Jenis Gangguan Jiwa


Menurut Keliat, (2009) jenis-jenis gangguan jiwa yaitu:
1. Skizofrenia
Skinzofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan
suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana mana sejak dahulu kala. Meskipun
demikian pengetahuan kitatentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang.
Dalam kasus berat,klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran
dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju
kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi

8
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak “cacat”.
Skizofrenia mempunyai macam-macam jenisnya, menurut Maramis (2004)
jenis-jenis skizofrenia meliputi:
• Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejalagejala sekunder. Keadaan ini
timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.
• Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama ialah kedang kalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat
Jenis ini timbul secara perlahan,
• Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis (2004)
permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-
25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi banyak
sekali.
• Skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, timbulnya pertama kali antara
umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional.
Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
• Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia terdapat
menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau gejala- gejala mania.
Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul
lagi serangan.
2. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidurdan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasaputus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri. Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu
bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan,
keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya. Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan

9
marah yang mendalam. Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood
mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan
bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri
rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang.
3. Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami
oleh setiap orang dalam rangka memacu individuuntuk mengatasi masalah yang
dihadapi sebaik-baiknya. Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai
bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik. Penyebabnya maupun sumber
biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan di bedakan dari
kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Stuart & Sundeen (2008)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi
kecemasan ringan, sedang, berat, dan kecemasan panik.
4. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatik) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang
dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagian besar tidak tergantung pada
satu dan yang lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian
histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, kepribadian pasif agresif,
kepribadian inadequate.
5. Gangguan Mental Organic
Gangguan mental organic merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-
psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengeni
otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka
gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit
yang menyebabkannya bila hanya bagi anotak dengan fungsi tertentu saja yang
terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit
yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih

10
menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada
pembagian akut dan menahun.
6. Gangguan kepsikomatik
Gangguan kepsikomatik merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan
fungsi badaniah. Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihat kansebagian
besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat- alat tubuh yang dikuasai oleh
susunan saraf vegetative. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang
dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang
terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hilangnya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
8. Gangguan perilaku masa anak dan remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat. Anak dengan gangguan
perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan
perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi
akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk
anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua
kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma
dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu
dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau
dicegah.

E. Tanda dan gejala gangguan jiwa


Tanda dan gejala gangguan jiwa secara umum menurut Yosep (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Ketegangan (tension), Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-
perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai
tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.

11
2. Gangguan kognisi pada persepsi merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu
bisikanya yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah,
padahal orang disekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak
ada hanya muncul dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat
diarasakan. Hal ini sering disebut halusinasi,klien bisa mendengar sesuatu, melihat
sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
3. Gangguan kemauan klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri
sendiri sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-acakan.
4. Ganggaun emosi klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran).
Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung
Karno tetapi dilain waktuia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi)
samapai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
5. Gangguan psikomotor Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan
naik keatas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukanapa-
apayang tidakdisuruhataumenentangapa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau
melakukan gerakan aneh.

Menurut Yosep, (2009) dalam keadaan fisik dapa tdilihat pada anggota tubuh
seseorang yang menderita gangguan jiwa, diantaranya sebagai berikut:
1. Suhu Badan berubah Orang normal rata-rata mempunyai suhu badan sekitar derajat
celcius. Pada orang yang sedang mengalami gangguan mental meskipun secara fisik
tidak terkena penyakit kadangkala mengalami perubahan suhu.
2. Denyut nadi menjadi cepat Denyut nadi berirama, terjadi sepanjang hidup. Ketika
menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, seseorang dapat mengalami denyut
nadi semakin cepat.
3. Nafsu makan berkurang Seseorang yang sedang terganggu kesehatan mentalnya akan
mempengaruhi pula dalam nafsu makan. Penyebab Umum Gangguan Jiwa Gejala
utama atau gejala lain yang timbul itu terdapat pada unsur kejiwaan tetapi penyebab
utamanya dapat berasal dari badan (somatogenik), psikogenik, di lingkungan sosial
(sosiogenik).
• Faktor-faktor Somatogenik Dalam setiap individu memiliki fisik yang berbeda
beda. Struktur jaringan dan fungsi system syaraf dalam mempengaruhi tubuh

12
untuk dapat beradaptasi dan menerimarangsang sampai dapat diterima oleh
otak tubuh manusia (Djamaludin, 2010).
• Faktor Psikogenik Perasaan interaksi antara orang tua dan anak, secara normal
akan timbul rasapercaya dan rasa aman, namun jika timbul perasaan abnormal
berdasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus dapat
menimbulkan perasaan tak percaya dan kebimbangan. Hal ini dapat berlanjut
padahubungan dengan lain keluarga dan pekerjaan, serta masyarakat. Selain
itu dapat timbul karena ada faktor kehilangan yang mengakibatkan kecemasan,
depresi, rasa malu atau rasa salah. Tingkat emosi dan kemampuan individu
dalam mengenal diri kemampuan berkreatifitas, keterampilan dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Djamaludin, 2010).
• Faktor Lingkungan Sosial Kestabilan keluarga sangat berpengaruh dalam
kejiwaan setia porang. Seperti hal nya pola asuh yang di terima seorang anak
dari orang tuanya. Nilai-nilai yang ditanamkan akan mempengaruhi kehidupan
dan kejiwaan setiap individu (Djamaludin, 2010).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam uraian pengertian gangguan jiwaa dan beberapa pendapat dar ipara ahli
psikologi. Diantaranya salah satu definisi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H.
Kanfer danArnold P. Goldstein. Menurut kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain,
kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri.
Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein adalah
seperti berikut : Pertama, hadirnya perasaan cemas ( anxiet y ) dan perasaan tegang (
tension ) di dalam diri. Kedua, merasa tidak puas (dalam artian negative) terhadap perilaku
diri sendiri. Ketiga, perhatian yang berlebihan terhadap problem yang dihadapinya.
Keempat, ketidakmampuan untuk berfungsi secara efektif di dalam menghadapi problem.
Kadang-kadang ciri-ciri tersebut tidak dirasakan oleh penderita. Yang merasakan akibat
perilaku penderita adalah masyarakat disekitarnya. Orang disekitarnya merasa bahwa
perilaku yang dilakukan adalah merugikan diri penderita, tidak efektif, merusak dirinya
sendiri. Dalam kasus demikian seringkali terjadi orang-orang merasa terganggu dengan
perilaku penderita.

B. Saran

Dari hasil penulisan makalah ini pemakalah menyadari bahwa makalah di atas banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. pemakalah akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu
pemakalah mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta ,Raja Grafindo Presada), hal 353-
357.

Durnawan Junadi dkk, Kapita selekta Kedokteran, (Jakarta, Media aesculaoius Fakultas
Kedokteran universitas Indonesia, 1982), hal 92.

Djamaludin Ancok, Psikologi Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), hal 91-94

Kartini Kartono, Hygiene Mental,(Bandung Mandar Maju,2000) hal 94.

15

Anda mungkin juga menyukai