Anda di halaman 1dari 23

PENGANTAR PSIKOLOGI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi
Dosen Pengampu : Ahmad Yasin Abidin
Gejala Gejala Kejiwaan

Prodi : PGMI
Kelas : B
Nama Kelompok :
NAILA CHUSNA (2023114056)
MUHAMMAD AFA (2023114064)
NUR CHOIRIN SULISTIANI (2023114073)
ROHMAWATI (2023114081)
NUR ANISA (2023114089)

JURUSAN TARBIYAH PGMI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2014

KATA PENGANTAR

Dengan asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji hanya milik Allah atas segala nikmat yang bersifat lahir maupun batin, yang
tidak pernah berhenti Dia karuniakan kepada kita, terutama nikmat iman, islam,
ihsan, makrifat, tahuhid, dan takwa. Shalawat, salam, serta berkah semoga
senantiasa Allah Swt. Limpahkan kepada Nabi kita, Rasul kita, Muhammad Saw.,
beserta keluarganya,keturunan, serta para sahabat beliu. Semoga pula Allah Swt.
senantiasa mencurahkan rahmat dan ampunan-nya kepada para syuhada,
aulia,Ashfiya, shalihin, serta seluruh kaum mukminin, dan mukmiminat, muslimin
dan muslimat, yang setia kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Gejala Kejiwaan dengan lancar
tanpa ada hambatan apapun.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala kritikan
dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan harapannya bermanfaat
baik bagi penyusun maupun yang membaca.
Amin..

Pekalongan, Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul .. .

Kata Pengantar .. .

Daftar Isi .

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan ..

BAB II. PEMBAHASAN ..

BAB III. PENUTUP ..

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakekat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan


serta aktifitas-aktifitas kejiawaan dalam diri manusia, yang semua itu
menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk lain. Tanpa
disadari manusia secara tidak langsung telah melakukan suatu perubahan dimana
perubahan tersebut terbentuk dari tidak bisa menjadi biasa, tidak tahu menjadi
tahu dan seterusnya hingga manusia tersebut menjadi manusia sempurna (insan
kamil).
Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan
jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran
dan kepribadian dan sinonimous dengan roh, akal, atau awak diri. Di dalam
teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian
agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya,
benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme.
Penggunaan istilah jiwa dan roh seringkali sama, meskipun kata yang
pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang
kedua. Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche
lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan
agama. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki
arti roh manusia (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup);
nyawa.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT melalui fase-fase pertumbuhan dan
perkembangan, yang dalam prosesnya mengalami interaksi (saling
mempengaruhi) antara kemampuan dasar (pembawaan) dengan kemampuan yang
diperoleh (hasil belajar/pengaruh lingkungan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam macam gejala kejiwaan ?
2. Apa saja spesifikasi dari gejala kejiwaan ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui macam macam gejala kejiwaan
2. Untuk menjelaskan spesifikasi gajala kejiwaan
BAB II

PEMBAHASAN

Pendekatan Teoritis Terhadap Gangguan-Gangguan Psikologis

1. Pendekatan Biologi
Pendekatan biologis terhadap gangguan psikologis
mengatribusikan gangguan kepada penyebab organis, internal. Para ilmuan
yang menggunakan pendekatan biologis memusatkan perhatian terutama
pada otak, faktor-faktor genetika, dan fungsi neuro transmiter sebagai
sumber abnormalitas. Pendekatan biologis sering kali menggunakan terapi
obat untuk mengatasi perilaku abnormal. Dari sudut pandang model
medis, abnormalitas disebut sebagai penyakit mental, individu yang
mengidapnya disebut pasien.
Sudut pandang biologis terhadap gangguan psikologis dapat dibagi
menjadi tiga kategori utama :
Pandangan struktural: abnormalitas di otak menyebabkan
gangguan-gangguan psikologis.
Pandangan biokimia : ketidakseimbangan dalam neurotransmiter
atau hormon menyebabkan gangguan psikologi
Pandangan genetika : gen-gen yang terganggu menyebabkaan
gangguan psikologis.
2. Pendekatan psikologi

Mendeskripsikan sudut pandang psikodinamika, sosial kognitif,


trait, dan humanistik pada kepribadian. Sudut pandang ini menjadi dasar
untuk memahami fakyor-fakyor psikologis yang terlibat dalam gangguan-
gangguan psikologis. Pendekatan-pendekata psikologis ini memainkan
peran besar dalam perkembangan cara-cara untuk mengatasi gangguan
psikologis.

3. Pendekatan sosio kultural


Pendukung dari pendekatan ini memperhatikan peran pengalaman
lingkungan dalam kemunculan gangguan psikologis. Pendekatan sosio-
kultural memberi penekanan lebih pada konteks sosial tempat individu
hidup yang lebuh besar-termasuk juga pernikahan atau keluarga individu,
lingkungan tempat tinggal, status sosial ekonomi, etnis,gender dan
budaya-dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lainnya. Contohnya,
konflik pernikahan mungkin menjadi penyebab dari gangguan psikologis
pada seseorang. Dalam pandangan ini, ketika anggota dari sebuah keluarga
memiliki masalah psikologis, maka ini bukan diebabkan oleh sesuatu dari
dalam diri individu, tetapi lebih karena fungsi keluarga yang tidak efektif.
Setiap permasalahan psikologis dapat berkembang karena usaha untuk
mendapatkan kekuaasaan daalaam keluarga seperti yang terjadi dalam
konflik-konflik antar saudara, lebih memberi kistimewaan pada satu anak
dibanding yang lain, dan pertikaian pernikahan.
Gender, faktor sosio-kultural lain, dihubungkan dengan
kemunculan gangguan psikologis tertentu. Wanita lebih rentan untuk
mengembangkan gangguan kecemasan dan depresi daripda pria.
Gangguan pada wanita sering kali disebut sebagai gangguan yang
sifatnya menginternalisasi. Sebaliknya, pria terbiasa untuk mengarahkan
energi mereka ke dunia eksternal, dan mereka sering memunculkan
perilaku secara nyata dan sering kali agresif terhadap orang lain.

4. Pendekatan Model Interaksi: Model Biopsikososial

Untuk memahami perkembangan gangguan-gangguan psikologis,


kita harus mempertimbangkan beragan faktor yang saling berkaitan dari
setiap faktor domain pengalaman. Pendekatan interaksi ini disebut sebagai
biopsikososial. Dari sudut pandaang biopsikososial, tidak ada satu
faktorpun yang dianggap penting dari faktor lainnya; melainkan semua
faktor biologis, psikologis, dan sosio-kultural adalah elemen kunci yang
mendorong perilaku normaal maupun abnormal. Elemen-elemen ini
membuat kombinasi unik , sehingga satu orang yang depresi mungkin
berbeda dari orang lain dalam faktor-faktor kunci yang diasosiasikan
dengan perkembangan gangguan tersebut.
Apapun pendekatan yang kita gunakan untuk memahami gangguan
psikologis, didiagnosis dengan gangguan tertentu dapat memiliki dampak
luar biasa pada kehidupan seseorang , tidak hanya karena efek dari
gangguannya saja, tetapi juga karena apa arti diagnosis tersebut pada
keluarga, teman, dan pasangannya. Untuk melihat pandangan Anda
tentang orang-orang dengan penyakit mental, lihatlah kotak psikologi dan
kehidupan.

Adapun gejala-gejala kejiwaan sebagai berikut :

A. Gejala kehendak
Merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat
diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan
dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang
menuju pada sesuatu arah. Adapun tujuan kemampuan adalah pelaksanaan suatu
tujuan-tujuan yang harus diartikan dalam suatu hubungan. Misalnya, seseorang
yang memiliki suatu benda, maka tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi
pada mempunyai benda itu, yaitu berada dalam relasi (hubungan), milik atas
benda itu. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana, dengan
dasar kemauan, ia belajar dengan tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja.
Dalam istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan kehendak dan
hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang
merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik.

Gejala kehendak terbagi atas beberapa gejala seperti :

a. Berfikir
Berfikir adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau
diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsang yang terjadi.
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses
simbolis. Seseorang berpikir bukan saja dengan otaknya, tetapi juga dengan
seluruh tubuhnya. Seperti contohnya Berpikir asosiatif suatu ide merangsang
timbulnya ide lain. Berpikir asosiatif merupakan proses berpikir yang
menggunakan logika samar (fuzzy logic), tidak terlalu mekanistik, tetapi lebih
merupakan inteligensi yang komplek yang memungkinkan untuk melakukan
perbandingan, menemukan asosiasi, alternatif dan melakukan evaluasi. Proses
berpikir ini merupakan proses berpikir yang mendasari berpikir kreatif dan
inteligensi emosional.

Menurut Daniel Goleman, dalam inteligensi emosional terdapat lima


komponen penting dan kombinasi dari masing-masing komponen ini memiliki
nilai yang lebih penting daripada IQ. Elemen tersebut adalah kesadaran diri,
manajemen emosi, motivasi, empati dan mengatur hubungan atau relasi. Orang
yang memiliki inteligensi emosional mampu mengelola emosinya, sehingga selalu
mendapatkan manfaat dari semua kejadian yang dihadapinya.

Ada 2 proses berfikir dalam diri manusia

1. Proses berfikir pada tataran bawah sadar (Subconcious)


Beberapa proses kognitif terjadi di luar kesadaran. Namun, apabila
dibutuhkan proses tersebut dapat dengan mudah dipindah pada tataran sadar
(cosncious). Proses bawah sadar memampukan kita menangani informasi atau
tugas-tugas yang jauh lebih rumit dibandingakan informasi atau tugas yang kita
tangani melalui proses berpikir pada tataran conscious. Bayangkan aktivitas-
aktivitas rutin yang kita lakukan secara otomatis tanpa perlu berpikir, meskipun
aktifitas tersebut pada awalnya merupakan aktifitas yang memerlukan
perencanaan yang matang seperti mengetik, mengemudi, dan menguraikan huruf
dalam sebuah surat.

Kemampuan melakukan suatu aktifitas tanpa harus memikirkan prosesnya


memungkinkan kita dapat melakukan dua aktifitas secara bersamaaan seperti
menyetir mobil sambil mendengarkan musik. Pada kasus tersebut salah satu
aktifitas dijalankan secara otomatis, tanpa kontrol eksekutif dari bagian prefrontal
cortex pada otak (Hirst,Neisser, &Sp elke, 1978). Namun dalam kehidupan sehari-
hari mengerjakan lebih dari satu aktifitas secara bersamaan (multitasking)
merupakan suatu tindakan yang tidak efisien, sekalipun dilakukan pada tugas yang
mudah. Bahkan sesungguhnya multitasking akan menyebabkan bertambahnya
waktu yang kita butuhkan dalam menyelesaikan aktivitas, karena kita senantiasa
harus berpindah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya, hal tersebut meningkatkan
stres, meningkatkan jumlah kesalahan, memperlambat waktu reaksi,
menyebabakan gangguan pada proses mengingat (Lien, Ruthruff, & Johnston,
2006;Rubinstein, Meyer, dan Evans ,2001).

Meskipun multitasking tertentu tidak mengancam keselamatan kita,


melakukan multitasking bukanlah tindakan yang bijak saat kita melakukan dua
tugas sekaligus, aktivitas otak kita terhadap tiap tugas akan berkurang, dan pada
saat kita berpindah aktivitas, bagian prefrontal cortex dari otak kita (yang
berperan menentukan prioritas dan menyebabkan kita mampu untuk berpikir pada
tataran yang lebih tinggi) dan akan menjadi tidak aktif ( Jiang, Saxe, &
Kanwisher, 2004;Just dkk., 2001 ).
2. Proses Berpikir pada Tataran Luar Sadar ( Nonconcious )

Jenis proses perpikir lainnya adalah proses luar sadar terjadi di luar
kesadaran manusia atau ( non concious). Sebagai contoh, kita semua tentunya
pernah merasakan pengalaman unik ketika solusi dari suatu permasalahan secara
tiba-tiba muncul dalam pikiran kita, justru setelah kita menyerah memikirkan
solusi tersebut. Dengan adanya insight yang muncul tiba-tiba tersebut, kita dapat
memecahkan metematika, merakit lemari, atau menyelesaikan puzzle tanpa
mengetahui bagaimana kita mampu menemukan ide atau solusi tersebut. Serupa
dengan hal itu, banyak orang mengatakan bahwa mereka cenderung mengikuti
intuisi daripada proses berpikir sadar dalam membuat penilaian dan mengambil
keputusan.

Gagasan dan intuisi melibatakan dua tingkatan proses mental ( Bowers,


dkk., 1996 ). Pada tingkatan pertama, petunjuk-petunjuk dari suatu masalah
mengaktifkan ingatan atau pengetahuan tertentu, sehingga kita mulai melihat pola
atau struktur dari masalah yang kita hadapi, meskipun kita belum dapat
menjelaskan pola atau struktur tersebut. Proses berpikir non consicous ini
memebimbimg kita menuju sebuah dugaan atau hipotesis. Kemudian, pada
tingkatan kedua proses berpikir terjadi pada tataran consious dan kita menyadari
kemungkinan-kemungkinan solusi yang kita miliki. Pada tingkatan ini kita
mungkin merasa mendapatkan wahyu atau pencerahan secara tiba-tiba tetapi
sebenarnya proses ini sudah di dahului oleh proses berpikir non conscious.

Fenomena ini sebagai pembelajaran implisit, sutu proses pembelajaran


dimana kita mempelajari peraturan atau melakukan perilaku adaptif ( dengan
ataupun tanpa sebuah intensi sadar ) namun kita tidak mampu menjelaskan kepada
diri kita sendiri dan orang lain bagaimana kita mempelajarinya serta tidak
mengetahui apa persisnya yang telah kita pelajari ( Frensch & Runger,
2003;Lieberman, 2000 ). Banyak kemampuan kita, seperti berbicara dalam bahasa
ibu hingga berjalan meniti anak tangga, merupakan hasil pembelajaran implisit.

a. Intelegensi
Intelegensi berasal dari kata intelligere yang berati mengorganisasikan,
menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang lain ( to organize, to relate,
to bind together ). Istilintelegensi kadang-kadang atau justru sering memberikan
pengertian yang salah, yang memandang intelegensi sebagai kemampuan yang
mengandung kemampuan tunggal, padahal menurut para ahli intelegensi
mengandung bermacam-macam kemampuan.

Menurut Spearman intelegensi mengandung dua faktor atau biasa yang di


sebut dwi-faktor atau two-faktor adalah :

- general ability atau general faktor (faktor G )


Terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu dengan yang lain
dan selalu di dapati dalam setiap performance.
- spesial ability atau spesial faktor (faktor S )
Merupakan faktor yang bersifat khusus, yaitu mengenai bidang-bidang
tertentu.

a. Memori atau Ingatan

Ingatan merupakan ahli bahasa dari memory. Karena itu di samping ada
yang menggunakan ingatan adayang menggunakan istilah memory sesuai dengan
ucapan dari memory. Ingatan memberikan pengertianbermacam-macam arti bagi
para ahli, pada umumnya para ahlli memandang ingatan sebagai hubungan antara
pengalaman dengan masa lampau .

Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukan


bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulakan kembali
pengalaman-pengalaman yang di alaminya. Apa yang pernah di alami manusia
tidak seluruhnya hilang, tetapi di simpan dalam jiwanya dan apabila di perlukan
hal-hal yang di simpan itu dapat di timbulkan kembali dalam alam kesadaran.
Tetapi inipun tidak berarti bahwa semua yang pernah di alami akan tetap tinggal
seluruhnya dalam ingatan namun ada juga hal-hal ynag tidak dapat di ingat
kembali dan ada hal-hal yang di lupakan.
Dengan demikian maka ingatan itu merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan ( learning ),
menyimpan( retention ), dan menimbulkan kembali ( remembering ) hal-hal yang
telah lampau, istilah lain yang di gunakan untuk menyebutkan hal t ersebut adalah
memasukkan informasi ( encoding ), penyimpanan ( storage ), dan untuk
menimbulkan kembali atau mengingat ( retrival ).

Ada 3 tahap yang terjadi pada proses ingatan, yaitu proses memasukkan
informasi ( encoding ), proses penyimpanan ( storage ), menimbulkan kembali
atau mengingat (retrieval stage).
1. Proses memasukan informasi ( encoding )

Pada tahap ini terjadi proses memasukkan informasi yang ada dengan
mengubah sifat informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat
organisme, seperti simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang
sesuai dengan sifat organisme. Maksudnya, di pendengaran, penglihatan, perabaan
dan lain-lain), dan kita menyimpannya ke dalam ingatan kita. Proses ini sangat
mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori, dan
kemampuan/kecepatan setiap individu pada proses ini sangat beragam, ada yang
cepat dan ada pula yang lambat

1. Proses penyimpanan ( storage )

Adalah proses penyimpanan dari informasi yang telah diubah pada tahap
encoding. Tahap kedua ini disebut juga retensi. Pada tahap ini terjadi pengendapan
informasi yang telah terkode dalam suatu tempat tertentu. Tempat penyimpanan
memori ini akan menjadi pembahasan selanjutnya. Ketika kita telah mempelajari
sesuatu biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa
ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory
traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory
traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, ketika
jejak tersebut hilang maka terjadi suatu fenomena yang kita sebut lupa.

3. Proses mengingat ( retrieval stage )


Adalah proses mengingat kembali dari apa yang telah disimpan pada tahap
kedua tadi. Mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan
informasi yang disimpan dalam memori untuk suatu keperluan atau kebutuhan.
Menurut seorang tokoh psikologi, Hilgard (1975) menyebutkan tiga jenis
proses mengingat ini, yaitu

Recall. Yaitu proses mengingat kembal informasi yang dipelajari di masa


lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya
mengingat merek sebuah mobil tanpa adanya mobil yang sedang
diingatnya tersebut.
Recognition. Yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah
dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
Contohnya Mengingat merek mobil ketika melihat bendanya atau bentuk
mobilnya.
Reintegrative. Yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai
informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup komplekas. Contoh
dari proses mengingat jenis ini adalah ketika anda ditanya sebuah nama,
misalnya si Pitung, maka akan teringat banyak hal dari nama tersebut
karena anda telah menonton filmnya.

b. Lupa

Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau


memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo
(1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa
adalah suatu fenomena umum, ia merupakan suatu pengendalian biologis yang
membantu kita memertahankan keseimbangan dalam dunia yang dipenuhi oleh
rangsangan sensor (Mahmud,H.2005:139) Dengan demikian lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Muhibbinsyah (1999) dan Ngalim Pur-wanto (1995) sepakat bahwa lupa bukanlah
masalah yang sederhana dan berdiri sendiri. Mereka yakin ada beberapa faktor
yang menyebabkan seseorang lupa terhadap sesuatu yang telah dimiliki.
Gangguan gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 :
1. Proactive Interference

Gangguan ini terjadi jika item-item atau materi pelaj aran yang lama telah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi
pelajaran baru. Dalam hal ini gangguan seperti ini terjadi jika seorang siswa
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek.dalam keadaan
demikian materi pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan sangat
mudah untuk dilupakan.

1. Retroactive Interference

Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan
gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu
tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami lupa :

1. Depresi

Ketika seseorang mengalami depresi, sangat sulit bagi mereka


berkonsentrasi.initerjadi karena perasaan negatif sedang menghantui. Emosi
negatif lain yang melemahkan memori antara lain kemarahan,ketakutan, dan rasa
cemas.penderita depresi berat juga mengalami gangguan pada sel-sel otak.bahkan,
ketika depresi berlangsung ada kemungkinan keadaan ini boleh membunuh sel-sel
otak , sehingga meyebabkan daya ingatan merosot.

2. Banyak tugas

Banyak orang yang menganut kebiasaan multitasking agar bisa


mengerjakan banyak hal dengan cepat. Ini adalah sesuatu yang menarik dan
menantang tapi sayangnya hal ini dapat menimbulkan kebingungan mental dan
setres karma fikiran di penuhi dengan banyak hal.
3. Penyalah gunaan narkoba

Selain masalah fisik dan pesikologis, penyalah gunaan narkoba dapat


menyebabkan penuruna memori. Karena narkoba mempengaruhi hippocampus
atau bagian otak yang berkaitan dengan fungsi koknitif

4. Kurang tidur

Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat, memulihkan serta


menperbaiki sel dan jaringan yang rusak selain itu gelombang otak yang di
ciptakan ketika tidur akan bertanggung jawab menyimpan memori. Kekurangan
tidur dalam jangka waktu lama akan memper cepat kerusakan sel-sel otak, namun
kelebihan tidur juga tidak baik untuk kinerja.

5. Jarang berkomunikasi

Kominikasi diperlukan sebagi salah satu sarana memacu kemampuan


kerja otak. Berkomunikasi secara interktual dapat memicu efisiensi otak.
Jarangnya ber komunikasi akan menyababkan kemampuan itelektual otak jadi
kurang terlatih.

6. memikir banyak hal dalam sakit

Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan fikiran saat


sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas otak serta dapat
merusak otak.

7. stres

Menumpuknya pekerjaan, tugas, dan dan masalah hidup kita juga dapat
memicu stres yang berujung pada kepikunan. Liangkanlah waktu sejenak untuk
mendengarkan musik atau bermain game untuk me-refresh otak anda dari
probem-problem yang ada. Karena musik { classic } dan game terbukti manjur
untuk merndahkan tingkat stres dalam otak manusia.
A. Gejala Perasaan

Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang


kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa
mengenal dan bersifat subyektif.

Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan


berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan
perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang
lain, terhadap hal yang sama. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan maka
gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan
sebagainya.

Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan reaksi


terhadap stimulus yang mengenainya, bersifat subjrktif apabial dibandingkan
dengan peristiwa psikis lainnya, di alami individu sebagai perasaan senang atau
tidak senangsekalipun tingkatannya berbeda-beda. Menurut Wundt dalam
WoodWorth dan Marquis (1957). Selain dimensi senang dan tidak senang masih
ada macam perasaan seperti :
- excaited feeling adalah perassan yang di alami individu disertai adanya
perilaku atau perbuatan yang menampak.
- innert feeling adalah perilaku atau perbuatan yang menampak keluar.
- expetency feeling adalah sesuatu perasaan dapat di alami individu
sebagai sesuatu yang belum nyata, sesuatu yang masiah dalam
pengharapan.
- Release feeling adalah perassan yang dapat di alami oleh individu
karena sesuatu itu telah nyata.
1). Emosi

Dalam keadaan emosi, pribadi seseorang telah di pengaruhi sedemikian


rupa hingga pada umumnya individu kurang dapat menguasai diri lagi. Seseorang
yang emosi pada umumnya tidak lagi memperhatikan suatu norma yang ada
dalam hidup bersama dan tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya tetapi
telah memperlihatkan adanya hambatan dalam diri individu.
Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan
yang ditimbulkan oleh situasi tertentu ( khusus ) , dan emosi cenderung terjadi
dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah ( approach ) atau mnyingkiri (
avoidance ) terhadap sesutau,
dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresikejasmanian,
sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Hubungan emosi dengan gejala jasmani, mengenai masalah ini sudah di
kemukakan sejak dulu, orang telah menghubungkan emosi seseorang dengan
gejala jasmani. Bila seseorang mengalami emosi pada individu itu akan terdapat
perubahan-perubahan kejasmaniannya, mislanya menjadi pucat, jantung berdebar.

2). Stress
Merupakan suatu tekanan yang di alami individu dalam usaha
pencapaian target terhadap standar pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Apaila standar pemenuhan kebutuhan hidup seorang individu terlalu tinggi,
kemungkunan tekanan (stres) yang di alaminya akan semakin tinggi, demikian
pula sebaliknya.
Stres terbagi menjadi dua bentuk situasi emosional yang di alami
individu sehari-hari yaitu :
Frustasi

Merupakan suatu keadaan emosional yang timbul pada saat terjadi hambatan
dalam usaha memenuhi keinginan, kebutuhan, tujuan hidup, dan harapan. Karena
setiap individu memiliki keinginan, kebutuhan , tujuan hidup dan harapan yang
berbeda-beda tentu situasi yang di hadapi berbeda sehingga tingkat frustasi yang
di alaminya juga berbeda, atau bahkan ada kemungkinan individu yang
bersangkutan tidak mengalami frustasi.

Ciri-ciri individu yang mengalami frustasi :


- Sering mengeluh terhadap semua hal, tidak ada yang benar di matanya
( salah terus ).
- Emosi mudah terpicu, kadang di sertai sedikit tindakan agresi.
- Selalu merasa gagal.
- Menempatkan sosok lain sebagai penyebab kegagalannya.
- Sering memuja orang lain untuk menutupi kebenciannya (iri hati) tetapi
membicarakan di belakang.
- Tindakan ekstrimnya, dengan berdiam diri tanpa mau melakukan hal
apapun.

Konflik

Konflik timbul dalam situsi di mana terdapat dua atau lebih kebutuhan,
harapan keinginan, dan tujuan di mana situasi-situasi tersebut tidak sejalan
dan saling bertabarakan. Dengan kondisi yang demikian individu sering
merasa ambigu dan merasa berada di dua kutub yang berbeda serta saling
menarik.

Konflik juga dapat menimbulkan frustasi, karena jiak memutuskan untuk


menentukan salah satu pilihan, berarti pilihan yang lain akan tersingkirkan.

Konlflik di bagi menjadi dua :

Konflik Internal
Konflik internal yang terjadi di dalam diri sendiri, umumnya di
sebabkan munculnya tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Konflik Eksternal
Konflik Eksternal biasanya terjadi di luar diri sendiri, benturan-
benturan yang muncul atas dua pilihan atau lebih, tetapi tidak
melibatkan perasaan yang mendalam.

Konflik dapat di golongkan menurut tindakan yang akan di ambil dalam


pemecahan masalah, yaitu :

Approach- approach conflict


Konflik yang terjadi jika seseorang di hadapkan pilihan antara dua
tujuan, kebutuhan, benda atau tindakan-tindakan yang tertentu.
Advoidance advoidance conflict
Pilihan-pilhan tersebut merupakan pilihan yang sama-sama tidak
menarik namun harus tetap memilih salah satunya.
Approach avoidance conflict
Jika pilhan yang di hadapi merupakan pilihan yang berbeda antara
pilihan yang menarik dengan pilihan tidak menarik namun kondisi
tersebut muncul secara bersamaan.
Multiple/double approach avoidance conflict
Konflik ini melibatkan dua arah, yang masing-masing arah atau
tujuan tersebut sama-sama memiliki kebaikan maupun keburukan
sekaligus.

3). Ketakutan

Ketakutan adalah suatu emosi yang tidak menyenangkan dan sering kuat
yang disebabkan oleh antisipasi atau kesadaran bahaya. Ketakutan benar-benar
alami dan membantu orang untuk mengenali dan merespon situasi berbahaya dan
ancaman. Namun, rasa takut yang sehat atau ketakutan yang memiliki fungsi
pelindung dapat berkembang menjadi rasa takut yang tidak sehat atau patologis,
yang dapat menyebabkan perilaku berlebihan dan kekerasan.rasa takut pun bisa
disebabkan karena berbagai macam konflik, baik konflik dalam keluarga, konflik
batin, konflik sosial, dan konflik-konflik dari segi lainnya.

Adapun cara secara umum yang dapat mengatasi suatu ketakutan adalah :

a. Berdoa

Berdoa dapat membuat pikiran kita menjadi tenang dan kualitas perilaku
kita menjadi lebih baik dari sebelumnya karena adanya keyakinan untuk
menghadapi seluruh hal dan masalah yang dihadapi sesuai keyakinan yang dianut,
secara medis hal tersebut tidaklah mengherankan karena otak menerima
rangsangan kimia dari neuron melalui Neurotransmiter berupa sinyal positif
dari lantunan doa maka oleh otak kita terbentuk pula emosi positif yang dapat
membuat fungsi homeostatis tubuh menjadi stabil dan terkendali seperti degup
jantung yang teratur, tekanan darah yang stabil, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu berdoa sangat penting sebagai cara pertama tindakan preventif untuk
menghadapi rasa takut.

b. Latihan pernafasan secara teratur

Fungsinya hampir dengan berdoa, tapi ini dilakukan melaluilatihan teknik


pernafasan yang teratur dan rutin dilakukan sehingga membuat fungsi homeostatis
tubuh menjadi stabil dan terkendali.

c. Ciptakan kondisi psikologi yang meyakinkan

Fungsinya sama seperti dua cara sebelumnya yaitu untuk menciptakan


homeostatis tubuh yang stabil dan terkendali, tapi ini dilakukan dengan
mengandalkan fungsi otak yaitu fungsi emosi dan fungsi pembelajaran motorik
sehingga menghasilkan pemikiran positif dan menyenangkan bagi kondisi
psikologi kognitif seseorang.

d. Sugesti positif kepada diri sendiri

Sugestikan anggapan sebagai berikut: Bahwa tidak ada hal yang perlu
ditakuti karena sekalipun hal yang ditakuti tersebut terjadi maka itu tidak
membuat dunia kiamat dan tidak membuat diri kita terancam keselamatannya.
Pikirkan hal tersebut berulang-ulang dan jadikan pegangan hidup kemanapun kita
berada, dampaknya adalah otak dapat merespon suatu sinyal positif yang
berpengaruh terhadap psikologi kognitif diri kita serta terkendalinya fungsi
jantung dan tekanan darah.

e. Pastikan dalam keadaan sehat dan prima

Yaitu ketika rasa takut mulai menghantui kita, oleh karena itu pastikan
fisik kita baik-baik saja melalui Medical Check-up yang rutin sebelum kita
memulai suatu aktifitas atau kegiatan yang cukup berpotensi menghadirkan rasa
khawatir atau ketakutan berlebihan sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa.
f. Periksakan diri kita kepada Psikiater

Apabila mengalami atau merasakan suatu kegundahan atau ketakutan


hebat yang tidak beralasan atau tidak tampak secara kasat mata atas satuatau lebih
objek disekitar kita sehingga hal tersebut menggangu aktifitas keseharian
kita dalam menjalin hubungan sosialisasi antara diri kita dengan sesama. Terlebih
lagiapabila rasa gundah atau ketakutan tersebut ternyata lebih dominan dan sering
muncul mendadak (secara tiba-tiba dan lebih bersifat reaktif tanpa melihat situasi
dan kondisi orang lain di sekitar kita).
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

http://www.akuinginsukses.com/6-kunci-mengatasi-ketakutan-dan-
keraguan/ ( di akses pada 10 oktober 2014, pukul 13.15 )

http://jalurilmu.blogspot.com/2011/11/seluk-beluk-ingatan-
manusia.html ( di akses pada 9 oktober 2014, pukul 11.30 )

http://www.yuwonoputra.com/2013/07/pengertian-gejala-emosi-
perasaan-manusia.html ( Di akses pada 9 oktober 2014, pukul 10.45 )

Anda mungkin juga menyukai