Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Dhaif dan Hadits Maudhu’
B. Macam-macam Hadits Dhaif
C. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadits Maudhu’
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dida la m dunia is la m kit a dihar uskan me mpela jar i ilmu
y a n g ber hu bu nga n d e ng a n ag a ma k it a . Beg it u pu n de ng a n je n ja ng
pe nd id ik a ndiperguruan tinggi kita diharuskan memahami dan mempelajari ilmu-
ilmu yang berhubungan dengan agama kita terkhusus perguruan tinggi islam.
I l m u h a d i t s s e b a g a i i l m u ya n g t e r m a s u k p e n t i n g d i d a l a m
i s l a m dikarenakan hadits merupakan dasar hukum nomor dua dari islam selain
al-qur’an, ijma, dan qiyas.Islam sebagai agama yang kompleks tentu mempunyai
aturan tersendiritentang bagaimana hadits tersebut ada, asal muasal hadits tersebut dari
mana dan hadits tersebut termasuk dari bagian hadits apa. Sehingga kita bisa
membedakan mana hadits yang baik dipergunakan untuk hukum ataupun hadits
yang tidak dipergunakan untuk hukum.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hadis tidak semudah Al-Qur’an untuk
dipelajari. Pertama, keberadaan hadits yang tersebar dibeberapa koleksi dengan kualitas
yang sangat beragam. Kondisi ini menjadi kendala tersendiri yang relatif sulit untuk
dilakukan. Kedua, tidak semua hadis memiliki kualitas yang sama. Karena itu, untuk
menjadikan sebuah hadits sebagai dasar hukum, hujjah, seseorang harus melakukan
penelitian yang serius dan mendetail.
Dalam ilmu hadits ada istilah dengan hadits ḍhaif, dalam hadis dhaif ini banyak
perbedaan pendapat antara ulama muhaddiṡin dengan para fuqoha mengenai masalah
periwayatan dan pengamalannya, ada yang membolehkan mengamalkan hadits ḍhaif dan
ada juga yang melarang mengamalkan hadits ḍhaif.
Namun sangat disayangkan keberadaan hadits yang benar-benar berasal dari
Rasulullah saw, dinodai oleh munculnya hadits-hadits maudhu (palsu) yang sengaja
dibuat-buat oleh orangorang tertentu dengan tujuan dan motif yang beragam, dan
disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang dengan tujuan yang beragam
pula. Meyakini dan mengamalkan hadis maudhu merupakan kekeliruan yang besar,
karena meskipun ada hadits maudlu yang isinya baik, tetapi kebanyakan hadits palsu itu
bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam, lagi pula pembuatan hadis maudlu
merupakan perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad saw.
Dewasa ini jika kita perhatikan banyak orang-orang yang menggunakan
hadit s unt uk dipergunakan sebaga i dakwah at aupun sebagai media yang
la innya. T et api mer eka t idak me mper hat ikan apakah had it s t er sebut bisa
digunakan untuk hukum, apakah hadits tersebut kuat atau tidak sakit akan tetapi mereka
hanya menggunakan untuk melemahkan yang lainnya.
Oleh kar ena it u per lu k iranya k it a unt uk menget ahui hadit s secara
menyeluruh seluk-beluknya apakah hadits tersebut dhaif atau maudhu’.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan berbagai rumusan
masalah yaitu :
1. Apa pengertian hadits dhaif dan hadits maudhu’?
2. Apa macam-macam hadits dhaif?
3. Apa Faktor-faktor Penyebab munculnya hadist maudhu’?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian hadits dhaif dan hadits maudhu
2. Mengetahui macam-macam hadits dhaif
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya hadits maudhu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Dhaif dan Hadits Maudhu’
a. Pengertian hadits dhaif
1. Imam Abu Hanifah
Ibnu Hazm dalam hal ini menyatakan, bahwa Abu Hanifah berkata,”Khabar dhaif
dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Alihi Wasallam lebih utama dari qiyas, dan
tidak dibenarkan qiyas dengan keberadaannya.” (Al Ihkam fi Ushul Al Ahkam, 7/54)
Bahkan Ibnu Qayyim menjelaskan penerapan metode Imam Abu Hanifah tersebut
dalam beberapa kasus, seperti:
Imam Abu Hanifah utamakan hadits al qahqahah dalam shalat daripada qiyas,
sedangkan ijma ahlul hadits bahwa hadits itu dhaif. Imam Abu Hanifah utamakan
hadits,”Paling banyak dari haidh sepuluh hari” daripada qiyas, dimana hadits itu dhaif
menurut kesepakatan ahlul hadits.
Imam Abu Hanifah utamakan hadits,”Tidak ada mahar yang lebih seikit dari 10
dirham” daripada qiyas, sedangkan hadits itu dhaif menurut kesepakatan ahlul hadits.
A. Kesimpulan
Hadits dha’if pada dasarnya adalah hadits yang mardud (tertolak). Namun ada beberapa hal
yang menjadikan sebagian dari hadits dha’if tersebut bisa diterima, yaitu dikarenakan hadits tersebut
tergolong dalam hadits dha’if yang ringan seperti mu’allaq, munqathi’, mu’dhal mursal dan yang
sejenisnya.
Adapun hadits dha’if yang tertolak adalah hadits dha’if berat seperti hadits maudhu’,
munkar, matruk dan sejenisnya.
B. Saran
Dari apa yang telah dibahas dan dijelaskan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat
keurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah ini, memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis makalah ini juga
kepada saudara-saudara yang sedang mendalami disiplin ilmu ulumul hadits ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Solahuddin dan Agus Suyadi. 2008. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka setia
https://www.anekamakalah.com/2012/05/makalah-hadis-dhaif-dan-
permasalahannya.html
file:///C:/Users/hp/Downloads/materi%20hadist%20maudhu%202.pdf
file:///C:/Users/hp/Downloads/keadhifan%20hadist.pdf
Abi ‘Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Qazwini (Ibnu Majah) Sunan Ibnu Majah,
Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh. Agus Solahudin. Ulumul Hadist. Bandung: CV. Pustaka
Kairo.1963