Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

HADITS DLA’IF, HADITS HASAN DAN HADITS SHAHIH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Studi Hadist

Dosen Pengampu :
Hammam, Lc., M.Sy

Disusun Oleh :

Ahmad Alfian (190711100058)


Fanisa Salsabilla Nuria (190711100095)
Riska amelia putri (190711100006)
Lala Alvianah Dara (190711100107)
Semester II
Hukum Bisnis Syariah B
Fakultas Keislaman
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

1
2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas berkat, rahmad serta

hidayahnya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah pada mata pelajaran pengantar hukum indonesia

ini dengan judul “HADITS DLA’IF, HADITS HASAN DAN HADITS

SHAHIH‘’. Makalah ini berisi tentang Pengertian Hadist Dhaif, Kecacatan

hadis dhaif dari segi sanad, dan pengertian dan contoh hadis Muallaq, Mu’dlol,

Mursal, Munqathi’, Mundallas.

Saya mengucapkan banyak – banyak terima kasih kepada dosen yang

telah membimbing kami dalam kegiatan belajar mengajar.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman – teman

kami yang telah mendukung dan bekerja sama dalam menyusun makalah ini

sehingga makalah ini bisa selesai dengan tepat waktu.

Saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat

kami koreksi agar dalam pembuatan makalah untuk kedepannya kami lebih

baik lagi dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kekurangan dalam

penyusunan kata, atau kata yang tidak berkenan di hati pembaca kami

memohon maaf yang sebesar – besarnya, karena manusia tidak luput dari

kesalahan.

Bangkalan, 10 Maret 2020

PENULIS

i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBASAN
2.1 Pengertian Hadist Dhaif...................................................................... 3
2.2 Kecacatan Hadist Dhaif dari Segi Sanad Dan Contoh....................... 8

BAB III PENUTUP

2.1 Kesimpulan......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaiman diketahui bahwa Hadîts sebagai sumber ajaran Islam
menempati posisi yang sangat urgen bagi umat Islam, sebab tanpa Hadîts
nampaknya beberapa hal yang terdapat di dalam alQur’ân masih belum rinci
dan jelas. Jumhûr Ulamâ’ telah sepakat kalau Hadîts menjadi sumber hujjah
yang kedua setelah al-Qur’ân dan sudah tidak diperdebatkan lagi, kecuali
orang-orang yang sengaja mungkir terhadap keberadaan Hadîts sebagai
sumber ajaran Islam.

Hanya saja di dalam Hadîts sendiri banyak terdapat Hadîts-Hadîts yang


tertolak dijadikan sebagai hujjah, karena beberapa faktor. Sehingga para ahli
Hadîts sepakat membuat klasifikasi, mana suatu Hadîts dapat dikatakan
maqbûl (diterima) dan mana Hadîts dapat dikatakan mardûd (ditolak).
Hadîts ditinjau dari sisi banyaknya perawi dibagi dalam klasifikasi
mutawâtir dan ahad.1 Sedang Hadîts ahad ditinjau dari sisi jumlahnya
perawi ada tiga yaitu masyhur, aziz dan gharib. Sedang jika ditinjau dari sisi
diterima dan ditolaknya maka ada tiga yakni sahih, hasan dan dla’îf.
Berangkat dari beberapa latar belakang di atas dan pembatasan masalah
yang akan dibahas, maka makalah ini hanya akan membahas seputar Hadîts
dla’îf baik ditinjau dari pengertian, pembagian dan kehujjahan serta
meriwayatkannya.

1
M. Mudzakir, et.al., Ulumul Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hlm. 85

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hadis Dhaif?

2. Bagaimana cara mengetahui kecacatan Hadist Dhaif dari segi Sanadnya?

3. Apa yang dimaksud dengan Hadis Muallaq, Mu’dlol, Mursal, Munqathi’,

Mundallas? Berikan contohnya.

1.3 Tujuan

1. Agar pembaca bisa memahami tentang Pengertian Hadis Dhaif

2. Agar pembaca bisa memahami tentang kecacatan Hadist Dhaif dari segi

Sanadnya

3. Agar pembaca bisa memahami tentang pengertian dan contoh dari Hadis

Muallaq, Mu’dlol, Mursal, Munqathi’, Mundallas? Berikan contohnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadist Dla’if


Hadîts dla’îf menurut Ibn Shalah adalah setiap Hadîts yang tidak
terkumpul di dalamnya sifat-sifat Hadîts shahih dan sifat-sifat Hadîts
Hasan.2 Adapun menurut Abû Syuhbah mengatakan bahwa jika suatu Hadîts
yang tidak memenuhi di dalamnya syarat-syarat Hadîts shahîh dan hasan
yang enam, maka dikategorikan sebagai Hadîts dlaif. Sedang syarat-syarat
tersebut adalah:

(1) Bersambungnya sanad,


(2) Adil-nya perawi,
(3) Selamat dari banyak salah dan lupa (dlabith),
(4) Delamat dari syadz,
(5) Selamat dari illat,
(6) dari arah lain jika suatu Hadîts yang sanad nya mastur, maka Hadîts
tersebut tidak buruk, tidak banyak salah dan tidak palsu.3
Pembagian Hadîts Dla’îf Menurut Muhammad Ibn Hibban mengatakan
bahwa Hadîts dla’îf terdapat tiga ratus delapan puluh satu macam bentuk.
Adapun jika ditinjau dari kenyataannya ada empat puluh sembilan macam,
hanya saja pembagian tersebut tidak diberi istilah-istilah secara khusus.

Adapun Ajaj al-Khatib membagi jenis-jenis Hadîts dla’îf dalam dua


kategori yaitu:

a) Hadîts dla’îf disebabkan karena ketidakmuttashil-an sanad,


b) Hadîts dla’îf karena selain ketidakmuttashil-an sanad.
Yang termasuk dalam Hadîts dla’îf yang disebabkan karena ketidak
muttasil-an sanad adalah: Pertama, Hadîts mursal. Menurut Jumhur
Muhadîtsin, Hadîts mursal adalah Hadîts yang diriwayatkan oleh seorang
tâbi’în baik dia besar atau kecil dari Rasûlullâh saw, baik berupa perkataan,
perbuatan dan maupun taqrîr-nya. Akan tetapi sebagian ahli Hadîts
2
Ibn al-Shalâh, Ibn, Muqaddimah Ibn Shalâh fî Ulûm al-Hadîts (Beirut: Dâr al-Kutub
alAlamiyah, 1989), hlm. 20
3
Muhammad ibn Muhammad Abû Syuhbah, al-Wasid fî Ulûm wa Musthalah al-Hadîts, Beirut:
Dar al-Fikr al-’Arabi, 1984), hlm. 265.

3
mengatakan bahwa Hadîts mursal itu adalah Hadîts yang diriwayatkan oleh
seorang tâbi’în besar saja dari Rasûlullâh saw, sedangkan yang dari thâbi’în
kecil dikategorikan sebagai Hadîts munqathi’.

Kedua, Hadîts munqathi’. Hadîts munqathi’ adalah Hadîts yang dalam


sanadnya gugur satu orang perawi dalam satu tempat atau lebih, atau
didalamnya disebutkan seorang perawi yang mubham. Dari segi gugurnya
seorang perawi, ia sama dengan Hadîts mursal, hanya saja kalau Hadîts
mursal gugurnya perawi dibatasi pada tingkatan sahabat. Sementara Hadîts
munqathi’ tidak ada batasan gugurnya perawi pada tingkatan keberapa, baik
gugurnya di awal, di tengah atau di akhir tetap disebut Hadîts munqathi’.
Dengan demikian Hadîts mursal dapat dimasukkan kedalam Hadîts
munqathi’ sebab gugurnya pada posisi di awal yakni pada tingkatan sahabat.

Ketiga, Hadîts Mu’dal. Hadîts mu’dal adalah Hadîts yang sanadnya


gugur dua atau lebih perawinya secara berturut-turut. Termasuk jenis ini
adalah Hadîts yang dimursalkan oleh tâbi’ altâbi’în. Hadîts ini sama bahkan
lebih rendah dari Hadîts munqathi’. Sama dari segi keburukan kualitasnya,
bila ke munqathi’an-nya lebih dari satu tempat. Adapun perbedaan antara
mu’dal dengan munqathi’ adalah kalau mu’dal sanadnya gugur dua atau
lebih secara berurutan, sedangkan pada munqathi’ sanadnya yang gugur satu
atau lebih tidak secara berurutan. Ibnu Shalah mengatakan bahwa setiap
Hadîts mu’dal itu termasuk munqathi’, akan tetapi tidak setiap munqathi’ itu
mu’dal.4

Keempat, Hadîts Mudallas. Secara etimologi kata tadlis berasal dari


akar kata al-dalas yang berarti al-dzulmah (kedzaliman). Tadlis dalam jual
beli berarti menyembunyikan aib barang dari pembelinya. Dari sinilah
diambil pengertian tadlis dalam sanad. Karena memiliki kesamaan alasan,
yakni menyembunyikan sesuatu dengan cara diam tanpa menyebutkannya.
Tadlis terdiri dari dua jenis yaitu:

4
Ahmad Umar Hasyim, Qawâ’id Ushûl al-Hadîts (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Arabi, 1984), hlm.
103.

4
1. Tadlis al-Isnad
Tadlis al-Isnad adalah seorang perawi (mengatakan)
meriwayatkan sesuatu dari orang semasanya yang tidak pernah
bertemu dengan orang lain, atau pernah bertemu tetapi yang
diriwayatkannya itu tidak pernah didengar dari orang tersebut, dengan
cara yang menimbulkan dugaan mendengar langsung. Misalnya
dengan menyatakan: ”Fulan berkata”, dari Fulan”, ”Sesungguhnya
Fulan melakukan begini-begini” atau yang sejenis. Jenis tadlis al-
isnad yang lebih buruk lagi adalah jika ada seorang perawi
mengugurkan gurunya atau guru dari gurunya ataupun yang lain,
dengan alasan ke-dla’îf-an mereka atau karena masih kecil atau karena
alasan lain. Kemudian ia menggunakan kata yang mengandung
kemungkinan mendengar langsung dari gurunya untuk memperindah
kualitas Hadîtsnya, dengan meratakan sanadnya. Sehingga seolah-olah
ia bertemu langsung dengan para perawi yang tsîqah. Jenis yang
demikian ini disebut tadlis al-taswiyah. Dan ini merupakan jenis tadlis
yang terburuk karena mengandung pengelabuhan yang sangat
keterlaluan.

2. Tadlis al-Syuyûkh
Jenis ini lebih ringan dari pada tadlis al-isnad, karena perawinya
tidak sengaja menggugurkan salah seorang dari sanad, dan tidak
sengaja pula menyamarkan dan tidak mendengar langsung dengan
ungkapan yang menunjukkan mendengar langsung. Perawinya hanya
menyebut gurunya, memberi kunyah, nisbat ataupun sifat yang tidak
lazim dikenal.

Kelima, Hadîts Mu’allal, yakni Hadîts yang tersingkap didalamnya illat


qadihah, meski lahiriyahnya tampak terbebas darinya. Artinya seolah-olah
Hadîts tersebut tergolong bebas dari cacat tetapi setelah diteliti secara
mendalam ternyata terdapat kecacatan pada sanadnya. Ajaj al-Khatib

5
memasukkan Hadîts dalam kategori ini kedalam Hadîts dla’îf dari segi
kemuttasilan sanad, karena kecacatan Hadîts bisa dari sanad, kadang pada
matan, dan kadang juga pada sanad dan matan sekaligus. Adapun Hadîts
dla’îf yang karena sebab lain dari ketidak muttasil-an sanad atau hal lain ada
enam jenis kategori, yaitu:

1. Pertama, Hadîts mudlâ’af, yakni Hadîts yang tidak disepakati kedla’îf-


annya. Sebagian ahli Hadîts menilainya mengandung kedlaifan, baik
dari segi sanadnya maupun matannya, dan sebagian ahli lain menilainya
sebagi Hadîts yang kuat. Dengan demikian yang tergolong Hadîts ini
tidak ada kesepakatan atas kedla’îf-annya dan sebagian ahli Hadîts
mengkategorikan sebagai Hadîts dla’îf yang derajatnya paling tinggi.

2. Kedua, Hadîts Mudltharib, yakni Hadîts yang diriwayatkan dengan


beberapa bentuk yang saling berbeda, yang tidak mungkin di-tarjîh-kan
sebagiannya atas sebagian yang lain, baik perawinya satu atau lebih.
Bila salah satunya bisa di tarjih kan dengan salah satunya yng lain
dengan alasan tarjîh, misalnya perawinya lebih hafid atau lebih sering
bergaul dengan perawi sebelumnya (gurunya), maka penilaiannya
diberikan kepada yang râjih itu. Dalam kondisi yang demikian tidak
lagi dimasukkan dalam kategori yang mudltharib, baik untuk yang râjih
maupun yang marjûh. Kadang-kadang ke-mudltharib-an terjadi pada
satu perawi, seperti pada beberapa perawi, kadang juga pada sanad,
kadang pada matan dan kadang juga pada keduanya. Ke-mudltharib-an
mengakibatkan suatu Hadîts menjadi dla’îf, karena menunjukkan
ketidak dlabit-an adalah syarat ke-shahîh-an dan ke-hasan-an Hadîts.

3. Ketiga, Hadîts Maqlûb, yakni Hadîts yang mengalami pemutarbalikan


dari diri perawi mengenai matannya, nama salah satu perawi dalam
sanadnya atau suatu anad untuk matan lainnya. Pemutarbalikan itu
adakalanya pada matannya, adakalanya pada sanadnya yaitu terbaliknya
nama perawi, kadang pula ada Hadîts yang diriwayatkan melalui jalur
perawi yang telah dikenal atau sanadnya telah populer kemudian

6
tertukar dengan perawi lain pada tingkatannya atau dengan sanad lain
yang bukan sanadnya, karena tidak sengaja.

4. Keempat, Hadîts Syadz. Sebagaimana kata Imâm al-Syafi’i sang ulama’


yang memperkenalkan Hadîts syadz bahwa, Hadîts syadz tidaklah
merupakan Hadîts yang perawinya tsîqah meriwayatkan Hadîts yang
sama sekali tidak diriwayatkan oleh yang lain, tetapi Hadîts syadz
adalah bila diantara sekian perawi tsîqah ada diantara mereka yang
menyimpang dari lainnya. Dan selanjutnya pengikut Imâm al-Syâfi’î
sepakat dengan pengertian tersebut. Dengan demikian kriteria syadz
adalah tafarrud (kesendirian perawinya) dan mukhâlafah
(penyimpangan). Seandainya ada perawi yang berkualitas tsîqah
melakukan penyendirian dalam periwayatan suatu Hadîts tanpa
melakukan penyimpangan dari yang lainnya, maka Hadîtsnya shahîh
bukan syadz. Seandainya ada yang menyimpang darinya yang lebih
kuat karena hafalannya atau banyaknya jumlah perawi atau karena
kriteria tarjîh lainnya, maka yang rajih disebut mahfûdz, sedang yang
marjûh disebut syadz.

5. Kelima, Hadîts Munkar, yakni Hadîts yang diriwayatkan oleh perawi


dla’îf yang berbeda dengan perawi-perawi lainnya yang tsîqah. Oleh
karena itu kriteria Hadîts munkar adalah

penyendirian perawi dla’îf dan mukhalafah. Seandainya ada


seorang perawi dla’îf melakukan penyendirian dalam meriwayatkan
suatu Hadîts, tanpa menyimpang dari perawi-perawi lain yang tsîqah,
maka Hadîtsnya tidak munkar, akan tetapi dla’îf. Bila Hadîtsnya
ditentang dengan adanya Hadîts dari perawi tsîqah, maka yang râjih
disebut ma’rûf dan yang marjûh disebut munkar. Dalam hal ini Ibnu
Shalah menggolongkan Hadîts munkar ke dalam Hadîts syadz, karena
memiliki kesamaan kriteria, yakni tafarrud dan mukhalafah.

6. Keenam, Hadîts Matruk dan Matruh. Hadîts matruk adalah Hadîts yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang muttaham bi al-kidzbi (yang

7
tertuduh melakukan dusta) dalam Hadîts nabawi, atau sering berdusta
dalam pembicaraannya, atau terlihat kefasikannya melalui perbuatan
maupun perkataannya, ataupun yang sering sekali salah dan lupa. Dan
Hadîts ini adalah tingkat Hadîts dla’îf yang terendah derajatnya.
Misalnya Hadîts Sidqah al Daqiqi dari Farqad dari Murrah dari Abî
Bakr, dan Hadîts Amr ibn Shamr dari Jâbir al-Ja’fî dari Harits dan Alî.

Sedangkan dalam hal Hadîts matruh, al-Hâfidz al-Dzahabi


memasukkan sebagai suatu Hadîts tersendiri. Dengan mengambil istilah
tersebut dari term ulama’ Fulan Matruh al-Hadîts (seseorang yang
terlempar Hadîtsnya). Ia mengatakan: seseorang yang demikian
termasuk dalam daftar Hadîts perawi dla’îf lagi tertinggal Hadîtsnya.
Akan tetapi al-Jazayri berpendapat bahwa yang demikian itu tidak lain
adalah Hadîts matruk, yakni yang diriwayatkan dengan menyendiri oleh
perawi yang tertuduh dusta dalam Hadîts, termasuk orang yang
dikenal sering berbuat dusta selain dalam Hadîts.

2.2 Hadis Dhaif karena Cacat Segi Sanad dan Contohnya


Hadis Dhaif karena cacat segi sanad adalah hadis mu’allaq, mursal,
mudallas, munqothi dan mu’dhal.

1. HADITS MU’ALLAQ
a. Pengertian

Menurut bahasa mu’allaq berasal dari kata ‫و‬III‫ا فه‬III‫ق تعلق‬III‫ق يعل‬III‫عل‬


‫معلق‬ dengan makna bergantung. Dinamakan hadits mu’allaq karena
sanadnya bersambung ke arah atas dan terputus kearah bawah. Maka seolah
seperti suatu benda yang bergantung pada atap rumah atau sesame. Menurut
istilah hadits mu’allaq adalah:5

        ‫الذى يسقط من اول سنده راو فاكثر‬


“Hadits yang gugur rawinya, seorang atau lebih dari awal sanad”.
‫ما حذف من اول السند راو هو اكثر على التوالى‬
5
Abdul Majid Khon. 2009. Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah. Hlm. 176

8
Hadits yang dibuang pada awal sanad seorang perawi atau lebih secara
berturut-turut.
Jadi hadits mu’allaq adalah hdits yang sanadnya bergantung karena
dibuang dari awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.
Dengan demikian hadits mua’llaq bisa jadi yang dibuang semua sanad dari
awal sampai akhir kemudia berkata: rasulullah SAW bersabda:…. Atau
dibuang sanad selain shahabat atau selain tabiin dan sahabat.

b.   Contoh Hadits Mu’alaq


‫ من صلى بعد المغرب عشرين‬: ‫ وقد روي عن عا ئشة عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫قال ابوا عيسى‬
‫ركعة بنى هللا له بيتا في الجنة‬
Abu isa telah berkata dan sesungguhnya telah diriwayatkan dari
aisyah, dari nabi Muhammad SAW bersabda: barang siapa sholat sesudah
maghrib duapuluh rakaaat maka Allah akan mendirikan baginya sebuah
rumah disurga.6

Keterangan:

Kalau diuraikan sanadnya adalah sbb:


a. Abu Isa
       b. Aisyah
c. Rasulullah SAW
        Imam tirmidzi sebenaranya tidak perna bertemu dan tidak sezaman
dengan aisyah. Jadi antara kedua itu ada beberapa orang rawi lagi. Karena
tidak disebutkan rawi-rawinya, maka dia gugur seolah-olah hadits itu
tergantung . dengan demikian disebut dengan hadits mu’alaq.

c.    Hukum Hadits Mu’allaq

6
Totok jumantoro. 2002. Kamus Ilmu Hadits. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 134

9
      Hadits mu’allaq adalah hadits yang mardud karena gugur dan
hilang salah satu syarat diterimanya suatu hadits yaitu brsambungnya sanad,
dengan cara menggugurkan seorang atau lebih dari sanadnya tanpa dapat
kita ketahui keadaannya. Oleh karena itu para ulama’ berpendapat:7

a. Jika diriwayatkan dengan tegas dan jelas yakni dengan sighot jazm (kata
kerja aktif)  seperti ‫ذكر حكي‬ ‫قال‬   Maka haditsnya dihukumi shohih

b. Jika diriwayatkan dengan sigjot tamridh (kata kerja pasif) maka


dihukumi tidak shohih saja tapi adakalanya shahih, hasan, dan
dhoif.  Namun dalah shahih tidak ada yang lemah dan  sanadnya
bersambung seperti hasil penelitian ibnu hajar al-asqolani.

2. HADITS MURSAL
a.    Pengertian
      Menurut bahasa mursal dari kata ‫اال مرسل‬II‫ل ارس‬II‫ل يرس‬II‫ارس‬ dengan
makna terlepas atau bebas tanpa ikatan. Hadist dinamakan mursal karena
sanadnya ada yang terlepas dikalangan sahabat atau tabi’in.

sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat tentang pengertian


hadits ini, yaitu sebagai berikut:

1) .Pendapat mayoritas muhadditsin diantaranya al-hakim, ibnu ash-shalah,


ibnu majah, dll.
‫هو روية التابعى مطلقا عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
Adalah periwyatan tabi’in secara mutlak dari nabi Muhammad SAW.
2) Pendapatfuqoha’, ushulyyun, dan segolongan
dari Muhadditsin diantaranya al-khatib al-baghdadi, abu hasan bin al-
qothon dan al-nawawi.
‫هو ما انقطع اسناده فى اي موضع من السند‬
Adalah hadits yang terputus isnadnya di mana saja dari sanadnya.
3) Pendapat al-baikuni
‫هو ما سقط من سنده الصحابى‬
Hadits yang gugur dari sanadnya shahabat.

7
Abdul Majid Khon. 0p.Cit. Hlm. 177

10
4) Sebagian ahli ilmu
‫هو روية التابعى الكبير عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
Yaitu periwayatan tabi’in senior dari nabi Muhammad SAW

b.    Pembagian Hadits Mursal


1. Mursal Tabi’i
Mursal artinya terputus sedangkan tabi’I artinya pengikut atau
tabi’in. maka mursal tabi’I adalah hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in dari
nabi baik perkataan, perbuatan atau persetujuan, baik tabi’in senior maupun
tabi’in yunior tanpa menyebutkan penghubung antara seorang tabi’in dan
nabi SAW yaitu sahabat.
‫هو ما سقط من اخر اسناده من بعد التابعي‬
Yaitu Hadits yang gugur dari akhir sanadnya seorang setelah tabi’in.
2. Mursal Shahaby
      Mursal artinya terputus sedangkan shahabyartiny seorang sahabat.
Maka mursal shahby menurut ilmu hadits adalah suatu hadits atu riwayat
yang diceritakan oleh seorang sahabat, tetapi ia sendiri tidak mendengar
ucapan itu, atau tidak menyaksikan kejadian yang ia ceritakan. Atau
pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada nabi, tetapi ia tidak
mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, karena disaat
rasulullah saw. Hidup ia masih kecil atau terahir masuknya agama islam.8
     Lebih tegasnya dapat dikatakan mursal shahaby adalah:
‫رواية الصحابي ما لم يدركه او يحضره عن النبي صلى هللا عليه و سلم‬
     Yaitu “Periwayatn sahabat pada sesuatu yang ia tidak bertemu atau
tidak hadirnya dari Nabi Muhammad SAW”
3. Mursal Jaly
Mursal artinya yang terputus, Jaly artinya yang terang, yang jelas dan
nyata. Maka mursal jaly dalam ilmu hadits adalah satu hadits yang
diriwayatkan seorang perawi dari seorang syaih (guru) tetapi guru ini tidak
semasa dengannya

4. Mursal Khafi
8
 Totok jumantoro. Op.Cit.170

11
Khafi artinya yang tersembunyi atau yang tidak nyata. Maka mursala
khafi adalah :
‫هو رواية من عاصر التبعي صحابيا ولكنه لم يسمع حديثاو لم يلتقيا منه‬
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tabi’I dimana tabi’I yang
meriwayatkan hidup sezaman dengan sahabat, tapi ia tidak pernah
mendengar sebuah hadits pun darinya dan tidak pernah berjumpa
dengannya. Untuk mengetahui mursal khafi ini harus melalui keterangan
sebagian imam bahwa seorang perawi ini tidak pernah bertemu dengan
orang pembawa berita atau tidak pernah mendengar secara mutlak atau dari
pengakuan sang perawi sendiri bahwa dirinya tidak penah bertemu atau
mendengar dari pembawa berita.

c.    Contoh Hadits Mursal


1. Mursal Tabi’i
Dari ibnu sa’ad berkata: memberitakan kepada kami waki’ bin al-
jarrah, memberitakan kepada kami Al-A’masyi dari Abu Sholih berkata:
Rasulullah SAW bersabda: wahai manusia sesunggunya aku sebagai rahmat
yang dihadiahkan.
Dari hadits tersebut diketahui bahwa Abu Sholih Al-Saman Al-
Zayyat adalah seorang tabi ’in, dia menyandarkan hadits tersebut dari nabi
Muhammad SAW tanpa menjelaskan perantara sahabat yang
menghubungkan kepada Rasulullah SAW. Maka hadits ini dinamakn Hadits
Mursal Tabi’i.

2. Mursal Shahaby
)‫ وبرز وظاهر (البخارى‬: ‫ انا اسمع – قال اشهد علي بدرا؟ قال‬-‫عن ابي اسحاق سأل رجل البراء‬
         dari abi ishaq (Ia berkata), seorang laki pernah bertanya kepada
baraa’ sedang saya mendengarkan. Orang itu, adakah ali ikut dalam
peperangan badar? Jawab baraa’, “YA, bahkan ia berperang tanding dan
memakai dua lapis baju besi”.
Keterangan:

12
1) Dalam riwayat tersebut baraa’ adalah shabat rasulullah saw. Ia tidak
turut berperang badar tapi ia berkata kepada orang  “YA”, bahkan ali
berperang tanding dalam peperangan tersebut
2) Oleh karena baraa’ tidak ikut, tentulah ia mengetahiu ali itu
berperang dari para sahabat yang ikut dalam berperang atau boleh juga
ia mendengar hal ali tersebut dari rasulullah SAW.
3) Maka jalan riwayat tersebut dinamakan Mursal Shahaby

3. Mursal Jaly
‫ قال رسول‬: ‫ ثنا هشيم عن داؤد بن عمرو عن عبد هللا بن أبي زكاريا عن ابي درداء قال‬: ‫حدثنا مسدد قال‬
)‫هللا صلى هللا عليه وسلم انكم تدعون يوم القيامة باسمائكم واسماء ابائكم فاحسنوا اسمائكم (ابو داؤد‬
Abu Daud berkata: telah menceritakan kepada kami musaddad, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami, husyain, dari daud ibn amr dari
Abdullah ibn abi Zakaria, dari adib darda, ia berkata, telah bersabda
Rasulullah SAW, “Sesungguhnya kamu akan dipenggal pada hari kiamat
dengan nama-nama kamu dan dengan nam-nam bapak kamu. Oleh karena
itu perbaguslah nama-nama kamu.
Keterangan:
1. Secara sederhana susunan abu daud adalah sbb:
a. Abu daud
b. Musaddad
c. Husyaim
d. Daud ibn Amr
e. Abdullah Ibn Zakiaria
f. Abu Darda’
g. Rasulullah SAW.
2. Sanad ini dikatakan putus karena Abdullah (E) dan abu darda’ (F)
tidak semasa. Sebab abu darda’ meninggal tahun 32 H. yaitu pada
massa kholifah Utsman bin Affan.
SedangkanAbdullah ibn Abi Zakaria  wafat pada tahun 117.

4. Mursal Khafi

13
‫ قد قامت الصالة نهض و كبر‬: ‫عن العوام بن الحوشب عن عبد هللا بن ابي اؤف كان النبي اذا قال بالل‬
Dari al-awam ibn hausyab dari Abdullah ibn ibi auf berkata adalah
nabi ketika bilal membaca telah berdiri sholat, maka beliu bergerak dan
takbir.
Dari periwayatan diatas al-awam tidak bertemu dengan Abdullah ibn abi
auf padahal mereka hidup semasa. Untuk mengetahui mursal khafi ini yakni
melalui keterangan sebagai imam bahwa seorang perawi ini tidak pernah
bertemu dengan pembawa berita atau tidak pernah mendengar atau
pengakuan perawi sendiri bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pembawa
berita.
d. Hukum Hadits Mursal
1. Jumhur ahli hadits dan ahli fiqh berpendapat bahwa hadits mursal
adalah dhaif dan dianggap sebagai hadits yang mardud, karena tidak
diketahui kondisi perawinya.
2. Pendapat lain mengatakan bahwa hadits mursala adalah shahih dan
dapat dijadikan sebagai hujjah, trlebih lagi jika tabi’in tidak
merwayatkannya kecuali dari orang-orang yang tsiqah dan dapat
dipercaya. Pendapat ini yang masyhur dalam madzhab maliki, abu
hanifah.
3. Imam syafi’I berpendapat bahwa hadits-hadits mursal pada tani’in
senior dapat diterima apabila terdapat hadits mursala dari jalur lain
meskipun mursal juga, atau dibantu dengan perkataan sahabat.
Kemudian imam syafi’I juga menjelaskan beberapa syarat hadits mursal
yang dapat diterima dan dijadikan hujjah. Sedangkan syaratnya ada 4, yang 3
berkaitan dengan periwayat yang me-mursal-kan hadits dan yang satu berkaitan
dengan matan hadisnya. Yaitu sebagai berikut:
1. Perawi yang me-mursal-kan hadits adalah seorang yang senior/kibar al-tabi’in
2. Perawi seorang yang tsiqah
3. Perawi tidak menyalahi para huffad yang amanah
4. hadisnya diriwayatkan melalui jalan sanad yang lain dan sesuai dengan
perkataan sahabat serta sesuai dengan fatwa mayoritas ahli ilmu hadits.
e. Contoh Kitab/Buku Hadits Mursal9
9
Abdul Majid Khon. Op.Cit. 173

14
1) al-Marasil, karya abu daud
2) Al-Marasil, karya Ibnu Abu Hatim
3) Jami’ Al-Tash’hil Li Ahkam Al-Marasil, karya Al-Ala’i
4) Al-Tafshil Li Mubham Al-Marasil, karya Al-Khatib.

3.    HADITS MUDALLAS
a.    Pengertian
Kata mudallas adalah bentu isim maf’ul dari kata:
‫ يدلس – تدليسا فهو مدلس وذك مدلس‬-‫دلس‬
     Dalam bahasa arab kata al-tadlis diartikan menyimpan atau menyembunyikan
cacat barang dagangan dari pembelinya. Sedangkan menurut istilah hadits
mudallas adalah:
‫اخفاء عيب فى االسناد وتحسين لظاهره‬
 “Menyembunyikan cacat dalam isnad dan menampakan (periwayatan) yang baik”
Maksud dari kata menampakn periwayatan yang bagus adalah menggunakan
ungkapan periwayatan yang tidak tegas bahwa ia mendengar dari penyampai
berita. Hadits mudallas sama dengan hadits mursal khofi. Letak perbedaannya
sangat kecil. Jika perawinya itu hidup semasa dan pernah bertemu dengan
pembawa berita tetepi tidak pernah mendengar hadits dari padanya. Kemudian ia
meriwayatkan suatu hadits yang sebenarnya ia tidak mendengarkannya secara
langsung dengan ungkapan dan kata-kata yang tidak jelas seperti qala
fulan atau‘an fulan maka haditsnya disebut mursal khafi. Sedangkan jika perawi
hidup semasa, pernah bertemu dan mendengarkan beberapa hadits dari penyampai
berita, kemudian ia meriwayatkan suatu hadits yang sebenarnya ia tidak
mendengar langsung dengan ungkapan kata yang tidak jelas, maka haditsnya
disebut hadits mudallas.
Hadits mudallas yang dikendaki dalam ilmu hadits adalah:
]10[‫ما روي على وجه يوهم انه ال عيب فيه‬
“Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits tersebut
tidak bernoda’
b.  Pembagian Hadits Mudallis
1) Tadlis Isnad

15
Mudallas artinya yang ditutup sedangkan isnad artnya menyandarkan sesuatu
kepada yang lain. Menurut istilah tadlis isnad adalah:
‫ان يروي الراوي عمن لقيه ما لم يسمعه منه موهما سماعه‬
Yaitu seorang perawi yang meriwayatkan suatu hadits yang ia tidak
mendengarnys dari seseorang yang pernah ia temui dengan cara yang
menimbulkan dugaan bahwa ia mendengarnya.10
Maksud definisi diatas adalah seorang perawi meriwayatkan sebagian
hadits yang telah ia dengar dari seorang syaikh, tetapi hadits yang di-tadlis-kan ini
memang tidak mendengar dirinya, ia mendengar dari syaikh lain yang mendengar
dari padanya. Kemudian syaikh ini digugurkan dalam periwayatan dengan
menggunaka ungkapan yang seolah-olah ia mendengar dari syaikh pertama
tersebut.
Kemudian tadlis isnad ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
1.   Tadlis Isnad Al-Taswiyah
yaitu seorang perawi meriwayatkan hadits dari seorang syaikh kemudian
digugurkan seorang dha’if antara dua syaikh yang tsiqah dan bertemu antara
keduanya.
2.  Tadlis Isnad Al-‘Athfi
     Yaitu  seorang perawi yang meriwayatkan suatu hadits  dengan jelas dari
seorang gurunya, kemudian di’athafkan (disambungkan) dengan gurunya yang
lain, dimana dia tidak mendengar hadits itu dari padanya. Misalnya:
    ‫حدثنا فالن وفالن‬
         Ada pula yang menyebutkan bahwa hadits tadlis isnad terbagi menjadi 3:11
1.   Hadits Tadlis Qatha’
2.   Hadits Tadlis Taswiyah
3.   Hadits Tadlis ‘Athaf
b.  Tadlis Syuyukh
      Yaitu suatu hadits yang dalam sanadnya, perawi menyebut syaikh yang ia
mendengar dari padanya dengan sebutan yang tidak terkenal dan masyhur
tentangnya. Ada pula yang menyebutkan bahwa hadits tadlis syuyukh adalah:
‫هو ان يروي الراوي عن شيخ حديثا سمعه منه فيسميه او يكنيه او ينسبه او يصفه بما يعرف به كي ال يعرف‬
10
Ibid. 179
11
Muhammad alwi. 2009. Ilmu Ushul Hadits. Yokyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 96

16
      “Yaitu seorang perawi meriwayatkan dari seorang syaikh sebuah hadits
yang ia dengar darinya kemudia ia beri nama lain atau nama panggilan atau nama
bangsa dan atau nama sifat yang tidak dikenal supaya tidak dikenal”.

c. Contoh Hadits Mudallas


1. Hadits mudallas isnad
     ‫لم يضرب‬  ‫روى النعمان بن راشد عن الزهزي عن عروة عن عائشة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫قط وال خادما اال يجاهد فى سبيل هللا‬  ‫امرأة‬  
           Diriwayatkan oleh nu’man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah,
bahwasannya rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang
perempuan dan juga tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan
Allah
Keterangan:
Kalau diuraikan secara seder hana, maka sanadnya adalah:
     a. Al-Nu’man
     b. al-Zuhri
     c. Urwah
     d. Aisyah
Dengan kajian sederhana dari susunan sanad tersebut, maka dapat
disimpulakan bahwa zuhri mendengar riwayat diatas dari urwah, karena memang
biasa zuhri meriwayatkan darinya. Padahal anggapan itu salah, sebab imam hatim
berkata, “zuhri tidak pernah mendengar hadits diatas dari urwah….” hal ini dapat
disimpulkan bahwa antara zuhri dan urwah ada seorang yang tidak disebutkan
oleh zuhri. Oleh karena itu hadits diatas disebut mudallas, tetapi karena samarnya
terjadi pada sandaran sanad hadits maka disebut mudallas isnad.

2. Hadits mudallas syuyukh


‫ ابو‬-‫روا ابو داود عن ابن جريج اخبرني بعض بنى ابو رافعي عن اكرمة عن ابن عباس قال طلق ابو يزيد‬
‫ام ركانة ونكح امرأة من مزينة‬-‫ركانة واخواته‬
Diriwayatkan oleh abu daud dari ibn juraij memberitakan kepadaku
sebagian bani abu rafi’ dari ikrimah dari ibnu abbas berkata: abu yazid mentalak

17
( abu rukanah dan saudar-saudaranya) atau rukanah dan menikahi seorang wanita
dari kabilah muzinah.
Ibnu juraij nama aslinya adalah abdul malik bin abdul aziz bin juraij, ia tsiqoh tapi
disifati tadlis sekalipun ia meriwayatkan hadits ini dengan ungkapan tegas tetapi
ia menyembunyikan nama syaikhnya yaitu bani abu rafi’. Para ulama’ berbeda
pendapat tentang syaikhnya ini, pendapat yang shahih adalah Muhammad ibn
ubaidillah bin abu rafi’. Gelar tarjih-nya adalah matruk.

d. Hukum Hadits Mudallas


Periwayatan yang dikenal sebagai mudallis ada beberapa pendapat tentang
hokum periwayatannya, yaitu:
a. Ditolak secara muthlak baik dijelaskan dengan tegas atau tidak, yaitu pendapat
sebagian malikiyah
b. Diterima secara muthlaq, pendapat al-khatib dalam al-kifayah dari para ahli
ilmu, alas an pendapat ini, tadlis disamakan dengan irsal (hadits mursal)
c. Diterima jika ia tidak diketahui melakukan tadlis, pendapat al-bazzar, al-azdi,
al-syafrafi, ibn hibban dan abdul barr
d. Diterima jika tadlisnya langka atau sedikit, pendapat ali al-madani
e. Diterima periwayatannya, jika ia tsiqoh dan memperjelas periwayatannya,
pendapat jumhur muhadditsin
Jadi perbedaan ulama’ dalam menyikapi hadits mudallas ada tiga yaitu
menolak secara mutlak, menerima secara mutlak dan menerima dengan catatan
atau syarat tertentu.

4. HADITS MUNQOTHI’
a. Pengertian
   Kata munqathi’ berasal dari ‫انقطع – ينقطع – انقطاعا – فهو منقطع‬ berarti terputus
yaitu lawan dari muttashil = bersambung. Menurut sebagian ulama’ hadits (al-
hakim) bahwa hadits munqathi’ adalah hadits dimana dalam sanadnya terdapat
seseorang yang tidak disebutkan namanya oleh rawi. Definisi lain disebutkan
bahwa hadits munqathi’ adalah

18
‫هو ما سقط من رواته راو واحد قبل الصحابي في موضع واحد او في مواضع متعددة بشرط عدم التوالى في‬
]16[‫مواضع السقوط‬
   Yaitu hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau
dibeberapa tempat dengan syarat tidak berturut-turut.  

b. Contoh Hadits Munqathi’


‫قال احمد بن شعيب انا قتيبة بن سعيد نا ابو عوانة نا هشام بن عروة عن فاطمة بنت المنذر عن ام سلمة ام‬
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ال يحرم من الضاع اال مافتق االمعاء فى الثدي و كان‬:‫المؤمنين قالت‬
‫قبل الفطام‬
Berkata ahmad ibu syu’aib, telah menceritakan kepada kami, qutaibah ibn
said, telah menceritakan kepada kami hisyam ibn urwah, dari Fatimah binti
mundzir, dari ummu salamah, ummil mu’minin , ia telah berkata,”telah bersabda
rasulullah SAW, tidak menjadikan apa-apa yang sampai dipencernaan dari susu,
dan adalah (teranggap hal ini) sebelum anak berhenti (dari minum susu)
Keterangan:
1. Secara sederhana kalau kita gambarkan maka sanadnya adalah:
a.Ahmad Ibn Syu’aib
b. Qutaibah Ibn Said
c. abu Awanah
d. hisyam ibn Urwah
e. Fatimah binti Mundhir
f. Ummu Salamah
g. Rasulullah Muhammad SAW
2. Fatimah (E) tidak mendengar hadits tersebut dari ummu salamah (F), sebab
waktu ummu salamah meninggal, Fatimah ketika itu masih kecil dan tidak pernah
bertemu dengannya. Jadi jelas bahwa diantara Fatimah dan ummu salamah ada
seorang perawi yang gugur oleh karena itu hadits ini disebut munqathi’

c. Hukum Hadits Munqothi’


Para ulama’ telah sepakat bahwa hadits munqathi’ adalah hadits mardud
dan dha’if  serta tidak dapt dijadikan hujjah. karena tidak dapat diketahiu keadaan
perawi yang digugurkan.

19
5. HADITS MU’DHAL
a. Pengertian
Kata mu’dhal dari akar kata:  ‫اه‬II‫ل اي اعي‬II‫و معض‬II‫اال فه‬II‫ل اعض‬II‫ل يعض‬II‫اعض‬ yang
artinya susah atau payah. Keterputusan hadits mu’dhal memang parah sampai dua
orang perawi maka menyulitkan dan memberatkan penghubungannya. Menurut
istilah ulama’ hadits mu’dhal adalah :
‫هو ما سقط من اسناده اثنان فأكثر على التوالي‬
Yaitu hadits yang gugur dari sanadnya dua orang atau lebih secara
berturut-turut  

b. Contoh Hadits Mu’dhal


)‫اخبرنا سعيد بن سالم عن ابن جريج ان رسول هللا عليه وسلم كان اذا رأى البيت رفع يديه (الشافعي‬
Imam syafi’I berkata, telah menceritakan kepada kami, said ibn salam, dari
ibn juraij bahwa nabi Muhammad apabila melihat baitullah beliu mengangkat
kedua tangannya”
Keterangan:
a. Dapat kita gambarkan sanadnya sebagi berikut:
1. Imam Syafi’i
2. Said Ibu Salim
3. Ibnu Juraij
4. Rasulullah Saw
b. Ibnu Juraij dalam sanad diatas adalah tidak sezaman dengan nabi,
bahkan  masanya itu dibawah tabi’in, sehingga ia disebut tabi’it tabi’in, yakni
pengikut tabi’in. jadi antara juraij dengan rasulullah SAW ada dua perantara yaitu
shahabat dan tabi’in. karena kedua orang ini( sahabat dan tabi’in ) tidak
disebutkan ditengah sanad ini maka periwayatan hadits diatas disebut mu’dhal.

c. Hukum Hadits Mu’dhal


Para ulama’ sepakat bahwa hadits mu’dhal adalah dhaoif dan mardud
(ditolak), lebih buruk dari pada hadits munqathi’ karena sanadnya banyak yang
terbuang.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
A. Pengertian Hadis Dlaif
Hadits dha’if adalah bagian dari hadits mardud. Dari segi bahasa dhaif
berarti lemah lawan kata dari al-qawi yang artinya kuat. Kelemahan hadits dhaif
ini disebabkan karena sanad dan matannya tidak memenuhi kreteria hadits kuat
yang diterima sebagai hujjah. Sedangkan menurut istilah hadits dhaif adalah
hadits yang tidak menghimpun sifat hadits hasan sebab satu dari beberapa syarat
yang tidak terpenuhi.

.    1. HADITS MU’ALLAQ


a.    Pengertian
Menurut bahasa mu’allaq berasal dari kata  ‫و معلق‬II‫ا فه‬II‫ق تعلق‬II‫علق يعل‬ dengan
makna bergantung. Dinamakan hadits mu’allaq karena sanadnya bersambung ke
arah atas dan terputus kearah bawah. Maka seolah seperti suatu benda yang
bergantung pada atap rumah atau sesame. Menurut istilah hadits mu’allaq adalah:
        ‫الذى يسقط من اول سنده راو فاكثر‬
“Hadits yang gugur rawinya, seorang atau lebih dari awal sanad”.
b. Contoh
‫ من صلى بعد المغرب‬: ‫ وقد روي عن عا ئشة عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫قال ابوا عيسى‬
‫عشرين ركعة بنى هللا له بيتا في الجنة‬
Abu isa telah berkata dan sesungguhnya telah diriwayatkan dari aisyah,
dari nabi Muhammad SAW bersabda: barang siapa sholat sesudah maghrib
duapuluh rakaaat maka Allah akan mendirikan baginya sebuah rumah disurga[2].
Keterangan:
Kalau diuraikan sanadnya adalah sbb:
a. Abu Isa
                   b. Aisyah
c. Rasulullah SAW

21
2. Hadis Mursal
a.    Pengertian
      Menurut bahasa mursal dari kata ‫اال مرسل‬II‫ل ارس‬II‫ل يرس‬II‫ارس‬ dengan makna
terlepas atau bebas tanpa ikatan. Hadist dinamakan mursal karena sanadnya ada
yang terlepas dikalangan sahabat atau tabi’in.
b. Contoh
1. Mursal Tabi’i
Dari ibnu sa’ad berkata: memberitakan kepada kami waki’ bin al-jarrah,
memberitakan kepada kami Al-A’masyi dari Abu Sholih berkata: Rasulullah
SAW bersabda: wahai manusia sesunggunya aku sebagai rahmat yang
dihadiahkan.
Dari hadits tersebut diketahui bahwa Abu Sholih Al-Saman Al-Zayyat adalah
seorang tabi ’in, dia menyandarkan hadits tersebut dari nabi Muhammad SAW
tanpa menjelaskan perantara sahabat yang menghubungkan kepada Rasulullah
SAW. Maka hadits ini dinamakn Hadits Mursal Tabi’i.

2. Mursal Shahaby
)‫ وبرز وظاهر (البخارى‬: ‫ انا اسمع – قال اشهد علي بدرا؟ قال‬-‫عن ابي اسحاق سأل رجل البراء‬
         dari abi ishaq (Ia berkata), seorang laki pernah bertanya kepada baraa’ sedang
saya mendengarkan. Orang itu, adakah ali ikut dalam peperangan badar? Jawab
baraa’, “YA, bahkan ia berperang tanding dan memakai dua lapis baju besi”.

3. Mursal Jaly
‫ قال رسول‬: ‫ ثنا هشيم عن داؤد بن عمرو عن عبد هللا بن أبي زكاريا عن ابي درداء قال‬: ‫حدثنا مسدد قال‬
]6[)‫هللا صلى هللا عليه وسلم انكم تدعون يوم القيامة باسمائكم واسماء ابائكم فاحسنوا اسمائكم (ابو داؤد‬
Abu Daud berkata: telah menceritakan kepada kami musaddad, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami, husyain, dari daud ibn amr dari Abdullah ibn abi
Zakaria, dari adib darda, ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya kamu akan dipenggal pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
dan dengan nam-nam bapak kamu. Oleh karena itu perbaguslah nama-nama
kamu.

22
4. Mursal Khafi
]7[‫ قد قامت الصالة نهض و كبر‬: ‫عن العوام بن الحوشب عن عبد هللا بن ابي اؤف كان النبي اذا قال بالل‬
Dari al-awam ibn hausyab dari Abdullah ibn ibi auf berkata adalah nabi
ketika bilal membaca telah berdiri sholat, maka beliu bergerak dan takbir.
Dari periwayatan diatas al-awam tidak bertemu dengan Abdullah ibn abi auf
padahal mereka hidup semasa. Untuk mengetahui mursal khafi ini yakni melalui
keterangan sebagai imam bahwa seorang perawi ini tidak pernah bertemu dengan
pembawa berita atau tidak pernah mendengar atau pengakuan perawi sendiri
bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pembawa berita.

3.    HADITS MUDALLAS
a.    Pengertian
Kata mudallas adalah bentu isim maf’ul dari kata:
‫ يدلس – تدليسا فهو مدلس وذك مدلس‬-‫دلس‬
     Dalam bahasa arab kata al-tadlis diartikan menyimpan atau menyembunyikan
cacat barang dagangan dari pembelinya. Sedangkan menurut istilah hadits
mudallas adalah:
‫اخفاء عيب فى االسناد وتحسين لظاهره‬
 “Menyembunyikan cacat dalam isnad dan menampakan (periwayatan) yang baik”
Maksud dari kata menampakn periwayatan yang bagus adalah menggunakan
ungkapan periwayatan yang tidak tegas bahwa ia mendengar dari penyampai
berita.

c. Contoh Hadits Mudallas


1. Hadits mudallas isnad
     ‫لم يضرب‬  ‫روى النعمان بن راشد عن الزهزي عن عروة عن عائشة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
]13[‫قط وال خادما اال يجاهد فى سبيل هللا‬  ‫امرأة‬  
           Diriwayatkan oleh nu’man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah,
bahwasannya rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang
perempuan dan juga tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan
Allah.

4. HADITS MUNQOTHI’
a. Pengertian

23
   Kata munqathi’ berasal dari ‫انقطع – ينقطع – انقطاعا – فهو منقطع‬ berarti terputus
yaitu lawan dari muttashil = bersambung. Menurut sebagian ulama’ hadits (al-
hakim) bahwa hadits munqathi’ adalah hadits dimana dalam sanadnya terdapat
seseorang yang tidak disebutkan namanya oleh rawi. Definisi lain disebutkan
bahwa hadits munqathi’ adalah
‫هو ما سقط من رواته راو واحد قبل الصحابي في موضع واحد او في مواضع متعددة بشرط عدم التوالى في‬
]16[‫مواضع السقوط‬
   Yaitu hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau
dibeberapa tempat dengan syarat tidak berturut-turut.  

b. Contoh Hadits Munqathi’


‫قال احمد بن شعيب انا قتيبة بن سعيد نا ابو عوانة نا هشام بن عروة عن فاطمة بنت المنذر عن ام سلمة ام‬
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ال يحرم من الضاع اال مافتق االمعاء فى الثدي و كان‬:‫المؤمنين قالت‬
‫قبل الفطام‬
Berkata ahmad ibu syu’aib, telah menceritakan kepada kami, qutaibah ibn
said, telah menceritakan kepada kami hisyam ibn urwah, dari Fatimah binti
mundzir, dari ummu salamah, ummil mu’minin , ia telah berkata,”telah bersabda
rasulullah SAW, tidak menjadikan apa-apa yang sampai dipencernaan dari susu,
dan adalah (teranggap hal ini) sebelum anak berhenti (dari minum susu).
5. HADITS MU’DHAL

a. Pengertian
Kata mu’dhal dari akar kata:  ‫اه‬II‫ل اي اعي‬II‫و معض‬II‫اال فه‬II‫ل اعض‬II‫ل يعض‬II‫اعض‬ yang
artinya susah atau payah. Keterputusan hadits mu’dhal memang parah sampai dua
orang perawi maka menyulitkan dan memberatkan penghubungannya. Menurut
istilah ulama’ hadits mu’dhal adalah :
‫هو ما سقط من اسناده اثنان فأكثر على التوالي‬
Yaitu hadits yang gugur dari sanadnya dua orang atau lebih secara
berturut-turut  

b. Contoh Hadits Mu’dhal


]18[)‫اخبرنا سعيد بن سالم عن ابن جريج ان رسول هللا عليه وسلم كان اذا رأى البيت رفع يديه (الشافعي‬

24
Imam syafi’I berkata, telah menceritakan kepada kami, said ibn salam, dari
ibn juraij bahwa nabi Muhammad apabila melihat baitullah beliu mengangkat
kedua tangannya”

25
DAFTAR PUSTAKA

M. Mudzakir, et.al. (2004) Ulumul Hadits (Bandung: Pustaka Setia)


Ibn al-Shalâh, Ibn, (1989) Muqaddimah Ibn Shalâh fî Ulûm al-Hadîts (Beirut: Dâr
al-Kutub alAlamiyah)
Ahmad Umar Hasyim, (1984) Qawâ’id Ushûl al-Hadîts Dâr al-Kutub al-‘Arabi,
Beirut.
Al-Qaththan Manna’.(2004). Mabahis Fi Ulum Al-Hadits (Pengantar Studi Ilmu
Hadits). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Al-Maliky Muhammad Ibn Alwi.(2009). Ilmu Ushul Hadits. Yokyakarta : Pustaka
Pelajar
Jumantoro Totok. (2002). Kamus Ilmu Hadits. Jakarta: Bumi Aksara
Khon Abdul Majid. (2009). Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah

26

Anda mungkin juga menyukai