Dosen Pengampu :
Hammam, Lc., M.Sy
Disusun Oleh :
1
2020/2021
2
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas berkat, rahmad serta
hadis dhaif dari segi sanad, dan pengertian dan contoh hadis Muallaq, Mu’dlol,
kami yang telah mendukung dan bekerja sama dalam menyusun makalah ini
Saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat
kami koreksi agar dalam pembuatan makalah untuk kedepannya kami lebih
baik lagi dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
penyusunan kata, atau kata yang tidak berkenan di hati pembaca kami
memohon maaf yang sebesar – besarnya, karena manusia tidak luput dari
kesalahan.
PENULIS
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBASAN
2.1 Pengertian Hadist Dhaif...................................................................... 3
2.2 Kecacatan Hadist Dhaif dari Segi Sanad Dan Contoh....................... 8
2.1 Kesimpulan......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
M. Mudzakir, et.al., Ulumul Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hlm. 85
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2. Agar pembaca bisa memahami tentang kecacatan Hadist Dhaif dari segi
Sanadnya
3. Agar pembaca bisa memahami tentang pengertian dan contoh dari Hadis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengatakan bahwa Hadîts mursal itu adalah Hadîts yang diriwayatkan oleh
seorang tâbi’în besar saja dari Rasûlullâh saw, sedangkan yang dari thâbi’în
kecil dikategorikan sebagai Hadîts munqathi’.
4
Ahmad Umar Hasyim, Qawâ’id Ushûl al-Hadîts (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Arabi, 1984), hlm.
103.
4
1. Tadlis al-Isnad
Tadlis al-Isnad adalah seorang perawi (mengatakan)
meriwayatkan sesuatu dari orang semasanya yang tidak pernah
bertemu dengan orang lain, atau pernah bertemu tetapi yang
diriwayatkannya itu tidak pernah didengar dari orang tersebut, dengan
cara yang menimbulkan dugaan mendengar langsung. Misalnya
dengan menyatakan: ”Fulan berkata”, dari Fulan”, ”Sesungguhnya
Fulan melakukan begini-begini” atau yang sejenis. Jenis tadlis al-
isnad yang lebih buruk lagi adalah jika ada seorang perawi
mengugurkan gurunya atau guru dari gurunya ataupun yang lain,
dengan alasan ke-dla’îf-an mereka atau karena masih kecil atau karena
alasan lain. Kemudian ia menggunakan kata yang mengandung
kemungkinan mendengar langsung dari gurunya untuk memperindah
kualitas Hadîtsnya, dengan meratakan sanadnya. Sehingga seolah-olah
ia bertemu langsung dengan para perawi yang tsîqah. Jenis yang
demikian ini disebut tadlis al-taswiyah. Dan ini merupakan jenis tadlis
yang terburuk karena mengandung pengelabuhan yang sangat
keterlaluan.
2. Tadlis al-Syuyûkh
Jenis ini lebih ringan dari pada tadlis al-isnad, karena perawinya
tidak sengaja menggugurkan salah seorang dari sanad, dan tidak
sengaja pula menyamarkan dan tidak mendengar langsung dengan
ungkapan yang menunjukkan mendengar langsung. Perawinya hanya
menyebut gurunya, memberi kunyah, nisbat ataupun sifat yang tidak
lazim dikenal.
5
memasukkan Hadîts dalam kategori ini kedalam Hadîts dla’îf dari segi
kemuttasilan sanad, karena kecacatan Hadîts bisa dari sanad, kadang pada
matan, dan kadang juga pada sanad dan matan sekaligus. Adapun Hadîts
dla’îf yang karena sebab lain dari ketidak muttasil-an sanad atau hal lain ada
enam jenis kategori, yaitu:
6
tertukar dengan perawi lain pada tingkatannya atau dengan sanad lain
yang bukan sanadnya, karena tidak sengaja.
6. Keenam, Hadîts Matruk dan Matruh. Hadîts matruk adalah Hadîts yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang muttaham bi al-kidzbi (yang
7
tertuduh melakukan dusta) dalam Hadîts nabawi, atau sering berdusta
dalam pembicaraannya, atau terlihat kefasikannya melalui perbuatan
maupun perkataannya, ataupun yang sering sekali salah dan lupa. Dan
Hadîts ini adalah tingkat Hadîts dla’îf yang terendah derajatnya.
Misalnya Hadîts Sidqah al Daqiqi dari Farqad dari Murrah dari Abî
Bakr, dan Hadîts Amr ibn Shamr dari Jâbir al-Ja’fî dari Harits dan Alî.
1. HADITS MU’ALLAQ
a. Pengertian
8
Hadits yang dibuang pada awal sanad seorang perawi atau lebih secara
berturut-turut.
Jadi hadits mu’allaq adalah hdits yang sanadnya bergantung karena
dibuang dari awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.
Dengan demikian hadits mua’llaq bisa jadi yang dibuang semua sanad dari
awal sampai akhir kemudia berkata: rasulullah SAW bersabda:…. Atau
dibuang sanad selain shahabat atau selain tabiin dan sahabat.
Keterangan:
6
Totok jumantoro. 2002. Kamus Ilmu Hadits. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 134
9
Hadits mu’allaq adalah hadits yang mardud karena gugur dan
hilang salah satu syarat diterimanya suatu hadits yaitu brsambungnya sanad,
dengan cara menggugurkan seorang atau lebih dari sanadnya tanpa dapat
kita ketahui keadaannya. Oleh karena itu para ulama’ berpendapat:7
a. Jika diriwayatkan dengan tegas dan jelas yakni dengan sighot jazm (kata
kerja aktif) seperti ذكر حكي قال Maka haditsnya dihukumi shohih
2. HADITS MURSAL
a. Pengertian
Menurut bahasa mursal dari kata اال مرسلIIل ارسIIل يرسIIارس dengan
makna terlepas atau bebas tanpa ikatan. Hadist dinamakan mursal karena
sanadnya ada yang terlepas dikalangan sahabat atau tabi’in.
7
Abdul Majid Khon. 0p.Cit. Hlm. 177
10
4) Sebagian ahli ilmu
هو روية التابعى الكبير عن النبي صلى هللا عليه وسلم
Yaitu periwayatan tabi’in senior dari nabi Muhammad SAW
4. Mursal Khafi
8
Totok jumantoro. Op.Cit.170
11
Khafi artinya yang tersembunyi atau yang tidak nyata. Maka mursala
khafi adalah :
هو رواية من عاصر التبعي صحابيا ولكنه لم يسمع حديثاو لم يلتقيا منه
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tabi’I dimana tabi’I yang
meriwayatkan hidup sezaman dengan sahabat, tapi ia tidak pernah
mendengar sebuah hadits pun darinya dan tidak pernah berjumpa
dengannya. Untuk mengetahui mursal khafi ini harus melalui keterangan
sebagian imam bahwa seorang perawi ini tidak pernah bertemu dengan
orang pembawa berita atau tidak pernah mendengar secara mutlak atau dari
pengakuan sang perawi sendiri bahwa dirinya tidak penah bertemu atau
mendengar dari pembawa berita.
2. Mursal Shahaby
) وبرز وظاهر (البخارى: انا اسمع – قال اشهد علي بدرا؟ قال-عن ابي اسحاق سأل رجل البراء
dari abi ishaq (Ia berkata), seorang laki pernah bertanya kepada
baraa’ sedang saya mendengarkan. Orang itu, adakah ali ikut dalam
peperangan badar? Jawab baraa’, “YA, bahkan ia berperang tanding dan
memakai dua lapis baju besi”.
Keterangan:
12
1) Dalam riwayat tersebut baraa’ adalah shabat rasulullah saw. Ia tidak
turut berperang badar tapi ia berkata kepada orang “YA”, bahkan ali
berperang tanding dalam peperangan tersebut
2) Oleh karena baraa’ tidak ikut, tentulah ia mengetahiu ali itu
berperang dari para sahabat yang ikut dalam berperang atau boleh juga
ia mendengar hal ali tersebut dari rasulullah SAW.
3) Maka jalan riwayat tersebut dinamakan Mursal Shahaby
3. Mursal Jaly
قال رسول: ثنا هشيم عن داؤد بن عمرو عن عبد هللا بن أبي زكاريا عن ابي درداء قال: حدثنا مسدد قال
)هللا صلى هللا عليه وسلم انكم تدعون يوم القيامة باسمائكم واسماء ابائكم فاحسنوا اسمائكم (ابو داؤد
Abu Daud berkata: telah menceritakan kepada kami musaddad, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami, husyain, dari daud ibn amr dari
Abdullah ibn abi Zakaria, dari adib darda, ia berkata, telah bersabda
Rasulullah SAW, “Sesungguhnya kamu akan dipenggal pada hari kiamat
dengan nama-nama kamu dan dengan nam-nam bapak kamu. Oleh karena
itu perbaguslah nama-nama kamu.
Keterangan:
1. Secara sederhana susunan abu daud adalah sbb:
a. Abu daud
b. Musaddad
c. Husyaim
d. Daud ibn Amr
e. Abdullah Ibn Zakiaria
f. Abu Darda’
g. Rasulullah SAW.
2. Sanad ini dikatakan putus karena Abdullah (E) dan abu darda’ (F)
tidak semasa. Sebab abu darda’ meninggal tahun 32 H. yaitu pada
massa kholifah Utsman bin Affan.
SedangkanAbdullah ibn Abi Zakaria wafat pada tahun 117.
4. Mursal Khafi
13
قد قامت الصالة نهض و كبر: عن العوام بن الحوشب عن عبد هللا بن ابي اؤف كان النبي اذا قال بالل
Dari al-awam ibn hausyab dari Abdullah ibn ibi auf berkata adalah
nabi ketika bilal membaca telah berdiri sholat, maka beliu bergerak dan
takbir.
Dari periwayatan diatas al-awam tidak bertemu dengan Abdullah ibn abi
auf padahal mereka hidup semasa. Untuk mengetahui mursal khafi ini yakni
melalui keterangan sebagai imam bahwa seorang perawi ini tidak pernah
bertemu dengan pembawa berita atau tidak pernah mendengar atau
pengakuan perawi sendiri bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pembawa
berita.
d. Hukum Hadits Mursal
1. Jumhur ahli hadits dan ahli fiqh berpendapat bahwa hadits mursal
adalah dhaif dan dianggap sebagai hadits yang mardud, karena tidak
diketahui kondisi perawinya.
2. Pendapat lain mengatakan bahwa hadits mursala adalah shahih dan
dapat dijadikan sebagai hujjah, trlebih lagi jika tabi’in tidak
merwayatkannya kecuali dari orang-orang yang tsiqah dan dapat
dipercaya. Pendapat ini yang masyhur dalam madzhab maliki, abu
hanifah.
3. Imam syafi’I berpendapat bahwa hadits-hadits mursal pada tani’in
senior dapat diterima apabila terdapat hadits mursala dari jalur lain
meskipun mursal juga, atau dibantu dengan perkataan sahabat.
Kemudian imam syafi’I juga menjelaskan beberapa syarat hadits mursal
yang dapat diterima dan dijadikan hujjah. Sedangkan syaratnya ada 4, yang 3
berkaitan dengan periwayat yang me-mursal-kan hadits dan yang satu berkaitan
dengan matan hadisnya. Yaitu sebagai berikut:
1. Perawi yang me-mursal-kan hadits adalah seorang yang senior/kibar al-tabi’in
2. Perawi seorang yang tsiqah
3. Perawi tidak menyalahi para huffad yang amanah
4. hadisnya diriwayatkan melalui jalan sanad yang lain dan sesuai dengan
perkataan sahabat serta sesuai dengan fatwa mayoritas ahli ilmu hadits.
e. Contoh Kitab/Buku Hadits Mursal9
9
Abdul Majid Khon. Op.Cit. 173
14
1) al-Marasil, karya abu daud
2) Al-Marasil, karya Ibnu Abu Hatim
3) Jami’ Al-Tash’hil Li Ahkam Al-Marasil, karya Al-Ala’i
4) Al-Tafshil Li Mubham Al-Marasil, karya Al-Khatib.
3. HADITS MUDALLAS
a. Pengertian
Kata mudallas adalah bentu isim maf’ul dari kata:
يدلس – تدليسا فهو مدلس وذك مدلس-دلس
Dalam bahasa arab kata al-tadlis diartikan menyimpan atau menyembunyikan
cacat barang dagangan dari pembelinya. Sedangkan menurut istilah hadits
mudallas adalah:
اخفاء عيب فى االسناد وتحسين لظاهره
“Menyembunyikan cacat dalam isnad dan menampakan (periwayatan) yang baik”
Maksud dari kata menampakn periwayatan yang bagus adalah menggunakan
ungkapan periwayatan yang tidak tegas bahwa ia mendengar dari penyampai
berita. Hadits mudallas sama dengan hadits mursal khofi. Letak perbedaannya
sangat kecil. Jika perawinya itu hidup semasa dan pernah bertemu dengan
pembawa berita tetepi tidak pernah mendengar hadits dari padanya. Kemudian ia
meriwayatkan suatu hadits yang sebenarnya ia tidak mendengarkannya secara
langsung dengan ungkapan dan kata-kata yang tidak jelas seperti qala
fulan atau‘an fulan maka haditsnya disebut mursal khafi. Sedangkan jika perawi
hidup semasa, pernah bertemu dan mendengarkan beberapa hadits dari penyampai
berita, kemudian ia meriwayatkan suatu hadits yang sebenarnya ia tidak
mendengar langsung dengan ungkapan kata yang tidak jelas, maka haditsnya
disebut hadits mudallas.
Hadits mudallas yang dikendaki dalam ilmu hadits adalah:
]10[ما روي على وجه يوهم انه ال عيب فيه
“Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits tersebut
tidak bernoda’
b. Pembagian Hadits Mudallis
1) Tadlis Isnad
15
Mudallas artinya yang ditutup sedangkan isnad artnya menyandarkan sesuatu
kepada yang lain. Menurut istilah tadlis isnad adalah:
ان يروي الراوي عمن لقيه ما لم يسمعه منه موهما سماعه
Yaitu seorang perawi yang meriwayatkan suatu hadits yang ia tidak
mendengarnys dari seseorang yang pernah ia temui dengan cara yang
menimbulkan dugaan bahwa ia mendengarnya.10
Maksud definisi diatas adalah seorang perawi meriwayatkan sebagian
hadits yang telah ia dengar dari seorang syaikh, tetapi hadits yang di-tadlis-kan ini
memang tidak mendengar dirinya, ia mendengar dari syaikh lain yang mendengar
dari padanya. Kemudian syaikh ini digugurkan dalam periwayatan dengan
menggunaka ungkapan yang seolah-olah ia mendengar dari syaikh pertama
tersebut.
Kemudian tadlis isnad ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
1. Tadlis Isnad Al-Taswiyah
yaitu seorang perawi meriwayatkan hadits dari seorang syaikh kemudian
digugurkan seorang dha’if antara dua syaikh yang tsiqah dan bertemu antara
keduanya.
2. Tadlis Isnad Al-‘Athfi
Yaitu seorang perawi yang meriwayatkan suatu hadits dengan jelas dari
seorang gurunya, kemudian di’athafkan (disambungkan) dengan gurunya yang
lain, dimana dia tidak mendengar hadits itu dari padanya. Misalnya:
حدثنا فالن وفالن
Ada pula yang menyebutkan bahwa hadits tadlis isnad terbagi menjadi 3:11
1. Hadits Tadlis Qatha’
2. Hadits Tadlis Taswiyah
3. Hadits Tadlis ‘Athaf
b. Tadlis Syuyukh
Yaitu suatu hadits yang dalam sanadnya, perawi menyebut syaikh yang ia
mendengar dari padanya dengan sebutan yang tidak terkenal dan masyhur
tentangnya. Ada pula yang menyebutkan bahwa hadits tadlis syuyukh adalah:
هو ان يروي الراوي عن شيخ حديثا سمعه منه فيسميه او يكنيه او ينسبه او يصفه بما يعرف به كي ال يعرف
10
Ibid. 179
11
Muhammad alwi. 2009. Ilmu Ushul Hadits. Yokyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 96
16
“Yaitu seorang perawi meriwayatkan dari seorang syaikh sebuah hadits
yang ia dengar darinya kemudia ia beri nama lain atau nama panggilan atau nama
bangsa dan atau nama sifat yang tidak dikenal supaya tidak dikenal”.
17
( abu rukanah dan saudar-saudaranya) atau rukanah dan menikahi seorang wanita
dari kabilah muzinah.
Ibnu juraij nama aslinya adalah abdul malik bin abdul aziz bin juraij, ia tsiqoh tapi
disifati tadlis sekalipun ia meriwayatkan hadits ini dengan ungkapan tegas tetapi
ia menyembunyikan nama syaikhnya yaitu bani abu rafi’. Para ulama’ berbeda
pendapat tentang syaikhnya ini, pendapat yang shahih adalah Muhammad ibn
ubaidillah bin abu rafi’. Gelar tarjih-nya adalah matruk.
4. HADITS MUNQOTHI’
a. Pengertian
Kata munqathi’ berasal dari انقطع – ينقطع – انقطاعا – فهو منقطع berarti terputus
yaitu lawan dari muttashil = bersambung. Menurut sebagian ulama’ hadits (al-
hakim) bahwa hadits munqathi’ adalah hadits dimana dalam sanadnya terdapat
seseorang yang tidak disebutkan namanya oleh rawi. Definisi lain disebutkan
bahwa hadits munqathi’ adalah
18
هو ما سقط من رواته راو واحد قبل الصحابي في موضع واحد او في مواضع متعددة بشرط عدم التوالى في
]16[مواضع السقوط
Yaitu hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau
dibeberapa tempat dengan syarat tidak berturut-turut.
19
5. HADITS MU’DHAL
a. Pengertian
Kata mu’dhal dari akar kata: اهIIل اي اعيIIو معضIIاال فهIIل اعضIIل يعضIIاعض yang
artinya susah atau payah. Keterputusan hadits mu’dhal memang parah sampai dua
orang perawi maka menyulitkan dan memberatkan penghubungannya. Menurut
istilah ulama’ hadits mu’dhal adalah :
هو ما سقط من اسناده اثنان فأكثر على التوالي
Yaitu hadits yang gugur dari sanadnya dua orang atau lebih secara
berturut-turut
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A. Pengertian Hadis Dlaif
Hadits dha’if adalah bagian dari hadits mardud. Dari segi bahasa dhaif
berarti lemah lawan kata dari al-qawi yang artinya kuat. Kelemahan hadits dhaif
ini disebabkan karena sanad dan matannya tidak memenuhi kreteria hadits kuat
yang diterima sebagai hujjah. Sedangkan menurut istilah hadits dhaif adalah
hadits yang tidak menghimpun sifat hadits hasan sebab satu dari beberapa syarat
yang tidak terpenuhi.
21
2. Hadis Mursal
a. Pengertian
Menurut bahasa mursal dari kata اال مرسلIIل ارسIIل يرسIIارس dengan makna
terlepas atau bebas tanpa ikatan. Hadist dinamakan mursal karena sanadnya ada
yang terlepas dikalangan sahabat atau tabi’in.
b. Contoh
1. Mursal Tabi’i
Dari ibnu sa’ad berkata: memberitakan kepada kami waki’ bin al-jarrah,
memberitakan kepada kami Al-A’masyi dari Abu Sholih berkata: Rasulullah
SAW bersabda: wahai manusia sesunggunya aku sebagai rahmat yang
dihadiahkan.
Dari hadits tersebut diketahui bahwa Abu Sholih Al-Saman Al-Zayyat adalah
seorang tabi ’in, dia menyandarkan hadits tersebut dari nabi Muhammad SAW
tanpa menjelaskan perantara sahabat yang menghubungkan kepada Rasulullah
SAW. Maka hadits ini dinamakn Hadits Mursal Tabi’i.
2. Mursal Shahaby
) وبرز وظاهر (البخارى: انا اسمع – قال اشهد علي بدرا؟ قال-عن ابي اسحاق سأل رجل البراء
dari abi ishaq (Ia berkata), seorang laki pernah bertanya kepada baraa’ sedang
saya mendengarkan. Orang itu, adakah ali ikut dalam peperangan badar? Jawab
baraa’, “YA, bahkan ia berperang tanding dan memakai dua lapis baju besi”.
3. Mursal Jaly
قال رسول: ثنا هشيم عن داؤد بن عمرو عن عبد هللا بن أبي زكاريا عن ابي درداء قال: حدثنا مسدد قال
]6[)هللا صلى هللا عليه وسلم انكم تدعون يوم القيامة باسمائكم واسماء ابائكم فاحسنوا اسمائكم (ابو داؤد
Abu Daud berkata: telah menceritakan kepada kami musaddad, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami, husyain, dari daud ibn amr dari Abdullah ibn abi
Zakaria, dari adib darda, ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya kamu akan dipenggal pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
dan dengan nam-nam bapak kamu. Oleh karena itu perbaguslah nama-nama
kamu.
22
4. Mursal Khafi
]7[ قد قامت الصالة نهض و كبر: عن العوام بن الحوشب عن عبد هللا بن ابي اؤف كان النبي اذا قال بالل
Dari al-awam ibn hausyab dari Abdullah ibn ibi auf berkata adalah nabi
ketika bilal membaca telah berdiri sholat, maka beliu bergerak dan takbir.
Dari periwayatan diatas al-awam tidak bertemu dengan Abdullah ibn abi auf
padahal mereka hidup semasa. Untuk mengetahui mursal khafi ini yakni melalui
keterangan sebagai imam bahwa seorang perawi ini tidak pernah bertemu dengan
pembawa berita atau tidak pernah mendengar atau pengakuan perawi sendiri
bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pembawa berita.
3. HADITS MUDALLAS
a. Pengertian
Kata mudallas adalah bentu isim maf’ul dari kata:
يدلس – تدليسا فهو مدلس وذك مدلس-دلس
Dalam bahasa arab kata al-tadlis diartikan menyimpan atau menyembunyikan
cacat barang dagangan dari pembelinya. Sedangkan menurut istilah hadits
mudallas adalah:
اخفاء عيب فى االسناد وتحسين لظاهره
“Menyembunyikan cacat dalam isnad dan menampakan (periwayatan) yang baik”
Maksud dari kata menampakn periwayatan yang bagus adalah menggunakan
ungkapan periwayatan yang tidak tegas bahwa ia mendengar dari penyampai
berita.
4. HADITS MUNQOTHI’
a. Pengertian
23
Kata munqathi’ berasal dari انقطع – ينقطع – انقطاعا – فهو منقطع berarti terputus
yaitu lawan dari muttashil = bersambung. Menurut sebagian ulama’ hadits (al-
hakim) bahwa hadits munqathi’ adalah hadits dimana dalam sanadnya terdapat
seseorang yang tidak disebutkan namanya oleh rawi. Definisi lain disebutkan
bahwa hadits munqathi’ adalah
هو ما سقط من رواته راو واحد قبل الصحابي في موضع واحد او في مواضع متعددة بشرط عدم التوالى في
]16[مواضع السقوط
Yaitu hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau
dibeberapa tempat dengan syarat tidak berturut-turut.
a. Pengertian
Kata mu’dhal dari akar kata: اهIIل اي اعيIIو معضIIاال فهIIل اعضIIل يعضIIاعض yang
artinya susah atau payah. Keterputusan hadits mu’dhal memang parah sampai dua
orang perawi maka menyulitkan dan memberatkan penghubungannya. Menurut
istilah ulama’ hadits mu’dhal adalah :
هو ما سقط من اسناده اثنان فأكثر على التوالي
Yaitu hadits yang gugur dari sanadnya dua orang atau lebih secara
berturut-turut
24
Imam syafi’I berkata, telah menceritakan kepada kami, said ibn salam, dari
ibn juraij bahwa nabi Muhammad apabila melihat baitullah beliu mengangkat
kedua tangannya”
25
DAFTAR PUSTAKA
26