MAKALAH
DOSEN PENGAMPU:
TAJUL MULUK, M.Ag
DISUSUN OLEH:
Halaman Judul
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH.................................................................................1
C. PERUMUSAN MASALAH...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN HADITS MUTAWATIR........................................................3
A. PENGERTIAN.......................................................................................................3
B. SYARAT HADIS MUTAWATIR.........................................................................4
C. PEMBAGIAN DARI HADIS MUTAWATIR......................................................5
D. NILAI, HUKUM, DAN KEBERADAAN HADIS MUTAWATIR......................8
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadis merupakan sumber ajaran islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Hadis berasal dari bahasa Arab yaitu “Al-Hadits” yang berarti perkaaan,
percakapan ataupun berbicara. Secara bahasa hadis berarti baru atau kabar,
sedangkan secara istilah hadis memiliki arti segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi,ly), pembiaran
(taqriry) dan sebagainya. Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an yaitu untuk
menguatkan hukum yang ditetapkan Al-Qur’an, memberikan rincian terhadap
pernyataan Al-Qur’an yang bersifat global, membatasi kemutlakan yang
dinyatakan oleh Al-Qur’an, memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al-
Qur’an yang bersifat umum, dan menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan
oleh Al-Qur’an.
Agar tidak salah dalam mengamalkan hadis, maka kita perlu mengetahui
dan mempelajari tentang hadist tersebut. Karena pentingnya belajar dan
mengamalkan hadis, maka kita perlu untuk mengetahui kebenaran dan keaslian
dari hadis tersebut. Unsur-unsur yang harus ada dalam hadis yaitu rawi, mata,
sanad. Rawi merupakan orang yang menerima suatu hadis dan menyampaikan
atau menuliskan hadis tersebut dalam kitab. Matan adalah materi ataupun isi dari
hadis itu sendiri baik berupa perkataan ataupun perbuatan Nabi ataupun
pembiaran nabi atas perbuatan sahabat. Sanad adalah rangkaian rawi yang dapat
meghubungkan matan hadis sehingga sampai kepada nabi. Berdasarkan unsur-
unsur tersebut, hadis dapat digolongkan lagi kedalam beberapa jenis. Salah
satunya pembagian hadis berdasarkan banyak atau tidaknya perawi hadis.
Berdasarkan jumlah perawinya, maka hadis dikelompokkan menjadi hadis
murtawatir dan hadis ahad.
1
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat masalah-masalah yang
berkaitan dengan hal tersebut. Masalah tersebut diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pengelompokan hadis berdasarkan jumlah perawinya
2. Perlunya menguasai pengertian hadis mutawatir
3. Mengetahui syarat dan pembagian hadis mutawatir
4. Pentingnya mengetahui nilai, hukum dan keberadaan hadis mutawatir.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang dibahas, adapun rumusan
masalah yang didapat, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan hadis mutawatir?
2. Apa saja syarat dari hadis mutawatis?
3. Apa saja pembagian dari hadis mutawatir?
4. Apa itu nilai, hukum dan keberadaan hadis mutawatir?
2
BABII
PEMBAHASAN
HADITS MUTAWATIR
A. PENGERTIAN
Menurut bahasa, kata “al-mutawatir” adalah isim fa’il berasal dari
mashdar ”altawatur” yang memiliki persamaan dengan”at-tatabu’u” yang
berarti berturut-turut atau beriring-iringan. Hal ini sama seperti kata “tawatara
al-matharu” yang berarti hujan turun berturut-turut. 1
Menurut istilah, hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh
sejumlah perawi pada semua thabaqat (generasi) yang menurut akal dan adat
kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta. Dalam ilmu Hadis,
hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan dengan banyak sanad yang
berlainan rawi-rawinya serta mustahil mereka itu dapat berkumpul jadi satu
untuk berdusta mengadakan hadist itu.2
Adapun menurut istilah ulama, hadis mutawatir adalah:
“Khabar yang di dasarkan pada panca indera yang dikabarkan oleh
sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka bersepekat untuk
mengkabarkan berita itu dengan dusta.3
Dalam buku “taisirul fi mustholahi al hadits”Mahmud Thohan”
menjelaskan tentang hadits mutawatir, yaitu:
Hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi pada setiap tingkatan
sanadnya, yang menurut akal dan kebiasaan mereka tidak dimungkinkan untuk
berdusta, dan dalam periwayatannya mereka bersandarkan pada panca indra.
1
Mahmud Thahan, ilmu hadits praktis, (Bogor:Pustaka Thariqul Izzah, 2010), hlm.20,
2
Ibid.
3
Muhammad Bin Alawi, Al Minhal al latif fii ushul al hadits asy syarif, (Beirut:Daarul Kutub Al Ilmiyah,
2011),hlm.
3
Jadi, dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan tersebut dapat
disimpulkan hadis mutawatir adalah hadis yang didasarkan pada panca indera
yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang dapat dipercaya karena dari mereka
tidak mungkin untuk berdusta. 4
5
Mahmud Thahan, ilmu hadits praktis, (Bogor:Pustaka Thariqul Izzah, 2010), hlm.20-21
6
Ibid.
4
sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah
Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin”(QS. Al-Maidah ayat
12).7
7
Ibid.
8
Mahmud Thahan,ilmu hadits praktis,(Bogor,pustaka thoriqul izzah, 2010) hal 21
9
Ibid.
5
Hadis yang mutawatir lafadznya dan maknanya. Maksudnya adalah hadits
yang diriwayatkan dengan lafadz dan makna yang sama, serta kandungan hukum
yang sama.10 Jumlahnya sedikit sekali contohnya:
6
9. Ahmad dari Muhammad bin Fudlail dari A'masy dari Hubaib dari Tsa labah
dari Ali bin Abi Thalib dari Nabi
10. lbnu Majah dari Isma'il bin Musa dari Syarik dari Samak dari Abdurrahman
dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi.
7
mungkin ada. Pendapat mereka dibantah oleh Ibn Shalah. Dia menyatakan
bahwa hadits mutawatir (termasuk yang lafdzi) memang ada, hanya jumlahnya
sangat terbatas. 14
Menurut Ibn Hajar Al-Asqolani, Hadits mutawatir jumlahnya banyak,
namun untuk mengetahuinya harus dengan cara menyelidiki riwayat-riwayat
hadits serta kelakuan dan sifat perawi, sehingga dapat diketahui dengan jelas
kemustahilan perawi untuk sepakat berdusta terhadap hadits yang
diriwayatkannya.
14
ibid.
15
Mahmud Thahan,ilmu hadits praktis,(Bogor,pustaka thoriqul izzah, 2010) hal 32
8
bersandar pada jumlah, yang dengan jumlah tersebut dapat diyakini kebenaran
khabar yang dibawa. Seperti buku sejarah yang menginformasikan bahwa ada
sahabat nabi yang bernama Umar bin Khattab, sekalipun kita belum pernah
melihatnya namun kita tetap yakin bahwa info tersebut benar.16
3. Keberadaan Hadis Mutawatir
Ibnu Shalah berpendapat bahwa hadist mutawatir jumlahnya tidak banyak.
Pendapat ini dibantah keras oleh Ibn Hajar, “orang yang mengatakan bahwa
hadist mutawatir jumlahnya sedikit, berarti dia kurang serius mengkaji hadist”.
Para ulama kemudian berusaha mengakurkan dua pendapat ini. Apabila yang
dimaksud oleh Ibn Shalah adalah hadist mutawatir lafdzi, maka pendapat itu ada
benarnya, karena keberadaan hadist mutawatir lafdzi realitanya memang tidak
banyak. Ibn Hajar tatkala mengatakan bahwa hadist mutawatir jumlahnya
banyak, juga ada benarnya, jika yang dimaksud adalah hadist mutawatir
maknawi atau mutawatir secara umum.17
BABIII
KESIMPULAN
Hadis mutawatir adalah hadis yang didasarkan pada panca indera yang
diriwayatkan oleh banyak perawi yang dapat dipercaya karena dari mereka tidak
mungkin untuk berdusta. Syarat dari hadis muawatir yaitu Hadits Mutawatir
harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, dan dapat diyakini bahwa
mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta; adanya keseimbangan antara
perawi pada thabaqat (generasi) pertama dan thabaqat berikutnya; dan harus
berdasarkan tanggapan panca indra (harus benar-benar dari hasil pendengaran
atau penglihatan sendiri). Hadis mutawatir terbagi tiga: a) hadis mutawatir
Lafdzi, yaitu mutawatis yang lafadz hadisnya sama atau hadis mutawatir yang
berkaitan dengan lafal perkataan nabi. b) hadis mutawatir ma’nawi adalah
mutawatir pada makna. c) hadis mutawatir ‘Amali adalah amalan agama
(ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi saw, kemudian diikuti oleh para sahabat,
16
Muhammad nasir,Buku siswa hadits ilmu hadits,(Jakarta,kementrian agama,2014) hal 41
17
Ibid.
9
kemudian diikuti lagi oleh Tabi’in dan seterusnya, diikuti oleh generasi sampai
sekarang. Hadis mutawatir itu mempunyai kedudukan sebagai ilmu dharuriy
atau yang diyakini kebenarannya dari Rasul SAW. Para rawi hadis mutawatir
tidak perlu lagi diselidiki tentang keadilan dan kedhabitannya (kuatnya
hafalan/ingatan), karena kuantitas para perawi hadis sudah menjamin tidak
mungkin terjadi kesepakatan bohong.
10
DAFTAR PUSTAKA
11