ULUMUL HADIST
Dosen Pengampu:
M. Isa,M.A
Disusun oleh:
M. Nazar
Ardiata
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..................................................................................................1
B. Rumus
Masalah.................................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian hadits
dhaif......................................................................................2
B. Macam-macam hadits
dhaif..............................................................................3
C. Syarat-Syarat Hadis..........................................................................................6
A.
Kesimpulan.......................................................................................................7
B. Daftar pustaka...................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadits merupakan kitab yang berisi berita tentang sabda, sikap dan perilaku Nabi
Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat sewaktu para sahabat bersama Nabi.
Kemudian berita tersebut disampaikan kepada para sahabat yang lain yang tidak
mengetahui.Dalam imu hadits, hadits memiliki klasifikasi yaitu hadits shahih, hadits hasan,
dan hadits dha’if.
Disini penulis hanya membahas hadits dha’if yang merupakan hadits lemah diantara
hadits yang lainnya, karena hadits ini kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat
hadits shohih atau hadits hasan.
Hadits dha’if juga memiliki banyak macam ragamnya atau mempunyai perbedaan
derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih yang
tidak dipenuhinya.Hadits dha’if memiliki klasifikasi juga seperti klasifikasi hadis dha’if berdasarkan
cacat pada keadilan dan ke-dhobit-an rawi, dan klasifikasi berdasarkan gugurnya rawi.
B. Rumus Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Pengertian hadits dha’if ?
2. Apa saja syarat-syarat hadits?
3. Apa saja macam-macam hadits dha’if ?
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai hadits dha’if, klasifikasi hadits
dha’if, dan macam-macam hadits dha’if berdsarkan cacat rawinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, kata dho’if berasal dari bahasa Arab dhuf’un yang berarti lemah
lawan kata dari al qowiy yang berarti kuat.1Dengan makna bahasa ini,maka yang dimaksud
dengan dho’if dari segi bahasa berarti hadits yang lemah atau tidak kuat Secara terminologi,
terdapat perbedaan rumusan di antara para ulama dalammen definisikan hadits dho’if ini.
Tetapi, pada dasarnya, isi dan maksudnya adalah sama.
“Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan syarat-syarat
hadits hasan”
Sedangkan yang dimaksud Hadits Maqbul di sini adalah hadits yang diterima, yaitu sempurna
padanya syarat-syarat diterimanya3
Menurut Nur ad-Din’Atr, definisi hadis dhaif yang paling baik ialah:
“Hadis yang hilang salah satunya dari syarat-syarat hadis maqbul (hadis yang sahih
atau hadis yang hasan)”
sebagai hadits dho’if Pada definisi yang ketiga disebutkan secara tegas bahwa jika
satu syarat saja(dari persyaratan hadits shahih atau hadits hasan hilang, berarti hadits itu
dinyatakan sebagai hadits dho’if. Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua atau tiga syarat,
1
Mohammad Nor Ichwan, Study Ilmu Hadits,(Semarang: Rasail Media Group, 2007), hlm 133
2
Drs.H.Mudasir,Ilmu Hadits, (Bandung:Pustaka Setia, 1999), hlm 156-157
3
M. Hasbi Ash Shiddieqy,Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 1,(Jakarta : PT Bulan Bintang, 1987),hlm 220
2
seperti perawinya tidak adil, dan adanya kejanggalan dalammatan. Hadits seperti ini dapat
dinyatakan yang sangat lemah.4
a. Hadits Mursal
Hadits mursal adalah hadits yang disandarkan langsung oleh tabi’in pada Rosulullah
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupuntaqrirnya, tabi’in yang di maksud bisa
tabi’in kecil ataupun besar.
Pada dasarnya hukum hadits mursal adalah dho’if dan ditolak. Hal tersebut karena
kurangnya (hilangnya) salah satu syarat ke-shahih-an dansyarat diterimanya suatu hadits,
yaitu persambungan sanad. Selain itu juga tidak dikenalnya tentang keadaan perawi yang
dihilangkan tersebut,sebab boleh jadi perawi yyang dihilangkan tersebut adalah bukan
sahabat.Dengan adanya kemungkinan demikian, maka ada kemungkinanhadits tersebut
adalah dho’if.
b. Hadits Munqothi
Hadits munqothi’ adalah hadits yang gugur pada sanadnya seorang perawi atau pada
sanad tersebutkan seseorang yang tidak dikenalnamanya. Tetapi kebanyakan ulama hadits
menggunakan istilah Munqothi’secara umum, meliputi setiap hadits yang terputus
sanadnyaseperti hadits mursal, mu’dhal,dan mu’allaq
c. Hadits Mu’dhal
Hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang sanadnya ataulebih secara
berturut-turut.Dengan pengertian diatas, menunjukkan bahwa hadits mu’dhal berbeda dengan
hadits munqothi’.Pada haditsmu’dhal, gugurnya dua orang perawi terjadi secara berturut-
turut.Sedangkan pada hadits munqothi’, gugurnya dua orang perawi, terjadisecara terpisah
(tidak berturut-turut)5
d. Hadits Mu’allaq
4
Drs.H.Mudasir,Ilmu Hadits, (Bandung:Pustaka Setia, 1999), hlm 156-157
5
Munzier Suparto,Ilmu Hadis,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2003) hal 157
3
Hadits mu’allaq adalah hadits yang dihapus dari awal sanadnyaseorang perawi atau
lebih secara berturut-turut.Hadits mu’allaq hukumnya adalah mardud (tertolak), karena tidak
terpenuhinya salah satu syarat qabul yaitu persambungan sanad, yangdalam hal ini adalah
dihapuskannya satu orang perawi atau lebih darisanadnya, sementara keadaan perawi yang di
hapuskan tersebut tidak diketahui.
e.Hadits mudallas
-Tadlisu Al Sanad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari orang yangsatu masa
dengannya, namun disebutkan seolah-olah dia benar- benar mendengar darinya, agar hadits
tersebut dipandang baik.
-Tadlisu Al Syuyuukhi
Yaitu meriwayatkan hadits yang didengarnya dari seorang guru,namun dia menyebut
nama gurunya itu dengan menggunakansebutan yang tidak populer misalnya dengan
menggunakan namakuniahnya, nisbatnya atau sifatnya dengan pertimbangan agar tidak di
ketahui dengan jelas identitas gurunya yang lemah, sehinggatertutupi kelemahannya.6
Yang dimaksud dengan cacat pada perawi adalah terdapatnyakekurangan atau cacat
pada diri perawi, baik dari segi keadilannya,agama,atau dari segi ingatan, hafalan,dan
ketelitiannya.
Cacat yang berhubungan dengan ingatan dan hafalan adalah sangat keliru atau sangat
dalam kesalahannya, buruk hafalannya, lalai, banyak prasangka dan menyalahi perawi yang
tsiqah.
Macam-macam hadits dho’if berdasarkan cacat yang dimiliki oleh perawinya yaitu :
6
Muhammad Alawi Al Maliki,Ilmu Ushul Hadis(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 95-98
4
a. Hadits Matruk
b. Hadits Munkar
Hadits munkar adalah hadits yang terdapat pada sanadnya seorang perawi yang sangat
keliru, atau sering kali lalai dan terlihatkefasikannya secara nyata.
c. Hadits Mu’allal
Hadits Mu’allal adalah hadits yang perawinya cacat karena al-wahm, yaitu banyaknya
dugaan atau sangkaan yang tidak mempunyailandasan yang kuat.
d. Hadits Mudroj
Hadits mudroj adalah hadits yang terdapat tambahan yang bukandari hadits tersebut.
e. Hadits Maqlub
Hadits maqlub adalah hadits yang mengganti suatu lafadz denganlafadz yang lain
pada sanad hadits atau pada matannya dengan caramendahulukan atau mengakhirkannya.
f. Hadits Mudhorib
Hadits mudhorib adalah hadits yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang
berlawanan yang masing-masing sama-sama kuat.
g. Hadits Mushoffaf
Hadits mushoffaf adalah mengubah kalimat yang terdapat padasuatu hadits menjadi
kalimat yang tidak diriwayatkan oleh para perawiyang tsiqoh, baik secara lafadz maupun
maknanya.7
h. Hadits Syadz
Hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, namun
bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqatatau yang lebih baik dari padanya.8
C. Syarat-Syarat Hadis
7
Mohammad Nor Ichwan, Study Ilmu Hadits, (Semarang: Rasail Media Group, 2007), hlm 133-146
8
Nawir Yuslem,Ulumul Hadits,(Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001), hlm 278
5
1. Hadis Sahih
Secara lliteral, sahih berarti sehat, selamat, benar, sah dan sempurna. Antonimdari
kata ini adalah saqim (sakit). Dengan demikian, hadis sahih berarti hadis yang selamat,sehat,
sah, atau sempurna. Menurut terminologi hadis sahih adalah hadis yang memiliki sanad yang
bersambung (kepada nabi SAW), diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, hinggaakhir
sanad nya dan tidak ada kejanggalan illat nya.
Definisi diatas menjelaskan bahwa hadis sahih adalah hadis yang memenuhi kaidah-kaidah
keshohihan hadis, yaitu :
a. Sanad hadis tersebut mesti bersambung mulai dari mukharrij sampai kepada nabiSAW.
b. Seluruh periwayat dalam hadis tersebut harus memiliki sifat adil dan dhabit
Jika terperinci maka syarat tersebut bisa menjadi lima syarat yaitu:
4. Tidak mengandung cacat (illat) baik pada sanad maupun pada matan.
Dari segi istilah, para ulama berpendapat bahwa hadis sahih adalah:
hadis yang sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh
(periwayat)yang‘adil dan dhabith sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak terdapat
kejanggalan(syadz) dan cacat (‘illat) 10
BAB III
PENUTUPAN
9
Prof.Dr.H. Ramli Abdul Wahid,MA.Studi Ilmu Hadis,(Medan:Citapustaka, 2010), hlm.108
10
M. Alfatih Suryadilaga,Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Kalimedia, 2009), hlm.244
6
A.Kesimpulan
1.) Secara etimologi, kata dho’if berasal dari bahasa Arab dhuf’un yang berarti lemah dan
yang dimaksud hadits dho’if dari segi bahasa berarti hadits yang lemah atau tidak kuat
Secara terminologi, di antara para ulamaterdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan
hadits dho’if ini. Akantetapi, pada dasarnya, isi dan maksudnya adalah sama yaitu
hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul.
2.) Kedudukan hadits dho’if dalam hukum islam yaitu berada setelah haditsshahih dan hadits
hasan.
4.) Berdasarkan ke-dho’if-an suatu hadits, maka hadits dho’if terbagi atas :
b. Dho’if ditinjau dari segi cacatnya perawi : Hadits Matruk, HaditsMunkar, Hadits
Mu’allal, Hadits Mudroj, Hadits Maqlub, HaditsMudhorib, Hadits Mushoffaf, dan Hadits
Syadz
DAFTAR PUSTAKA
7
Ash Shiddieqy, M. Hasbi; 1987; Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 1;PTBulan Bintang;
Jakarta.
Prof.Dr.H. Ramli Abdul Wahid ,Studi Ilmu Hadis, Medan:Cita Pustaka, 2010