Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ULUMUL HADIST

MEMAHAMI SYARAT DAN MACAM-MACAM HADITS DHAIF

Dosen Pengampu:
M. Isa,M.A

Disusun oleh:
M. Nazar
Ardiata

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA TGK CHIK PANTE KULU
KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur kita


ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat
besrta salam mari sama kita ucapkan kepada baginda nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari pola pikir yang
lemah ke pola pikir yang kuat. Dengan selesainya makalah ini, tidak lepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan banyak masukan kepada saya.
Untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada M. Isa,M.A selaku dosen mata
kuliah umum Ulumul Hadist yang telah bersedia memeriksa dan mengoreksi
makalah saya. saya menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun pengetahuan
saya, oleh karena itu saya harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah ini.

Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Darussalam, 20 Desember 2022

Pemakalah
i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang..................................................................................................1
B. Rumus
Masalah.................................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian hadits
dhaif......................................................................................2
B. Macam-macam hadits
dhaif..............................................................................3
C. Syarat-Syarat Hadis..........................................................................................6

BAB III PENUTUPAN

A.
Kesimpulan.......................................................................................................7
B. Daftar pustaka...................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hadits merupakan kitab yang berisi berita tentang sabda, sikap dan perilaku Nabi
Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat sewaktu para sahabat bersama Nabi.
Kemudian berita tersebut disampaikan kepada para sahabat yang lain yang tidak
mengetahui.Dalam imu hadits, hadits memiliki klasifikasi yaitu hadits shahih, hadits hasan,
dan hadits dha’if.
Disini penulis hanya membahas hadits dha’if yang merupakan hadits lemah diantara
hadits yang lainnya, karena hadits ini kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat
hadits shohih atau hadits hasan.
Hadits dha’if juga memiliki banyak macam ragamnya atau mempunyai perbedaan
derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih yang
tidak dipenuhinya.Hadits dha’if memiliki klasifikasi juga seperti klasifikasi hadis dha’if berdasarkan
cacat pada keadilan dan ke-dhobit-an rawi, dan klasifikasi berdasarkan gugurnya rawi.

B. Rumus Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Pengertian hadits dha’if ?
2. Apa saja syarat-syarat hadits?
3. Apa saja macam-macam hadits dha’if ?

C. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai hadits dha’if, klasifikasi hadits
dha’if, dan macam-macam hadits dha’if berdsarkan cacat rawinya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian hadits dhaif

Secara etimologi, kata dho’if berasal dari bahasa Arab dhuf’un yang berarti lemah
lawan kata dari al qowiy yang berarti kuat.1Dengan makna bahasa ini,maka yang dimaksud
dengan dho’if dari segi bahasa berarti hadits yang lemah atau tidak kuat Secara terminologi,
terdapat perbedaan rumusan di antara para ulama dalammen definisikan hadits dho’if ini.
Tetapi, pada dasarnya, isi dan maksudnya adalah sama.

Dalam hal ini Al-Nawawi mendefinisikan hadist dhaif sebagai:

‫سن‬ َ ُ‫ش ُر ْوط‬


َ ‫الح‬ ِّ ‫ش ُر ْوطُ ال‬
ُ ‫ص َّح ِة َواَل‬ ُ ‫َمالَ ْم يُ ْو َج ُد فِ ْي ِه‬
Artinya:

“Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan syarat-syarat
hadits hasan”

Ulama lainnya menyebutkan bahwa hadis dhaif ialah:

ٍ ‫صفَاتُ فِ ْي ِه يَ ْجتَ ِم ْع لَ ْم ُك ُل َح ِد ْي‬


‫ث‬ ِ ‫القَبُ ْو ِل‬
Artinya:

”Hadits yang didalamnya tidak terkumpul sifat-sifat maqbul”2

Sedangkan yang dimaksud Hadits Maqbul di sini adalah hadits yang diterima, yaitu sempurna
padanya syarat-syarat diterimanya3

Menurut Nur ad-Din’Atr, definisi hadis dhaif yang paling baik ialah:

ُ ْ‫َما فَقِ َد ش َْرطًا ِمن‬


ِ ‫ش ُر ْو ِط ا ْل َح ِد ْي‬
‫ث ال َم ْقبُ ْول‬
Artinya:

“Hadis yang hilang salah satunya dari syarat-syarat hadis maqbul (hadis yang sahih
atau hadis yang hasan)”

sebagai hadits dho’if Pada definisi yang ketiga disebutkan secara tegas bahwa jika
satu syarat saja(dari persyaratan hadits shahih atau hadits hasan hilang, berarti hadits itu
dinyatakan sebagai hadits dho’if. Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua atau tiga syarat,

1
Mohammad Nor Ichwan, Study Ilmu Hadits,(Semarang: Rasail Media Group, 2007), hlm 133
2
Drs.H.Mudasir,Ilmu Hadits, (Bandung:Pustaka Setia, 1999), hlm 156-157

3
M. Hasbi Ash Shiddieqy,Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 1,(Jakarta : PT Bulan Bintang, 1987),hlm 220

2
seperti perawinya tidak adil, dan adanya kejanggalan dalammatan. Hadits seperti ini dapat
dinyatakan yang sangat lemah.4

B. Macam-macam hadits dhaif


Berdasarkan penelitian para ulama hadits, bahwa kedho’ifan suatu hadits bisa terjadi
pada tiga tempat, yaitu pada sanad, matan dan pada perowi hadits.Dari ketiga ini, lalu mereka
membagi hadits ke dalam beberapa macam hadits dho’if.

1. Dho’if ditinjau dari segi persambungan sanad.

Hadits yang tergolong dalam kelompok ini, diantaranya:

a. Hadits Mursal

Hadits mursal adalah hadits yang disandarkan langsung oleh tabi’in pada Rosulullah
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupuntaqrirnya, tabi’in yang di maksud bisa
tabi’in kecil ataupun besar.

Pada dasarnya hukum hadits mursal adalah dho’if dan ditolak. Hal tersebut karena
kurangnya (hilangnya) salah satu syarat ke-shahih-an dansyarat diterimanya suatu hadits,
yaitu persambungan sanad. Selain itu juga tidak dikenalnya tentang keadaan perawi yang
dihilangkan tersebut,sebab boleh jadi perawi yyang dihilangkan tersebut adalah bukan
sahabat.Dengan adanya kemungkinan demikian, maka ada kemungkinanhadits tersebut
adalah dho’if.

b. Hadits Munqothi

Hadits munqothi’ adalah hadits yang gugur pada sanadnya seorang perawi atau pada
sanad tersebutkan seseorang yang tidak dikenalnamanya. Tetapi kebanyakan ulama hadits
menggunakan istilah Munqothi’secara umum, meliputi setiap hadits yang terputus
sanadnyaseperti hadits mursal, mu’dhal,dan mu’allaq

c. Hadits Mu’dhal

Hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang sanadnya ataulebih secara
berturut-turut.Dengan pengertian diatas, menunjukkan bahwa hadits mu’dhal berbeda dengan
hadits munqothi’.Pada haditsmu’dhal, gugurnya dua orang perawi terjadi secara berturut-
turut.Sedangkan pada hadits munqothi’, gugurnya dua orang perawi, terjadisecara terpisah
(tidak berturut-turut)5

d. Hadits Mu’allaq
4
Drs.H.Mudasir,Ilmu Hadits, (Bandung:Pustaka Setia, 1999), hlm 156-157

5
Munzier Suparto,Ilmu Hadis,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2003) hal 157

3
Hadits mu’allaq adalah hadits yang dihapus dari awal sanadnyaseorang perawi atau
lebih secara berturut-turut.Hadits mu’allaq hukumnya adalah mardud (tertolak), karena tidak
terpenuhinya salah satu syarat qabul yaitu persambungan sanad, yangdalam hal ini adalah
dihapuskannya satu orang perawi atau lebih darisanadnya, sementara keadaan perawi yang di
hapuskan tersebut tidak diketahui.

e.Hadits mudallas

Kata“Mudallas”secara etimologi diambil dari kata “dals” yang berarti“bercampurnya


gelapdan terang”, dan kata itu digunakan untuk menyebut sebuah hadits yang didalmnya
mengandung unsur-unsur kesamaan dengan unsur-unsur yang dikandung oleh makna kata
tersebut.Sedang pengertian hadits mudallas menurut terminologi ialah hadits yangdisamarkan
oleh rawi dengan berbagai macam penyamaran.

Hadits mudallas ada dua macam yaitu:

-Tadlisu Al Sanad

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari orang yangsatu masa
dengannya, namun disebutkan seolah-olah dia benar- benar mendengar darinya, agar hadits
tersebut dipandang baik.

-Tadlisu Al Syuyuukhi

Yaitu meriwayatkan hadits yang didengarnya dari seorang guru,namun dia menyebut
nama gurunya itu dengan menggunakansebutan yang tidak populer misalnya dengan
menggunakan namakuniahnya, nisbatnya atau sifatnya dengan pertimbangan agar tidak di
ketahui dengan jelas identitas gurunya yang lemah, sehinggatertutupi kelemahannya.6

2. Dho’if ditinjau dari segi cacatnya perawi.

Yang dimaksud dengan cacat pada perawi adalah terdapatnyakekurangan atau cacat
pada diri perawi, baik dari segi keadilannya,agama,atau dari segi ingatan, hafalan,dan
ketelitiannya.

Cacat yang berhubungan dengan keadilan perawi diantaranya adalah berbohong,


dituduh berbohong, fasik, berbuat bid’ah dan tidak diketahuikeadaanya.

Cacat yang berhubungan dengan ingatan dan hafalan adalah sangat keliru atau sangat
dalam kesalahannya, buruk hafalannya, lalai, banyak prasangka dan menyalahi perawi yang
tsiqah.

Macam-macam hadits dho’if berdasarkan cacat yang dimiliki oleh perawinya yaitu :

6
Muhammad Alawi Al Maliki,Ilmu Ushul Hadis(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 95-98

4
a. Hadits Matruk

Hadits Matruk adalah hadits yang perawinya mempunyai cacattertuduh dusta,


pembohong atau pendusta.

b. Hadits Munkar

Hadits munkar adalah hadits yang terdapat pada sanadnya seorang perawi yang sangat
keliru, atau sering kali lalai dan terlihatkefasikannya secara nyata.

c. Hadits Mu’allal

Hadits Mu’allal adalah hadits yang perawinya cacat karena al-wahm, yaitu banyaknya
dugaan atau sangkaan yang tidak mempunyailandasan yang kuat.

d. Hadits Mudroj

Hadits mudroj adalah hadits yang terdapat tambahan yang bukandari hadits tersebut.

e. Hadits Maqlub

Hadits maqlub adalah hadits yang mengganti suatu lafadz denganlafadz yang lain
pada sanad hadits atau pada matannya dengan caramendahulukan atau mengakhirkannya.

f. Hadits Mudhorib

Hadits mudhorib adalah hadits yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang
berlawanan yang masing-masing sama-sama kuat.

g. Hadits Mushoffaf

Hadits mushoffaf adalah mengubah kalimat yang terdapat padasuatu hadits menjadi
kalimat yang tidak diriwayatkan oleh para perawiyang tsiqoh, baik secara lafadz maupun
maknanya.7

h. Hadits Syadz

Hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, namun
bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqatatau yang lebih baik dari padanya.8

C. Syarat-Syarat Hadis

7
Mohammad Nor Ichwan, Study Ilmu Hadits, (Semarang: Rasail Media Group, 2007), hlm 133-146
8
Nawir Yuslem,Ulumul Hadits,(Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001), hlm 278

5
1. Hadis Sahih

Secara lliteral, sahih berarti sehat, selamat, benar, sah dan sempurna. Antonimdari
kata ini adalah saqim (sakit). Dengan demikian, hadis sahih berarti hadis yang selamat,sehat,
sah, atau sempurna. Menurut terminologi hadis sahih adalah hadis yang memiliki sanad yang
bersambung (kepada nabi SAW), diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, hinggaakhir
sanad nya dan tidak ada kejanggalan illat nya.

Definisi diatas menjelaskan bahwa hadis sahih adalah hadis yang memenuhi kaidah-kaidah
keshohihan hadis, yaitu :

a. Sanad hadis tersebut mesti bersambung mulai dari mukharrij sampai kepada nabiSAW.

b. Seluruh periwayat dalam hadis tersebut harus memiliki sifat adil dan dhabit

c. Sanad dan matannya harus terhindar dari kejanggalan dan cacat.

Jika terperinci maka syarat tersebut bisa menjadi lima syarat yaitu:

1. Antara satu sanad dan sanad lainnya mesti bersambung.

2. Diriwayatkan oleh para periwayat yang adil.

3. Memiliki hafalan yang sempurna.

4. Tidak mengandung cacat (illat) baik pada sanad maupun pada matan.

5. Tidak janggal (syaz), baik ada sanad maupun matan.9

Dari segi istilah, para ulama berpendapat bahwa hadis sahih adalah:

hadis yang sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh
(periwayat)yang‘adil dan dhabith sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak terdapat
kejanggalan(syadz) dan cacat (‘illat) 10

Dalam arti lain, hadits shahih adalah ;

“Hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi-rawi yang adil, sempurna


ingatannya,sanadnya bersambung-sambung, tidak ber-illat, dan tidak janggal”

BAB III
PENUTUPAN
9
Prof.Dr.H. Ramli Abdul Wahid,MA.Studi Ilmu Hadis,(Medan:Citapustaka, 2010), hlm.108
10
M. Alfatih Suryadilaga,Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Kalimedia, 2009), hlm.244

6
A.Kesimpulan

Setelah memahami, membuat dan mempelajari makalah ini maka penyusundapat


menyimpulkan:

1.) Secara etimologi, kata dho’if berasal dari bahasa Arab dhuf’un yang berarti lemah dan
yang dimaksud hadits dho’if dari segi bahasa berarti hadits yang lemah atau tidak kuat
Secara terminologi, di antara para ulamaterdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan
hadits dho’if ini. Akantetapi, pada dasarnya, isi dan maksudnya adalah sama yaitu
hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul.

2.) Kedudukan hadits dho’if dalam hukum islam yaitu berada setelah haditsshahih dan hadits
hasan.

3.)Terdapat 3 madzhab pendapat para ulama mengenai pengamalan haditsdho’if, yaitu :


a. Mazhab Pertama mengatakan bahwa hadits dho’if boleh diamalkansecara mutlak,
baik dalam masalah halal, haram, fardh maupun wajibdengan syarat tidak ditemukan hadits
lain dalam bab tersebut.

b. Mazhab kedua mengatakan mempergunakan hadits yang dho’if untuk fadha


ilula’mal, baik untuk yang bersifat targhib maupun yang bersifattarhib, yaitu sepanjang hadits
tersebut belum sampai ke derajat maudhu(palsu). Imam An-Nawawi memperingatkan bahwa
diperbolehkannyahal tersebut bukan untuk menetapkan hukum, melainkan hanya untuk
menerangkan keutamaan amal, yang hukumnya telah ditetapkan olehhadits shahih, setidak-
tidaknya hadits hasan.

c. Mazhab ketiga mengatakan bahwa mengamalkan hadits dho’if adalahtidak boleh


secara mutlak, baik dalam masalah fadhail amal maupunhalal dan haram.

4.) Berdasarkan ke-dho’if-an suatu hadits, maka hadits dho’if terbagi atas :

a. Dho’if ditinjau dari segi persambungan sanadnya : Hadits Mursal,Hadits Munqothi,


Hadits Mu’dhal, Hadits Mu’allaq, Hadits Mudallas

b. Dho’if ditinjau dari segi cacatnya perawi : Hadits Matruk, HaditsMunkar, Hadits
Mu’allal, Hadits Mudroj, Hadits Maqlub, HaditsMudhorib, Hadits Mushoffaf, dan Hadits
Syadz

DAFTAR PUSTAKA

7
Ash Shiddieqy, M. Hasbi; 1987; Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 1;PTBulan Bintang;
Jakarta.

Al Maliki,Muhammad Alawi; 2009;Ilmu Ushul Hadis; Pustaka Pelajar;Yogyakarta.

Mudasir; 1999; Ilmu Hadits; Pustaka Setia; Bandung.

Suryadilaga, M. Alfatih,Ulumul Hadis,Yogyakarta: Kalimedia, 2009

Prof.Dr.H. Ramli Abdul Wahid ,Studi Ilmu Hadis, Medan:Cita Pustaka, 2010

Anda mungkin juga menyukai