Disusun oleh :
1. Khoerul Fatkhuloh (3200003)
2. Laena Erlina (3200019)
3. Shofal Jamil (3200017)
4. Warkoni (3200016)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul „Hadits Dhaif dan sebab
sebab Kedhaifannya‟ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Imam Faizin pada mata kuliah Ulumul Hadits. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Hadits dhaif dan sebab sebab kedhaifannya bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imam Faizin selaku dosen Ulumul Hadits
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Pemalang, 09 November 2020
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa hadis merupakan sumber hokum
kedua setelah kitab suci Al Qur‟an. Hadis merupakan perkataan perbuatan, dan takrir Nabi
Muhammad selama beliau menjadi Nabi dan Rasul. Karena itu selain kita harus menjadikan
Al Qur‟an sebagai sumber hukum utama, kitapun harus mempelajari dan menjadikan hadis
sebagai pedoman dan penguat dari hokum Al Qur‟an.
Dan dalam hadis sendiri, terdapat tingkatan-tingkatan hadis dari hadis yang shohih
sampai hadis maudhu‟.dan dalam menjadikannya (hadis) sebagai hujjah atau sebagai sumber
hukum, kita harus mengetahui terlebih dahulu tingkatan-tingkatan hadis yang boleh dijadikan
hujjah.
Apakah hadis yang tingkatannya lemah (hadis dhaif) dapat dijadikan hujjah ?, kadang
sering kali kita bertanya bahkan belum mengerti apakah kita dapat berhujjah dengan hadis
pada tingkatan ini atau tidak.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mengangkat tema “Hadis Dhaif dan
Kehujjahannya”, yang dimaksudkan untuk dibahas lebih lanjut, agar kita mengetahui arti dari
hadis dhaif itu sendiri, sebab-sebabkedhaifannya, dan bolehkah kita berhujjah dengan hadis
dhaif.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1. Apa pengertian Hadis Dhaif?
2. Apa saja kriteria kriteria Hadis Dhaif?
3. Apa saja sebab sebab hadis dhaif?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Hadis Dhaif
2. Untuk mengetahui apa saja kriteria dari Hadis Dhaif
3. Untuk mengetahui sebab sebab Hadis Dhaif
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis..... hal.163
5
pertimbangan dan menganggapnya sebagai penghalang dapat diterimanya suatu hadits. Hal
ini merupakan puncak kehati-hatian yang kritis dan ilmiah.
6
1. Mursal Tabii : sebagaimana keterangan diatas
2. Mursal Shahabi : periwayatan diantara sahabat yunior dari Nabi
padahal mereka tidak melihat dan tidak mendengar langsung dari
beliau.
3. Mursal Khafi : gugurnya perawi di mana saja tempat dari
sanad di antara dua orang perawi yang semasa tetapi tidak bertemu.
Contoh Hadis Mursal :
Ibnu Saad berkata dalam Thabaqatnya : memberitahukan
kepada kami Waki bin Al Jarrah memberitahukan kepada kami Al A
masy dari Abu Shalih berkata : Rasulullah SAW bersabda :
ُّ ٖبُّاىْبطُّاَّبُّاّبُّسدَخٍُّٖذاحُّٝبٝ
“Wahai manusia sesungguhnya aku sebagai rahmat yang
dihadiahkan.”
Abu Shalih As saman seorang tabiin dia menyandarkan berita hadis
tersebut dari Nabi tanpa menjelaskan perantara sahabat yang
menghubungkannya kepada Rasulullah.
B. Hadis Munqathi
Kata muntaqhi berasal dari kata ُُّّْقطغُّاّقطبػبُّفٍُّْٖ٘قزغُّٝ اّقطغyang berarti
terputus lawan dari kata muttasil = bersambung. Nama inqitha terputus karena
ada sanad yang tidak bersambung.
1. Pendapat mayoritas muhadditsin
ُّ ُّٚألُّػيئُّاىز٘اىٍٜبُّعقؾٍُُِّّاعْبدُّٓساُّٗاُّٗامثشُّقجوُّاىظذبث
Hadist yang digugurkan dari sanadnya seorang perawi atau
lebih sebelum sahabat tidak berturut turut.
2. Pendapat Fuqaha, Ushuliyyin, dan segolongan muhadditsin
diantaranya Al Khatib Al Baghdadi dan Ibnu Abdul Barr
ُّ ُّٔٗجُّٔمبُُّاّقطبػٛ
ّ زظوُّاعْبدٍُُِّّٓإٌُُّّٝ٘موٍُّبُّى
Segala hadits yang tidak bersambung sanadnya di mana saja
terputusnya.
Hadist Munqathi adalah hadis yang sanadnya terputus artinya
seorang perawi tidak bertemu langsung dengan pembawa berita baik di
awal di tengah atau diakhir sanad.
o Contoh Hadis Munqathi :
7
Hadis yang diriwayatkan oleh Al Hakim, Ahmad, dan Al
Bazzar dari Abdul Razzaq dari Ats Tsauri dari Abu ishaq dari Zaid
bin Yutsai dari Hudzaifah secara marfu :
ُّ ٍُِّٞأٛ
ّ ٘زَُّٕ٘بُّاثبُّثنشُّفقٞاراُّٗى
“Jika engkau serahkan kekuasaan kepada Abu Bakar,
dia adalah lelaki yang kuat dan terpercaya.”
Pada sanad diatas ada seorang perawi yang digugurkan yaitu
syarik yang semestinya menempati antara Ats Tsauri dan Abu Ishaq.
Ats Tsauri menerima Hadis bukan dari Abu Ishaq secara langsung
tetapi dari Syarik dan Syarik mendengarnya dari Abu Ishaq.
C. Hadis Mu‟dhal
Berasal dari kata ُّٓبُّٞاػٛؼؼوُّاػؼبألُّفٍُّٖ٘ؼؼوُّاُّٝ اػؼوyang artinya payah
dan susah. Dalam istilah Hadist Mu‟dhal adalah hadis yang gugur dari
sanadnya dua orang lebih secara berturut turut.
o Contoh Hadis Mu‟dhal :
Hadis yang diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Ma‟rifah Ulum
Al Hadis yang disandarkan kepada Al QA‟nabi dari Malik telah
sampai kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata : Rasulullah
bersabda :
قٞنيفُّاألٍُّبُّرطُّٝىيََيُّ٘كُّؽؼبٍُُّّٔٗمغُّ٘رُّٔٗأل
“Bagi budak mendapat makanan dan pakaian, ia tidak boleh
dibebani kecuali pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan.”
Hadis diatas Mu‟dhal karena digugurkan dua orang perawi secara
berturut turut antara malik dan Abu Hurairah yaitu Muhammad bin Ajlan dan
ayahnya.
D. Hadis Mu‟allaq
Berasal dari kata ُّ قب ُّفٖ٘ ٍُّؼيقٞؼيق ُّرؼيُّٝ ػيقdengan nama bergantung.
Dalam istilah Hadis Mu‟allaq adalah hadis yang sanadnya bergantung karena
dibuang dari awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut turut.
o Contoh Hadis Mu‟allaq :
Hadis yang diriwayatkan oleh Al Bukhari berkata : Malik
berkata : memberitakan kepadaku zaid bin asalam,bahwa atha‟bin
yasar memberitakan kepadanya,bahwa abu sa‟id al-khudri
memberitakan kepadnya,bahwa ia mendengar dari rasulullah
bersabda :
8
ُُِّدخوُّػثَبُّٞٔدُُّّٞٔٗعيٌُّسمجزُّٞهللاُّػيُّٚطيُّٜاىْجُّٚغطٚٗقبهُّأثٍُّ٘٘ع
“Abu Musa radiyallahu 'anhu berkata : “Nabi Sallallahu 'Alahi
Wasallam menutup dua lutut beliau ketika Utsman masuk.”
Hadits ini adalah hadits Mu‟allaq, karena Imam Bukhari
menghilangkan seluruh sanadnya kecuali satu orang shahabat yaitu
Abu Musa al-Asy‟ari.2
E. Hadis Mudallas
Berasal dari isim maf‟ul dari kata غبُّفٍُّٖ٘ذىظٍُّٗذىظٞذىّظُّرذىُّٝدىّظ
dalam bahasa arab kata at tad‟lis diartikan menyimpan atau
menyembunyikan cacat barang dagangan dari pembelinya. Sedang
dalam istilah adalah :
ُّ ُِّٓىظبٕشُّٞاالعْبدُّٗرذغٜتُّفٞاخفبءػ
Menyembunyikan cacat dalam isnad menampakan cara
(periwayatan) yang baik.
o Macam macam Hadis Mudallas :
1. Tadlis Al Isnad : hadis yang disampaikan oleh seorang perawi
dari orang yang semasa dengannya dan ia betemu sendiri dengan orang
itu namun ia tidak mendengar hadis tersebut langsung darinya. Apabila
perawi memberikan penjelasan bahwa ia mendengar langsung hadis
tersebut padahal kenyataannya tidak, maka tidak tidak termasuk
mudallas melainkan suatu kebohongan/ kefasikan.
2. Tadlis Taswiyah : apabila perawi menggugurkan perawi di atasnya
yang bukan gurunya karena dianggap lemah sehingga hadis tersebut
hanya diriwayatkan oleh orang-orang yang terpercaya saja, agar dapat
diterima sebagai hadis shahih. Tadlis taswiyah merupakan jenis tadlis
yang paling buruk karena mengandung penipuan yang keterlaluan.
3. Tadlis „Athaf (merangkai dengan kata sambung semisal “Dan”). Yaitu
bila perawi menjelaskan bahwa ia memperoleh hadis dari gurunya dan
menyambungnya dengan guru lain padahal ia tidak mendengar hadis
tersebut dari guru kedua yang disebutnya.
4. adlis Syuyukh: Yaitu tadlis yang memberikan sifat kepada perawi
dengan sifat-sifat yang lebih dari kenyataan, atau memberinya nama
dengan kunyah (julukan) yang berbeda dengan yang telah masyhur
dengan maksud menyamarkan masalahnya.3
2
( Abu Maryam Abdusshomad, diambil dari : Taisir Musthalah Hadits oleh Dr. Mahmud Thahhan )
3
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis..... hal.169
9
Dari segi bahasa matruk dari kata زشكُّرشمبُّفٍُّٖ٘زشٗكُّٝرشك =
Tertinggal. Dalam istilah adalah :
ُِّ ُْش َُّٗا َِّالٌُّْٝ َُّٗى
ِ ِْ ٍُّ
ُِّٔ ُِّج َّٖز ْ َُّاىقَ َ٘ا ِػذ
َ ُّاى ََ ْؼيُ ْ٘ ٍَ ِخ ْ ِٔ ِثْٝ ةُّ ِى َُخَبىَفَ ِخُّ َد ِذ
ِ ُّس َٗار ُ ُٖ ٌُّْثِ ْبى َن ِز
ُ ِٔ ِٕ َُُّ٘ ٍَبُّا ّْفَ َشدَُّث
Hadits matruk adalah hadits yang para rawinya secara individu
melakukan kebohongan agar hadits itu bertentangan dengan kaidah-
kaidah yang telah diketahui dan tidaklah diriwayatkan kecuali berasal
dari dirinya rawi itu sendiri".
o Contoh Hadis Matruk :
ُّ:ٌَ َّعي َ ِٔ ْٞ َُّهللاُُّ َػيَّٚطي
َ ُّٗ َ َُِّّٜبطُّ َػ ُِِّاىَّْج
َ ُّ َػ ُِّْا ْثُِ ُّ َػج،بك َّ ُّ َػ ُِِّاى،ِٛذٍُّاْأل َ ْصدْٞ ع ِؼ
ِ ؼ َذ َ ُُِّجِ ْشُّْثْٝ َ٘ ُج
ُّئ ْ ُ ظذَقَخٍُّاىغ ِ ِّشُّفَاَِّّ َٖبُّر
ُ ط ِف َ ِ ُن ٌُّْثْٞ َُّ َٗ َػي،عُّاىغ َّْ٘ ِء
َ بس
ِ ظ ِ ْٗ َبءُّ ْاى َِ ْؼ ُش
َ ٍَ َُّ ََْْ ُغَُُِّّّٝٔفُّفَا ْ ُن ٌُُّّْثِبْٞ ََػي
ُِّ ْط ِط
ُّهللاُِّ َػ َُّّضُّ َٗ َج َّو
ُّ ُّت َ َغ
َُّ ؼ
Juwaibir bin Sa‟id Al Azdiy, dari Dhahak, dari Ibnu Abbas dari
Nabi sae, beliau bersabda; Hendaklah kalian berbuat ma‟ruf, karena ia
dapat menolak kematian yang buruk, dan hendaklah kamu bersedekah
secara tersembunyi, karena sedekah tersembunyi akan memadamkan
murka Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
Di dalam sanad ini terdapat rawi yang bernama Juwaibir bin
Sa‟id Al Azdiy. an-Nasa‟i Daruquthni, dhl. mengatakan bahwa
haditsnya ditinggalkan (matruk). Ibnu Ma‟in berkata, “Ia tidak ada
apa-apanya”, menurut Ibnu Ma‟in ungkapan (tidak ada apa-apanya) ini
berarti ia tertuduh berdusta.
B. Hadis Majhul
Berasal dari kata جٖو ُّجٖال ُّفٖ٘ ٍُّجٖ٘هُّٝ = جٖوtidak diketahui,
antonim dari kata ma‟lum = dimaklumi atau diketahui. Dalam istilah
adalah :
ُّ ُّْٔٔاُّٗطفزٍُِّٕٞ٘ىٌُّرؼشفُّػ
Seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan identitasnya.
o Macam macam Hadis Majhul :
1. Majhul Al Ayn : seorang perawi disebutkan dalam sanad tetapi
tidak ada yang mengambil periwayatannya selain satu orang perawi.
Contoh :
ٍُّذْٝ ِضَٝ ُِِّْ تُّث َ ْٜ ػزْ َجخٍُّث ُِِّْأ َ ِث
ٍ َُّّٗق
ِ بصُّ َػ ُِِّاىغَّب ِئ ُ ُِِّْ ضُّث َُِِّْٕب ِش ٌٍُّث َ ُّ ُِ َجخُُّ ْثْٞ َ َدذّثََْبُّقُز
ِ َؼ ُّخَُّ َػ ُِّْ َد ْفْٞ َٖ ُذٍُّثََْبُّ ْثُِ ُّىْٞ ع ِؼ
ُِّٔ ْٝ ََذٞخُّ َٗجْ َُُّٖٔ ِث َ ٍَ ُِّٔ ْٝ ََذُّٝعيَّ ٌَُّ َمبَُ ُّ ِئرَاُّد َ َػبُّفَ َشفَ َغ
َُّ غ َ ُّٗ َ ُُُّّهللاَّٚطي
َ ِٔ ْٞ َػي َّ ُُِّّٔأ َ َُُّّاىَّْ ِجْٞ ُِّأ َ ِث
َ ُُّّٜ ُّْ َػ
Qutaibah bin Sa‟id menceritakan kepada kami, Ibnu Luhai‟ah
menceritakan kepada kami, dari Hafsh bin Hasyim bin Utbah bin Abu
Waqqash, dari Saib bin Yazid, dari ayahnya, Yazid bin Sa‟id al-Kindi
10
ra. Bahwa Nabi saw apabila berdo‟a beliau mengangkat kedua
tangannya lalu menwajahnya dengan kedua tangannya.
Hafsh bin Hasyim termasuk majhul „ain, sebagaimana telah dijelaskan
di muka.
C. Hadis Mubham
Menurut bahasa adalah samar tidak jelas. Secara istilah adalah :
ُّ ُِّاىغْذُّاٗاىَزٜغ ٌُّّفٌُُّّٝىُّٛاىزُّٕٛٗ٘اىشا
ّ
Seorang perawi yang tidak disebutkan namanya baik dalam
sanad atau dalam matan.
o Contoh :
ُُّّرطؼٌُّاىطؼبًُّٗرقشأ:ش؟ُّقبهُّٞاالعبًُّخُّٛأ:ُّملسو هيلع هللا ىلصٚاُُّسجالُّعأهُّاىْج
ُّ ٍُُِّّٔٞػشفذٍُُِّّٗىٌُّرؼشف—ٍزفقُّػيٚاىغالًُّػي
bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada
Rasulullah saw katanya: “(perbuatan) Islam yang manakah
yang paling baik?” Jawab Nabi: “Ialah kamu merangsum
makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu
kenal dan yang belum kamu kenal”. (Riwayat Bukhary-
Muslim)
Menurut penyelidikan As-Suyuthy bahwa orang laki-laki yang
ertanya kepada Rasulullah itu ialah Abu Dzarr ra.4
3. Dhaif sebab cacat ke dhabith-an
A. Hadis Munkar
Berasal dari kata ْنش ُّاّنبسافٍْٖ٘نشُّٝ = اّنشmenolak, tidak
menerima, lawan dari kata iqrar = mengakui dan menerima. Secara
istilah adalah :
4
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis..... hal.183
11
ِ َ٘ فُّ ِث ُِّٔ ٍَ ُِّْٕ َُُّ٘أَ ْق
ُُّٔ ْْ ٍُّٙ ُ ُخَب ِىُُّّٝأ َ ُّْٗ ٍَب،ْف
ِ ٞؼ ِؼ ْ ْثُّاىَّ ِز
َّ ِٔ َِزَٝ ْْفَ ِشدُُّ ِث ِش َٗاُّٝٛ
َّ ُّاىِٛٗ ُّاىشا ْ َُ٘ ٕ
ُ ُّٝاى َذ ِذ
B. Hadis Mu‟allal
Berasal dari kata ال ُّفٖ٘ ٍُّؼيوٞؼيو ُّرؼيُّٝ ػيوberasal dari kata illah
yang diartikan al maradh = penyakit. Secara istilah adalah :
ِ ُغالَ ٍَخ
ٍُّ ْْ َٖب َ َُُّّ َ ط َّذزِ ُِّٔ ٍَ َغُّأ
َّ ظبٕ ُِشُُّٓاى ْ ُ ُّأِْٛثُّاىَّز
ِ ُُِّّٜ ِػيَّخٍُّر َ ْقذَ ُحُّفَٚ ُِّٔ َػيْٞ ِؽ ِي َغُّف ْ َُ٘ ٕ
ُ ُّٝاى َذ ِذ
5
Amru Abdil Mun'im Salim, hadits
12
Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi (14), Abu Isa ar-Ramli di dalam
Zawaid „ala Sunan Abu Dawud (Sunan;1/50)
Sanad hadis ini secara lahir adalah sahih, rijalnya siqah, hanya
saja al-A‟masy tidak pernah mendengarkan hadis secara langsung dari
Anas bin Malik ra. Ibnu al-Madini mengatakan, “al-A‟masy tidak
pernah mendengar hadis dari Anas bin Malik, ia hanya pernah
melihatnya di Mekkah, ketika salat ada di belakang Maqam”
C. Hadis Mudraj
Berasal dari kata ذسجُّادساجبُّفٍُّٖ٘ذسجُّٝ = ادسجmemasukkan atau
menghimpun dan atau menyisipkan. Dalam isilah mudraj dibagi dua
o macam macam Hadis Mudraj :
13
Hukum periwayatan sisipan atau tambahan ke dalam hadis mudraj
haram menurut ijma kecuali jika di maksudkan memberikan tafsir atau
penjelasan lafal hadis yang sulit di pahami maknanya (gharib al
hadits).
D. Hadis Maqlub
Berasal dari kata قيت ُّقيجب ُّفٖ٘ ٍُّقي٘ةُّٝ قيتberarti mengubah, mengganti,
berpindah, dan atau membalik. Secara istilah adalah :
ُّ ُّْٔعْذُّٓاٍٗزُّٜدخوُّاىقيتُّفٛثُّاىزٕٝ٘اىذذ
Adalah hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad atau pada
matan.
Jadi Hadis Maqlub adalah hadis yang terbalik susunan kalimatnya
tidak sesuai dengan susunan yang semestinya, terkadang mendahulukan yang
seharusnya di akhirkan atau sebaliknya, atau mengganti kata lain dengan
tujuan tertentu.
o Contoh Hadis Maqlub :
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berkata
ُّ ًٍُّقؼذرٍُّٔغزقجوُّاىقجيخٍُّغزذثشُّاىشبٚعيَّ ٌَُّجبىغبُّػي َّ َّطي
َ ِٔ ْٞ ََُّّللاُّ َػيٚ
َ ُّٗ َ ُّٜفبراُّاّبثبىّْج
"Maka ketika itu aku bersama Nabi SAW beliau duduk di atas bangku
menghadap kiblat dan membelakangi syam.”
Hadis diatas di maqlubkan menjadi :
ٍغزقجوُّاىشبًٍُّغزذثشُّاىقجيخ
“Menghadap syam dan membelakangi kiblat.”
E. Hadis Mudhtharib
Berasal dari kata ُّ ؼطشة ُّاػطشاثب ُّفٖ٘ ٍُّؼطشةُّٝ = اػطشةgoncang dan
bergetar. Secara istilah adalah :
ُّ ُّاىق٘حٜخُّفُّٝٗاٗجٍُّٔخزيفخٍُّزغبُّٚػيٍٛٗبس
ّ
Hadis yang diriwayatkan pada beberapa segi yang berbeda, tetapi sama
dalam kualitasnya.
Jadi hadis mudhtharib adalah hadis yang kontra antara satu dengan
yang lain tidak dapat dikompromikan dan tidak dapat di tarjih (tidak dapat
dicari yang lebih unggul) dan sama kekuatan kualitasnya.
o Contoh Hadis :
14
Seperti hadis dari Abu Bakar RA berkata : Ya Rasulallah aku melihat
engkau beruban. Rasulullah menjawab :
ُّ ُّٕ٘دُّٗاخ٘ارٖبْٚجزٞش
“membuat uban rambutku surah hud dan saudara saudaranya.”
Dari Ad Daruquthni berkata : “hadis ini mudhtharib karena hanya
diriwayatkan melalui Abu Ishaq dan diperselisihkan dalam sekitar 10 segi
masalah.
15
Hadis diatas di tahhrif (diubah) oleh ghandar pada kata ubay
menjadi Abi : ayahku.
G. Hadis Syadz
Berasal dari kata ّشزُّّشزّاُّفُّٖ٘شب ُّرُّّٝ شزyang berarti ganjil tidak sama
dengan yang mayoritas. Secara istilah menurut beberapa pendapat
adalah :
ٍٍُّْٔخبىفخُّاىثقخُّىَُُِّّٕ٘اٗثق
Periwayatan orang tsiqah menyalahi periwayatan orang yang
lebih tsiqah.
ٍباّفشدثُّٔاثثقخٍُُِّّاىثقبد
Periwayatan seorang tsiqah sendirian dari orang orang tsiqah
lain.
خبىفٌُّٝشُّٓاًُّىٞشُّثقخخبىفُّغُّٞع٘اءمبّثقخُّاُّٗغٍٙٗباّفشدُّثُّٔاىشا
ّ
Periwayatan seorang perawi secara sendirian baik ia tsiqah atau
tidak, baik ia menyalahi periwayatan yang lain atau tidak.
Jadi hadis syadzdz adalah hadis yang ganjil, karena hanya dia
sendiri yang meriwayatkannya atau periwayatannya menyalahi
periwayatan orang tsiqah atau yang lebih tsiqah dan yang terakhir ini
pendapat yang shahih.
o Contoh hadis :
Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan At Tirmidzi melalui
Abdul Wahid bin Zayyad dari Al A‟masy dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah secara marfu (Rasulullah bersabda) :
ُّ َُِّْٔٞٝؼطجغُّػُّٞاىفجشُّفيُّٜادذمٌُّسمؼزٚاراطي
“Jika telah shalat dua rakaat fajar salah seorang di antara kamu
hendaklah tiduran pada lambung kanan.”
Hadis diatas adalah syadzdz karena menyalahi mayoritas
perawi yang meriwayatkan dari segi perbuatan Nabi bukan sabda
beliau.6
ُّ
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis..... hal.188
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis dha‟if ialah hadis yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang
yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz, dan cacat.
Hadis dha‟if berarti hadis yang lemah. Para ulama memiliki dugaan kecil bahwa hadis
tersebut berasal dari Rasulullah s.a.w.. Dugaan kuat mereka hadis tersebut tidak berasal dari
Rasulullah s.a.w.. Adapun para ulama memberikan batasan bagi hadis dha‟if sebagai berikut:
“Hadis dha‟if ialah hadis yang tidak memuat/menghimpun sifat-sifat hadis shahih, dan tidak
pula menghimpun sifat-sifat hadis hasan”.
Hadist dhaif dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : Hadis Dhaif karena
pengguguran sanadnya, Hadis Dhaif karena adanya cacat keadilan, dan Hadis Dhaif karena
cacat ke dhabithan
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik
ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Majid Khon, Abdul. 2007. Ulumul Hadis. Jakarta : Sinar Grafika Offset
Amru Abdil Mun'im Salim, hadits
( Abu Maryam Abdusshomad, diambil dari : Taisir Musthalah Hadits oleh Dr. Mahmud
Thahhan )
17