Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ALIRAN QADARIYAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Imam Faizin, S.S, S.Pd.I, M.SI

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Tri Febrianto (2617075)


2. Rizqi Ribkhatuzulfa (2618017)
3. Salsa Bila (2618024)
4. Rama Purnama Sidi (2618093)

Kelas A

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isi yang sangat sederhana. Kami berharap, semoga makalah ini
dapat menambah wawasan bagi para pembaca dalam memahami pembelajaran
Ilmu Kalam dengan judul “Aliran Qadariyah”.

Mohon maaf atas segala kekurangan makalah yang kami susun. Kami
sangat menerima masukan dari para pembaca.

Pekalongan, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan Makalah ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

A. Pengertian AliranQadariyah ........................................................................................... 3

B. Latar Belakang Munculnya Aliran Qadariyah ............................................................... 4

C. Perkembangan Aliran Qadariyah ................................................................................... 6

D. Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah.................................................................................. 8

E. Dalil-dalil Al-Quran ..................................................................................................... 10

F. Tokoh-tokoh dalam Aliran Qadariyah ......................................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14

B. Saran ............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran-aliran (Firqoh) muncul setelah Rasulullah SAW wafat, pada zaman
Nabi Muhammad SAW umat Islam dapat kompak dalam lapangan agama,
termasuk di bidang aqidah.Kalau ada hal-hal yang tidak jelas atau hal-hal
yang diperselisihkan di antara para sahabat, mereka mengembalikan
persoalannya kepada nabi. Maka penjelasan beliau itulah yang kemudian
menjadi pegangan dan ditaatinya.Namun setelah Rasulullah wafat mulailah
bermunculan aliran-aliran (firqoh) ilmu kalam, terutama pada masa
pemerintahan Kholifah Usman bin affan. Syi’ah merupakan firqoh pertama
yang kemudian disusul oleh firqoh-firqoh lainnya, salah satunya adalah firqoh
Qadariyah. Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam
ajaran Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah
aqidah ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi
ketika berada di Mekkah.Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah
memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at,
sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini
adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang
Ilmu Kalam.Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam
berdebat dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan
pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat
yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi Islam
atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari agama.
Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan
tidak mudah digoyahkan. Munculnya perbedaan antara umat Islam.Perbedaan
yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di
bidang politik.Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan
waktu, meningkat menjadi persoalan teologi.

1
Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat
mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis.Secara teoritis, perbedaan
itu demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul
tentang berbagai persoalan.Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada
umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah,
keimanan kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran
nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya.
Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu
dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai
macam aliran, yaitu Mu'tazilah, Syiah, Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah
serta aliran-aliran lainnya.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Qadariyah. Dalam makalah
ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran
Qadariyah.Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah
aliran dan ajaran-ajarannya secara umum. .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud aliran qadariyah?
2. Bagaimana latar belakang munculnya aliran qadariyah?
3. Bagaimana perkembangan aliran qadariyah?
4. Apa saja doktrin-doktrin pokok aliran qadariyah?
5. Apa saja dalil-dalil al-quran dalam aliran qadariyah?
6. Siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran qadariyah?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian aliran qadariyah.
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran qadariyah.
3. Untuk mengetahui perkembangan aliran qadariyah.
4. Untuk mengetahui doktrin-doktrin pokok aliran qadariyah.
5. Untuk mengetahui dalil-dalil al-quran dalam aliran qadariyah.
6. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran qadariyah.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Qadariyah


Dalam pengertian bahasa Qadariyah berasal dari kata bahasa Arab
“qadara”yang mempunyai beberapa arti, yaitu kuasa atau mampu,
memuliakan atau mulia, ketentuan atau ukuran dan menyempitkan. Lafadz
qadara yang memiliki arti “kuasa" atau "mampu” sebagaimana disebutkan
dalam surat al-Baqarah: "Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnyu ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
memjadilah dia bersih (tidak bertanah) Mereka tidak menguasai sesuatupun
dari apa yang mereka usalhakün, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
onang-orang yanig kafir”
Menurut istilah, Qadariyah adalah kelompok yang menolak qadar
(ketetapan Tuhan), yakni kelompok yang tidak percaya adanya ketetapan
Tuhan terhadap segala urusan/perkara. Mereka menolak kepercayaan bahwa
Allah SWT telah menetapkan segala urusan sebelum diciptakan. Dalam
tinjauan filosofis, manusia bebas dan merdeka menentukan nasib perjalanan
hidupnya. bahagia atau sengsara, menjadi orang sesat atau mendapat hidayah,
memilih surga atau neraka. Menurut aliran ini, tiap-tiap hamba Allah adalah
pencipta bagi segala pebuatannya; dia dapat berbuat segala sesuatu atau
meninggalkan atas kehendaknya sendiri. Dalam "Tarikhu al-Fikri al-Falsafi
fi al- islam” dikemukakan pendapat senada dengan ungkapan di atas bahwa
aliran Qadariyah adalah golongan yang berpegang pada kebebasan manusia
memilih dalam tindakannya dan merdeka dalam berkehendak.
Pemberian nama Qadariyah bagi golongan ini, ternyata tidak disukai oleh
para pengikutnya. Menurut sebagian dari mereka, nama Qadariyah tidak
pantas bagi kami, karena kami menolak adanya qadar. Justru kelompok yang
percaya dan menetapkan adanya qadarlah yang paling berhak memakai nama
itu. Maksud mereka. golongan Jabariyah, yang percaya penuh pada qadar
Allah SWT yang berhak menyandang nama itu.
3
Lalu, mengapa mereka dijuluki aliran Qadariyah? Sebagian besar
berpendapat asal-usul nama Qadariyah menjadi nama bagi golongan ini,
karena mereka menolak adanya qadur Tuhan dan menctapkan qadar
(kemampuan) bagi mereka. Sebagian lain berkata, tidak ada larangan
menamai sesuatu dengan menggunakan nama yang bertentangan dengan isi
nama itu sendiri Pelajaran yang dapat kita petik dari sini adalah bahwa
ternyata pemberian nama pada sebuah kelompok ada kalanya bukan oleh
kelompok itu sendiri, tetapi golongan atau kelompok lainlah yang menjuluki.
Pemberian nama kelompok oleh kelompok lain, terdapat kemungkinan
subjektifitas kelompok tertentu karena kepentingan dan ambisi, yang hanya
dapat diketahui atau mungkin tidak diketahui sehingga menjadi noda sejarah.
Hanya peneliti dan pakar sejarah yang jujur dapat menguak tabir ini. Hal ini
mengandung makna sebuah nama belum tentu mewakili isi dan konsep nama
itu.
B. Latar Belakang Munculnya Aliran Qadariyah
Ada perbedaan pendapat mengenai latar belakang kemunculan aliran
Qadariyah. Menurut Harun Nasution, kemunculan Qadariyah erat kaitannya
dengan masalah perbuatan manusia bahwa manusia mempunyai kemerdekaan
dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Berbeda dengan
Jabariyah, aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu dan meninggalkannya atas
kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai qudrah (kekuatan) untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk kepada qadar Tuhan.
Ibnu Taimiyah mengemukakan sejarah timbul paham ini, Qadariyah
muncul sebelum paham Jabariyah. Paham Qadariyah muncul pada periode
terakhir sahabat, yaitu ketika timbul perdebatan tentang qadar atau ketetapan
Tuhan. Terkait penolakan terhadap qadar ini, para ulama salaf dan para imam
telah membantah pendirian kaum Qadariyah, Jabariyah, dan bid'ah-bid'ah
kedua golongan ini.

4
Menurut Ibnu Nabatah, seorang ahli penulis kitab "Syahral uyun”
mengatakan bahwa orang yang mula-mula mengembangkan paham
Qadariyah adalah seorang penduduk Irak. Pada mulanya, ia seorang Nasrani
kemudian masuk Islam dan akhirnya menjadi Nasrani lagi. Dari orang inilah
Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al -Dimasyqi mengambil paham Qadariyah."
Dapat dipahami bahwa pengaruh keyakinan Masehian memengaruhi
munculnya aliran ini karena pada masa itu, kaum Muslimin bersentuhan
langsung dengan penganut Agama Yahudi dan Nasrani. Termasuk di
dalamnya, munculnya pengaruh penafsiran Israiliyat terhadap ayat-ayat Al-
Quran.
Senada pendapat di atas, Abu Zahrah lebih cenderung tidak merinci dan
tidak memastikan asal, timbul dan berkembangnya paham Qadariyah.
Menurut Abu Zahrah, para ahli sejarah pemikiran Islam telah meneliti dan
mengkaji lebih jauh mengenai siapakah sebenarnya yang pertama kali
mengajarkan paham ini, di daerah mana timbul dan berkembang. Hanya saja
pedoman umum yang dapat dijadikan pegangan adalah bahwa Basrah dan
Iraklah tempat timbulnya danberkembangnya paham Qadariyah.
Abu Zahrah, selanjutnya menyimpulkan bahwa kaum Muslimin pada akhir
masa Khulafa al-Rasyidin dan masa pemerintahan Muawiyah ramai
membicarakan masalah Qadha dan Qadar. Sekelompok umat Islam sangat
berlebihan dalam meniadakan hak memilih bagi manusia, mereka adalah
kaum Jabariyah. Sedangkan kaum Qadariyah juga sangat berlebihan dengan
pendapatnya bahwa semua perbuatan manusia adalah murni keinginan
manusia yang terlepas dari keinginan atau kehendak Tuhan.
Namun demikian, meski para pakar berbeda pendapat tentang latar
belakang kemunculan aliran Qadariyah, para ahli sejarah hampir sepakat
bahwa Mabad al-Juhani' adalah orang yang pertama kali dikalangan kaum
Muslimin menyampaikan paham yang menafikan qadar dan kekuasaan
ketuhanan, dan ini terjadi pada masa akhir periode sahabat.1

1
Nunu Burhanuddin, “Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan”, (Jakarta: Kencana,
2016), hlm. 87-90
5
Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad- Dimasyqi, menurut Watt, adalah
penganut Qadariyah yang hidup setelah Hasan Al-Basri. Kalau dihubungkan
dengan keterangan Adz-Dhahabi dalam Mizan Al-I’tidal seperti dikutip
Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani pernah
belajarpada Hasan Al-Basri, makasngat mungkin faham Qadariyah ini mula-
mulai dikembangkan Hasan Al-Bashri. Dengan demikian, keterangan yang
ditulis oleh Ibn Nabatah dalam Syahrul Al-Uyun bahwa faham Qadariyah
berasal dari orang irak Kristen yang masuk Islam dan kemudian kembali
kepada Kristen, adalah hasil rekayasa orang yang tidak sependapat dengan
faham iniagar orang-orang tidak tertarik dengan pikiran Qadariyah. Lagi pula
menurut Kremer, seperti dikutip Ignaz Goldziher, dikalangan gereja timur
ketika itu terjadi perdebatan tentang butir doktrin Qadariyah yang mencekam
pikiranpara teologinya.2
C. Perkembangan Aliran Qadariyah
Paham ini mendapat tantangan keras dari umat Islam ketika itu. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya reaksi keras ini, Pertama, seperti
pendapat Harun Nasution, karena masyarakat Arab sebelum Islam
kelihatannya dipengaruhi oleh faham fatalis. Kehidupan bangsa Arab ketika
itu serba sederhana dan jauh dari pengetahuan, mereka merasa diri
merekalemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran hidup yang
ditimbulkan olehalam sekelilingnya. Sehingga ketika faham qadariyah
dikembangkan, merekatidak dapat menerimanya karena dianggap
bertentangan dengan Islam.Kedua, tantangan dari pemerintah, karena para
pejabat pemerintahan menganut faham jabariyah. Pemerintah menganggap
faham qadariyah sebagai suatu usaha menyebarkan faham dinamis dan daya
kritis rakyat, yang pada gilirannya mampu mengkritik kebijakan-kebijakan
mereka yang dianggap tidak sesuai dan bahkan dapat menggulingkan mereka
dari tahta kerajaan.
Aliran Qadariyah termasuk yang cukup cepat berkembang dan mendapat
dukungan cukup luas di kalangan masyarakat, sebelum akhirnya
2
Didin Komarudin, Studi Ilmu Kalam, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati), hlm. 68
6
pemimpinnya, Ma’bad dan beberapa tokohnya, berhasil ditangkap dan
dihukum mati oleh penguasa Damsyiq pada tahun 80 H/699 M,
karenamenyebarkan ajarannya. Sejak terbunuhnya para pemimpin Qadariyah,
aliran ini mulai pudar, dan pada akhirnya sirna dimakan zaman dan kini
tinggal sebuah nama yang tertulis di dalam buku. Fahamnya sendiri masih
dianut oleh segelintir orang.
Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga
sebagaipaham tradisional dan konservatif dalam Islam, sedangkan paham
Qadariyah disebut juga sebagai paham rasional dan liberal dalam Islam.
Kedua paham teologi Islam ini melandaskan diri di atas dalil-dalil naqli dan
aqli. Di negeri-negeri kaum Muslimin, seperti di Indonesia, yang dominan
adalah paham Jabariyah. Orang Muslim yang berpaham Qadariyah
merupakan kalanganyang terbatas atau hanya sedikit dari mereka.
Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu peristiwa yang menimpadan
berkaitan dengan perbuatan manusia, misalnya, kecelakaan pesawatterbang.
Bagi yang berpaham Jabariyah biasanya dengan mudah mengatakan bahwa
kecelakaan itu sudah kehendak dan perbuatan Allah. Sedang, yangberpaham
Qadariyah condong mencari tahu di mana letak peranan manusia pada
kecelakaan itu.
Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing.Pada
paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua
peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada
paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa
yang berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggung
jawabkan oleh manusia melalui suatu investigasi.
Dengan demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia dinyatakan
sebagai makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus
bertanggung jawab atas perbuatannya. Posisi manusia demikian tidak terdapat
di dalam paham Jabariyah. Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu

7
pengetahuan lebih pasti berkembang di dalam paham Qadariyahketimbang
Jabariyah.3
D. Doktrin-Doktrin Pokok Qodariyah
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah
disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga
perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas. Ahmad Amin
menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas oleh kalangan
Mu’tazilah sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu’tazilah
menjadi doktrin mereka. Akibatnya, seringkali orang menamakan Qadariyah
dengan nama Mu’tazilah karena kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur
tangan Tuhan.
Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan
ataskehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk
melakukansegala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik
maupun berbuatjahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yangdilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas
kejahatanyang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan
balasansurga kelak di akherat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak
diakherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh
takdirTuhan. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan
mendapatkanbalasannya sesuai dengan tindakannya.
Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengankonsep
yang umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu pahamyang
mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu.Dalam
perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telahditentukan
sejak azali terhadap dirinya. Dengan demikian takdir adalahketentuan Allah
yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruhisinya, sejak azali,
yaitu hukum yang dalam istilah al-Quran adalahsunnatullah.

3
Didin Komarudin, Studi Ilmu Kalam, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati), hlm. 72-73
8
Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak
dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain,
kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan
tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang di lautan lepas.
Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yangmampu
membawa barang dua ratus kilogram. Dengan pemahaman seperti ini tidak
ada alasan untuk menyandarkan perbuatan kepada Allah.
Secara terperinci asas-asas ajaran Qadariyah adalah sebagai berikut :
1. Mengingkari takdir Allah Taala dengan maksud ilmu-Nya.
2. Berlebihan/melampaui di dalam menetapkan kemampuan manusia dengan
menganggap mereka bebas berkehendak (iradah). Di dalam perbuatan
manusia, Allah tidak mempunyai pengetahuan (ilmu) mengenainya dan ia
terlepas dari takdir (qadar). Mereka menganggap bahwa Allah tidak
mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu kecuali selepas ia terjadi.
3. Mereka berpendapat bahwa al-Quran itu adalah makhluk. Ini disebabkan
pengingkaran mereka terhadap sifat Allah.
4. Mengenal Allah wajib menurut akal, dan iman itu ialah mengenalAllah.
Jadi menurut faham Qadariyah, Iman adalah pengetahuan
danpemahaman, sedang amal perbuatan tidak mempengaruhi
iman.Artinya, orang berbuat dosa besar tidak mempengaruhi
keimanannya.
5. Mereka mengemukakan pendapat tentang surga dan neraka akanmusnah
(fana'), selepas ahli surga mengecap nikmat dan ahli nerakamenerima
azab siksa.
Akar Qadariah bersumber dari ketidakmampuan akal mereka dalam
memahami qadar Allah, perintah dan larangannya, janji dan ancamannya,
serta mereka mengira hal-hal seperti itu dilarang untuk difikirkan. Latar
belakang timbulnya firqoh Qadariyah ini sebagai isyarat menentang
kebijaksanaan politik Bani Umayyah yang dianggap kejam dan
dzalim.Apabila firqoh Jabariyah berpendapat bahwa khalifah Bani Umayyah
membunuh orang, hal itu karena sudah ditakdirkan Allah dan hal ini berarti
9
merupakan “legitimasi” kekejaman Bani Umayyah, maka firqoh Qadariyah
mau membatasi masalah takdir tersebut. Mereka mengatakan bahwa kalau
Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang bersalah dan
memberi pahala kepada orang yang berbuat kebajikan.4
E. Dalil-dalil Alqur’an
Banyak Ayat Al-Qur’an yang bisa membawa kepada paham Qadariyah, di
antaranya ialah
Surat Al-Kahfi ayat 29:

◌ۚ ‫ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﺷ ﺎءَ ﻓـَ ﻠْ ﻴـُ ْﺆ ِﻣ ْﻦ َوﻣَ ْﻦ َﺷ ﺎءَ ﻓـَ ﻠْ ﻴَ ْﻜ ﻔُ ْﺮ‬‫ﻖ ِﻣ ْﻦ َرﺑ‬ َ‫َوﻗُ ِﻞ ا ْﳊ‬

‫ِِ ْﻢ ﺳُ َﺮادِ ﻗـُ َﻬ ﺎ ۚ◌ َوإِ ْن ﻳَ ْﺴ ﺘَﻐِﻴﺜُﻮا ﻳـُﻐَﺎﺛُﻮا‬ ‫ط‬ ِِ ِ


َ ‫َﺣ ﺎ‬
َ ‫ﺎرا أ‬ َ ‫ﺎﻟ ﻤ‬‫ﺎ أَﻋْ ﺘَ ْﺪ ﻧَﺎ ﻟ ﻠ ﻈ‬‫إِﻧ‬
ً َ‫ﲔ ﻧ‬
‫ت ﻣُ ْﺮﺗـَ ﻔَ ﻘً ﺎ‬ ِ ۚ ِ ِ ٍ ِ
ْ َ‫اب َو َﺳ ﺎء‬
ُ ‫ﺮ‬
َ ‫ﺲ اﻟ ﺸ‬
َ ْ‫ﲟَﺎء َﻛ ﺎ ﻟْ ُﻤ ْﻬ ﻞ ﻳَ ْﺸ ﻮي ا ﻟْ ُﻮ ُﺟ ﻮﻩَ ◌ ﺑ ﺌ‬
“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”(Q.S. Al-Kahfi: 29)

Surat Ar-Rad ayat 11:


NPِ Qِ ُSUْ َ WِX YZَ ‫ُ َ`_ﱢ]ُوا‬a b‫ﱠ‬deَ ‫ْ ٍم‬hَiِX YZَ ]ُ ‫ُ َ`_ﱢ‬a jَ َ‫ﷲ‬
‫إِ ﱠن ﱠ‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga


mereka berubah keadaan yang ada pada mereka sendiri ” (Q.S. Ar-Rad:11)5

Surat Al-Nisa ayat 111:

4
Didin Komarudin, Studi Ilmu Kalam, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati), hlm. 68-71.
5
Hasan Bashri dkk, ILMU KALAM Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-aliran, (Bandung:
Azkia Pustaka Umum), hlm. 35.
10
ِ ۚ ِِ ِ ِ ِ ‫وﻣ ﻦ ﻳ ْﻜ ِﺴ‬
ً ‫ﻪُ ﻋَ ﻠ‬‫ﳕَﺎ ﻳَ ْﻜ ﺴ ﺒُﻪُ ﻋَ ﻠَ ٰﻰ ﻧـَ ْﻔ ﺴ ﻪ ◌ َو َﻛ ﺎ َن اﻟ ﻠ‬ ‫ﺐ إ ْﲦًﺎ ﻓَﺈ‬
‫ﻴﻤ ﺎ‬ ْ َ ْ ََ
‫ﻴﻤ ﺎ‬ ِ
ً ‫َﺣ ﻜ‬
“Dan barang siapa melakukan suatu dosa, maka sesungguhnya
iamelakukannya untuk merugikan dirinya sendiri” (Q.S. An-Nisa: 111)6

F. Tokoh Aliran Qadariah


Tokoh-tokoh pencetus aliran Qadariah Perpecahan dalam islam kaitannya
sangat erat dengan aliran Qadariah, dan aliran tersebut dapat dikatakan dari
perpecahan itu sendiri. Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah yaitu Ma‟bad al-
Jauhani dan Ghailan al-Dimasyq.
1. Ma'bad al-Juhani (meninggal dunia tahun 80 H) Dia meluncurkan
pemikiran seputar masalah takdir sekitar tahun 64 H. Ia menggugat
ilmu Allah dan takdir-Nya. Ia mempromosikan pemikiran itu secara
terang-terangan. Disamping orang-orang yang mengikutinya juga
banyak, Namun bid'ahnya ini mendapat penentangan yang sangat
keras dari kaum Salaf, termasuk para sahabat yang masih hidup ketika
itu. Seperti Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma. 2. Ghailan Ad-
Dimasyqi Dialah yang mengibarkan pengaruh cukup besar seputar
masalah-masalah takdir sekitar tahun 98 H. Dan juga dalam masalah
ta'wil, ta'thil (mengingkari sebagian sifat-sifat Allah) dan masalah irja.
Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar, Ghailan adalah
seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut
Al-Haris Ibnu Sa'id yang dikenal sebagai pendusta. Ia pernah taubat
terhadap pengertian faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul
Aziz, namun setelah Umar wafat ia kembali lagi dengan mazhabnya.
Sepeninggal Ma'bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal
juga dengan Abu Marwan. 3. Ibnu Sauda' Abdullah bin Saba' Al-
Yahudi Dia adalah seorang Yahudi yang mengaku-ngaku beragama

6
Didin Komarudin, Studi Ilmu Kalam, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati), hlm. 70.
11
Islam 34 H. Dia memadukan antara faham Khawarij dan Syi'ah. Dan
masih banyak tokoh-tokoh lainnya.
2. Ajaran Ghailan al-Dimasyqi
Ghailan al-Dimasyqi berpendapat, bahwa manusia sendirilah yang
berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia melakukan perbuatan-
perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri
pulalah yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas
kemauan dan dayanya sendiri.7
Adapun Ghailan al-Dimasyqi (Abu Marwan Gailan ibn Muslim)
adalah penyebar paham Qadariah di Damaskus. Dia seorang orator, maka
tidak heranlah jika banyak orang yang tertarik untuk mengikuti pahamnya.
Dalam menyebarkan pahamnya, dia mendapatkan tantangan dari Khalifah
al-Adil Umar ibn Abd alAziz, Setelah khalifah meninggal dia meneruskan
penyebaran pahamnya hingga pada akhirnya dia dihukum bunuh oleh
Khalifah Hisyam ibn Abd al-Malik Ibn Marwan. Sebelum dilaksanakan
hukum bunuh, sempat diadakan perdebatan antara Ghailan dengan al-
Auza'i yang dihadiri dan disaksikan oleh Khalifah Hisyam.8
AI-Nazam salah seorang pemuka Qadariah mengatakan, bahwa
manusia hidup itu mempunyai istitha'ah. Selagi manusia hidup, dia
mempunyai istitha'ah (daya), maka dia berkuasa atas segala perbuatannya.
Manusia dalam hal ini mempunyai kewenangan untuk melakukan segala
perbuatannya atas kehendaknya sendiri, Sebab itu, dia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dan
sebaliknya dia juga berhak memperoleh hukuman atas kejahatan-kejahatan
yang diperbuatnya. Di sini nyatalah bahwa nasib manusia tidak ditentukan
oleh Tuhan terlebih dahulu dan ditetapkan sejak zaman azali seperti
pendapat yang dipegangi oleh paham Jabariyah. AI-Jubba'i mengatakan,
bahwa manusialah yang menetapkan perbuatanperbuatannya, manusia
berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan atas

7
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan., hlm. 31.
8
Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam., hlm. 189-190
12
kehendak dan kemauannya sendiri. Daya untuk mewujudkan kehendak itu
telah terdapat dalam diri manusia, sebelum adanya perbuatan.9
Pendapat yang sama juga diberikan oleh Abd al-Jab-bar, Untuk
memperkuat pendapatnya, Abd al-Jabbar mengemukakan beberapa
argumen, baik bersifat rasional maupun nas, Salah satu argumen yang
dikemukakan adalah, bahwa perbuatan manusia akan terjadi sesuai dengan
kehendaknya. Jika seseorang ingin berbuat sesuatu, perbuatan tersebut
terjadi, sebaliknya jika dia tidak ingin berbuat sesuatu, maka tidak -lah
terjadi perbuatan itu. Jika sekiranya perbuatan tersebut perbuatan Tuhan,
maka perbuatan tersebut tidak akan terjadi, sungguhpun dia
menginginkannya, dan sebaliknya perbuatan tersebut tetap akan
terjadi.sungguhpun dia sangat tidak menginginkannya.10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
9
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, hlm. 97
10
Harun Nasution, op. cit., hlm. 99.
13
Qadariyah adalah kelompok yang menolak qadar (ketetapan Tuhan), yakni
kelompok yang tidak percaya adanya ketetapan Tuhan terhadap segala
urusan/perkara. Mereka menolak kepercayaan bahwa Allah SWT telah
menetapkan segala urusan sebelum diciptakan. Menurut Harun Nasution,
kemunculan Qadariyah erat kaitannya dengan masalah perbuatan manusia
bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya. Ahmad Amin menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih
luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini juga menjadikan
salah satu doktrin Mu’tazilah menjadi doktrin mereka. Akibatnya, seringkali
orang menamakan Qadariyah dengan nama Mu’tazilah karena kedua aliran
ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan.
Banyak Ayat Al-Qur’an yang bisa membawa kepada paham Qadariyah, di
antaranya ialah Surat Al-Kahfi ayat 29, Surat Al-Fushilat ayat 40, serta Surat
Al-Nisa ayat 111. Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah yaitu Ma’bad al-Jauhani
dan Ghailan al-Dimasyq.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi media informasi para pembaca
khususnya materi aliran qadariyah serta diharapkan dapat menjadi acuan
dalam belajar. Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Nunu. 2016. Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan. Jakarta:
Kencana.

14
Bashri, Hasan.,.dkk. ILMU KALAM Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-aliran.
Bandung: Azkia Pustaka Umum.
Komarudin, Didin.Studi Ilmu Kalam. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Musthofa al-ghurabi, Ali.Tharikh al-firaq al-islamiyyah.Mesir: Maktabahwa
Mathaba’ah Muhammad Ali ShabihwaAuladih,t.t
Nasution, Harun.2010.Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, Jakarta: UI Press.
Zahrah, Abu. 1996.Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, Jakarata: Logos.

15

Anda mungkin juga menyukai