Anda di halaman 1dari 5

Manfaat Introspeksi Diri di Akhir Tahun

Khutbah I

،‫اق‬ِ َ‫ َو َرفَ َع قَ ْد َر َأصْ فِيَاِئ ِه فِ ْي اَأْلف‬،‫اق‬ ِ َ‫ار ْال ِوف‬ِ ‫ب َأ ْولِيَاِئ ِه بَِأ ْن َو‬َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ نَ َّو َر قُلُ ْو‬
‫اب ُم َعا َماَل تِ ِه ِم ْن‬ َ َ‫ َو َسقَى َأرْ ب‬،‫ق‬ َ ‫ه فِ ْي ال ِّدي ِْن َوفَا‬.ِ ‫ب ثَنَاِئ‬ ِ ‫ص ِدي َْن بِ ِط ْي‬ِ ‫َّب َأ ْس َرا َر ْالقَا‬ َ ‫َوطَي‬
ِ َ‫اض ْي ِه َعلَى َأ ْق َد ِام ال َّسب‬
،‫اق‬ ِ ‫ب َم َر‬ ِ َ‫ فََأ ْقبَلُ ْوا لِطَل‬،‫اق‬ ِ ‫ب ْال َم َذ‬ َ ‫لَ ِذ ْي ِذ ُمنَا َجتِ ِه َش َرابًا َع ْذ‬
ً‫صاَل ة‬ َ ،‫اق‬ ِ َ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه ْالبَ َر َر ِة ال َّسب‬ َّ ‫َوال‬
‫صفَا‬ َ ً‫ َشهَا َدة‬،ُ‫ْك لَه‬ َ ‫ق َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬ .ِ ‫َو َساَل ًما اِلَى يَ ْو ِم التَّاَل‬
‫ َوَأ ْن يَه ُْو َن بِهَا َعلَ ْينَا‬،‫اق‬ ٍ َ‫ نَرْ ج ُْو بِهَا النَّ َجاَةَ ِم ْن ن‬،‫ق‬
ِ ‫ار َش ِد ْي َد ِة اِإْل حْ َر‬ َ ‫َم ْو ِر ُدهَا َو َرا‬
ْ‫ اَلَّ ِذي‬،‫ق‬ ْ ِ ‫ق َعلَى ااْل‬
ِ ‫طاَل‬ .ِ ‫ف ْال َخ ْل‬ُ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َأ ْش َر‬،‫اق‬ ِ َ‫ُكرْ بُ ال ِّسي‬
‫ُأ‬
‫ق‬
.َ ‫الطبَا‬ِ ‫او َز ال َّس ْب َع‬ َ ‫ َحتَّى َج‬،‫اق‬ ِ ‫ي بِ ِه َعلَى ْالب َُر‬ َ ‫ْر‬ ِ ‫س‬
ِ ‫ال َأ َوا ِم ِر ِه َواجْ تِنَا‬
‫ب‬ ِ َ‫ بِا ْمتِث‬،‫اي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه‬ َ َ‫ص ْي ُك ْم َواِي‬ ِ ‫ان ُأ ْو‬ ُ ‫ َأيُّهَا ااْل ِ ْخ َو‬،‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوال‬ َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬:‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬. ‫نَ َوا ِه ْي ِه‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما‬ .َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬:‫ َوقَا َل َأ ْيضًا‬.‫ون‬ َ ‫تَ ُموتُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
َ ُ‫ت لِ َغ ٍد ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬ ْ ‫قَ َّد َم‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memanjatkan puji syukur kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw merupakan
kewajiban yang harus disampaikan oleh setiap khatib dalam khutbahnya. Selain itu khatib juga
memiliki kewajiban untuk menyampaikan dan mengingatkan jamaah tentang wasiat
ketakwaan. Oleh karenanya pada momentum khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh
jamaah untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat
pada Rasulullah sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Bagaimana cara meningkatkan takwa? Yakni dengan senantiasa lebih semangat lagi
menjalankan segala perintah Allah dan sekuat tenaga meninggalkan segala yang dilarang oleh-
Nya. Dengan upaya inilah, kita akan mampu terus berada pada jalur yang telah ditentukan oleh
agama sehingga tidak melenceng dan tersesat ke jalan yang tidak benar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memang kehidupan kita di dunia ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh
dengan dinamika dan tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan
menurun dan mendatar, tak boleh membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa lalu
sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa yang akan datang sebagai
harapan. Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa lancar dan selamat sampai ke
tujuan dan ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu kita berada pada jalan yang
benar dan bekal yang paling baik dalam perjalanan.
ِ ‫َوتَ َز َّو ُد ْوا فَا ِ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُ ْو ِن ٰيٓاُولِى ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
Artinya: “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah perjalanan panjang, kita haruslah menyempatkan diri berhenti istirahat untuk
mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan. Begitu juga dalam
kehidupan di dunia, kita mesti harus menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi,
evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam bahwa Arab disebut dengan
muhasabah. Pentingnya muhasabah ini, Sayyidina Umar bin Khattab pernah bertutur:

‫ف ْال ِح َسابُ يَ ْو َم‬


ُّ ‫ض اَأل ْكبَ ِر َوِإنَّ َما يَ ِخ‬
ِ ْ‫اسبُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم قَ ْب َل َأ ْن تُ َحا َسب ُْوا َوتَ َزيَّنُ ْوا لِ ْل َعر‬
ِ ‫َح‬
َ ‫ْالقِيَا َم ِة َعلَى َم ْن َحا َس‬
‫ب نَ ْف َسهُ فِى ال ُّد ْنيَا‬
Artinya: “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian
untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat
akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

‫ َو ْال َعا ِج ُز َم ْن َأ ْتبَ َع نَ ْف َسهُ هَ َواهَا َوتَ َمنَّى‬،‫ت‬


ِ ‫ان نَ ْف َسهُ َو َع ِم َل لِ َما بَ ْع َد ْال َم ْو‬
َ ‫ْال َكيِّسُ َم ْن َد‬
ِ ‫َعلَى هَّللا‬
Artinya: “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya
sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah
adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”
Sementara dalam Al-Qur’an Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan introspeksi
diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk mengahadapi masa
depan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:

ْ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
‫ هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما‬.‫ت لِ َغ ٍد ۖ َواتَّقُوا‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ُ‫تَ ْع َمل‬
‫ون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari perintah Allah dan Rasul serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa
catatan penting tentang manfaat dari introspeksi diri ini. Setidaknya, ada 5 manfaat yang bisa
kita rasakan dari upaya melakukan ‘charging’ (mengecas) semangat hidup melalui introspeksi
diri ini.
Pertama adalah sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu
melihat kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari
perjalanan selama ini. Apakah kebaikan atau keburukan, apakah manfaat atau mudharat, atau
apakah semakin mendekat atau malah menjauh dari Allah swt. Kita harus menyadari bahwa
semua yang kita lakukan ini harus dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini ditegaskan dalam
Al-Qur’an:

‫ْاليَ ْو َم نَ ْختِ ُم َعلَى َأ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا َأ ْي ِد ْي ِه ْم َوتَ ْشهَ ُد َأرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُ ْوا يَ ْك ِسب ُْو َن‬
Artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka
dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (Q.S.
Yasin: 65)

Kedua adalah upaya memperbaiki diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat
kelebihan dan kekurangan diri yang kemudian harus diperbaiki di masa yang akan datang.
Dengan memperbaiki diri, maka kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati
juga akan senantiasa penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.

Ketiga adalah momentum mawas diri. Diibaratkan ketika kita pernah memiliki pengalaman
melewati jalan yang penuh lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya
lagi. Mawas diri akan mampu menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang dalam
sepanjang jalan. Allah berfirman:

‫َواَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل َواحْ َذر ُْو ۚا فَا ِ ْن تَ َولَّ ْيتُ ْم فَا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َما َع ٰلى َرس ُْولِنَا ْالبَ ٰل ُغ‬
‫ْال ُمبِي ُْن‬
Artinya: “Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika
kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran
Allah) dengan jelas.”

Keempat adalah memperkuat komitmen diri. Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Oleh
karenanya, introspeksi diri menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk
tidak mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di
lubang yang sama. Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan
datang. Rasulullah bersabda:

.‫ان يَ ْو ُمهُ ِم ْث َل َأ ْم ِس ِه فَه َُو َم ْغب ُْو ٌن‬


َ ‫ َو َم ْن َك‬.‫ان يَ ْو ُمهُ َخ ْيرًا ِم ْن َأ ْم ِس ِه فَهُ َو َرابِ ٌح‬ َ ‫َم ْن َك‬
‫ان يَ ْو ُمهُ َش ًّرا ِم ْن َأ ْم ِس ِه فَه َُو َم ْلع ُْو ٌن‬
َ ‫َو َم ْن َك‬
Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat
(celaka).” (HR Al-Hakim).

Kelima sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Kita harus sadar se-sadar-
sadarnya bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari nikmat-
nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh karenanya, introspeksi diri akan membawa kita
mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu. Jangan sampai kita menjagi golongan
orang-orang yang tak tahu diri dan kufur kepada nikmat Allah. Allah mengingatkan kita dalam
Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 5:

‫لَِئ ْن َش َكرْ تُ ْم الَ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬
Artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini, mari kita senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita
berada pada ujung tahun dan akan memasuki tahun baru yang menjadi waktu ideal untuk
melakukan introspeksi diri. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk yang terbaik dari
Allah dan mampu melihat perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan datang.
Amin.

‫صاَل ِة َوال َّز َكا ِة‬ َّ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َواِيَا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن ال‬،‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي هَ َذا ْاليَ ْو ِم ْال َك ِري ِْم‬ َ ‫بَا َر‬
‫ َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم َج ِم ْي َع َأ ْع َمالِنَا ِإنَّهُ هُ َو‬،‫ت‬
ِ ‫ص َدقَ ِة َوتِاَل َو ِة ْالقُرْ اَ ِن َو َج ِمي ِْع الطَّا َعا‬ َّ ‫َوال‬
‫ اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬،‫ َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬،‫ْال َح ِك ْي ُم ْال َعلِ ْي ُم‬
‫ال َّر ِح ْي ُم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ك لَهُ‪ ،‬اِلَهٌ لَ ْم يَزَلْ َعلَى‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ َح ْم ًدا َك َما َأ َم َر‪َ .‬أ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬
‫ُك ِّل َش ْي ٍء َو ِك ْياًل ‪َ .‬وَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َو َحبِ ْيبُهُ َو َخلِ ْيلُهُ‪َ ،‬أ ْك َر ُم اَأْل َّولِي َْن‬
‫لى َألِ ِه‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع َ‬ ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمي َْن‪ .‬اللهم َ‬ ‫َواَأْل ِخ ِري َْن‪ ،‬اَ ْل َم ْبع ُْو ُ‬
‫ضي َْن َأ َّما‬ ‫ت َواَأْل َر ِ‬ ‫صاَل ةً َداِئ َمةً بِ َد َو ِام ال َّس َم َوا ِ‬ ‫ان لَهُ ْم ِم َن التَّابِ ِعي َْن‪َ ،‬‬ ‫َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن َك َ‬
‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬ ‫اح َ‬ ‫ق تُقَاتِ ِه َو َذر ُْوا ْالفَ َو ِ‬ ‫ضر ُْو َن اتَّقُوا هللاَ َح َّ‬ ‫بَ ْع ُد‪ :‬فَيَا َأيُّهَا ْال َحا ِ‬
‫بَطَ َن ‪َ .‬و َحافِظُ ْوا َعلَى الطَّا َع ِة َو ُحض ُْو ِر ْال ُج ْم َع ِة َو ْال َج َما َع ِة َوالص َّْو ِم َو َج ِمي ِْع‬
‫ت‪َ .‬وا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ بِنَ ْف ِس ِه‪َ .‬وثَنَّى بِ َماَل ِئ َك ِة‬ ‫اجبَا ِ‬‫ت َو ْال َو ِ‬ ‫ْال َمْأ ُم ْو َرا ِ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه‬ ‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬ ‫ُصلُّ َ‬ ‫ْال ُم َسب َِّح ِة بِقُ ْد ِس ِه‪ِ .‬إ َّن هللاَ َو َمالِئ َكتَهُ ي َ‬
‫ْت َعلَى‬ ‫صلَّي َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َأ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما ً اللهم َ‬
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َأ ِل َسيِّ ِدنَا‬ ‫َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى َأ ِل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬
‫ك‬‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى َأ ِل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم فِ ْي ال َعالَ ِمي َْن اِنَّ َ‬ ‫ار ْك َ‬‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ت اََأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم‬ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اللهم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت‪ .‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي‬ ‫َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫صةً‬ ‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّش َداِئ َد َو ْال ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَن‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا َ‬ ‫َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ك َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر ِعبَا َد هللاِ‪ ،‬اِ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر ُك ْم‬ ‫َو ِم ْن ب ُْل َدا ِن ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َمةً‪ ،‬اِنَّ َ‬
‫بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيتَا ِء ِذيْ ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَ ْاذ ُكر ُْوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َ‪.‬م يَ ْذ ُك ُر ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai