Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Nifaq
Secara gramatikal bahasa Arab, kata nifaq merupakan mashdar (kata
jadian) dari tsulasi mazid biharfin wahid, yaitu naafaqa, yunaafiqu,
munaafaqah, dan nifaaq, yang berarti memasukkan sesuatu dengan
mengeluarkan yang lain. Sedangkan kata munafiq adalah kata sifat atau isim
fa’il dari kata naafaqa yang menunjukkan orang yang menyandang sifat
tersebut. Berdasarkan pengertian kebahasan di atas, maka orang munafik
adalah orang yang menampakkan kebaikan pada satu sisi dan
menyembunyikan keburukan pada sisi lain, atau melaksanakan ajaran agama
pada satu sisi dan menyembunyikan kekufuran pada sisi lain.1
Sedangkan makna nifaq secara terminologi adalah menampakkan Islam
dengan menyembunyikan kekufuran. Kata nifaq merupakan suatu term baru
yang diperkenalkan oleh alQur’an. Oleh karena itu masyarakat Arab tidak
mengetahui makna lain selain makna yang dimaksud oleh al-Qur’an itu sendiri.
Sementara itu, menurut Quraish Shihab, kata munafiq terambil dari kata
nafiqa’, yang bermakna sejenis lubang tikus, semacam terowongan yang
memiliki dua lubang tempat ia keluar masuk. Jika dikejar di sini ia keluar di
sana, demikian pula sebaliknya. Quraish melanjutkan bahwa seperti itu lah sifat
orang-orang munafik, ia masuk dalam kelompok orang-orang yang beriman
dengan pengakuan mereka “saya beriman”, dan masuk pula dalam kelompok
orang-orang yang kufur dengan ucapan “aku seperti kalian.”2

B. Jenis-Jenis Nifaq
Nifaq ada dua jenis: Nifaq I’tiqadi dan Nifaq ‘Amali.
1. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)
Yaitu nifaq besar, dimana pelakunya menampakkan kislaman, tetapi
menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan keluar dari agama
dan pelakunya berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku

1
Ahzami Sami’un Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, (Jakarta: Gems insani, 2000), h.
429
2
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah vol 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 622

1
nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman,
mengolok-olok agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada
musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.
Orang-orang munaifq jenisini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-
lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu
membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu,
merekamasuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap
agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa
hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta
benda mereka. Karena itu, seorang munafiq menampakkan keimanannya
kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, dan Hari Akhir,
tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan
mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam:
1. Mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau
mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa.
2. Kedua, membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau
membenci sebagian apa yang beliau bawa.
3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
4. Tidak senang dengan kemenangan Islam.

2. Nifaq ‘Amali
Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang
munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hatinya. Nifaq jenis ini
tidak mengeluarkan dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara)
kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu, jika
perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya
dia kedalam nifaq sesungguhnya. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam:
“Ada empat hal yang jika berada pada diri seseorang, maka ia
menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki
kebiasaan salah satu daripadanya, maka berarti ia memliki satu kebiasaan

2
(ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya, bila dipercaya ia berkhianat, bila
berbicara ia berdosa, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertengkar ia
melewati batas.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Al-Bukhari Muslim)
Terkadang pada diri seorang hamba berkumpul kebiasaan-
kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk, kebiasaan-kebiasaan iman
dan kebiasaan-kebiasaan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan
pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang mereka lakukan, seperti
malas dalam melakukan shalat berjama’ah di masjid. Ini adalah di antara
sifat orang-orang munafiq. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan
sangat berbahaya, karena itulah sehingga para Shahabat begitu sangat
takutnya kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq. Ibnu Abi
Mulaikah berkata: “Aku bertemu dengan 30 Shahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka semua takut kalau-kalau ada nifaq
dalam dirinya.”
Adapun perbedaan antara nifaq besar dan nifaq kecil, yaitu:
1. Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq
kecil tidak mengeluarkan dari agama.
2. Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam
hal keyakinan, sedangkan nifaq kecil adalah berbedanya yang lahir
dengan yang batin dalam hal perbuatan bukan dalam hal keyakinan.
3. Nifaq besar tidak terjadi dari seorang mukmin, sedanghkan nifaq kecil
bisa terjadi dari seorang mukmin.
4. Pada galibnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun
bertaubat, maka adaperbedaan pendapat tentang diterimanya
taubatnya di hadapan hakim. Lain halnya dengan pelakunya terkadang
bertaubat kepada Allah, sehngga Allah menerima taubatnya.

C. Contoh dari Perbuatan Nifaq


Contoh nifaq di sekitar kita sangatlah banyak seperti :
1. Mengaku Islam dan beriman, tetapi tidak menunaikan rukun islam dan
rukun iman.

3
2. Tidak menjalankan amanah yang diberikan/diamanatkan kepadanya.
3. Tidak konsekuen dan mudah memberi janji tanpa berfikir matang.
4. Suka memutarbalikkan keadaan dan berbohong

D. Nilai-Nilai Negatif Nifaq


Al-Qur’an telah menjelaskan dalam berbagai ayatnya bahwa nifaq
termasuk salah satu penyakit kejiwaan atau abnormalitas dalam diri manusia.
Semua itu menegaskan bahwa lemahnya iman dalam diri seseorang yang akan
mengendalikan perilakunya. Dalam surat al-Baqarah ayat 10 dapat dipahami
dalam konteks ini.

َ‫اب أ َ ِلي ٌم ِب َما َكانُوا َي ْك ِذبُون‬ َ ‫ضا َولَ ُه ْم‬


ٌ َ‫عذ‬ ٌ ‫ِفي قُلُو ِب ِه ْم َم َر‬
‫ض فَزَ ادَ ُه ُم ه‬
ً ‫َّللاُ َم َر‬
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
(QS. 2: 10).
Penyakit yang bersemayam dalam hati orang-orang munafik berdampak
dalam kehidupan mereka dengan senantiasa membuat kerusakan di pentas
bumi ini.
Secara kongkrit, pengrusakan yang ditimbulkan kemunafikan dapat di
klasifikasikan ke dalam tiga aspek, yaitu:
1. Aspek sosial-kemasyarakatan
Bahaya yang ditimbulkan nifaq dalam kehidupan masyarakat
sangat jelas. Kaum munafik umumnya tidak menghiasi dirinya dengan
keimanan yang mampu membentenginya dari semua kejahatan. Jika
perilaku menyimpang ini tersebar dalam komunitas masyarakatnya,
maka dapat dipastikan bahwa kemungkaran pun menjadi hal yang biasa
dan kebajikan merupakan hal yang langka dilakukan. Bahkan yang akan
terjadi adalah menyeru kepada kemungkaran dan mencegah kebajikan.
Setiap orang munafik memiliki karakter yang sama antara satu
dengan yang lain. Masing-masing mengajak kepada kemungkaran
setelah sebelumnya mereka mengaplikasikan dalam dirinya dan
mencegah dari melakukan kebajikan setelah sebelumnya mereka

4
tinggalkan. Selain itu, dalam persoalan harta, mereka enggan
memberikan bantuan dan menyedekahkan hartanya di jalan Allah.
Demikianlah sifat orang-orang munafik yang mesti dihindari oleh kaum
muslimin.
2. Aspek sosial-politik
Dampak dari kemunafikan tidak hanya merusak tatanan
kehidupan sosial-masyarakat, tetapi juga dalam kehidupan politik.
Kemakmuran yang Allah limpahkan di bumi tidak akan terealisasi
dengan baik dan adil, kecuali dengan pembentukan negara yang mampu
menerapkan syari’at yang Allah tentukan di muka bumi.
Terciptanya stabilitas keamanan, kesejahteraan dan keadilan
bagi sebuah negara manakala yang memangku kepentingan adalah
orang-orang yang amanah. Namun, apa bila ada diantara orang yang
memegang kekuasaan merupakan orang-orang munafik, maka hal
tersebut akan membahayakan roda pemerintahan yang sudah ada. Hal
ini disebabkan orang munafik berperan ganda dalam menjalankan
pemerintahan, di satu sisi mereka menunjukkan loyalitas dan
pengabdian yang tinggi kepada negara, namun di sisi lain begitu
mudahnya mereka menghianati rakyat yang telah memberikan amanah
dan kepercayaan.
3. Aspek dakwah
Sudah menjadi sunnatullah bahwa kehidupan manusia akan
selalu diwarnai dengan kebaikan dan keburukan. Tidak ada suatu masa
yang dilalui oleh manusia kosong dari kemunafikan sebagaimana tidak
ada satu ruang pun kehidupan yang bersih dari orang-orang yang lemah
hati dan berpenyakit hatinya. Tiga tipologi manusia yang disampaikan
al-Qur’an pada awal surah al-Baqarah merupakan penegasan bahwa
dinamika dakwah Islam akan selalu diringi dengan kekufuran dan
kemunafikan.
Dengan adanya kemunafikan dalam perjalanan dakwah Islam,
pasti mengandung hikmah yang dapat di jangkau pikiran maupun tidak.

5
Namun demikian, paling tidak ada dua hal yang dapat ditangkap sebagai
hikmah, yaitu:
1. Keberadaan orang-orang munafik dalam dakwah Islam akan
menambah keyakinan dan kesabaran hati orang-orang yang
berdakwah, karena mereka meyakini janji Allah pasti benar.
2. Kemunafikan akan menimbulkan sifat mawas diri dikalangan orang
yang berdakwah, karena orang munafik adalah musuh dari dalam
yang jauh lebih sulit dibandingkan musuh yang nyata.

E. Cara Menghindari Nifaq


Tata cara menghindari sifat nifaq diantaranya :

1. Berdoa kepada Allah untuk terhindar dari perbuatan nifak.

2. Menyadari bahwa nifak merupakan akhlak tercela dan dilarang oleh agama

yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari hari.

3. Menyadari bahwa nifak dapat merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga

dibenci dalam kehidupan masyarakat.

4. Menyadari bahwa nifak tidak sesuai dengan hati nurani manusia.

5. Yakin bahwa kejujuran dapat menenteramkan hati dan senantiasa disukai


dalam pergaulan.

F. Pengertian Riya’

Dalam bahasa arab, arriya’ berasal dari kata kerja raa’ yang bermakna
memperlihatkan.
Secara bahasa, riya’ berarti menampakkan. Sedangkan menurut istilah,
riya’ adalah melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan
tidak berniat ibadah karena Allah SWT.

6
Al-Hafiah Ibnu Hajar Alsqo’ani dalam kitabnya Fathul Baari berkata
“riya adalah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka
memuji pelaku amalan itu.”
Menurut Imam Ghozali riya adalah mencari kedudukan pada mereka
hal-hal kebaikan.
Menurut Imam Habib Abdullah Hadad riya adalah menuntut kedudukan
atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan
untuk akhirat.

G. Jenis-Jenis Riya’
Riya’ ada dua jenis yang pertama hukumnya syirik akbar. Hal ini terjadi
jika sesorang melakukan seluruh amalnya agar dilihat manusia, dan tidak
sedikit pun mengharap wajah Allah. Dia bermaksud bisa bebas hidup bersama
kaum muslimin, menjaga darah dan hartanya. Inilah riya’ yang dimiliki oleh
orang-orang munafik. Allah berfirman tentang keadaan mereka

َ ‫سالَى ي َُرا ُءونَ النه‬


‫اس َو َل‬ ‫ع ُه ْم َوإِذَا قَا ُموا إِلَى ال ه‬
َ ‫ص ََلةِ قَا ُموا ُك‬ ‫إِ هن ْال ُمنَافِقِينَ يُخَا ِدعُونَ ه‬
ُ ‫َّللاَ َو ُه َو خَا ِد‬
َ‫ي‬
‫ْذ‬
‫ُك‬
‫ُر‬
‫و‬
َ‫ن‬

‫ه‬
َ‫َّللا‬

‫ِإ‬
‫هل‬

7
َ‫ق‬
‫ِل‬
‫ي‬
‫ًل‬
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An
Nisaa’:142).
Riya dalam cakupan umum terbagi menjadi dua tingkatan :
1. Riya’ Kholis : yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk
mendapatkan pujian dari manusia.
2. Riya’ Syirik : yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan
perintah Allah SWT, dan juga karena agar mendapat pujian dari
manusia. Keduanya bercampur menjadi satu. Itulah riya’ syirik.

H. Contoh dari Riya’


1. Suka pamer
2. Suka membangga-banggakan
3. Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan
menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini
4. Seseorang menampakkan wajah pucat, muka mengantuk dan badan lemah
supaya orang-orang tahubahwa dia rajin puasa dan rajin shalat malam serta
takut akhirat.
5. Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan meminta ketua
yayasan supaya orang yangbersedekah tadi disebutkan/di umumkan
kepada orang lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
6. Seseorang yang memiliki kemampuan atau kecerdasan yang luar biasa dan
menampakkan atau memamerkan.

8
I. Nilai-Nilai Negatif Riya’
1. Semua amal ibadah yang kita lakukan tidak akan diterima Allah dan justru
nerakalah balasannya.
2. Cepat atau lambat, akan merugikan diri sendiri karena terbongkar aib-
aibnya.
3. Hidupnya senantiasa gelisah karena tidak mendapat ketenanangan yang
hakiki.
4. Dapat menyebabkan seseorang murtad dari agama Islam.
5. Hatinya akan menjadi sempit.
6. Dapat menimbulkan fitnah dan kerugian bagi orang lain.
7. Rawan merasakan kekecewaan.
8. Dijauhi oleh orang-orang beriman.
9. Hilangnya rasa simpati dan kepercayaan oleh orang lain.
10. Menjadikan pribadi yang sombong, congkak, dusta, dan khianat.

J. Cara Menghindari Perbuatan Riya’


1. Luruskan niat
2. Berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT
3. Menyadari kedudukan diri hanyalah seorang hamba
4. Mengendalikan hati
5. Memperbanyak bersyukur
6. Terus-menerus mengingat Allah SWT
7. Sembunyikan amal seperti menyembunyikan aib
8. Belajar ikhlas
9. Mengingat kematian
10. Menggiatkan ibadah

Anda mungkin juga menyukai