Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam, yang menciptakan manusia, mengatur segala bentuk
kehidupan, sehingga penuh keteraturan, yang memberikan nikmat dan karunia kepada seluruh makhluk-Nya.
Shalawat salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW., keluarga,
para sahabatnya, tabi’in, tabi’it tabi’in, dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.
Perkenankanlah saya pada kesempatan ini untuk menyampaikan topik yang berjudul: Istidraj
Bapak/Ibu Guru yang di Rahmati Allah Subhanahu Wata’ala serta Teman – teman ku yang saya banggaan.
Kadang kita merasa heran ketika melihat mereka yang berbuat maksiat itu banyak juga yang malah hidup enak.
Hidup berkecukupan. Punya jabatan mentereng, mobil mewah, rumah megah, dan kekayaan melimpah. Kondisi
hidupnya itu ditunjang karena hasil dari usaha yang tidak HALAL. Sementara kita yang insya Allah taat kepada
Allah dan sepenuh hati melaksanakan ajaran Islam, kok malah hidup miskin dan menderita?
Kadang kita heran menyaksikan banyak orang yang maksiat tapi pinter-pinter dari sisi akademik, para aktivis
liberal yang memang menentang Islam kok malah hidup berkucukupan, orang-orang kafir banyak yang kaya-
raya. Ada apa di balik semua ini?
Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu menyaksikan seorang hamba mendapatkan dari Allah Ta’ala apa yang
ia sukai dari kehidupan dunia, namun ia terus berkecimpung dalam kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa
semua itu hanyalah istidraj.” (dalam kitab Wa Aswataah Wa In ‘Afauta)
Lalu Rasulullah saw. membacakan firman Allah Swt.: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS al-An’aam [6]: 44)
Kita pantas untuk waspada, karena Allah sudah menggambarkan tentang keadaan orang-orang kafir. Tentu saja
kita tak mau digolongkan dengan mereka. Allah menjelaskan dalam firmanNya:
“Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran),
tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak
bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya. Dan (Kami buatkan pula) pintu-
pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya. Dan
(Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah
kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS az-Zukhruf [43]: 33-35)
Ayat ini, merupakan rangkaian dari ayat 31 dalam surat tersebut yang memaparkan tentang kekayaan dan
perhiasan hanyalah kenikmatan hidup dunlawi, sedang kebahagiaan di akhirat hanya dapat dicapai dengan
takwa. Jadi, tak perlu iri jika ada orang yang selalu berbuat maksiat dan bangga dengan dosa-dosanya serta
zalim, namun dia justru memiliki kekayaan atau kesenangan duniawi lainnya. Sebab, dia sebenarnya hanya
ditangguhkan hukumannya dan ditunda azabnya, yakni dia dalam kondisi istidraj. Naudzubillah.
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, yang
benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya
pribadi sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.
Akhirul kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik.
Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq...