Anda di halaman 1dari 6

BAHAYA GHIBAH

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah, Sang Penguasa alam semesta. Semoga shalawat serta keselamatan
semoga tetap tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya, hingga akhir zaman.

Yang terhormat Ibu/Bapak yang sedang mengajar di kelas ini, dan teman-temanku yang saya
sayangi.

Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan sepatah dua kata yang Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Saya akan menyampaikan ceramah singkat berjudul “Bahaya
Ghibah”.

Tentunya kita sudah sama-sama tahu apa yang dimaksud dengan Ghibah. Ghibah adalah
menggunjing keburukan atau menceritakan keburukan orang lain. Ghibah dapat merujuk
kepada gosip murahan yang akan berkembang luas kalau sampai dilebih-lebihkan apalagi
kalau tanpa bukti. Lantas kalau ghibah tumbuh subur  maka muncullah fitnah.

Ghibah ada karena rasa tidak suka atau tidak senang karena melihat orang lain baik
beralasan maupun tidak. Sehingga ada kalimat yang beredar di masyarakat “Tetangga yang
beli AC, dia yang kedinginan. Tetangga yang beli kompor baru, dia yang kepanasan dan
tetangga yang beli kipas angin, dia yang terputar. Masya Allah”

Ada pula prasangka buruk, “Dia bisa rangking satu karena sering nyontek kalau ulangan.”
Padahal Allah Maha Melihat, tahu bahwa yang rangking satu itu sering belajar sampai larut
malam. Pun sangat keterlaluan, apa yang dipikirkannya dan membuat stimulasi asal-asalan
pun disebarkan di masyarakat. Mengompori setiap orang agar membenci orang yang kita
tidak senangi tersebut. Astagfirullah.

Padahal Rasulullah bersabda, yang artinya:

“Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum,
padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan
membawa fitnah di kalangan mereka.” (HR. Muslim)

Hadis ini secara serta merta memberikan kita nasihat agar lidah kita gunakan jangan sampai
membeberkan keburukan orang lain, apalagi itu sebuah kebohongan karena bisa
menimbulkan fitnah dan akibatnya bisa berdampak buruk di masyarakat.

Allah berfirman: walfitna tu asaddu minal qatli bahwa fitnah lebih kejam daripada


pembunuhan.
Memfitnah bisa membunuh karakter seseorang di masyarakat. Semua orang akan
menjauhinya bahkan keluarganya sekalipun. Sebuah kebenaran dan sering terjadi di
masyarakat, menghargai kesalahan yang jumlahnya hanya satu dibanding kebaikan yang
sudah berpuluh-puluh dibuktikan. Astagfirullah.
Dan, jangan sampai kita semua menggunjinkan orang apalagi sampai mefitnahnya? Selain
merugikan orang lain, juga akan merugikan orang lain pula.

Ghibah dan fitnah yang tidak terbukti, pasti meruncingkan pikiran agar membuktikan di
hadapan semuanya bahwa “saya tidak salah”, “saya tidak melakukan apapun” atau “pasti
ada orang lain di balik semua ini”. Lantas kalau diri memberontak membuktikan diri tidak
bersalah, biasanya langkah apapun akan ditempuh bahkan cara salah sekalipun. Bersikap
demikian justru tidak akan menyelesaikan masalah dengan mudah malah memperkeruh.
Lebih baik sabar.

Innallaha ma’ssabirin.
“Allah bersama orang-orang yang sabar”

Kesabaran tidak ada batasnya yang ada batasnya adalah manusia.

Jika memang kita digunjing atau difitnah marilah kita intropeksi diri, betulkah apa yang
mereka tuduhkan? Adakah sebenarnya sikap yang membuat mereka sampai berkata
demikian? 
Lantas tidak adakah pembelaan diri? Membela diri dengan bersabar, berdoa kepada Allah
semoga mereka mendapatkan hidayah, kemudian berusaha menjelaskan kepada mereka
bahwa apa yang mereka katakan tidak betul (kalau memang tidak betul). Kalaupun sudah
berusaha belum ada hasilnya, serahkan semua kepada Allah, karena Dia akan
mengungkapnya bersama waktu yang berjalan.

Teman-temanku yang saya sayangi

Semoga kita selalu menggunakan lisan dengan mengatakan kebenaran, bukan malah
sebaliknya. Sudah, penuhi pikiran bahwa berkata kebohongan adalah sebuah dosa dan
termasuk ke dalam ciri-cir orang munafik. Alangkah baiknya lisan kita selalu basah dengan
doa, dzikir. Amin Ya Rabbal Alamin.

Terima kasih atas perhatiannya. Semoga apa yang saya sampaikan ada manfaatnya.
Kalaupun ada kekurangan datanganya dari saya karena kesempurnaan hanyalah milik Allah.

Wassalamualaikum wr.wb.
Teks Ceramah

Analisis Struktur

Bahaya Ghibah

Struktur Kalimat
Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah, Sang Penguasa alam


semesta. Semoga shalawat serta keselamatan
semoga tetap tercurahkan selalu kepada Nabi
dan Rasul termulia. Beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya, hingga akhir zaman.

Yang terhormat Ibu/Bapak yang sedang


mengajar di kelas ini, dan teman-temanku yang
saya sayangi.

Pendahuluan (Tesis) Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan


sepatah dua kata yang Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Saya akan
menyampaikan ceramah singkat berjudul
“Bahaya Ghibah”.

Tentunya kita sudah sama-sama tahu apa yang


dimaksud dengan Ghibah. Ghibah adalah
menggunjing keburukan atau menceritakan
keburukan orang lain. Ghibah dapat merujuk
kepada gosip murahan yang akan berkembang
luas kalau sampai dilebih-lebihkan apalagi kalau
tanpa bukti. Lantas kalau ghibah tumbuh subur 
maka muncullah fitnah.

Isi Ghibah ada karena rasa tidak suka atau tidak


senang karena melihat orang lain baik beralasan
maupun tidak. Sehingga ada kalimat yang
beredar di masyarakat “Tetangga yang beli AC,
dia yang kedinginan. Tetangga yang beli kompor
baru, dia yang kepanasan dan tetangga yang beli
kipas angin, dia yang terputar. Masya Allah”

Ada pula prasangka buruk, “Dia bisa rangking


satu karena sering nyontek kalau ulangan.”
Padahal Allah Maha Melihat, tahu bahwa yang
rangking satu itu sering belajar sampai larut
malam. Pun sangat keterlaluan, apa yang
dipikirkannya dan membuat stimulasi asal-asalan
pun disebarkan di masyarakat. Mengompori
setiap orang agar membenci orang yang kita
tidak senangi tersebut. Astagfirullah.

Padahal Rasulullah bersabda, yang artinya:

“Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan)


tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum,
padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak
dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan
membawa fitnah di kalangan mereka.” (HR.
Muslim)

Hadis ini secara serta merta memberikan kita


nasihat agar lidah kita gunakan jangan sampai
membeberkan keburukan orang lain, apalagi itu
sebuah kebohongan karena bisa menimbulkan
fitnah dan akibatnya bisa berdampak buruk di
masyarakat.

Allah berfirman: walfitna tu asaddu minal


qatli bahwa fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan.
Memfitnah bisa membunuh karakter seseorang
di masyarakat. Semua orang akan menjauhinya
bahkan keluarganya sekalipun. Sebuah
kebenaran dan sering terjadi di masyarakat,
menghargai kesalahan yang jumlahnya hanya
satu dibanding kebaikan yang sudah berpuluh-
puluh dibuktikan. Astagfirullah.

Dan, jangan sampai kita semua menggunjinkan


orang apalagi sampai mefitnahnya? Selain
merugikan orang lain, juga akan merugikan
orang lain pula.

Ghibah dan fitnah yang tidak terbukti, pasti


meruncingkan pikiran agar membuktikan di
hadapan semuanya bahwa “saya tidak salah”,
“saya tidak melakukan apapun” atau “pasti ada
orang lain di balik semua ini”. Lantas kalau diri
memberontak membuktikan diri tidak bersalah,
biasanya langkah apapun akan ditempuh bahkan
cara salah sekalipun. Bersikap demikian justru
tidak akan menyelesaikan masalah dengan
mudah malah memperkeruh. Lebih baik sabar.

Innallaha ma’ssabirin.
“Allah bersama orang-orang yang sabar”

Kesabaran tidak ada batasnya yang ada batasnya


adalah manusia.

Jika memang kita digunjing atau difitnah marilah


kita intropeksi diri, betulkah apa yang mereka
tuduhkan? Adakah sebenarnya sikap yang
membuat mereka sampai berkata demikian? 
Lantas tidak adakah pembelaan diri? Membela
diri dengan bersabar, berdoa kepada Allah
semoga mereka mendapatkan hidayah,
kemudian berusaha menjelaskan kepada mereka
bahwa apa yang mereka katakan tidak betul
(kalau memang tidak betul). Kalaupun sudah
berusaha belum ada hasilnya, serahkan semua
kepada Allah, karena Dia akan mengungkapnya
bersama waktu yang berjalan.

Teman-temanku yang saya sayangi

Semoga kita selalu menggunakan lisan dengan


mengatakan kebenaran, bukan malah
sebaliknya. Sudah, penuhi pikiran bahwa berkata
kebohongan adalah sebuah dosa dan termasuk
ke dalam ciri-ciri orang munafik. Alangkah
baiknya lisan kita selalu membaca doa dan dzikir,
Amin Ya Rabbal Alamin.
Penutup
Terima kasih atas perhatiannya. Semoga apa
yang saya sampaikan ada manfaatnya. Kalaupun
ada kekurangan datanganya dari saya karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah.

Wassalamualaikum wr.wb.
Bagian bagian penting
1.Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki
sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut.
2.Padahal kebanyakan sekolah, penggunaan bahasa para siswanya cenderung
lebih tidak terkontrol. Yang dominan adalah ragam bahasa pasar atau bahasa gaul. 
3.Tuntutan kehidupan modern telah membelokkan apresiasi para siswa itu terhadap
bahasanya sendiri. Bahasa asing berkesan lebih bergengsi. Pelajaran bahasa
Indonesia tak  jarang ditanggapi dengan sikap sinis. Mereka merasa lebih asyik
dengan mengikuti pelajaran bahasa Inggris atau mata kuliah lainnya.
4. Tuntutan kehidupan modern telah membelokkan apresiasi para siswa itu terhadap
bahasanya sendiri. Bahasa asing berkesan lebih bergengsi. Pelajaran bahasa
Indonesia tak  jarang ditanggapi dengan sikap sinis. Mereka merasa lebih asyik
dengan mengikuti pelajaran bahasa Inggris atau mata kuliah lainnya.Dalam
kehidupan masyarakat umum pun,   kinerja bahasa Indonesia memang
menunjukkan kondisi yang semakin tidak menggembirakan. 
5.Intensitas para siswa dalam memahami literatur-literatur ilmiah sesungguhnya
merupakan sarana efektif dalam mengakrabi ragam bahasa baku. Dari literatur-
literatur tersebut mereka dapat mencontoh tentang cara berpikir, berasa, dan
berkomunikasi dengan bahasa yang lebih logis dan tertata.
Kesimpulan
Anak jaman sekarang lebih banyak yang menyukai bahasa asing dibandingkan
bahasa lokal. Bahasa lokal pun anak jaman sekarang lebih menyukai bahasa gaul.
contohnya Lo,gua. karena lebih terlihat popular dan trendy.Tingkat kesopanan anak
jaman sekarang pun juga menurun.Maka dari itu kita sebagai anak Indonesia
cobalah menghargai bahasa lokal dan menggunakannya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai