Anda di halaman 1dari 5

Waspadai Perbuatan Zina dan Sarananya

Innal hamda lillaah, nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu billaahi min


suruuri anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa mudlillalah, waman
yudlilhu falaa haadiyalah.

Asyhadu allaa Ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna Muhammadan
abduhuu warasuuluh.

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin.

Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu


‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.

Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum


muslimuun.

Sidang Jumat yang berbahagia,

Salah satu kaidah yang sangat agung dalam syariat Islam yang mulia ini adalah bahwasanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya tidak memerintahkan suatu perbuatan, kecuali di
dalam perintah itu terdapat kemaslahatan yang besar. Begitu juga tidak melarang suatu
perbuatan, kecuali di dalam perbuatan itu terdapat banyak madharat.

Satu di antaranya, Allah telah mengharamkan perbuatan zina. Karena dalam perbuatan zina
ini terdapat banyak madharat serta kerusakan. Allah berfirman,

“Wala taqrobuuzzana innahu kaana faahisyatan wa tsaa'a tsabiyla”

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia untuk mendekati perbuatan
zina dan semua perantara yang bisa menjerumuskan zina dan semua perantara yang bisa
menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan tersebut. Demikian ini, karena zina merupakan
perbuatan kotor dan sangat jelek pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat. Allah Subhanahu
wa Ta’ala menyebutnya dengan kata fakhisyah. Yang berarti, perbuatan yang sangat keji.
Perbuatan zina bertentangan dengan akal sehat. Zina merupakan jalan yang membawa kepada
kehancuran dan kenistaan, merusak masyarakat, menimbulkan penyakit berbahaya,
bercampurnya nasab, dan juga menyebabkan permusuhan di antara manusia dan kerusakan
lainnya yang sangat berbahaya, sehingga pantas apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan hukuman berat bagi para pelakunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
"Azzaniyatu wazzanii fajliduu kulla waahidimmanhumaa ma'ata jaldatin walaata'khuzkum
bihimaa ra'fatan fiidiinillah inkuntum tu'minuunabillahi walyaumil akhiri walyasyhad
'azabahumaa 'too'ifatuummanalmu'miniina"

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nur: 2)

Ayat ini menunjukkan hukuman yang disyariatkan Allah bagi seseorang yang berzina dan
belum menikah. Adapun jika pelakunya sudah menikah, maka hukumannya lebih berat dari
yang pertama, yaitu dirajam, dilempari dengan batu sampai mati. Sebagaimana disabdakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ada seorang sahabat, Ma’iz bin Malik berzina,
kemudian ia mengakui perbuatannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Pergilah kalian dan rajamlah dia!

Perhatkanlah, wahai jamaah sekalian! Alangkah berat hukuman dunia bagi pelaku zina. Dan
sesungguhnya hukuman di akhirat lebih besar, akan tetapi hanya sedikit manusia yang mau
berpikir.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah,

Allah Maha Rahman dan Rahim kepada para hamba-Nya. Demikian pula Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat kasih sayang kepada umatnya. Oleh karena itu, Allah dan
rasul-Nya melarang dan mencegah umatnya dari segala perantara yang bisa membawa
seseorang kepada kebinasaan tersebut.

Di antaranya ialah:

Pertama, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hamba untuk mengumbar pandangannya dan
melihat kepada sesuatu yang haram untuk dilihat, karena akan membangkitkan nafsu
seseorang dan menjerumuskannya ke dalam perbuatan keji. Dan sebaliknya, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya agar menundukkan pandangan
matanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

"Kullalmu'minina yaghuddu min absorihim wayahfazuu furuujahum zalika 'azkalahum


innalllahu khobirumbima yasma'uuna"

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka,” sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. an-Nur: 30)

Adapun peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tersebut dalam sabdanya:
“Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan yang satu dengan yang lainnya, karena
sesungguhnya bagimu yang pertama, bukan yang kedua.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan
oleh Syaikh al-Albani).

Maksudnya, seseorang tidak berdosa dengan pandangan pertama yang tidak disengaja dan
akan mendapatkan dosa dalam pandangan yang keduanya ketika sengaja melakukannya. Ini
menunjukkan, melihat sesuatu yang haram termasuk perantara terjadinya perbuatan zina.

Lantas, kalau pandangan yang seperti ini diharamkan, maka bagaimana dengan orang yang
melihat gambar-gambar wanita seronok dalam majalah-majalah atau bahkan film-film porno
yang akan membangkitkan syahwat? Tentu perbuatan ini lebih diharamkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Ketahuilah, pandangan merupakan panah beracun dari panah-panah
setan.

Kedua, Islam melarang khalwat. Yaitu berduaan antara laki-laki dan wanita yang bukan
mahram, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Tidaklah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali setanlah yang
ketiganya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali dia
disertai dengan mahramnya.”

Lihatlah, wahai jamaah sekalian! Bagaimanakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


menutup segala pintu yang akan membukakan seseorang kepada perbuatan zina. Akan tetapi,
kita lihat banyak orang tidak memahami hal ini, sehingga banyak yang biasa berdua-duaan,
seperti di kantor-kantor, tempat rekreasi, dan yang lainnya. Atau di kalangan para pemuda
biasa dikenal dengan istilah pacaran bahkan menjadi kebanggaan. Muncul anggapan keliru,
pemuda atau pemudi yang tidak melakukannya dikatakan kuno.

Subhanallah! Tidakkah kita takut dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.
Tidakkah kita sadar, bahwa ini merupakan makar setan yang ingin agar manusia
menemaninya di neraka nanti?

Ketiga, Islam melarang wanita-wanita memperlihatkan auratnya, karena dapat


membangkitkan syahwat. Wanita-wanita yang mempertontonkan auratnya, sesungguhnya ia
telah menjerumuskan dirinya dan orang lain kepada kehancuran. Bagaimana tidak, seorang
wanita yang membuka auratnya, kemudian ia berjalan di hadapan laki-laki, tentu ini akan
membangkitkan syahwat para laki-laki itu, kemudian dapat menimbulkan keinginan untuk
melakukan perbuatan keji.

Kita lihat, siapakah yang lebih banyak diganggu? Apakah wanita muslimah yang berpakaian
secara baik dan menutup auratnya, ataukah wanita yang mempertontonkan auratnya
berpakaian dengan pakaian ketat yang menyifati bentuk tubuhnya?
Jawabnya, tentulah wanita yang kedua lebih banyak diganggu, dan dialah yang menjadi
penyebabnya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada para
wanita muslimah agar mengulurkan jilbabnya, menutup auratnya. Yang karenanya, ia akan
lebih suci. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

"Yaa ayyuhannabiiyu kul 'azwajika wabanaatika wanitsaa'il mu'miniina yudniina 'alaihina


min jala bibiyhinna zalika 'adna 'an yu'rofna falayu'zaina wa kanallah ghofurrurrohiima"

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Akan tetapi, banyak para wanita yang tidak mempedulikan perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan lebih mengikuti gaya orang-orang kafir, wanita-wanita fajir (pelaku dosa) yang
jauh dari petunjuk Allah. Bahkan banyak wanita yang merasa senang dan merasa bangga
dengan mempertontonkan auratnya. Benarlah yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, pada akhir zaman nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya
telanjang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,video islami cahaya

“Dua golongan penduduk neraka yang aku belum melihatnya; orang-orang yang membawa
cambuk seperti ekor sapi yang dia gunakan untuk memukul manusia, dan para wanita yang
berpakaian tetapi telanjang yang berjalan dengan berlenggak-lenggok. Kepala-kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya.”

Artinya, mereka memakai pakaian tipis atau pakaian ketat, dan pakaian yang menimbulkan
fitnah bagi orang yang melihatnya. Sehingga, sekalipun mereka berpakaian, tetapi hakikatnya
telanjang. Islam adalah agama yang penuh dengan kemaslahatan. Semua perintahnya pasti
bermanfaat, dan semua larangannya pasti mengandung bahaya. Ketika Islam memerintahkan
para wanita untuk berjilbab, tentu karena akan menjaga kehormatan. Ketika Islam melarang
mengumbar aurat, tentu karena banyak bahaya dan berakibat jelek yang ditimbulkannya, di
antaranya tersebar perbuatan zina.

Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal ayati


wadzikrilhakim, wataqobbalahu minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim.

Aquulu qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.

Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi


walaukarihal musrikun.

Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu

Allohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.


Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum
muslimuun.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Zina merupakan salah satu dosa besar dan perbuatan yang sangat keji. Perbuatan ini sangat
dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim menjaga
diri dari dosa tersebut, serta menjauhi segala sarana yang bisa membawa dirinya kepada
perbuatan nista itu. Dan bertakwalah kepada Allah, karena dengan takwa seseorang akan
selalu terjaga dan tidak terjerumus ke dalamnya.

Marilah kita berdoa kepada Allah, agar terhindar dari perbuatan yang dimurkai.
Sesungguhnya kita tidak akan terhindar dari perbuatan yang dimurkai tersebut kecuali dengan
pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin

Alhamdulillahirobbil’alamin

Allohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat,


alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.

Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna minalkhosiriin.

Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.

Walhamdulillahirobbil’alamin.

Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa, wayanha


‘anilfahsyaaii walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruun

Fadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum


waladzikrullohiakbar.

Anda mungkin juga menyukai