Anda di halaman 1dari 7

Merindukan dan dirindukan, merupakan dua hal yang sekilas sama namun ternyata berbeda.

Misalnya, sudah menjadi hal yang fitrah bagi wanita apabila ia merindukan laki-laki yang ia cintai. Namun,
belum tentu laki-laki yang ia cintai tersebut merindukan ia juga. Hal itu adalah hal yang tidak pasti.
Mungkin jika saja ia tau kalau rasa rindunya terbalas, pastilah hati seorang wanita itu akan berbunga-
bunga. Lain halnya jika rasanya tak terbalas, mungkin hatinya akan sendu dan buram.

Wahai para wanita, dari permisalan yang nyata tadi, apakah kita menyadari, bahwa rasa rindu
yang seperti itu hanyalah rasa rindu sementara? Apakah kita menyadari bahwa rasa rindu pada hal-hal
yang ada didunia itu akan punah bila raga kita terkubur tanah? Apakah kita tau manfaat dari merindukan
hal yang seperti itu?

Pernah tidak, merindukan sesuatu yang abadi, kebahagiaan haqiqi, seperti surga?

Dan pernah tidak, terlintas untuk mengharapkan balasan rindu dari suga?

Coba kita renungkan sama-sama,, rindu mana yang kita prioritaskan, rindu pada dia? Atau rindu pada
surga?

Padahal harusnya kita sudah tau, ketika kita merindukan surga bahkan dirindukan oleh surga, hal-hal
semacam dirindukan orang-orang yang kita cintai itu pasti akan kita dapatkan juga. Orang yang sangat
merindukan surga, dan melakukan segala usaha apapun agar ia dirindukan surga, sudah pasti ia akan
menjadi seorang wanita yang sholihah. Dan seorang wanita sholihah, sangatlah pasti menjadi dambaan
bagi setiap laki-laki, karena laki-laki juga pastinya sangat ingin masuk surga. Dengan mendapatkan
seorang waniyta sholihah, itu sudah bisa menjadi sarananya untuk hidup bersama-sama sampai ke surga
nanti.

Lantas, bagaimana caranya agar kita dapat menjadi wanita sholihah yang dirindukan oleh surga?

seperti apa gambaran yang perlu kita pahami, sehingga seorang wanita muslimah dapat dikatakan
sebagai wanita salihah?

Disini kita akan menceritakan kisah-kisah nyata yang bisa menjadi pembelajaran buat kita para kaum
hawa. Juga bisa dijadikan sebuah acuan untuk mencari pendamping hidup bagi para kaum Adam. Kita
akan belajar tentang sebaik-baiknya muslimah yang patut kita contoh sebagai seorang wanita.

Banyak hadits yang mengatakan tentang wanita muslimah terbaik diseluruh zaman, dunia maupun
akhirat;

“Sebaik-baik perempuan penduduk surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, dan Asiyah,” (H.R. Baihaqi).

Dari riwayat lain mengatakan hal yang sama;


“Sebaik-baik wanita penduduk surga adalah Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan
Asiyah istri fir’aun.” (HR Ahmad)

“Yang sempurna dari kaum lelaki sangatlah banyak, tetapi yang sempurna dari kaum wanita hanyalah
Maryam binti Imran, Asiyah binti muzahim, Khadijah binti khuwailid dan Fatimah binti Muhammad.
Sedangkan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid (roti yang diremukkan
dan direndam dalam kuah) atas segala makanan yang ada.” (HR Bukhari)

“Cukuplah wanita-wanita ini sebagai panutan kalian. Yaitu Maryam binti Imran, Khadijah binti khuwailid,
Fatimah binti Muhammad dan Asiyah binti muzahim, istri fir’aun.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Kita wanita yang hidup dizaman modern, bisa jadi hanya mengetahui nama-namanya saja, bahkan bisa
jadi juga tidak tau semuanya. Maka dari itu, kami akan menceritakan sekilas biografi dari mereka yang
bisa menjadi teladan terbaik buat kita khususnya para kaum Hawa.

1. Asiyah binti Muzahim


Kalian tau tidak, siapa itu Asiyah?

Asiyah adalah istri dari seorang yang terkenal dengan kejahatannya sepanjang masa. Ya, dialah
istri dari Fir’aun, seorang raja yang sangat sombong. Saking sombongnya, ia bahkan berani
merebut kesombongan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Allah dengan mengatakan dirinya
adalah Tuhan. Barang siapa menolak titahnya, kematian adalah balasannya.

Dari sosok Asiyah pelajaran pertama yang kita bisa ambil adalah tentang arti
kesabarannya. Kita bisa membayangkan jika mempunyai pasangan seperti fir’aun dengan sifatnya
yang congkak, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Pastinya harus luar biasa sabar menghadapi
orang seperti ini.
Dan sosok Asiyah berhasil membuktikan kesabarannya hingga akhir hayatnya.

Kemudian, Allah SWT berfirman;

“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia
berkata:........Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya. Dan, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,”
(Q.S. At-Thamrin: 11).

Dalam doanya, bisa dilihat betapa sulitnya hidup di posisi Asiyah. Hati kecil selalu
menuntunnya untuk menjadi orang yang beriman dan taat kepada Allah, tetapi lingkungan yang
ia miliki tidak mendukunganya pada hal itu.
Sosok Asiyah juga membuktikan keteguhan hatinya saat terjadi peristiwa adu ilmu antara
tukang sihir utusan Firaun dengan Musa as.. Asiyah bertanya pada pengawal kerajaan, “Siapakah
yang menang?” Mereka pun menjawab, “Musa dan Harun.” Asiyah pun kemudian berkata, “Aku
beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun.” Pernyataan Asiyah tersebut menjadi tamparan yang
keras bagi Firaun di muka umum. Karena kemarahannya yang begitu besar, Firaun pun
mengancam akan melempari Asiyah dengan batu besar di padang pasir yang panas. Namun,
karena ketaatannya kepada Allah, Asiyah tidak takut dan tetap teguh pada pendiriannya.
Keteguhan Asiyah pun dicatat oleh Allah di dalam Alquran.

Sebagai muslimah, mungkin kita memiliki cerita yang berbeda-beda dalam meneguhkan
hati untuk menjaga diri dan keimanan kita terhadap Allah. Ketika lingkungan tidak mendukung
keinginan kita untuk menjadi perempuan salihah, ingatlah bahwa hal ini juga pernah terjadi pada
Asiyah. Janganlah pernah merasa sendiri. Selain itu, bagi para muslimah yang tidak memiliki
masalah dengan lingkungan, tetapi sulit sekali berubah karena selalu mengada-adakan masalah,
tidakkah seharusnya kalian bersyukur karena tidak harus diancam akan dilempari batu besar di
gurun pasir hanya untuk sekadar menutup aurat dan menguatkan keimanan kepada Allah?
Lawanlah rasa malas itu dan ingatlah bahwa balasan bagi orang teguh terhadap keimanan dan
ketakwaan adalah surga seperti yang Allah janjikan kepada Asiyah.

2. Maryam binti Imran


Dan inilah wanita kedua, seorang wanita yang namanya paling masyhur di dunia dan
akhirat. Jika kita coba hitung, lebih dari 3/5 penduduk dunia saat ini, umat Islam dan nasrani, tahu
namanya. Namanya begitu harum, sampai-sampai menjadi nama seorang wanita yang paling
banyak disebut dalam Al-Qur’an, bersanding dengan nama ayahnya yang mulia pula. Dialah
Maryam binti Imran, namanya terabadikan dalam Al-Qur’an surat ke-19, sedangkan nama
ayahnya pada surat ke-3. Sebuah penghargaan yang luar biasa yang Allah berikan.

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah
memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang
semasa dengan kamu).” (QS. Al-Imran: 42)

Hikmah pertama yang bisa kita ambil adalah bagaimana ‘gen’ orang tua berpengaruh
langsung kepada anaknya. Imran dan Hanna sebagai orang tua dari Maryam adalah orang yang
terkenal akan kesalehan dan track record kebaikannya. Wajar jika kemudian Maryam menjadi
sosok yang banyak diinginkan oleh kaumnya ketika ia dilahirkan. Bukankah hak pertama seorang
anak adalah dilahirkan dari seorang wanita yang shalih??

“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan
ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”.” (QS. Maryam: 28)
Kedua, lingkungan tumbuh kembang seorang Maryam kecil sangat kondusif. Kita semua
tahu, Maryam akhirnya diasuh oleh nabi Zakariya setelah masyarakat luas berlomba untuk
mengasuhnya. Maryam kemudian ditempatkan khusus di mihrab Baitul Maqdis. Sebuah
lingkungan yang begitu bagus dan istimewa (di asuh oleh nabi) untuk menjadikannya seorang
wanita yang super shalihah dan super dekat dengan Allah. Bahkan, disebutkan bahwa Maryam
adalah sosok wanita yang tidak pernah meninggalkan qiyamulail dan memiliki waktu puasa yang
khusus, yaitu 2 hari berpuasa dan 1 hari berbuka.

“Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang
ruku.” (QS. Al-Imran: 43)

Dan yang ketiga, Di zaman yang kini serbamodern dan banyak orang yang
menyalahgunakan arti kata kebebasan, kita dapat menjumpai banyak fenomena menyedihkan
mengenai perempuan. Kini, banyak perempuan yang tidak bisa menjaga kesuciannya dengan rela
melepaskan kehormatannya hanya untuk kesenangan duniawi semata. Kesenangan yang hanya
terlihat indah di mata, tetapi tidak dirasakan indah di hati kecilnya sendiri. Ada baiknya kita melihat
kembali kisah nyata di masa lalu yang bisa kita contoh saat ini, yakni kisah tentang Siti Maryam binti
Ibrahim.

Maryam adalah figur seorang muslimah yang konsisten menjaga kesuciannya. Sebuah
harga mahal seorang wanita yang sudah sulit sekali ditemukan di kalangan perempuan zaman
sekarang, zaman yang serba modern dimana banyak orang yang menyalahgunakan arti kata
kebebasan. Suatu ketika, ujian Allah datang kepada sosok Maryam, yaitu malaikat mengaruniakan
seorang anak kepadanya saat ia masih seorang gadis berumusr sekitar 13 tahun dengan kondisi ia
belum memiliki suami.

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan
ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan
Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)

Jika dipikir secara rasional, hal ini sangat tidak masuk akal. Namun, takdir yang Allah
tetapkan terhadapnya ia terima dengan ikhlas. Karena kesuciannya, Allah memercayakannya untuk
mengandung dan melahirkan Nabi Isa as.. Setelah melahirkan, ia mendidik Nabi Isa dengan sangat
baik sehingga terlahirlah pejuang ajaran Allah di muka bumi.

Ada proses panjang yang harus dilalui oleh wanita suci ini sehingga namanya tercatat
dalam hadis sebagai wanita yang dijamin masuk surga. Ia harus hidup dengan sulit karena banyak
hinaan juga cemoohan yang datang bertubi-tubi kepadanya. Namun, lagi-lagi, ketaatan dan
ketakwaan kepada Allah-lah yang membuat muslimah ini kuat dan bersabar dengan cobaan yang
datang. Ini karena ia menyadari bahwa hanya Allah-lah yang tahu kalau dirinya tidak pernah
berbuat hal sekeji itu. Ia hanya beriman kepada Allah dan tidak peduli pada pandangan orang-orang
di sekitarnya. Ia tidak memusingkan cemoohan dan hinaan orang-orang yang tidak tahu apa-apa.

3. Khadijah Binti Khuwalid


Inilah sosok wanita yang tak kalah supernya, beliau merupakan istri al amin,
Muhammad. Butuh keberanian yang tinggi untuk ‘nembak duluan’ bagi seorang wanita, Khadijah
yang memang melihat keistimewaan dan budi pekerti yang luhur dari Muhammad, tentu tidak
ingin kehilangan kesempatan untuk bersanding dengan sosok seperti Muhammad. Dan tentu
saja, apa yang dilakukannya membutuhkan mental baja, terlebih dengan backgroundnya sebagai
janda. Tapi apakah perbuatannya itu membuat dirinya menjadi hina? Tidak sama sekali.
Gambaran sosok Khadijah sebenarnya cukup simpel, Khadijah adalah teladan sejati para
istri dalam rangka ketaatannya pada suami. Khadijah adalah wanita pertama yang mengakui
kenabian suaminya, karena memang dia yang paling paham karakter dan sifat dari suaminya.

“Demi Allah, sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi
Allah sungguh engkau telah menyambung tali silaturahim, jujur dalam berkata, membantu orang
yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan
menolong orang-orang yang terkena musibah” (HR Al-Bukhari I/4 no 3 dan Muslim I/139 no 160)

Dan kita semua tahu bagaimana support terbaik diberikan Khadijah kepada baginda rasul,
dengan konsekuensi yang tidak murah dan mudah. Hampir semua harta yang ia dan Nabi
Muhammad miliki, digunakan untuk pergerakan dakwah Islam. Ia rela membersamai Rasulullah
selama 3 tahun dalam embargo ekonomi dan sosial yang dilakukan kaum kafir Quraisy, coba
sejenak kita bayangkan kondisi embargo yang membuat Bani Hasyim harus makan rumput kasar
padang pasir. Dan Ia, tetap setia, sekali lagi, ia tetap setia kawan.

“Dia (Khadijah) beriman kepadaku di saat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku


di saat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada
mau”. (HR. Ahmad)

Wajar jika baginda rasul sendiri tidak bisa menduakan Khadijah selama ia hidup, padahal
Rasul mampu melakukan itu. Bahkan setelah Khadijah wafat pun butuh waktu lebih dari 1 tahun
bagi baginda rasul sampai kemudian menikah lagi. Memang ada seorang laki-laki yang mampu
menyakiti hati dan melupakan sosok seperti Khadijah? Penulis rasa tidak ada.

Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Belum pernah aku cemburu kepada istri-istri nabi
lainnya kecuali kepada Khadijah, padahal aku belum pernah bertemu dengannya.” Ia melanjutkan
setiap kali Rasulullah menyembelih seekor kambing beliau berkata ”Kirimlah daging ini kepada
teman-teman Khadijah!” Pada suatu hari aku membuat beliau marah. Aku berkata:”Khadijah?”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Sesungguhnya aku telah dianugerahi rasa cinta
kepadanya.” (HR. Muslim)
Jangan tanya tentang kemandirian yang ada pada diri Khadijah. Dialah salah satu
saudagar Mekah yang sukses, sebuah pelajaran penting bagi kaum hawa untuk menjadi pribadi
yang mandiri dan profesional. Rumah tangga yang di bangun bersama Muhammad pun termasuk
rumah tangga yang santun dan dewasa karena dalam keberjalanannya tidak pernah sekalipun
mereka beradu kata-kata kasar, apalagi hujatan. Bahkan Khadijah tidak pernah ‘manyun’ di
hadapan Muhammad, pun setelah ia diangkat menjadi Rasul. Khadijah benar-benar menjadi
teladan sejati para istri.
Dan setiap apa yang dilakukannya mendapatkan balasan terbaik dari Rabbnya. Bersabda
Rasulullah saw: “Wahai Khadijah, ini malaikat Jibril telah datang dan menyuruhku untuk
menyampaikan salam dari Allah kepada-mu dan memberikan kabar gembira kepadamu dengan
rumah yang terbuat dari kayu, tidak ada keributan dan rasa capai di dalamnya.” (HR Bukhari dan
Muslim)

4. Fatimah Azzahra

Fatimah Azzahra adalah anak dari Khadijah dan Rasulullah. Sosoknya selalu mengagumkan
karena ia mengajarkan kepada kita tentang bakti seorang anak terhadap orang tua. Anak
perempuan yang salihah memiliki potensi menjadi istri yang salihah juga.

Ia merupakan cahaya mata baginda rasul. Jika ingin tahu sifat, karakter, cara bicara
bahkan cara berjalan rasul versi perempuan, maka ialah yang paling mirip dengannya. Ia adalah
Fatimah binti Muhammad.

“Saya tidak melihat seorang pun yang cara berjalan, tingkah laku, pembicaraan, dan saat
berdiri juga duduknya yang sangat mirip dengan Rasulullah selain Fatimah.” (HR Tirmidzi)

Fatimah adalah anak kesayangan Rasulullah. Meskipun dia adalah putri dari orang nomor
satu di dunia, Fatimah tidak pernah menyombongkan diri. Bahkan, dalam urusan memilih jodoh,
dia sangat patuh pada pilihan Rasulullah, meskipun orang yang dijodohkan kepadanya bukanlah
seseorang yang bergelimang harta, yakni Ali bin Abu Thalib. Baginya, dalam memilih pasangan,
kekayaan harta bukanlah tolak ukur, melainkan keimanan dan ketakwaan orang yang kelak
mendampinginya dalam mengarungi bahtera rumah tanggalah yang paling penting.

Bakti dan rasa sayang seorang Fatimah terhadap ayahandanya selalu dibuktikan dengan
sikap yang terang-terangan, tidak hanya diucapkan di bibir saja, seperti dua kisah di bawah ini.

Pertama, ketika Perang Uhud selesai, Nabi mengalami luka yang cukup parah di bagian
pipinya. Gigi Rasulullah patah, kemudian kakinya terluka. Tidak sedikit darah yang keluar dari bagian
tubuh Rasulullah yang terluka. Dengan dibantu Ali, Fatimah membersihkan dan menghentikan
aliran darah pada tubuh Rasulullah dengan sabar. Ia melakukan hal tersebut karena keikhlasan dan
kecintaan terhadap ayahnya.

Kedua, suatu hari, Rasulullah pernah dilempari darah dan kotoran unta oleh Uqbah bin Abi
Muith saat sedang sujud di depan Kabah. Fatimah yang mendengar hal itu mengetahui bahwa
ayahnya tidak bersalah dan ia melihat bahwa ayahnya sedang dizalimi oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab tanpa alasan yang jelas. Fatimah pun datang menghampiri Rasulullah dan
membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Setelah itu, ia menghampiri dan memarahi para
kafir Quraisy. Karena ia masih kecil, bukan didengarkan, ia justru ditertawakan. Meski begitu,
Fatimah sudah menunjukkan bahwa ia memiliki sikap yang tegas dan berani dalam melihat mana
yang benar dan mana yang salah.

Kisah tersebut merupakan sebuah pelajaran bagi kita tentang cara seorang anak yang
berani membela ayahnya ketika sang ayah dizalimi oleh orang lain. Kisah tersebut cukup
menyentuh hati dan memperlihatkan bahwa Fatimah adalah anak yang pemberani. Selain itu,
darinya juga kita dapat belajar bahwa sebelum belajar menjadi istri yang patuh kepada suami,
belajarlah menjadi anak yang patuh pada orang tua. Dapatkan ridha Allah dengan mendapatkan
ridha orang tua dan juga ridha dari suami.

Dari 4 kisah yang hebat tadi, adakah yang sudah serupa? Atau mungkin hampir serupa?

Kita tau, Asiyah, Maryam, Khadijah, dan Fatimah, sudah menjadi sosok wanita yang
dirindukan surga, dan bahkan sudah dijamin menjadi ahli surga.

Kemudian bagaimana dengan kita?

Apa kita masih mau hidup seperti ini?

Kita memang harus menjadi diri sendiri, tapi ingat,, hidup itu butuh pilihan. Dan sekarang
saatnya kita memilih, mau jadi seperti yang mana? Mau menteladani yang mana? Pilihlah jika hati
kita betul-betul mengharapkan dirindukan oleh surga. Bukan hanya surga yang rindu, semua orang
yang kita cintai pun akan rindu pada kita, jika sosok kita bisa sesholihah 4 wanita hebat tadi. Tidak
perlu sama, karna itu sulit. Tapi setidaknya, kita mengarah pada jalan mereka.

Jadi, masihkah kita mau merasakan rindu yang tak ada kepastian? Rindu yang sementara
dan punah didunia? Ini Bukan hanya untuk wanita, tapi laki-laki juga. Mari kita sama-sama
merindukan surga, agar rindu kita bisa sama-sama bersemi abadi disurga-Nya. InsyaaAllah.

Anda mungkin juga menyukai