Disusun Oleh
KELOMPOK 2
Tentu saja, sebagai manusia Kami tidak terlepas dari kesalahan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, masukan dan kritikan dari para pembaca yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Pengertian Taubat.................................................................................................. 3
B. Hakikat Taubat ...................................................................................................... 4
C. Syarat Taubat ........................................................................................................ 5
D. Tingkatan-Tingkatan Taubat ................................................................................. 6
E. Kedudukan Taubat ................................................................................................ 7
F. Keutamaan Taubat ................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ...................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Pengertian Taubat ?
2. Bagaimana Hakikat Taubat ?
3. Apa Saja Syarat-Syarat Taubat ?
4. Bagaimana Tingkatan-Tingkatan Taubat ?
5. Bagaimana Kedudukan Taubat ?
6. Apa Saja Keutamaan Taubat ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Taubat.
2. Untuk Mngetahui Hakikat Taubat.
3. Untuk Mengetahui Syarat-Syarat Taubat.
4. Untuk Mengetahui Tingkatan-Tingkatan Taubat.
5. Untuk Mnegetahui Kedudukan Taubat.
6. Untuk Mngetahui Keutamaan Taubat.
2
BAB 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taubat
Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allah,
menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk
tidak mengulanginya dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali
dari amalnya.
1
Miftahus Surur, Konsep Taubat Dalam Al-Qur’an,Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin Stai
Al Fithrah, Volume 8, Nomor 2, (2018).
3
Syarat-syarat taubat adalah menyesali berbagai kesalahan yang pernah
dikerjakan. Tandanya adalah lembutnya hati dan membanjirnya air mata,
meninggalkan berbagai kesalahan pada setiap keadaan dan tempat. Keinginan
keras untuk mengurangi perbuatan maksiat dan kesalahan yang dikerjakan.2
B. Hakikat Taubat
Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang
sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allah pada sisa usianya serta
menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan
adalah wujud nyata dari taubat. Mengucapkan istighfar merupakan wujud
perbuatan awal bertaubat. Terkait bacaan istigfar 100 kali, terdapat hadis dari
Rasulullah SAW bersabda “ Tidaklah aku berada di pagi hari (terbit fajar hingga
terbit matahari) kecuali aku beristigfar kepada Allah sebanyak 100 kali”. (HR.
An-Nasa’i).
2
Amari Ma’ruf, Sudiyanto, M.Khamzah, Akhlak Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013,
(Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), Hal 19-20.
4
senantiasa berdoa kepada Allah dengan penuh harap dan cemas agar Allah SWT
berkenan menerima taubatnya, menghapuskan dosa dan kesalahannya.3
C. Syarat-syarat Taubat
Taubat wajib dilakukan dengan segera, tidak boleh ditunda. Imam Ibnul
Qayyim ra. berkata: ”Sesungguhnya segera bertaubat kepada Allah Swt. dari
perbuatan dosa hukumnya adalah wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh
ditunda.”
1. Islam, karena orang yang kafir tidak diampuni dosanya sebelum masuk islam.
2. Menyesali dosanya.
3. Menyadari kesalahan (mengakui dosanya).
4. Ikhlas melakukannya, bukan untuk tujuan riya’ atau kepentingan dunia.
5. Memohon ampun kepada Allah dengan memperbanyak membaca istighfar
sebagaimana yang dilakukan rasulullah yang beristigfar 100 kali dalam sehari
dan sholat taubat.
6. Berjanji tidak akan mengulangi.
Rasulullah Saw. Bersabda “Orang yang mohon ampun dengan lisan
(sedangkan ia) terus-menerus melakukan perbuatan dosa, hal itu bagaikan
yang memperolok-olok Tuhannya.”
7. Menutupi kesalahan dengan perbuatan yang terpuji (amal shalih)
Bertakwalah kepada Allah dimana saja engkau berada, dan ikutilah
perbuatan jelek dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan
menghapus perbuatan jelek.“ (HR. Tirmidzi).
3
https://almanhaj.or.id/7192-taubat-pengertian-hakikat-syarat-dan-keutamaan.html,
Diakses pada 4 April, Pukul 13.00 WIB.
5
8. Masa taubat sebelum nafas sampai di tenggorokan dan sebelum matahari
terbit dari sebelah barat.
9. Jika perbuatan dosanya itu ada hubungannya dengan orang lain, maka di
samping syarat tersebut di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu harus ada
pernyataan bebas dari hak kawan yang dirugikan. Jika berupa harta maka
dikembalikan hartanya, jikaberupa tuduhan, ghibah, fitnah, mencaci dan lain-
lain maka harus mohon maaf.
10. Memotivasi seseorang untuk amar ma’ruf nahi munkar.
D. Tingkatan-Tingkatan Taubat
Al-Ghazali sendiri juga telah membagi karakteristik dan tingkatan orang
yang bertaubat menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
Pertama, orang yang berbuat maksiat itu bertaubat dan ia istiqamah
terhadap taubatnya hingga akhir hayatnya, berusaha menutupi kekerungannya dan
tidak lagi berkeinginan untuk kembali melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
Keistikamahan terhadap taubat seperti inilah yang disebut sebagai orang-orang
yang berlomba terhadap kebaikan dan orang yang mengubah keburukan dengan
kebaikan. Taubat ini dinamakan sebagai taubatan nasuha yang dalam hatinya
terdapat ketenangan (al-nafs al-sakinah wa almuthmainnah) yang kembali kepada
Tuhannya dengan hati yang ikhlas lagi diri diri Nya.
Kedua, orang yang bertaubat dan istikamah di dalam pokok ketaatan serta
meninggalkan segala keburukan. Kecuali, sesungguhnya ia tak mampu terhindar
dari dosa-dosa yang menimpanya dengan tidak sengaja, kemudian ia menyela
dirinya sendiri, menyesal lalu memperbarui tekadnya untuk menghindari dari
faktor-faktor yang menjadikannya melakukan dosa. Jiwa seperti ini disebut
sebagai jiwa yang mencela dirinya sendiri (al-nafs allawwamah). Kondisi ini
4
Mochamad Nur Bani Abdullah, Urgensi Pembahasan Taubat Dalam Prespektif Hadis,
Jurnal Holistic, Vol. 5, No. 1 (2019), Hal 29-30
6
merupakan tingkat yang tinggi walaupun masih berada di bawah tingkatan yang
pertama. Tingkatan ini mayoritas terjadi pada kondisi-kondisi orang yang
bertaubat.
Ketiga, Orang yang bertaubat dan meneruskan keistikamahannya dalam
jangka waktu yang pendek kemudian ia terkuasai oleh syahwat disebagian
perbuatan-perbuatan maksiat. Hal ini kerena ketidakmampuannya menundukan
syahwatnya. Meski begitu ia tetap melakukan ketaatan dan meninggalkan
sejumlah dosa walau sebenarnya ia mampu dan bernafsu untuk melakukannya. Ia
menahannya dan terkadang melakukan dosa karena dikalahkan oleh satu atau dua
dari syahwatnya.
Keempat, Orang yang bertaubat dan suatu ketika ia berjalan diatas jalur
istiqamah lalu ia kembali keperbuatan-perbuatan dosa tanpa membisikan kedalam
hatinya untuk bertaubat dan menyesali perbuatannya. Akan tetapi ia semakin
hanyut dalam kelalaian demi mengikuti nafsu syahwatnya. Manusia model seperti
ini termasuk kedalam golongan orang-orang yang berpaling, jiwa yang selalu
menyuruh kepada kejahatan (al-nafs al-amarah bi al-su’), jiwa seperti ini
dikhawatirkan akan terjerumus pada dalam su’ul khatimah.5
E. Kedudukan Taubat
Bagi orang mukmin, taubat itu hukumnya wajib. Dalil al-Qur’an dan as-
Sunah saling mendukung atas wajibnya melakukan taubat dan kedudukannya
5
Ibid 34-35.
7
dalam mewujudkan kesalehan dan kejayaan hamba di dunia dan di akhirat. Allah
berfirman :
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.”(QS. an-Nur [24]: 31)
ص ْو ًح ۗا ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ت ُ ْوبُ ْٰٓوا اِلَى ه
ُ َّّٰللاِ ت َ ْو َبةً ن
Allah membagi hambanya menjadi hamba yang bertaubat dan hamba yang
menzalimi. Maka barang siapa tidak bertaubat, berarti ia layak menjadi orang
yang zalim karena kebodohannya terhadap Rabb dan hak-Nya, serta karena
kekurangan diri dan cacat amalannya. Allah berfirman
ٰٰۤ ُ ُ َّ
ول ِٕى َك هُ ُم ه
َالظ ِل ُم ْون َو َم ْن ل ْم يَتبْ فَا
8
ّٰللاَ َغفُ ۡو ًرا َّر ِح ۡي ًما
ّٰللاَ يَ ِج ِد ه َ س ۡ ٰٓو ًءا ا َ ۡو يَ ۡظ ِل ۡم ن َۡف
سهٗ ث ُ َّم يَ ۡست َ ۡغ ِف ِر ه ُ َو َم ۡن يَّعۡ َم ۡل
F. Keutamaan Taubat
ب اِلَى ه
ّٰللاِ َمت َابًا ُ صا ِل ًحا فَ ِانَّهٗ َيت ُ ْو َ َ َو َم ْن ت
َ اب َو َع ِم َل
6
Nurul Hidayah, Akidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat Kskk Madrasah, 2019), Hal 43-44.
9
“Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
4. Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari api neraka.
5. Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
6. Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai
kebaikan.
7. Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
8. Taubat adalah untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
9. Taubat merupakan sebab turunnya barokah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
10. Menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.
11. Allah akan menghapuskan dosa-dosanya, seolah-olah tidak berdosa.
Rasulullah bersabda“Orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah itu
tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majjah).
12. Menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Taubat adalah obat mujarab untuk semua jenis penyakit jiwa dan hati.
Sebab taubat menjadi pondasi perjalanan rohani, membawa kembali hamba yang
berbuat maksiat menuju manisnya ketaatan dan melepaskannya dari konsumsi
racun mematikan yang bisa menghancurkan hati. Bila seorang muslim segera
bertaubat, benar-benar mewujudkan penyesalan atas kelengahannya dan
merendahkan diri kepada penciptanya, seraya memohon agar Allah mengampuni
dosa-dosanya, niscaya hal itu akan mengembalikan kepercayaan dirinya setelah ia
menjauhi, membenci, dan meremehkan keberadaan jiwanya akibat dosa-dosa
yang telah ia perbuat. Taubat akan memotivasi seseorang untuk amar ma’ruf nahi
mungkar, beramal saleh, hidup jujur, disiplin dan bertanggung jawab.7
7
Abdurrohim, Usman, Noek Aenul Latifah, Penelaah Fuad Thahari, Akidah Akhlak
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), Hal 171.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata taubat berasal dari kata (taba-yatuubu-taubatatan) yang darinya
terbentuk antara lain kata taubat, pada mulanya berarti “kembali”. Taubat
berarti memohon ampunan kepada Allah Swt atas segala dosa dan kesalahan.
2. Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang
sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allah pada sisa usianya serta
menahan diri dari dosa.
3. Syarat taubat yaitu islam, menyesali dosanya, menyadari kesalahan
(mengakui dosanya), ikhlas, memohon ampun kepada allah dengan
memperbanyak membaca istighfar, berjanji tidak akan mengulangi. Menutupi
kesalahan dengan perbuatan yang terpuji , masa taubat sebelum nafas sampai
di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari sebelah barat.
4. Menurut Ibnul Qayyim, kedudukan taubat adalah kedudukan yang pertama,
pertengahan, dan terakhir. Jadi, taubat adalah langkah awal dan langkah akhir
seorang hamba.
5. Keutamaan taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah, sebab
keberuntungan, sebab diterimanya amal, sebab masuk surga, sebab
mendapatkan ampunan dan rahmat, sebab berbagai kejelekan diganti dengan
berbagai kebaikan, mendapat pahala, diahpus dosa-dosanya.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Https://Almanhaj.Or.Id/7192-Taubat-Pengertian-Hakikat-Syarat-Dan-
Keutamaan.Html, Diakses Pada 4 April, Pukul 13.00 Wib.
Miftahus Surur, (2014) Konsep Taubat Dalam Al-Qur’an, Jurnal Kaca Jurusan
Ushuluddin Stai Al Fithrah, Volume 8, Nomor 2.
12