Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAUBAT

Disusun Oleh

KELOMPOK 2

Nama : Cici Aprilia (1012021031)

Prodi/ Semester : PAI Unit 2/ 4

Mata Kuliah : Pendidikan Aqidah Akhlak Lanjutan

Dosen Pengampu : Afrizal Refo, Spd.I., MA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah Swt, Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat rahmat-Nya, khususnya
kami penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Taubat ’’ demi
memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak Lanjutan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Afrizal Refo, Spd.I.,


MA yang telah memberikan pengarahan penulis dalam menyusun makalah ini
dengan baik dan benar. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada teman-teman
yang memotivasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah kami dapat
bermanfaat bagi teman-teman semua dan menjadi inspirasi bagi setiap
pembacanya.

Tentu saja, sebagai manusia Kami tidak terlepas dari kesalahan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, masukan dan kritikan dari para pembaca yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin.

Langsa, 3 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Pengertian Taubat.................................................................................................. 3
B. Hakikat Taubat ...................................................................................................... 4
C. Syarat Taubat ........................................................................................................ 5
D. Tingkatan-Tingkatan Taubat ................................................................................. 6
E. Kedudukan Taubat ................................................................................................ 7
F. Keutamaan Taubat ................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taubat sejatinya merupakan pintu masuk bagi seorang hamba untuk


mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebab di dalam taubat ada penyesalan
terhadap perbuatan tercela yang telah dilakukan di masa silam sekaligus terdapat
(ikhtiar) kebangkitan jiwa dari seorang hamba untuk bebuat kebaikan di masa
yang akan datang. Bertaubat dengan segera adalah tuntutan bagi seorang mukmin
sejati. Tidak boleh menunda-nunda taubat (ta’khir) atau menangguhkan (tawsit)
taubat, karena menurut Yusuf Qardhawi, hak tersebut dapat mengganggu hati
orang yang beragama. Sehingga apabila ia tidak segera menyucikannya dengan
bertaubat maka sedikit demi sedikit pengaruh dari perbuatan dosa itu menjadi
membengkak.

Taubat adalah awal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan


maqam pertama bagi sufi pemula. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziah dalam
Madarijus Salikin, mengatakan bahwa taubat merupakan media permulaan,
pertengahan dan akhir bagi seorang yang sedang melakukan perjalan kepada
Allah Swt. Dari kesemuanya itu, taubat sejatinya merupakan pintu masuk bagi
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebab dalam taubat ada
penyesalan terhadap perbuatan yang tercela yang telah dilakukan di masa lampau,
sekaligus terdapat daya tarik (ikhtiar) kebangkitan jiwa dari seorang hamba untuk
berbuat kebaikan di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Pengertian Taubat ?
2. Bagaimana Hakikat Taubat ?
3. Apa Saja Syarat-Syarat Taubat ?
4. Bagaimana Tingkatan-Tingkatan Taubat ?
5. Bagaimana Kedudukan Taubat ?
6. Apa Saja Keutamaan Taubat ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Taubat.
2. Untuk Mngetahui Hakikat Taubat.
3. Untuk Mengetahui Syarat-Syarat Taubat.
4. Untuk Mengetahui Tingkatan-Tingkatan Taubat.
5. Untuk Mnegetahui Kedudukan Taubat.
6. Untuk Mngetahui Keutamaan Taubat.

2
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taubat

Kata taubat berasal dari kata (taba-yatubu-taubatan) yang darinya


terbentuk antara lain kata taubat, pada mulanya berarti “kembali”. Taubat berarti
memohon ampunan kepada Allah Swt atas segala dosa dan kesalahan. Taubat
merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan pernyataan menyesal atas
dosa-dosa yang telah dilakukan.

Taubat secara terminologi syariat adalah menyesal dengan sepenuh hati


atas dosa yang telah lalu, memohon ampunan (istigfar) dengan lisan,
menghentikan kemaksiatan dari badan, bertekad untuk tidak mengulangi lagi di
masa depan. Sayyidina ‘Ali menuturkan bahwa taubat itu terhimpun dari enam
unsur, yaitu penyesalan terhadap dosa di masa lalu atau melaksanakan hal-hal
yang fardhu (jika taubat dari meninggalkan fardhu), mengembalikan harta benda
yang dizalimi pada pemiliknya, meminta maaf pada pihak yang dizalimi, bertekad
untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi, dan berkomitmen untuk mendidik
nafsu dalam ketaatan pada Allah sebagaimana pernah menggiring nafsu pada
kemaksiatan.1

Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allah,
menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk
tidak mengulanginya dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali
dari amalnya.

Menurut Sahal bin Abdillah At-Tustari, Taubat adalah mengganti


perbuatan tercela dengan perbuatan terpuji. Hal ini tidak dapat terealisasi kecuali
dengan menyadari terlebih dahulu bahaya dosa baik dunia maupun akhirat.
Kesadaran inilah yang memunculkan rasa penyesalan atas dosa yang dilakukan.

1
Miftahus Surur, Konsep Taubat Dalam Al-Qur’an,Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin Stai
Al Fithrah, Volume 8, Nomor 2, (2018).

3
Syarat-syarat taubat adalah menyesali berbagai kesalahan yang pernah
dikerjakan. Tandanya adalah lembutnya hati dan membanjirnya air mata,
meninggalkan berbagai kesalahan pada setiap keadaan dan tempat. Keinginan
keras untuk mengurangi perbuatan maksiat dan kesalahan yang dikerjakan.2

B. Hakikat Taubat

Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang
sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allah pada sisa usianya serta
menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan
adalah wujud nyata dari taubat. Mengucapkan istighfar merupakan wujud
perbuatan awal bertaubat. Terkait bacaan istigfar 100 kali, terdapat hadis dari
Rasulullah SAW bersabda “ Tidaklah aku berada di pagi hari (terbit fajar hingga
terbit matahari) kecuali aku beristigfar kepada Allah sebanyak 100 kali”. (HR.
An-Nasa’i).

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabbnya, inabah


(kembali) kepada Allah dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allah.
Sekadar meninggalkan perbuatan dosa, namun tidak melaksanakan amalan yang
dicintai Allah SWT, itu belum dianggap bertaubat. Orang yang melakukan taubat
karena takut azab Allah disebut “ta’ib”, dan orang yang bertaubat karena
menganggungkan Allah SWT disebut “awwab”.

Seseorang dianggap bertaubat jika ia kembali kepada Allah Swt. dan


melepaskan diri dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa.
Tanamkan makna taubat dalam hati sebelum diucapkan secara lisan. Senantiasa
mengingat apa yang disebutkan Allah SWT berupa keterangan terperinci tentang
surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang taat dan mengingat siksa neraka
yang diancamkan bagi pendosa. Berusaha terus melakukan itu agar rasa takut dan
optimisme kepada Allah semakin menguat dalam hati. Dengan demikian, ia

2
Amari Ma’ruf, Sudiyanto, M.Khamzah, Akhlak Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013,
(Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), Hal 19-20.

4
senantiasa berdoa kepada Allah dengan penuh harap dan cemas agar Allah SWT
berkenan menerima taubatnya, menghapuskan dosa dan kesalahannya.3

C. Syarat-syarat Taubat

Taubat wajib dilakukan dengan segera, tidak boleh ditunda. Imam Ibnul
Qayyim ra. berkata: ”Sesungguhnya segera bertaubat kepada Allah Swt. dari
perbuatan dosa hukumnya adalah wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh
ditunda.”

”Imam Nawawi rahimahullah berkata, ” Para ulama telah sepakat, bahwa


bertaubat dari seluruh perbuatan maksiat adalah wajib, wajib dilakukan dengan
segera dan tidak boleh ditunda, apakah itu dosa kecil atau dosa besar.” Namun
dalam bertaubat, seseorang harus memenuhi beberapa syarat. Adapun syarat-
syarat taubat secara terperinci sebagai berikut.

1. Islam, karena orang yang kafir tidak diampuni dosanya sebelum masuk islam.
2. Menyesali dosanya.
3. Menyadari kesalahan (mengakui dosanya).
4. Ikhlas melakukannya, bukan untuk tujuan riya’ atau kepentingan dunia.
5. Memohon ampun kepada Allah dengan memperbanyak membaca istighfar
sebagaimana yang dilakukan rasulullah yang beristigfar 100 kali dalam sehari
dan sholat taubat.
6. Berjanji tidak akan mengulangi.
Rasulullah Saw. Bersabda “Orang yang mohon ampun dengan lisan
(sedangkan ia) terus-menerus melakukan perbuatan dosa, hal itu bagaikan
yang memperolok-olok Tuhannya.”
7. Menutupi kesalahan dengan perbuatan yang terpuji (amal shalih)
Bertakwalah kepada Allah dimana saja engkau berada, dan ikutilah
perbuatan jelek dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan
menghapus perbuatan jelek.“ (HR. Tirmidzi).

3
https://almanhaj.or.id/7192-taubat-pengertian-hakikat-syarat-dan-keutamaan.html,
Diakses pada 4 April, Pukul 13.00 WIB.

5
8. Masa taubat sebelum nafas sampai di tenggorokan dan sebelum matahari
terbit dari sebelah barat.
9. Jika perbuatan dosanya itu ada hubungannya dengan orang lain, maka di
samping syarat tersebut di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu harus ada
pernyataan bebas dari hak kawan yang dirugikan. Jika berupa harta maka
dikembalikan hartanya, jikaberupa tuduhan, ghibah, fitnah, mencaci dan lain-
lain maka harus mohon maaf.
10. Memotivasi seseorang untuk amar ma’ruf nahi munkar.

Adapun syaikh Abdul Qadir al-Jilani mengatakan, syarat taubat intinya


ada tiga, yaitu menyesali, meninggalkan kesalahan dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi.4

D. Tingkatan-Tingkatan Taubat
Al-Ghazali sendiri juga telah membagi karakteristik dan tingkatan orang
yang bertaubat menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
Pertama, orang yang berbuat maksiat itu bertaubat dan ia istiqamah
terhadap taubatnya hingga akhir hayatnya, berusaha menutupi kekerungannya dan
tidak lagi berkeinginan untuk kembali melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
Keistikamahan terhadap taubat seperti inilah yang disebut sebagai orang-orang
yang berlomba terhadap kebaikan dan orang yang mengubah keburukan dengan
kebaikan. Taubat ini dinamakan sebagai taubatan nasuha yang dalam hatinya
terdapat ketenangan (al-nafs al-sakinah wa almuthmainnah) yang kembali kepada
Tuhannya dengan hati yang ikhlas lagi diri diri Nya.
Kedua, orang yang bertaubat dan istikamah di dalam pokok ketaatan serta
meninggalkan segala keburukan. Kecuali, sesungguhnya ia tak mampu terhindar
dari dosa-dosa yang menimpanya dengan tidak sengaja, kemudian ia menyela
dirinya sendiri, menyesal lalu memperbarui tekadnya untuk menghindari dari
faktor-faktor yang menjadikannya melakukan dosa. Jiwa seperti ini disebut
sebagai jiwa yang mencela dirinya sendiri (al-nafs allawwamah). Kondisi ini

4
Mochamad Nur Bani Abdullah, Urgensi Pembahasan Taubat Dalam Prespektif Hadis,
Jurnal Holistic, Vol. 5, No. 1 (2019), Hal 29-30

6
merupakan tingkat yang tinggi walaupun masih berada di bawah tingkatan yang
pertama. Tingkatan ini mayoritas terjadi pada kondisi-kondisi orang yang
bertaubat.
Ketiga, Orang yang bertaubat dan meneruskan keistikamahannya dalam
jangka waktu yang pendek kemudian ia terkuasai oleh syahwat disebagian
perbuatan-perbuatan maksiat. Hal ini kerena ketidakmampuannya menundukan
syahwatnya. Meski begitu ia tetap melakukan ketaatan dan meninggalkan
sejumlah dosa walau sebenarnya ia mampu dan bernafsu untuk melakukannya. Ia
menahannya dan terkadang melakukan dosa karena dikalahkan oleh satu atau dua
dari syahwatnya.
Keempat, Orang yang bertaubat dan suatu ketika ia berjalan diatas jalur
istiqamah lalu ia kembali keperbuatan-perbuatan dosa tanpa membisikan kedalam
hatinya untuk bertaubat dan menyesali perbuatannya. Akan tetapi ia semakin
hanyut dalam kelalaian demi mengikuti nafsu syahwatnya. Manusia model seperti
ini termasuk kedalam golongan orang-orang yang berpaling, jiwa yang selalu
menyuruh kepada kejahatan (al-nafs al-amarah bi al-su’), jiwa seperti ini
dikhawatirkan akan terjerumus pada dalam su’ul khatimah.5

E. Kedudukan Taubat

Menurut Ibnul Qayyim, kedudukan taubat adalah kedudukan yang


pertama, pertengahan, dan terakhir. Hamba yang meniti jalan menuju Rabbnya
tidak akan menjauhinya (jalan tersebut) dan selalu menetapinya sampai mati. Jadi,
taubat adalah langkah awal dan langkah akhir seorang hamba. Kebutuhan dirinya
terhadap taubat di akhir perjalanan sangatlah diperlukan, sebagaimana halnya
kebutuhannya di awal perjalanan juga sangat besar.

Bagi orang mukmin, taubat itu hukumnya wajib. Dalil al-Qur’an dan as-
Sunah saling mendukung atas wajibnya melakukan taubat dan kedudukannya

5
Ibid 34-35.

7
dalam mewujudkan kesalehan dan kejayaan hamba di dunia dan di akhirat. Allah
berfirman :

َ‫ّٰللا َج ِم ْيعًا اَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬


ِ ‫ َوت ُ ْوبُ ْْٓوا اِلَى ه‬...

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.”(QS. an-Nur [24]: 31)

‫ص ْو ًح ۗا‬ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ت ُ ْوبُ ْٰٓوا اِلَى ه‬
ُ َّ‫ّٰللاِ ت َ ْو َبةً ن‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan


nasuha (taubat yang semurni-murninya).” (QS. at-Tahrim [66] :8)

Taubat yang sesungguhnya itu adalah taubat nasuha, sebagaimana


dikatakan oleh Ibnu Katsir, ”Taubat yang tulus lagi mantab itu adalah taubat
nasuha (taubat yang sungguhsungguh), yang menghapuskan keburukan-
keburukan sebelumnya dan mencegah keburukan yang mendatang.” Taubat
nasuha adalah meninggalkan dosa sekarang dan menyesali dosa yang telah
dilakukan serta tidak mengulangi lagi di masa mendatang.

Allah membagi hambanya menjadi hamba yang bertaubat dan hamba yang
menzalimi. Maka barang siapa tidak bertaubat, berarti ia layak menjadi orang
yang zalim karena kebodohannya terhadap Rabb dan hak-Nya, serta karena
kekurangan diri dan cacat amalannya. Allah berfirman

ٰٰۤ ُ ُ َّ
‫ول ِٕى َك هُ ُم ه‬
َ‫الظ ِل ُم ْون‬ ‫َو َم ْن ل ْم يَتبْ فَا‬

“Barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang

zalim.” (QS.al-Hujarat [49]: 11)

8
‫ّٰللاَ َغفُ ۡو ًرا َّر ِح ۡي ًما‬
‫ّٰللاَ يَ ِج ِد ه‬ َ ‫س ۡ ٰٓو ًءا ا َ ۡو يَ ۡظ ِل ۡم ن َۡف‬
‫سهٗ ث ُ َّم يَ ۡست َ ۡغ ِف ِر ه‬ ُ ‫َو َم ۡن يَّعۡ َم ۡل‬

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,

kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha


Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’ [4]: 110).6

F. Keutamaan Taubat

Orang yang benar-benar bahagia adalah yang menjadikan taubat sebagai


sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan
orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di
belakang punggungnya. Beberapa keutamaan taubat adalah sebagai berikut.

1. Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah.

َ َ ‫ّٰللاَ يُ ِحبُّ الت َّ َّوا ِبيْنَ َويُ ِحبُّ ْال ُمت‬


َ‫ط ِه ِر ْين‬ ‫ ا َِّن ه‬....

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(QS. al-Baqarah [1]: 222)

2. Taubat merupakan sebab keberuntungan.

َ‫ّٰللاِ َج ِم ْيعًا اَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬


‫ َوت ُ ْوبُ ْٰٓوا اِلَى ه‬.....

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang


beriman supaya kamu beruntung.”(QS. An-Nur [24] :31)

3. Taubat menjadi sebab-sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya


ampunan atas kesalahan-kesalahannya.

‫ب اِلَى ه‬
‫ّٰللاِ َمت َابًا‬ ُ ‫صا ِل ًحا فَ ِانَّهٗ َيت ُ ْو‬ َ َ ‫َو َم ْن ت‬
َ ‫اب َو َع ِم َل‬

6
Nurul Hidayah, Akidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat Kskk Madrasah, 2019), Hal 43-44.

9
“Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka

sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-


benarnya.” (QS. al-Furqan [25] :71)

4. Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari api neraka.
5. Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
6. Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai
kebaikan.
7. Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
8. Taubat adalah untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
9. Taubat merupakan sebab turunnya barokah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
10. Menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.
11. Allah akan menghapuskan dosa-dosanya, seolah-olah tidak berdosa.
Rasulullah bersabda“Orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah itu
tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majjah).
12. Menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.

Taubat adalah obat mujarab untuk semua jenis penyakit jiwa dan hati.
Sebab taubat menjadi pondasi perjalanan rohani, membawa kembali hamba yang
berbuat maksiat menuju manisnya ketaatan dan melepaskannya dari konsumsi
racun mematikan yang bisa menghancurkan hati. Bila seorang muslim segera
bertaubat, benar-benar mewujudkan penyesalan atas kelengahannya dan
merendahkan diri kepada penciptanya, seraya memohon agar Allah mengampuni
dosa-dosanya, niscaya hal itu akan mengembalikan kepercayaan dirinya setelah ia
menjauhi, membenci, dan meremehkan keberadaan jiwanya akibat dosa-dosa
yang telah ia perbuat. Taubat akan memotivasi seseorang untuk amar ma’ruf nahi
mungkar, beramal saleh, hidup jujur, disiplin dan bertanggung jawab.7

7
Abdurrohim, Usman, Noek Aenul Latifah, Penelaah Fuad Thahari, Akidah Akhlak
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), Hal 171.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kata taubat berasal dari kata (taba-yatuubu-taubatatan) yang darinya
terbentuk antara lain kata taubat, pada mulanya berarti “kembali”. Taubat
berarti memohon ampunan kepada Allah Swt atas segala dosa dan kesalahan.
2. Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang
sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allah pada sisa usianya serta
menahan diri dari dosa.
3. Syarat taubat yaitu islam, menyesali dosanya, menyadari kesalahan
(mengakui dosanya), ikhlas, memohon ampun kepada allah dengan
memperbanyak membaca istighfar, berjanji tidak akan mengulangi. Menutupi
kesalahan dengan perbuatan yang terpuji , masa taubat sebelum nafas sampai
di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari sebelah barat.
4. Menurut Ibnul Qayyim, kedudukan taubat adalah kedudukan yang pertama,
pertengahan, dan terakhir. Jadi, taubat adalah langkah awal dan langkah akhir
seorang hamba.
5. Keutamaan taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah, sebab
keberuntungan, sebab diterimanya amal, sebab masuk surga, sebab
mendapatkan ampunan dan rahmat, sebab berbagai kejelekan diganti dengan
berbagai kebaikan, mendapat pahala, diahpus dosa-dosanya.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat,kami menyadari dalam tulisan


makalah ini masih banyak sekali kesalahan dan kekurangan untuk itu kritik dan
saran yang kontruksir sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini dan
berikutnya besar harapan kami. Semoga makalah ini bisa memberikan sedikit
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. Aamiin…

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim, Usman, Noek Aenul Latifah, (2014), Penelaah Fuad Thahari,


Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013, Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah.

Amari Ma’ruf, Sudiyanto, M.Khamzah, (2014), Akhlak Pendekatan Saintifik


Kurikulum 2013, Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah.

Https://Almanhaj.Or.Id/7192-Taubat-Pengertian-Hakikat-Syarat-Dan-
Keutamaan.Html, Diakses Pada 4 April, Pukul 13.00 Wib.

Miftahus Surur, (2014) Konsep Taubat Dalam Al-Qur’an, Jurnal Kaca Jurusan
Ushuluddin Stai Al Fithrah, Volume 8, Nomor 2.

Mochamad Nur Bani Abdullah, (2019), Urgensi Pembahasan Taubat Dalam


Prespektif Hadis, Jurnal Holistic, Vol. 5, No. 1.

Nurul Hidayah, (2019) Akidah Akhlak, Jakarta: Direktorat Kskk Madrasah.

12

Anda mungkin juga menyukai