Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERAWATAN JENAZAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

ARIS MUNANDAR
ARAHMAN
MUHAMMAD YASER
ANGGUN NURFARADILLAH
JIHAN

SMA NEGERI 1 WOJA


TAHUN AJARAN
2023
KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Perawatan Jenazah” dengan sebaik-baiknya. Sholawat
serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi
suri tauladan bagi umatnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Siti
Johariyah selaku dosen matakuliah.
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata pelajaran
sekolah juga sebagai bacaan alternatif bagi para pembaca agar dapat lebih
memahami khususnya dalam pengurusan jenazah.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca dibutuhkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Doampu, Juli 2023

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah.......................................................................... 3
B. Kewajiban memandikan jenazah.................................................... 3
C. Memandikan Jenazah...................................................................... 3
D. Mengkafani Jenazah ...................................................................... 9
E. Menshalatkan Jenazah.................................................................... 12
F. Menguburkan Jenazah.................................................................... 16
G. Hikmah Pengurusan Jenazah.......................................................... 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 20
B. Saran............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam syariat Islam diajarkan bahwa setiap manusia pasti akan
mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai
makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang
tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal
dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang
yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Sebagai Umat Beraga Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah
saw. Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan
yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan
beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan yang
memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu bagaimana
sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.
Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam
mengurus jenazah ini merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang
mayat. Aturan yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang
telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi
yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga , orang-orang yang terdekat dan
para tetangga sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang
memuji Allah SWT dan memintakan ampunan serta Rahmat-Nya bagi yang
meninggal dunia.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia
maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup
untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang berkaitan
dengan pengurusan jenazah, antara lain :
1. Apa pengertian jenazah ?
2. Apa kewajiban memandikan jenazah ?
3. Siapa saja orang yang memandikan jenazah ?
4. Bagaimana tata cara memandikan jenazah ?
5. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah ?
6. Apa syarat dan rukun dalam shalat jenazah ?
7. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah Kepemimpinan Pendidikan yaitu untuk
mengetahui :
1. Pengertian jenazah
2. Kewajiban memandikan jenazah
3. Orang yang memandikan jenazah
4. Tata cara memandikan jenazah
5. Tata cara mengkafani jenazah
6. Syarat dan rukun dalam shalat jenazah
7. Tata cara menguburkan jenazah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat dan
berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat
yang tertutup.1

B. Kewajiban memandikan jenazah


Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan air
satu kali ke seluruh tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidh
sekalipun. Lebih utama meletakan mayat di tempat yang ketinggian, di
tinggalkan pakaiannya dan ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutupi
auratnya. Ini jika mayat itu bukan mayat seorang anak kecil. 2

C. Memandikan Jenazah
Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk
memandikan jenazah dengan orang yang terpercaya dan mengerti hukum-
hukum dan tata cara memandikan mayit karena memandikan mayit memiliki
hukum syar’i dan sifat (tata cara) yang khusus.
Diutamakan dalam memandikan mayit adalah orang yang disebutkan
dalam wasiatnya jika mayit telah berwasiat agar dimandikan oleh orang
tertentu.
Setelah wasiat itu orang berikutnya adalah ayah mayit. Dia adalah
orang yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki hal
yang khusus dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada anaknya.
Kemudian berkutnya adalah kakeknya karena ia sama dengan seorang
ayah hal-hal sebagai yang telah disebutkandisusul kemudian oleh orang yang

1
M. Rizal Qasim, 2000, Pengamalan Fikih I, (Jakarta: Tiga Serangkai, 2000), hlm 209
2
Mahmud Abdul Lathif Uwaidah, Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat,(Bogor: Pustaka Thariqul
Izzah, 2008), hlm 117

3
lebih dekat dan lebih dekat dari kerabatnya yang menerima ashabah dalam
warisan baru kemudian orang asing di luar kerabatnya.
Masing-masing dari sepasang suami istri boleh saling memandikkan.
Suami boleh memandikan istrinya dan istri boleh memandikan istrinya.
Dikarenakan abu bakar Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya
dimandikan oleh istrinya.
Pria maupun wanita boleh memandikan mayit anak dibawah umur tujuh
tahun, baik mayit laki-laki maupun perempuan.3 Jika seorang perempuan
meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia
tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal
sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai
istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh
salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah SAW, yakninya:
‫ل‬HH‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر ج‬
)‫غيره فأ نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو داود و ا لبيحقى‬
Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak
ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-
perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu
ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak
mendapat air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi) 4
1. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah
a. Syarat Memandikan Jenazah
1) Mayat itu islam
2) Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
3) Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan
membela agama Allah).

3
Zeld Husein, as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah, (Bogor: PT Pustaka Utera Antar Nusa,
1994), hlm. 429
4
Abdul Karim, Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.(Jakarta: Amzah, 2004),
hlm 120

4
b. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam
memandikan jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah
yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk
diperhatikan dalam memandikan jenazah.
1) Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan
orang yang meninggal bukan karena mati syahid di Medan
pertempuran.
2) Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang
mati syahid di medan pertempuran karena setiap luka atau setetes
darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat. Jenazah
orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi
saw terhadap paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia
empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan.
Cukup digali lubang dan dikebumikan.
c. Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit
hendaknya tertutup atau amandari pandangan mata. Bisa di dalam
rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan tutup.
Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah
terkena percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitar
tempat memandikan untuk menolak bau yang dimungkinkan keluar
dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya
dilarang memasuki tempat memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga
kerahasiaan mayit.
d. Air untuk Memandikan

5
Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan).
Dianjurkan menggunakan air laut, karena bisa memperlambat proses
pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat dingin, atau di
tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik
menggunakan air hangat.
e. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah
Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa
persiapan, adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses
pemandian adalah:
1) Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
2) Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai
air yang dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air
menggunakan ember besar asal cukup.
3) Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat
serta tahan air.
4) Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
5) Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta
bedak.
6) Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
Tambahan (jika diperlukan) :
Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari
kuman jika si jenazah memiliki penyakit.
2. Orang yang Berhak Memandikan Jenazah
Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang
masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan
membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak
terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun
Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-
laki. Bila perempuan, maka yang memandikan juga perempuan. Boleh

6
bagi pasangan suami-istri, suami memandikan istri yang meninggal,
begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang
yang paling mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas
kasih (syafaqah). Sedangkan yang paling utama memandikan jenazah
perempuan, adalah orang perempuan yang semahram dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3
orang memangku di atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada
yang menyiramkan air, ada yang menggosok tubuh jenazah dan ada pula
yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.5
3. Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling
memudahkan untuk dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah
didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini memudahkan orang yang
memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
4. Tata Cara Memandikan Jenazah
Cara Dalam Memandikan Jenazah6
1)Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2)Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3)Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat
4)Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
5)Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya
memakai sarung tangan.
6)Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan
kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-
lahan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan
kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah diganti. Dalam

5
Zeld Husein, as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah, (Bogor: PT Pustaka Utera Antar Nusa,
1994), hlm. 429
6
Abdul Karim, Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.(Jakarta: Amzah, 2004), hlm
120

7
hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau
kotoran jenazah.
7)Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
8)Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil
berniat Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “


9)Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
10) Siram sebelah kanan 3 kali.
11) Siram sebelah kiri 3 kali.
12) Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan
sebelah belakang.
13) Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah
kirinya.
14) Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
15) Setelah itu siram dengan air kapur barus.
16) Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"

8
Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :

"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"


Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke
atas jenazah itu mulai dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana
melaksanakan wuduk biasanya.
17) Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap
menggunakan lap pada seluruh badan mayat.
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
1) Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
2) Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah
sunnah. Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah
sedangkan niatnya wajib.
3) Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-
seri atau mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila
sebaliknya, maka harus disimpan tidak boleh diceritakan.

D. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk
mengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati
syahid adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi atau
membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau
hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: “Kami
hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah
SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara
kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun
juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan
tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya
ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul

9
kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan
menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau
disunnahkan mengenai kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih,
kering dan menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila
salah seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan
kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan
bagi mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani
jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan
karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu
Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain
apa saja yang dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian
dishalatkannya.
1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah
a. Jenis Kain Kafan
Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh
dibuat kain kafan. Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain
sutra, sedangkan perempuan diperbolehkan.
Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain
putih dan yang sudah dicuci. Adapun yang dimaksud perintah, “Hendaknya

10
memperbagus kain kafan”, adalah bukan kain yang berharga mahal, tapi
kain yang berwarna putih, tebal dan longgar.
b. Ukuran Kafan7
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu
lembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang
sunnah adalah : Bagi mayit laki-laki dengan tiga lapis. Untuk mayit
perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar kain yang dapat
menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan
sampir.
2. Tata Cara Mengkafani Jenazah
Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu :
Untuk mayat laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur)
yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian
ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar
demi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain
kafan tiga atau lima ikatan.
f) Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh
ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak
ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah
dengan apa saja yang ada.

7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, ( Bandung : PT Alma’arif, 1988), hlm 96-101

11
Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain
putih, yang terdiri dari:
a) Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d) Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-
masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam
keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar,
serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d) Pakaikan sarung.
e) Pakaikan baju kurung.
f) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g) Pakaikan kerudung.
h) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

E. Menshalatkan Jenazah
1. Hukum Shalat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang
laki-laki atau perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat
mengugurkan kewajiban adalah orang laki-laki yang baligh.

12
2. Tempat Shalat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat
yang suci. Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya
adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal
kemudian ia dishalati oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali
ia menghaki masuk surga”.(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda
pendapat. Ibnu Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut
imam Ramli satu shaf bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilah
shaf, minimal mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shaf
seperti ini penting diatur bila yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri
imam. (nisbat negara Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan,
kepala mayit diletakkan di sebelah kanan imam (utara). Posisi imam,
bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit
perempuan, maka didekat pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah
bersama imam. Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam
sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita harus langsung
membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka
kita langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai.
Bila imam mengucapkan salam, maka kita melanjutkan shalat dengan
takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti rukun dan bacaan yang
sudah ada. 8

8
Maftuh Ahnan, Risalah Shalat Lengkap, (Surabaya : Bintang Usaha Jaya, 2002), hlm 119-
123

13
3. Syarat-syarat Shalat Jenazah
Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang
lain. Sebab pada dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus
menutup aurat, suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian
dan tempatnya serta menghadap kiblat.
b. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai
dimandikan dan dikafani.
c. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali
kalau melaksanakan shalat gaib.
4. Rukun-rukun Shalat Jenazah9
a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Takbir empat kali
d. Mengucap salam
5. Tata Cara Shalat Jenazah
a. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki.
Jika mayat perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
b. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih
banyak lebih utama. Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga
saf. Karena Rasulullah Saw. telah bersabda, yang artinya : “Apabila
seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimin
hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli
hadis, kecuali Nasai)
c. Setelah saf teratur,
d. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
Untuk seorang mayit laki-laki
ِ ِ ‫رْض ِك َفا َي ٍة‬
ٰ ‫هلل َت َع‬
‫الى‬ َ ‫ت َف‬ ِ ‫َلى ه َٰذا ْال َم ِّي‬
ٍ ‫ت َأرْ َب َع َت ْك ِبي َْرا‬ َ ‫ُأ‬
ٰ ‫ص ِّلى ع‬
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini“

9
Abd. Ghoni Asyukur. Shalat Dan Merawat Jenazah. (Bandung: Sayyidah, 1989), hlm 110

14
Untuk seorang mayit perempuan
ِ ِ ‫ض ِك َفا َي ٍة‬
ٰ ‫هلل َت َع‬
‫الى‬ ٍ ‫َلى ٰه ِذ ِه ْال َم ِّي َت ِة َأرْ َب َع َت ْك ِبي َْرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ ٰ ‫لى ع‬ َ ‫ُأ‬
ِّ ‫ص‬
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini“
Untuk seorang mayit anak laki-laki
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬
‫الى‬ َ ْ‫ت فَر‬ ِ ‫َلى ه َٰذا ْال َم ِّي‬
ٍ ‫ت الطِّ ْف ِل َأرْ بَ َع تَ ْكبِي َْرا‬ َ ‫ُأ‬
ٰ ‫صل ِّى ع‬
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini“
Untuk seorang mayit anak perempuan
ٰ ‫ْض ِ َكفا َي ٍة ِِهللت ََع‬
‫الى‬ ٍ ‫ط ْف َل ِة ََْأ َرب َعت ْ َِكب َيْر‬
َ ‫ات َفر‬ ِّ ‫عَلى ٰهِ ِذه ْال َ ِّمتي َِة ال‬ ِّ َ ‫ُأ‬
ٰ ‫صلى‬
”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini“
Untuk dua orang mayit
ٰ ‫ْض ِ َكفا َي ٍة ِِهللت ََع‬
‫الى‬ ٍ ‫عَلى ٰهَذ ِيْن ْال َ ِّمتي َِيْن ََأرْ َب َع ت ْ َِكب َيْر‬
َ ‫ات َفر‬ ِّ َ ‫ُأ‬
ٰ ‫صلى‬
.”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini“
Untuk mayit yang banyak
ِ ِ ‫ض ِك َفا َي ٍة‬
ٰ ‫هلل َت َع‬
‫الى‬ ٍ ‫ت ْال ُمسْ ِل ِم َيْن َأرْ َب َع ت َْك ِبي َْرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ ِ ‫ض َر ِم ْن َأ ْم َوا‬
َ ‫َلى َم ْن َح‬
ٰ ‫لى ع‬ َ ‫ُأ‬
ِّ ‫ص‬
.”Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini“
Lafadz Takbir
“Allah Maha Besar”
e. Takbir empat kali.
1) Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
2) Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
ٰ ‫ار ْك ع‬H
‫َلى‬ ِ Hَ‫را ِه ْي َم َو ب‬H
َ H‫آل ِإ ْب‬ِ ‫َلى‬ ٰ ‫صلَّيْتَ ع‬
ٰ ‫ َرا ِه ْي َم َوع‬H‫َلى ِإ ْب‬ َ ‫َلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
ٰ ‫َلى ُم َح َّم ٍد َوع‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ٰ ‫ص ِّل ع‬
َ َّ‫َلى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم فِى ْال َعالَ ِم ْينَ ِإن‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ٰ ‫َلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ ع‬
ٰ ‫َلى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوع‬ ٰ ‫ُم َح َّم ٍد َوع‬

1) Sesudah takbir ketiga membaca :


Untuk Laki-laki:
‫ف عَ ْن ُه‬ ْ ‫ا َل ّل ُه َّم‬
َ ‫اغ ِفرْ َل ُه َو‬
ْ ‫ارْح ْم ُه َوعَا ِف ِه َو‬
ُ ‫اع‬
Untuk Perempuan:
‫ارْح ْم َها َوعَا ِف َها َواعْفُ عَ ْن َها‬ ْ ‫ا َل ّل ُه َّم‬
َ ‫اغ ِفرْ َل َها َو‬

Lebih sempurnanya ditambah dengan :

15
‫ج َو ْالبَ‪HH‬رْ ِد َونَقِّ ِه ِمنَ ْال َخطَايَ‪HH‬ا َك َم‪HH‬ا يُنَقَّى الثَّوْ بُ‬
‫َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َمدْخَ لَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل ِ‬
‫َار ِه ِواَ ْهالً َخ ْيرًا ِم ْن َأ ْهلِ ِه َوزَ وْ جًا خَ ْي‪H‬رًا ِم ْن َزوْ ِج‪ِ H‬ه‬ ‫َس َوا ْب ِد ْل ُه دَارًا خَ ْيرًا ِم ْن د ِ‬‫اَْأل ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن ِ‬
‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَتِ ِه َو ِم ْن َع َذا ِ‬
‫ب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫َوَأ ْد ِخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا ِ‬

‫‪Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :‬‬


‫غ‬ ‫از َن ُه َم‪H‬ا َوَأ ْف‪ِ H‬‬
‫‪H‬ر ِ‬ ‫طا َواجْ َع ْل ُه (هاَ) لَهُما َ َس َل ًفا َواجْ َع ْل ُه (هاَ) َل ُه َما ُذ ْخرًا َو َث ِّقلْ ِبه (هاَ) َم َو ِ‬ ‫َا ّلل َه َّم اجْ َع ْل ُه (هاَ) َله َُما َف َر ً‬
‫َحْر ْمه َُما َأ َ‬
‫جْر ُه (هاَ)‬ ‫َلى ُق ُلوْ ِب ِه َما َو َال َت ْف ِت ْن ُه َما َبعْ دَه ُ(هاَ) َو َال ت ِ‬
‫الصَّب َْرع ٰ‬
‫‪2) Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :‬‬
‫ال تَحْ ِر ْمنَا َأجْ َرهُ (هَا) َو َ‬
‫ال َت ْف ِتنَّا َبعْ َدهُ (هَا)‬ ‫ّ‬
‫أللهُ َّم َ‬
‫التَجْ َع‪HH‬لْ ِفى قُلُوْ ِب َن‪HH‬ا ِغ ًّ‬
‫ال ِللَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َربَّ َن‪HH‬ا ِإنَّكَ‬ ‫اغ ِفرْ َلنَا َو َلهُ ( َل َها) َوِإل ْخ َوا ِننَا الَّ ِذ ْينَ َس َبقُوْ نَا ِب ْاِإل ْي َم ِ‬
‫ان َو َ‬ ‫َو ْ‬
‫َر ٌ‬
‫ُؤوف ر َِّح ْي ٌم‬
‫‪f. Kemudian salam :‬‬
‫ك ْالفَ‪HH‬وْ َز بِ ْال َجنَّ ِة) اَ َّ‬
‫لس ‪H‬الَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم‪ H‬ةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ‬ ‫لس ‪H‬الَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم‪ H‬ةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ (َأ ْس ‪َH‬ألُ َ‬
‫اَ َّ‬
‫ار َو ْال َع ْف َو ِع ْن َد ْال ِح َسا ِ‬
‫ب)‬ ‫(َأ ْسَألُ َ‬
‫ك النَّ َجاةَ ِمنَ النَّ ِ‬

‫‪g. Doa setelah Shalat jenazah‬‬


‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْينَ ‪ 0‬اَلّلهُ َّم َربَّنَا‬
‫َلى آلِ ِه َو َ‬ ‫صلَّى هللا َُو َسلَّ َم ع ٰ‬
‫َلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َو َ‬
‫ح ال‪ُّ HHHHH‬د ْنيَا‬
‫ك خَ‪َ HHHHH‬ر َج ِم ْن َروْ ِ‬ ‫ك َوابْنُ َعبْ‪ِ HHHHH‬د َ‬ ‫الس‪ِ HHHH‬م ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم اَلّلهُ َّم ٰه‪َ HHHH‬ذا َعبْ‪ُ HHHH‬د َ‬
‫ك َأ ْنتَ َّ‬ ‫تَقَبَّلْ ِمنَّا ِإنَّ َ‬
‫لى ظُ ْل َم ِة ْالقَب ِْر َو َما هُ َو الَقِـ ْي ِه َكانَ يَ ْشهَ ُد َأ ْن آل ِإ ٰلهَ ِإالَّ َأ ْنتَ َوحْ‪ HH‬دَكَ‬
‫او َمحْ بُوْ بِهَا َوَأ ِحبَّآِئ ِه فِ ْيهَا ِإ ٰ‬
‫َو َس َعتِهَ َ‬
‫ك َوَأ ْنتَ َأ ْعلَ ُم بِ ِه‪ 0‬اَللّهُ َّم ِإنَّهُ نَ َز َل بِكَ َوَأ ْنتَ خَ ْي ُر َم ْن‪ُ HH‬زوْ ٍل‬
‫ك َو َرسُوْ لُ َ‬‫ك َوَأ َّن ُم َح َّمدًا ‪َ ‬ع ْب ُد َ‬ ‫الَ َش ِر ْيكَ لَ َ‬
‫اغبِ ْينَ ِإلَ ْي‪HH‬كَ ُش ‪H‬فَ َعآ َء لَ ‪H‬هُ اَللّهُ َّم ِإ ْن‬ ‫ك َوَأ ْنتَ َغنِ ٌّي ع َْن َع َذابِ ِه َوقَ ْد ِجْئنَا َ‬
‫ك َر ِ‬ ‫لى َرحْ َمتِ َ‬ ‫بِ ِه َوَأصْ بَ َح فَقِ ْيرًا ِإ ٰ‬
‫ك َحتَّى‬ ‫او ْز َع ْن‪H‬هُ َأ ْلقِ‪ِ H‬ه بِ َرحْ َمتِ‪HH‬كَ اَْأل ْمنَ ِم ْن َع‪َ H‬ذابِ َ‬
‫َكانَ ُمحْ ِسنًا فَ ِز ْد فِى ِإحْ َسانِ ِه َوِإ ْن َكانَ ُم ِس‪H‬يْئا ً فَتَ َج‪َ H‬‬
‫ص ‪H‬حْ بِ ِه َو َس ‪H‬لَّ َم (دع‪HH‬اء‬
‫َلى آلِ ِه َو َ‬
‫َلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬ ‫لى َجنَّتِكَ يَآَأرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ َو َ‬
‫صلَّى هللا ُع ٰ‬ ‫تَ ْب َعثَهُ ِإ ٰ‬
‫اينى اونتؤ ميت الكى‪ ،2‬اونتؤ فرمفوان لفظ مذكر دان ضمير مذكر دى كنتى مؤنث)‬

‫‪F. Menguburkan Jenazah‬‬


‫‪1. Pemberangkatan Jenazah‬‬
‫‪Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti‬‬
‫‪penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah :‬‬

‫‪16‬‬
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit
adalah orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik.
Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa
oleh beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang.
Diutamakan yang membawanya berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di
depan (menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa.
Namun tidak dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh
bagi perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu,
menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk
tempat membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka
berbentuk liang cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang
kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan di sisi kanan
kirinya diberi batu bata.
3. Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur
a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia:
Selatan).
b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan.
Sedangkan yang menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit.
Bila laki-laki, maka yang paling dekat hubungannya dengan si mayit.
c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:
ِ‫َلى ِملَّ ِة َرسُوْ ِل هللا‬
ٰ ‫بِس ِْم هللاِ َوع‬

17
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama
agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib
dihadapkan ke arah kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit
ditempelkan ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan
batu atau kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang
atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan
kayu atau lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu
jengkal atau ± 25 cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh
air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan
bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti
oleh para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah
tidak langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca
al-Qur’an mendoakan mayit.
4. Etika orang yang mengantarkan jenazah
a) Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.
b) Berjalan di depan dan di dekat mayit.
c) Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan
masalah dunia.
d) Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan
naik kendaraan hukumnya makruh.

18
e) Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara
sempurna. Rasulullah SAW bersabda:
َ H‫ا ِن" قِ ْي‬HHَ‫هُ قِي َْراط‬Hَ‫ ِه َدهَا َحتَّى تُ ْدفَنَ فَل‬H‫ُصلِّ َي َعلَ ْيهَا فَلَهُ قِ ْي َراطٌ َو َم ْن َش‬
َ ‫ا‬H‫ل َوم‬H َ ‫َم ْن َش ِه َد ْال َجنَا َزةَ َحتَّى ي‬
(‫ْالقِي َْراطَا ِن قَا َل " ِم ْث ُل ال َجبَلَ ْي ِن ْال َع ِظ ْي َم ْي ِن )متفق عليه‬
Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus
menyalatinya maka ia mendapat pahala satu qirath. Jika sampai
menyaksikan penguburannya, maka mendapat pahala dua qirath. Nabi
ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti
dua gunung yang besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim).

G. Hikmah Pengurusan Jenazah


Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat
diambil beberapa hikmah, antara lain:
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan
mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup
setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus
dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya10

10
Cara Penguburan Jenazah. http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-tata-cara-
pengurusan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2016

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
1) Memandikan
2) Mengkafani
3) Menshalatkan
4) Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah,
antara lain:
1) Memperoleh pahala yang besar.
2) Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3) Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah
mati.
5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

20
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah
juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah
menjadi seorang guru di masa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya
Ghoni Asyukur Abd. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-tata-cara-pengurusan.html.
Diakses pada tanggal 24 Februari 2016
Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:
Amzah
Lathif Uwaidah Mahmud Abdul. 2008. Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat. Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah
Qasim M. Rizal. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Sabiq Sayyid. 1988. Fikih Sunnah 4. Bandung : PT Alma’arif
Zeld Husein. 1994. as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah. Bogor: PT Pustaka Utera
Antar Nusa

Anda mungkin juga menyukai