Anda di halaman 1dari 17

Tugas terstruktur: Dosen Pengampu:

Akidah Akhlak Susiba,M.Pd.I

TAUBAT

OLEH :

KELOMPOK 9

Khoironi Nur Azizah (11910821364)

Suci Nur Rahmi (11910822922)

Ulfa Maisyarah (11910822935)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1441 H/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah alrabbi al„alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul taubat yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akidah Akhlak yang dibimbing oleh ibu Susiba,M.Pd.I

Dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah
memberikan saran dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan-
kekurangannya,oleh karena itu saran dan kritik sangat kami butuh untuk kebaikan kami dan kami
sangat berbesar hati dan berlapang dada menerimanya.

Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca sebagai bahas pembelajaran ataupun
untuk menambah wawasan, sekian terimakasih

Pekanbaru,17 Mai 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Taubat ......................................................................................................... 5
B. Macam-macam Taubat ................................................................................................. 6
C. Syarat-ayarat Taubat ..................................................................................................... 6
D. Tingkatan Taubat .......................................................................................................... 6
E. Taubat Nasuha .............................................................................................................. 7
F. Unsur Perbuatan dalam Taubat ..................................................................................... 8
G. Macam-macam Dosa yang Dimintakan Taubat ............................................................. 10
H. Penghambat-penghambat Dalam Bertaubat ................................................................... 12
I. Manfaat Taubat ............................................................................................................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam pembahasan tasawuf, taubat dimaksudkan sebagai maqam pertama yang
harus dilalui dan dijalani oleh seorang salik. Dikatakan Allah Swt. Tidak mendekati
sebelum bertaubat. Karena dengan taubat, jiwa seorang salik bersih dari dosa. Tuhan
dapat didekati dengan jiwa yang suci.
Taubat merupakan sebuah permulaan, karena setiap hamba pasti pernah
tergelincir, bahkan sering. Memang manusia adalah tempatya salah dan lupa. Namuun,
manusia yang terbaik bukanlah mereka yang sama sekali tidak pernah melakukan dosa.
Akan tetapi, mereka yang ketika berbuat kesalahan atau dosa, dia langsung bertaubat
kepada Allah SWT. Dengan sebenar-benarnya taubat. Bukan sekedar taubat sesaat yang
diiringi dengan niat hati untuk mengulang dosa kembali.Karena begitu pentingnya taubat
bagi kehidupan manusia, maka kita perlu memperdalam pembahasan tentang taubat dan
hal-hal yang berkaitan dengannya.
B.Rumusan Masalah
Dalam masalah “Taubat” ini, saya selaku penulis makalah ini akan membatasi
permasalahan pada hal berikut:
1. Pengertian taubat.
2. Macam-macam taubat.
3. Syarat-syarat taubat.
4. Tingkatan taubat.
5. Taubat nasuha.
6. Unsur perbuatan dalam taubat.
7. Macam-macam dosa yang dimintakan taubat.
8. Penghambat-penghambat dalam bertaubat.
9. Manfaat taubat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Taubat
Kata dari “Taubat” dalam bahasa Arab berarti “kembali”. Taubat adalah kembali
kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat Allah yang
diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya. Taubat adalah
maqam awal yang harus dilalui oleh seorang salik. Sebelum mencapai maqam ini seorang
salik tidak akan bisa mencapai maqam-maqam lainnya. Karena sebuah tujuan akhir tidak
akan dapat dicapai tanpa adanya langkah awal atau pintu masuk yang benar.
Pada tahap Taubat ini seorang sufi membersihkan dirinya (tazkiyyah al-nafs)
daripada perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa bersalah. Taubat juga merupakan
sebuah terma yang dikembangkan para salikin (orang-orang menuju Tuhan) untuk
mencapai maqamat. Taubat itu sendiri mengandungi makna “kembali” dia bertaubat
berarti dia kembali. Jadi Taubat adalah kembali daripada sesuatu yang dicela oleh Syara‟
menuju sesuatu yang dipuji olehnya. Al-Junayd al-Baghdadi seorang ahli sufi pernah
ditanya tentang Taubat. Dia menjawab: “Taubat adalah menghapuskan dosa seseorang.”
Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada Sahl al-Tustari seorang ahli sufi katanya:
“Taubat berarti tidak melupakan dosa seseorang”. Taubat menurut Ibn al-Qayyim al-
Jawziyyah pula adalah “kembalinya seseorang hamba kepada Allah dengan
meninggalkan jalan orang-orang yang dimurkai Tuhan dan jalan orang-orang yang
tersesat.
Dia tidak mudah memperolehinya kecuali dengan hidayah Allah agar dia
mengikuti sirat al-mustaqim (jalan yang lurus). Taubat itu sendiri tidak sah kecuali
dengan menyedari dosa tersebut mengakui dan berusaha mengatasi akibat-akibat
daripada dosa yang dilakukan. Menurut pengertian lain Taubat juga berarti “bangunnya
psikologi manusia yang melahirkan kesedaran terhadap segala kekurangan atau
kesalahannya dan menetapkan tekad dan azam yang disertai dengan amal perbuatan
untuk memperbaikinya”.Dalam pembahasan tasawuf, taubat dimaksudkan sebagai
maqam pertama yang harus dilalui dan dijalani oleh seorang salik. Dikatakan Allah Swt.

5
Tidak mendekati sebelum bertaubat. Karena dengan taubat, jiwa seorang salik bersih dari
dosa. Tuha dapat didekati dengan jiwa yang suci.

B. Macam-macam Taubat
Ibnu Taimiah berkata, bahwa taubat itu terbagi menjadi dua macam: Taubat
Wajib dan Taubat Sunnah.
a.Taubat Wajib
Taubat wajib adalah taubat dari meninggalkan hal-hal yang diwajibkan dan dari
melakukan hal-hal yang diharamkan. Taubat jenis ini diwajibkan bagi setiap mukalaf,
sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
b. Taubat Sunnah
Taubat sunah yaitu taubatnya seorang mukallaf dari meninggalkan hal-hal yang
disunnahkan dan meninggalkan hal-hal yang dimakruhkan.

C. Syarat-syarat Taubat
Syarat-syarat taubat terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Nadam, yaitu rasa menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat.
2. Iqla‟, yaitu mencabut atau meninggalkan perbuatan dosa atau maksiat itu serta
bersungguh-sungguh tidakakan mengulanginya lagi.
3. Ibdal, yaitu mengganti perbuatan jahat dengan perbuatan baik

D. Tingkatan Taubat
Taubat terbagi menjadi tiga tingkatan, Yaitu:
1.Taubat Awam
Taubat awam yaitu kembali dari dosa-dosa karena takut guncangan siksa.
Syaratnya adalah meningglakan berbagai maksiat. Tujuannya adalah melenyapkan rasa
lezat berbuat maksiat (jika si pelaku merenunginya).
2. Taubat orang-orang khawash (istimewa)
Taubat orang-orang khawash (istimewa) yaitu kembali dari dosa karena malu
kepada Allah Swt. Syaratnya adalah si hamba tidak menemukan satu tempat
persembunyian pun yang tidak mendapat terang cahaya mentari malu dari Allah Swt.

6
Tujuannya adalah agar ia tidak melihat satu tempat pun untuk berbuat maksiat kepada
Allah yang tidak diketahui-Nya, serta ada rasa malu kepada Alla Swt.
3. Taubat orang-orang paling khusus (khawash al-khawash)
Taubat orang-orang paling khusus (khawash al-khawash) yaitu melupakan nafsu,
maksiat, dan hukuman atas maksiat karena tenggelam dalam melihat kemuliaan Allah
dan hatinya lenyap di samudera keagungan dan keperkasaan-Nya. Syaratnya adalah
membiarkan nafsu berada dalam penjara lupa serta membiarkannya lenyap, kecuali saat
darurat (untuk memenuhi kebutuhan pokok).

E.Taubat Nasuha
Terlepas dari mengenai tingkatan taubat, perlu diketahui bahwa taubat yang
diperintahkan kepada orang-orang mukmin adalah taubat nasuha. Seperti yang disebutkan
Allah SWT. Pada surat At-Tahrim : 8 “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-
mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya
Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

An-Nasuh merupakan bentukan kata penyangatan dari An-Nasih.


Kata nashaha sendiri dalam bahasa arab berarti pemurnian.Al-Hafidzh Ibnu Katsir
mengatakn di dalam tafsir-nya, “Taubat nasuha yaitu taubat yang sebenar-benarnya dan
pasti, yang mampu menghapus dosa-dosa sebelumnya, menguraikan kesusutan orang-
orang yang bertaubat, menghimpun hatinya dan mengenyahkan kehinaan yang
dilakukanya.” Siapa yang bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha dan
menghimpun semua syarat-syarat taubat sesuai dengan haknya, maka bias dipastikan
bahwa taubatnya diterima oleh Allah. Muhamad bin Ka‟b Al-Qurthuby berkata,
“Taubatan nasuhan menghimpun empat perkara: Memohon ampun dengan lisan,

7
membebaskan diri dari dosa dengan badan, tekad untuk tidak kembali melakukannya lagi
dengan dengan sepenuh perasaaan, dan menghindari teman-teman yang buruk”.
Namun diantara ulama ada yang mengatakan, diterimanya taubat itu belum bisa
dipastikan, tapi hanya sebatas harapan. Orang yang bertaubat ada di bawah kehendak
Allah sekalipun ia sudah bertaubat. Mereka berhujjah dengan firman Allah dalam QS.
An-Nisa : 48 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.”
Pendapat lain mengatakan bahwa, seseorang yang telah melakukan taubat hakiki
jika dia benar-benar telah berpaling dan kembali dari dosa-dosa menuju kebajikan dan
petunjuk. Apabila berpaling dari dosa dilakukan dengan kesungguhan dan bukan semata-
mata karena menyaksikan hukuman, dengan kekuasaan dan rahmat-Nya Allah Swt akan
menerima taubatnya. Hal ini dari janji dan Sunnatullah yang berlaku pada makhluknya,
Allah Swt berfirman dalam QS. Asy-Syura : 25 “dan Dialah yang menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

F.Unsur Perbuatan dalam Taubat


1.Istighfar
Istighfar artinya memohon ampunan atau memohon penghapusan dosa,
pengenyahan pengaruhnya, dan perlindungan dari kejahatnnya. Ibnul-Qayyim Al-Jauzy
berkata, ”Hakikat al-maghfirah adalah perlindungan dari kejahatan dosa, seperti kata al-
mighfar (tutup kepala) yang melindungi kepala dari gangguan. Ampunan harus diminta
dari Allah, karena di antara asma-Nya adalah Al-Ghafur, Al-Ghaffar, dan di antara sifat-
Nya.
Istighfar yang hakiki mencakup taubat, sebagaimana taubat yang mencakup
istighfar, yang satu masuk ke dalam pengertian yang lain jika disebutkan sendiri-sendiri.
Tapi jika keduanya disertakan dalam satu kalimat, makna istighfar di sini adalah
memohon perlindungan dari akibat dosa yang lampau, sedangkan makna taubat adalah

8
kembali dan memohon perlindungan dari akibat keburukan yang dikhawatirkan akan
muncul di masa mendatang.
Sebagaimana yang dikatakan ibnu katsir, bahwa telah disebutkan di kitab-kitab
shahih dan juga lain-lainnya, dari sejumlah sahabat, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam, beliau bersabda,
‫علَيهِ؟ ه َْل م ِْن ُم ْسفَ ْغف ٍِر فَأ َ ْغف ُِر‬ ُ ُ ‫ة فِأَت‬
َ ‫وب‬ ٍ ِ‫ َه ْل م ِْن ت َائ‬: ‫ فَيَقُول‬, ‫ث الّي ِْل ْْلَخِ ِر‬
ُ ُ‫ حِ يْنَ يَ ْبقَى ثُل‬, ‫س َماءِ الدُّ ْنيَا‬
َ ‫اِنَّاهلل ت َ َعا َلى يَ ْن ِز ُل كُ َّل لَ ْيلَ ٍة اِ َلى‬
‫سائِ ٍل فَيُعْطِ ى سُ َؤلُهُ؟ َ َهتّى َيطلُ َع ْالفَ ْج ُر‬ َ ‫لَهُ؟ ه َْل م ِْن‬
“Sesungguhnya setiap malam Allah turun ke langit dunia, hingga ketiga tingal
sepertiga malam yang terakhir, Dia berfirman, „Adakah orang yang bertaubat agar Aku
menerima taubatnya? Adakah orang yang memohon ampunan agar Aku
mengampuninya? Adakah orang yang meminta agar Aku memenuhi permintaannya?‟
Hal ini terjadi hingga terbit fajar.”
Istighfar yang paling layak dilakukan ialah saat terseret ke jurang kedurhakaan
dan dosa. Siapa yang bisa menjamin bahwa dia akan selamat pada waktu itu? Dengan
istighfar ini seseorang bisa memperoleh gantungan untuk bangkit dari ketergelincirannya
dan mendapatkan pembersih yang menghilangkan kerak dosanya.
Ada beberapa syarat yang hendaknya dipenuhi agar istighfar kita diterima disisi
Allah, beserta adab-adab yang menyempurnakannya:
a. Niat yang benar hanya karena Allah semata.
b. Harus ada kebersamaan hati dan lisan untuk beristighfar.
c. Menjaga kesucian, adapun ini adalah adab yang merupakan penyempurna istighfar.
d. Memohon ampunan kepada Allah dalam keadaan antara takut dan berharap.
e. Memilih waktu-waktu yang lebih utama.
f. Memohon ampun sewaktu shalat.

2.Merubah lingkungan dan teman-teman.


Merubah lingkungan sosial yang banyak diwarnai noda, yang selama melakukan
penyimpangan dan kedurhakaan berada di sana, lalu pindah mencari lingkungan yang lebih
bersih dan terbebas dari perbuatan dosa.
Ini merupakan teori pendidik yang sangat layak untuk diterapkan. Hal ini ditegaskan
kandungan hadits shahih tentang seseorang yang pernah membunuh seratus orang, sementara

9
ia ingin sekali bertaubat dari tindakannya itu. Lalu diperintahkanlah ia untuk mendatangi
orang-orang yang menyembah Allah dan hidup bersama mereka.
3. Menyusuli keburukan dengan kebaikan.
Inilah yang diperintahkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Abu
Dzar Radhiyallahu Anhu, saat beliau menyampaikan sebuah nasehat, “Bertakwalah kepada
Allah di manapun kamu berada, dan susuilah keburukan dengan kebaikan, agar ia
menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (Diriwayatkan Ahmad,
Al-Hakim dan At-Tirmidzy).
Maksudnya, orang muslim yang baru melakukan kedurhakaan harus menyusulinya
dan ketaatan, seperti shalat, shadaqah, puasa, istighfar, tasbih, dzikir, berbuat kebajikan, dan
lain sebagainya. Firman Allah, “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud:114).
Kebaikan yang paling utama setelah keburukan ialah apabila keduanya sejenis.
Apabila keburukan itu berupa ghibah terhadap seseorang, maka kebaikannya harus berupa
pujian terhadap orang yang dighibah, di hadapan orang-orang yang mendengar ghibahnya
atau memintaka ampunan dosa bagi orang yang dighibah.

G. Macam-macam Dosa yang Dimintakan Taubat


Taubat diharuskan pada setiap melakukan dosa, Maka taubat adalah dari semua
dosa besar dan kecil. Ada yang mengatakan bahwa tidak ada dosa kecil jika dilakukan
secara terus menerus dan tidak ada dosa besar bersama istighfar.Yusuf Al-Qardhawi di
dalam bukunya menyebutkan dosa-dosa yang meminta taubat adalah sebagai berikut:
1. Dosa karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan.
Kedurhakaan yang pertama kehadap Allah adalah meninggalkan apa yang
diperintahkan. Ini merupakan kedurhakaan iblis. Sebagaimana di dalam surah Al-
Baqarah ayat 34 “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah
kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.

10
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata
kepada Allah.Kedurhakaan yang kedua adalah mengerjakan apa yang dilarang Allah swt,
yaitu merupakan kedurhakaan Adam.Tetapi Adam dikalahkan oleh kelemahannya
sebagai manusia, sehingga diapun lalai dan tekadnya menjadi lemah karena mendapat
bujukan iblis.
2.Dosa anggota tubuh dan dosa hati
Banyak orang yang tidak tahu macam-macam kedurhakaan dan dosa selain dari
apa yang ditangkap indranya atau yang berkaitan dengan anggota tubuh zhahir, seperti
kedurhakaan yang lahir dari tangan, kaki, mata, telinga, lidah hidung dan lain-lainnya
yang berhubungan dengan syahwat perut, kemaluan, birahi dan naluri keduniaan yang
ada pada diri manusia.
Kedurhakaan mata adalah memandang apa yang diharamkan Allah. Kedurhakaan
telinga adalah mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, seperti kata-kata yang
menyimpang yang diucapkan lisan. Kedurhakaan lisan adalah mengucapkan perkataan
yang diharamkan oleh Allah, yang menurut Imam al-Ghazali ada dua puluh ma cam,
seperti, dusta, ghibah, adu domba, olok-olok, sumpah palsu, janji dusta, kata-kata batil,
omong kosong, tuduhan terhadap wanita-wanita muslimah yang lalai, ratap tangis,
kutukan, caci maki dan sebagainya.
3.Dosa yang berupa kedurhakaan dan bid‟ah
“Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang baru, karena setiap yang baru adalah
bid‟ah dan bid‟ah itu adalah kesesatan”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-
Tirmidzi)“Barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang baru dalam agama kami
yang bukan termasuk darinya maka dia tertolak” (HR. Muttafaqun „Alaih)
Artinya urusan yang baru itu tidak diterima, karena itu merupakan taqarrub
kepada Allah dengan cara yang tidak menurutnya perintahnya dan tidak seperti yang
disyari‟atkan dalam agama serta tidak diizinkannya.Bahkan pada hakikatnya bid‟ah itu
merupakan salah satu jenis kedurhakaan, hanya saja dengan sifat yang lebih khusus.
Pelakunya mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan bid‟ah dan dia yakin
bahwa dengan bid‟ah ini menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah dari pada orang
lain yang tidak melakukannya.

11
4. Yang terbatas dan dosa yang tidak terbatas
Di antara ketaatan dan kebaikan, ada yang terbatas dan tidak berpengaruh
kecuali terhadapa dirinya sendiri, seperti shalat, puasa, haji, umrah, haji, dzikir,
membaca al-Qur‟an, shadaqah, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga,
orang miskin dan ibnu sabil. Hal ini tidak berbeda dengan dosa dan keburukan, yang
sebagian diantaranya ada yang hanya berpengaruh kepada pelakunya dan tidak menjalar
kepada orang lain. Namun sebagian lain ada yang berpengaruh kepada orang lain, sedikit
atau banyak.

5. Yang berkaitan dengan hak Allah dan hak hamba


Cukup banyak contoh dosa, kedurhakaan dan pelanggaran terhadap hak-hak
Allah, seperti meninggalkan sebagian perintah, mengerjakan sebagian yang dilarang,
seperti minum khamar, mendengarkan hal-hal yang tidak pantas, menyiksa binatang,
menyiksa diri sendiri, memboroskan harta dan sebagainya.
Sedangkan dosa yang berkaitan dengan hak hamba, terutama hak material, maka
taubat darinya, tetapi harus mengembalikan hak itu kepada pemiliknya atau meminta
pembebasan darinya atau minta maaf dan memohon pembebasan dari pemenuhan hak
karena Allah semata. Jika tidak hak itu sama dengan hutang yang harus dilunasinya,
hingga kedua belah pihak harus membuat perhitungan tersendiri pada hari kiamat. Jika
kebaikannya tidak mencukupi, maka keburukan-keburukan orang yang memiliki hak itu
dialihkan kepadanya, sampai akhirnya hak itu terpenuhi.

H.Penghambat-penghambat dalam Bertaubat


Sekalipun tidak seluruhnya, mayoritas penghambat ini adalah bersifat psikologis,
yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, lalu berpengaruh terhadap trend dan
perilakunya. Sebagian di antaranya yaitu:
1. Meremehkan dosa
Tidak dapat diragukan, ini merupakan dampak dari kebodohan terhadap
kedudukan Allah Azza wa Jalla, pencipta makhluk, Raja dari segala raja, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Menundukkan.Kedurhakaan terhadap Allah ini tidak boleh
diremehkan begitu saja. Apalagi jika seseorang berkata, “Andaikan saja setiap dosa

12
kukerjakan seperti ini.” Tapi ia harus menganggap besar setiap kedurhakaan yang pernah
dilakukannya.Di dalam hadits Mas‟ud disebutkan, “Orang Mukmin itu melihat dosanya
seperti gunung. Dia takut gunung itu menimpa dirinya. Sedangka orang munafik melihat
dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia menepisnya begini dan begitu.
2.Angan-angan yang mengada-ngada
Artinya, seseorang menganggap bahwa hidupnya masih panjang, bahwa
kematianya masih jauh, umurnya masih lama hingga ia bisa menggunakanya untuk
bercanda ria sesukanya, lalai, lalai, mengikuti hawa nafsu, dan mengikuti jalan
syetan.Bencana yang bisa menimpa diri manusia ialah karena ia beranggapan bahwa
kehidupannya masih lama dan masih ingin menghindar dari kematian sekalipun kematian
itu sudah tampak di depan matanya. Dia berandai-andai untuk bertobat nanti, sedangkan
kematian itu bisa saja datang sekonyong-konyong dan biasanyatidak teduga-duga.
3. Mengandalkan ampunan Allah
Sebagaimana yang telah dikisahkan Allah dalam firman-Nya tentang orang-orang
yahudi dalam surah Al-A‟raf ayat 169,“Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang
jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan
berkata: "Kami akan diberi ampun". (Al-A‟raf : 169)
Darimanakah dia mendapatkan jaminan bahwa Allah akan mengampuni segala
dosanya? Ada perbedaan antara orang mukmin dan orang munafik. Orang-orang mukmin
senantiasa berkata, “Aku khawatir amalku tidak akan diterima.” Sedangkan orang
munafik senantiasa berkata “Aku berharap dosaku diampuni.”Memang mengharapkan
ampunan Allah itudituntut dari setiap orang muslim, sebesar apapun dosanya. Tetapi
tidak selayaknya seseorang mengharapkan buah tanpa menanam benih atau menanam
pohon, mengairi, dan mengurusnya. Berlebih-lebihan dalam berharap tanpa didahului
amal dan usaha, membuat pelakunya merasa aman dari adzab Allah.
4. Dikungkung dosa dan putus asa mendapatkan ampunan.
Begitulah yang dipikirkan sebagian orang-orang yang durhaka. Mereka melihat
bahwa dosa-dosa mereka terlalu besar, lalu merasa putus asa dosa-dosanya tidak akan
diampuni. Padahal sesungguhnya rahmat Allah tidak akan pernah menjadi sempit karena
kesalahan-kesalahan mereka, seberapapun besarnya. Allah berfirman kepada Rasul-
Nya,Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka

13
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
5.Berdalih dengan takdir.
Orang yang terperangkap jerat kedurhakaan dan terperdaya berbagai angan-
angan, jika diseru untuk melepaskan diri dari jerat kedurhakaan itu dan masuk ke dalam
ketaatan, mereka berkata “Ini sudah takdirku. Allah telah menetapkannya atas diriku,
sehingga aku tidak bisa lari darinya. Manusia harus rela terhadap ketetapan-Nya, sebab
diri kita terlalu lemah untuk melawan takdir.”Bertakdir dengan takdir buruk itu memang
diperbolehkan, namun itu hanya yang kaitannya dengan amal yang sudah lampau. Tetapi
untuk amal yang akan datang, maka tidak diterima sama sekali. Sebab seorang hamba
tidak tahu apa yang ditakdirkan atas dirinya untuk masa yang akan datang.

I.Manfaat Taubat
Apabila semua rukun dan syarat-syarat taubat yang semurni-murninya dipenuhi,
maka di sana akan ada buah-buah taubat yang ranum, yang bisa dipetik oleh orang yang
bertaubat, diantaranya yaitu :
a. Penghapus keburukan dan masuk surga
b. Memperbarui iman
c. Mengganti keburukan dengan kebaikan
d. Mengalahkan musuh yang abadi, yaitu syetan
e. Mengalahkan bisikan nafsu yang menyuruh kepada keburukan
f. Ketundukan hati kepada Allah
g. Mendapatkan cinta Allah
h. Menggembirakan Allah

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
Taubat adalah amalan seorang hamba untuk tidak mengulangi kesalahan-
kesalahan atau dosa-dosa yang kemudian ia kembali kepada jalan yang lurus (yakni pada
ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa akan menjauhi segala larangannya)
dengan penyesalan telah hanyut dalam kesalahan, dan tidak akan mengulanginya
lagi. Taubat terbagi kepada beberapa bagian ;
a. Taubatnya orang-orang yang berkehendak (muriddin),
b. Taubatnya ahli hakikat atau khawash (khusus).
c. Taubatnya ahli ma‟rifat, dan kelompok istimewa.
Taubatan Nasuha artinya taubat yang sebenar-benarnya dan pasti, yang mampu
menghapus dosa-dosa sebelumnya, menguraikan kekusutan orang yang bertaubat,
menghimpun hatinya dan mengenyahkan kehinaan yang dilakukannya.
Siapa yang bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha dan menghimpun
semua syarat-syarat taubat sesuai dengan haknya, maka bias dipastikan bahwa taubatnya
diterima oleh Allah. Namun diantara ulama ada yang mengatakan, diterimanya taubat itu
belum bisa dipastikan, tapi hanya sebatas harapan. Orang yang bertaubat ada di bawah
kehendak Allah sekalipun ia sudah bertaubat. Dosa-dosa yang meminta taubat adalah
sebagai berikut:
a. Dosa karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan.
b.Dosa anggota tubuh dan dosa hati
c. Dosa yang berupa kedurhakaan dan bid‟ah
d.Yang terbatas dan dosa yang tidak terbatas
e.Yang berkaitan dengan hak Allah dan hak hamba.
Faedah-faedah bertaubat yaitu:
1.Menghapus keburukan dan masuk surga
2.Memperbarui iman
3.Mengganti keburukan dengan kebaikan
4.Mengalahkan musuh yang abadi, yaitu syetan

15
5.Mengalahkan bisikan nafsu yang menyuruh kepada keburukan
6.Ketundukan hati kepada Allah
7.Mendapatkan cinta Allah
8.Menggembirakan Allah
Hal-hal yang mampu menghambat taubat yaitu:
a) Meremehkan dosa
b) Angan-angan yang mengada-ngada
c) Mengandalkan ampunan Allah
d) Dikungkung dosa dan putus asa mendapatkan ampunan.
e) Berdalih dengan takdir.
B. Saran
Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa bertaubat, mengingat taubat
memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan kita. Kita tidak boleh mengecilkan
taubat, kita harus bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat agar mampu mengambil
faedah-faedahnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawy, Yusuf. 1998. At-Taubah Illallah. Cairo : Maktabah Wahbiyyah


Al-Rahman, Abd. 2008. Terang Benderang dengan Makrifatullah. Serambi
Sya‟rawi, Mutawalli. 2006. Kenikmatan Taubat: Pintu Menuju Kebahagiaan &
Surga. QultumMedia

17

Anda mungkin juga menyukai