Anda di halaman 1dari 4

LANGKAH – LANGKAH MENJADI SEORANG SUFI

Langkah-langkah utk menjadi Sufi Sebagaimana sudah maklum bahwa menurut pandangan
sebagian sufi apabila seorang muslim ingin menjadi seorang sufi maka ia harus menjalani
langkah-langkah sbb;

1. Syariat. Dalam tataran ini muslim yg bersangkutan harus belajar fiqih yg meliputi ibadah
muamalah munakahat mewaris jinayat dan khilafah . Kajian fiqih yg demikian sudah
dirumuskan dan dituangkan dalam “Fiqih Madzhab Empat”. Idealnya seorang kandidat salik yg
mau memasuki tarekat hendaknya memahami dan mengerti kajian fiqih empat madzhab itu
bahkan ditambah lagi dgn fiqih Jakfari yg lazimnya dianut oleh jamaah Syiah. Sekurang-
kurangnya ia memahami fiqih satu madzhab misalnya fiqih Syafii. Lazimnya para sufi dalam hal
fiqih ini menganut salah satu madzhab dari empat madzhab yg tersedia.

2. Tarikat. Perkataan tarikat dalam istilah tasawuf artinya wadah tempat mendidik dan
melatih para salik. Komponen-komponen tarikat terdiri dari guru tarikat atau guru rohani yg
disebut mursyid atau syekh. Kualitas seorang syekh harus memiliki ilmu syariat dan hakekat
secara lengkap. Pemikirannya dan tutur katanya serta perilakunya dalam banyak hal harus
mencerminkan akhlak yg terpuji. Salik atau murid tarikat; suluk yaitu amalan dan wirid atau
perbuatan yg harus dikerjakan oleh salik berdasarkan perintah syekh; zawiyah yaitu majlis
tempat para salik mengamalkan suluk. Disamping itu ada satu syarat yg harus dipenuhi oleh
kandidat salik yaitu baiat antara dia dan syekh. Baiat itu sendiri ada dua macam yaitu ;

Baiat suwariyah yaitu baiat bagi seorang kandidat salik yg hanya sekedar ia mengakui
bahwa syekh yg membaiatnya ialah gurunya tempat ia berkonsultasi dan syekh itupun
mengakui orang tersebut adl muridnya. Ia tidak perlu meninggalkan keluarganya utk
menetap tinggal dalam zawiyah tarikat itu utk terus menerus bersuluk atau berdzikir.
Ia boleh tinggal dirumahnya dan bekerja sehari-hari sesuai dgn tugasnya. Ia sekadar
mengamalkan wirid yg diberikan oleh gurunya itu pada malam-malam tertentu dan
bertawassul kepada gurunya itu. Ia dan keluarganya bersilaturrahmi kepada gurunya itu
sewaktu-waktu pula. Apabila ia memperoleh kesulitan dalam hidup ini ia berkonsultasi
dgn gurunya itu pula.

Baiat ma`nawiyah yaitu baiat bagi seorang kandidat salik yg bersedia utk dididik dan
dilatih menjadi sufi yg arif bi I-lah . Kesediaan salik utk dididik menjadi sufi itupun
sudah barang tentu berdasarkan pengamatan dan keputusan guru tarikat itu. Salik yg
masuk tarikat melalui baiat yg demikian harus meninggalkan anak-istri dan tugas
keduniaan. Ia berkhalwat dalam zawiyah tarikat didalam penegelolaan syekhnya.
Khalwat ini bisa berlangsung selama beberapa tahun bahkan belasan tahun. Muhammad
Ibn Abdillah yg kemudian menjadi khatamu I-anbiya wa I-mursalin berkhalwat di Gua
Hira selama 20 tahun. Ia berhenti berkhalwat sesudah ia mencapai tingkat ma`rifat dan
hakikat yaitu dgn wahyu turunnya surat al-Alaq lima ayat berturut-turut yg disampaikan
oleh Jibril. Pertemuannya dgn malaikat Jibril adl ma`rifat sedangkan wahyu yg
diterimanya merupakan hakikat.
3. Ma`rifat. Perkataan ma`rifat secara bahasa artinya pengetahuan atau ilmu. Dalam
istilah tasawuf berarti mengenal atau melihat alam ghaib seperti syurga atau neraka
bertemu dgn para nabi para malaikat para auliya dll yg semuanya itu terjadi bukan
dalam mimpi. Dalam hal ini saya mengajukan contoh pengalaman Syekh Muhammad
Samman seorang sufi abad ke-18 di Madinah sebagaimana tergambar dalam naskah
melayu yg berjudul “Hikayat Syekh Muhammad Samman”. Didalamnya ia mengatakan
bahwa sesudah sholat shubuh ia merasa ruhnya keluar dari jasadnya kemudian ruhnya
naik kelangit pertama hingga langit ketujuh. Disana ia bertemu dgn Nabi Ibrahim a.s
dan bercakap-cakap dengannya sedangkan ia tetap dalam keadaan ingat .

4. Hakikat. Perkataan hakikat dalam istilah tasawuf ialah esensi atau pangkal dari
semua alam yg maujud baik yg ghaib ataupun yg syahadah yaitu Nur Muhammad atau
hakikat Muhammad tatkala Tuhan menuturkan sabda kun! maka tampillah Nur
Muhammad yg merupakan mazharu-Haqqi Ta`ala. Dengan demikian maka mazhar pula
zat yaitu Nur Muhammad yg berupa zat Allah ; asma yaitu nama Allah; sifat yaitu
kamalu I-lah dan af `alu I-Lah . Keempat hal tersebut merupakan percikan terang dari
Allah Allah pada Nur Muhammad itu . Menurut Ibn Arabi wujud Nur Muhammad ini
apabila dilihat dari segi zatnya ia adl Allah tetapi apabila dilihat dari sifat-sifat dan
asma-asmanya ia adl fi`il-Nya sedangkan Allah itu mahasuci dan Maha Tinggi tidak ada
lafal dan kata-kata maupun kalimat yg memadai utk menyifatinya .

Macam-macam Tarekat Kalau kita lihat perkembangan tasawuf dari awal tadi terlihat
berbagai macam versi tasawuf dari yg benar kepada yg menyimpang dari yg sunni
kepada yg bidie. Kita lihat pemaparan beberapa ulama dibawah ini .

Ibnu Taimiyah membagi sufi menjadi 3 macam ;

Sufiyah haqoiq yaitu mereka yg full timer beribadah dan berdzikir serta zuhud
terhadap dunia.
Sufiyah Arzaak yaitu mereka yg sibuk mencari rizki tetapi tetap melakukan
kewajiban sebagai muslim dan meninggalkan larangan Allah SWT serta menjaga
sopan santun Islam dan jauh dari bid`ah.
Sufiyah rusuum yaitu mereka yg berpakaian seperti sufi tetapi sedikit
amalannya orang kira itulah sufi tetapi mereka bukan sufi yg sebenarnya. .

Al Hajwairi berpendapat sufi ada 3;

Sufi yaitu orang yg full timer beribadah kepada Allah dan jauh dari
pengaruh dunia.
Mutasowwif yaitu orang sufi yg bermujahadah mencapai tempat
pertama.
Al Mustasawwif yaitu orang yg menyerupai sufi dari kalangan penguasa
pengusaha dan kalangan elit tapi mereka tidak banyak amalnya.

Sementara Arrazi membagi sufi menjadi enam;


Ashhabul Aadat mereka yg hanya memperhatikan pakaian dan
penampilan.
Ashhabul ibadat mereka yg banyak beribadah dan jauh dari
dunia.
Ashhabul Hakikah mereka yg sudah selesai melaksanakan
perintah wajib tidak melaksanakan yg sunnah tetapi berfikir
terhadap ciptaan Allah dan tenggelam dgn dzikir kepada-Nya.
Annuriyah mereka yg berpandangan bahwa hijab ada dua
bersifat cahaya dan api. Bersifat cahaya merupakan upaya utk
memiliki sifat-sifat terpuji sedangkan bersifat api menghindari
sifat-sifat tercela seperti dengki marah tamak dll.
Al Hululiyah mereka yg berkeyakinan hulul atau ittihad dan tidak
memperhatikan peranan akal samasekali.
Al-Mubahiyah mereka yg mengaku cinta kepada Allah SWT tetapi
melanggar ajaran Allah SWT mereka ini yg paling buruk krn
beranggapan Allah SWT telah mengangkat taklif kepada mereka.

Sedangkan Muhammad bin Saad menyebutkan empat macam


sufi;

Zahidun wariuun yaitu mereka yg hidup secara Islam dgn


zuhud dan wara`.
Ghulat Mulhidun yaitu mereka yg berlebihan sampai
ketingkat atheis.
Mutawassilun Gholuum yaitu mereka yg berlebihan dalam
bertawassul.
Muqollidun Murtaziqun yaitu mereka yg mengaku sufi utk
mendapat dunia dan pengaruh.

Penilaian Untuk menghindari agar kita tidak terjerumus


dalam kubangan kesesatan maka kita perlu berhati-hati
dalam menilai apalagi mengikuti tasawuf agar tidak salah
jalan. Nasehat pakar sufi modern Dr.Abdurrahman
Badawi dalam bukunya Tarikh Tasawuf Islami
menyebutkan bahwa titik tolak tasawuf itu ada tiga
macam ;

Berdasarkan Kitabullah dan Sunnar Rasulullah


SAW serta salaf sholeh secara benar bukan
sekedar pengakuan.
Berdasarkan penafsiran manusiawi yg tidak
jarang menyimpang.
Berdasarkan kecenderungan pribadi terlepas dari
ajaran Islam.
Tentunya kita mengikuti yg pertama meskipun
lbh baik kita menggunakan istilah Al Qur`an yaitu
Tazkiyah . Intinya agar kita zuhud dan wara` dari
kemewahan dunia dan bersungguh-sungguh
mencapai keni’matan akhirat. Hal itu dgn cara
mengikuti petunjuk Rasulullah SAW baik
perbuatan ucapan atau persetujuannya krn
petunjuk Beliau adl sebaik-baik petunjuk dan
ajaran beliau telah sempurna . Wallahu A`lam.

Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi


Islam Indonesia

sumber file al_islam.chm

Anda mungkin juga menyukai